Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

PENYEHATAN PEMUKIMAN
INSPEKSI RUMAH SEHAT

DI SUSUN OLEH:

NAMA NIM
ANINDITHA.S.SAENG PO7103121016
MOH.ADRI FEBRSIANSYAH PO7103121006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII-SANITASI
TAHUN 2023/2024
A. LATAR BELAKANG
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
harus sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan
produktivitas. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya
taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit
dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat
ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi
tidak
sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan
pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman
pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
yang rendah karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh
tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik
dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan
tempat tinggal yang harus memenuhi kreteria kenyamanan, keamanan dan
kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif
(Arifin, 2009)
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf
kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan
mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini
dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak
sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah sebagai suatu
kawasan lingkungan pemukiman. Timbulnya permasalahan kesehatan di
lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya tingkat kemampuan ekonomi(pendapatan), pendidikan,
pengetahuan dan sikap masyarakat yang rendah.(Notoatmodjo, 2003)
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan
bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, dan mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Perlu dilakukan penyehatan lingkungan yang mencakup lingkungan
pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum,
harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya
limbah, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor
penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang, radiasi, air
tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Dinkes,
2016)
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi rumah adalah tingkat
pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Dalam mengaplikasikan suatu tindakan atau perilaku yang sehat diperlukan
pengetahuan sebagai penunjang yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan
rumah. Hal ini sejalan seperti yang di kemukakan effendy (1988:8) “ untuk
merubah perilaku seseorang diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan lingkungan, di samping pengetahuan tentang konsep
kesehatan lingkungan itu sendiri”. Dengan menguasai berbagai pengetahuan
tentang kualitas lingkungan rumah maka di harapkan agar masyarakat dapat
melakukan dan menerapkannya di lingkungan sekitar khususnya lingkungan
rumah. Hal tersebut sangat penting karena masalah kesehatan tidak terlepas
dari faktor lingkungan dimana seseorang itu berada. Karena dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi
pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku penghuni dalam
menjaga kondisi lingkungan terutama rumahnya(Notoatmodjo, 2010).
Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam
meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orangtua erat
kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila
penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan
penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan
berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal
pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi
dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2004)
B. DASAR TEORI
1. RUMAH SEHAT
Rumah sehat adalah tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk
beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik
rohani maupun sosial (Kasjono, 2011). Menurut Winslow dan APHA
(American Public Health Association) yang dikutip dari Riviwanto, dkk
(2011) permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal
secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat,
berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit. Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American
Public Health Association) harus memenuhi persyaratan antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan
minuman dari pencemaran disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
a. Bahan bangunan
1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 μg/m2,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari
300 mg/kg bahan.
2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen
2. PARAMETER RUMAH SEHAT
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan yang
meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai,
ventilasi, pembagian ruangan/tata ruang dan pencahayaan.
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan
kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan
dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke
jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
3. SYARAT RUMAH SEHAT
Dalam penilaian rumah sehat menggunakan pedoman checklist menurut
Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan. Sampai saat ini checklist tersebut masih digunakan oleh Dinas
Kesehatan Bantul dan Puskesmas Kretek dalam penilaian rumah sehat, yaitu
mencakup komponen rumah dan syarat rumah sehat, sebagai berikut:
a. Lantai
Syarat rumah yang sehat memiliki jenis lantai yang tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai harus
kuat untuk menahan beban diatasnya, rata, tidak licin, stabil waktu
dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan, dan kedap air. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, untuk rumah bukan
panggung sebaiknya tinggi lantai ± 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan (Adnani,2011)
b. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri,
beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat
memikul beban diatasnya, dinding harus kedap air agar air tanah tidak
meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan
tampak bersih tidak berlumut. Dinding rumah yang terbuat terdiri dari
beberapa macam diantaranya bukan tembok (terbuat dari anyaman
bambu/ilalang), semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak diplester/papan tidak kedap air, dan permanen
(tembok/pasangan batu bata yang diplester), papan kedap air.
c. Langit-langit
Langit-langit di dalam rumah berfungsi untuk mencegah masukknya
debu dan kotoran dari atap ke dalam rumah. Rumah yang sehat
sebaiknya terdapat langit-langit untuk mencegah masuknya debu dan
kotoran ke dalam rumah. Namun kebanyakan rumah dipedesaan belum
memasang langit-langit, dikarenakan belum mengetahui pengaruh dan
fungsi yang sebenarnya dari pemasangan langit-langit di dalam rumah.
d. Pembagian ruang sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
1) Ruang untuk istirahat atau tidur Adanya pemisah yang baik
antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak,
terutama anak berusia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang
cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8m² dan dianjurkan
tidak untuk lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur,
kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
2) Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan
jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk
berhubungan dengan udara luar.
e. Ventilasi
Ventilasi yang benar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai
ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka
dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali
luas lantai ruangan.
2) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan
dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan
sehingga proses aliran udara lebih lancar.
f. Lubang Asap Dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena hasil kegiatan
pembakaran di dalam dapur dapat membawa dampak negatif terhadap
kesehatan. Untuk menciptakan dapur yang sehat adalah dengan
menerapkan sistem ventilasi udara menyilang (cross ventilation
sistem). Sistem ini memanfaatkan perbedaan tekanan di dalam dan luar
ruangan. Udara dari dalam ruangan dipaksa supaya keluar ruangan
untuk digantikan dengan udara baru yang segar.
g. Pencahayaan
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/02/1990 batas
syarat normal suatu ruangan dan memenuhi standar kesehatan antara
50 lux sampai 300 lux. Sedangkan menurut Undang-Undang RI
No.1077/Menkes/Per/V/2011 pencahayaan ruangan diusahakan agar
sesuai dengan kebutuhan untuk melihat benda dan membaca
berdasarkan persyaratan minimal 60 lux. Apabila kurang dari 60 lux
atau lebih dari 300 lux akan menganggu penglihatan pada saat
membaca.
h. Suhu Udara
Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah menurut Permenkes No.
1077/MENKES/PER/V/2011 tentang persyaratan suhu udara di dalam
rumah, yaitu berkisar antara 18˚C-30˚C.
i. Sarana Penyediaan Air
Pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-
kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Untuk keperluan air minum dan masak air harus mempunyai
persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia (Notoatmodjo, 2011).
j. Sarana Pembuangan Tinja
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah:
1) Tertutup sehingga kotoran tidak boleh terbuka sehingga tidak
dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
2) Jarak dari sumber air >10m agar tidak mencemari sumber air
k. Sampah
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai
lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi
dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Pengelolaan sampah yang
baik adalah dengan cara dikumpulkan dan kemudian dilakukan
pengangkutan.
l. Pembuangan Limbah
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
pesyaratan kesehatan perumahan syarat pengolahan air limbah harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber
air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan
tanah.
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan
4. DAMPAK RUMAH TIDAK SEHAT
Kondisi rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan manusia itu sendiri. Salah satu dampak dari rumah tidak
sehat yaitu terserang penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare,
demam berdarah (DB) dan lain sebagainya, terutama pada balita yang masih
rentang terhadap penyakit. Masalah tersebut disebabkan karena belum
terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar sehingga menjadi salah satu penyebab
timbulnya berbagai masalah kesehatan masyarakat. Untuk menghindari
penularan penyakit terutama penyakit berbasis lingkungan dan terjadinya
kecelakaan didalam rumah, maka rumah yang sehat harus dibangun
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari kemungkinan
terjadinya bahaya atau kecelakaan dan penularan penyakit (Sartika, Irviani,
dan Muslihudin, 2018).
5. MANFAAT RUMAH SEHAT
a. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air
bersih, sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan
pemukiman, kemanan makanan, bangunan yang aman terhadap
tranmisi penyakit.
b. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis
dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah,
pencemaran di dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja.
c. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan
mengurangi tekanan jiwa dan sosial akibat rumah.
d. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan
memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan
pekerjaan dekat rumah.
e. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan
kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan
yang maksimum pada penghuninya.
f. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko
tinggi, yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah
substandard, masyarakat yang tersisih dan mobil, manula, penderita
penyakit kronis dan yang cacat
Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air
bersih,
sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan
pemukiman, kemanan
makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi penyakit.
g. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis
dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah,
pencemaran di dalam rumah,
penggunaan rumah sebagai tempat kerja.
h. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan
mengurangi tekanan jiwa dan sosial akibat rumah.
i. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan
memperhatikan
ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan pekerjaan dekat
rumah.
j. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan
kesehatan, yaitu
pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan yang
maksimum pada
penghuninya.
k. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko
tinggi, yakni
anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah substandard,
masyarakat yang
tersisih dan mobil, manula, penderita penyakit kronis dan yang cacat
C. HASIL
Hasil penilaian inspeksi rumah sehat:
Nama KK : Samia
Alamat KK : Labuan Beru
Desa : Mamboro
Kecamatan : Palu Utara
Kota : Palu
Provinsi : Sulawesi Tengah
Tanggal : Selasa, 12 September 2023

NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN


A. Komponen Rumah (31)
1. Langit-langit 0
2. Dinding 93
3. Lantai 62
4. Jendela Kamar Tidur 31
5. Jendela Ruang Keluarga 31
6. Ventilasi 31
7. Lubang Asap Dapur 0
8. Pencahayaan 62
B. Sarana Sanitasi (25)
Sarana Air Bersih 100
1.
(SGL/SPT/PP/KU/PAH)
2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 100
3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 75
Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50
4.
sampah)
C. Perilaku Penghuni (44)
1. Membuka Jendela Kamar 44
2. Membuka Jendela Ruang Kamar 44
3. Membersihkan Halaman Rumah 44
4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 44
TOTAL PENILAIAN 811
Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Samia
bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 811. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah
sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat
yaitu:
a. Rumah sehat : 1989 – 1.302 ( 76% - 100% )
b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76% )
Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Ibu Samia yaitu tidak
memiliki langit-langit dan lubang asap dapur. Timbulnya permasalahan
tersebut karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari pemilik rumah akan
pentingnya memiliki langit-langit dan lubang asap dapur

Hasil penilaian inspeksi rumah sehat:


Nama KK : Selfiana
Alamat KK : Labuan Beru
Desa : Mamboro
Kecamatan : Palu Utara
Kota : Palu
Provinsi : Sulawesi Tengah
Tanggal : Selasa, 12 September 2023

NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN


A. Komponen Rumah (31)
1. Langit-langit 62
2. Dinding 93
3. Lantai 62
4. Jendela Kamar Tidur 0
5. Jendela Ruang Keluarga 31
6. Ventilasi 0
7. Lubang Asap Dapur 0
8. Pencahayaan 62
B. Sarana Sanitasi (25)
1. Sarana Air Bersih 25
(SGL/SPT/PP/KU/PAH)
2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 0
Sarana Pembuangan Air Limbah 75
3.
(SPAL)
Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50
4.
sampah)
C. Perilaku Penghuni (44)
1. Membuka Jendela Kamar 0
2. Membuka Jendela Ruang Kamar 44
3. Membersihkan Halaman Rumah 88
4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 44
TOTAL PENILAIAN 636
Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Selfiana
bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 636. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah
sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat
yaitu:
a. Rumah sehat : 989 – 1.302 ( 76% - 100% )
b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76%)
Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Ibu Selfiana yaitu tidak
memiliki jendela kamar tidur, tidak memiliki ventilasi, dan masalah lainnya
yaitu tidak memiliki lubang asap dapur, tidak memiliki jamban (sarana
pembuangan kotoran) dan tidak membuka jendela kamar. Rumah Ibu Selfiana
tidak memiliki jendela kamar dan ventilasi karena telah tertutup dengan
bangunan rumah lainnya, sedangkan permasalahan jamban karena kurangnya
dana untuk membangun jamban pribadi.

Hasil penilaian inspeksi rumah sehat:


Nama KK : Didi
Alamat KK : Labuan Beru
Desa : Mamboro
Kecamatan : Palu Utara
Kota : Palu
Provinsi : Sulawesi Tengah
Tanggal : Selasa, 12 September 2023

NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN


A. Komponen Rumah (31)
1. Langit-langit 62
2. Dinding 93
3. Lantai 62
4. Jendela Kamar Tidur 31
5. Jendela Ruang Keluarga 31
6. Ventilasi 62
7. Lubang Asap Dapur 0
8. Pencahayaan 62
B. Sarana Sanitasi (25)
Sarana Air Bersih 50
1.
(SGL/SPT/PP/KU/PAH)
2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 100
Sarana Pembuangan Air Limbah 75
3.
(SPAL)
Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50
4.
sampah)
C. Perilaku Penghuni (44)
1. Membuka Jendela Kamar 44
2. Membuka Jendela Ruang Kamar 88
3. Membersihkan Halaman Rumah 88
4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 88
TOTAL PENILAIAN 986
Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Selfiana
bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 986. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah
sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat
yaitu:
a. Rumah sehat : 989 – 1.302 ( 76% - 100% )
b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76% )
Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Bapak Didi yaitu tidak
memiliki lubang asap dapur. Karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan
dari pemilikrumah akan pentingnya memiliki lubang asap dapur di setiap
rumah agar terciptanya rumah sehat.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan inspeksi rumah sehat di 3 KK
yang sudah kami lakukan di wilayah Labuan Beru dapat disimpulkan bahwa
kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sanitasi
rumah yang menjadi faktor penting agar terciptanya rumah sehat.
Dari inspeksi yang kami lakukan terdapat beberapa permasalahan yang
memiliki dampak bagi kesehatan yaitu:
1. Ventilasi
Dampak rumah yang tidak memiliki ventilasi dapat meningkatkan resiko
terjadinya masalah kesehatan seperti infeksi pernafasan dan penyebaran
penyakit yang sangat cepat
2. Langit-langit
Dampak dari rumah yang tidak memiliki langit-langit yaitu rumah dapat
lebih sulit mempertahankan suhu yang nyaman sehingga dapat berdampak
buruk pada kesehatan fisik dan tidur
3. Lubang asap dapur
Rumah yang tidak memiliki lubang asap dapur dapat meningkatkan resiko
masalah pernapasan seperti iritasi tenggorokan, batuk, dan bahkan
penyakit pernapasan kronis pada tingkat yang lebih ekstrem
4. Jamban
Tanpa jamban yang baik, limbah manusia mungkin dibuang secara
sembarangan termasuk ke dalam sumber air seperti sungai atau sumur. Ini
dapat mencemari air dan menyebabkan penyakit menular seperti kolera,
diare dan penyakit lainnya.
E. SARAN
1. Masyarakat sebaiknya membuat ventilasi agar sirkulasi udara didalam
rumah tetap segar dan sehat
2. Masyarakat sebaiknya membuka jendela setiap hari agar terjadi sirkulasi
udara yang baik
3. Sebaiknya masyarakat membuat langit-langit dan dapat membersihkan
minimal setiap 2 minggu sekali agar tetap bersih
4. Masyarakat sebaiknya membuat jamban agar tidak mencemari lingkungan
dan sumber air yang ada disekitar
F. DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo (1998), Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Jakarta: PT.
Alumni.
Budihardjo, Eko, Hardjohubojo, Sudanti (1993), Kota Berwawasan
Lingkungan. Bandung: PT. Alumni. Depkes RI. Keputusan Menteri
Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. Effendi, H., 2003.Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius.
Yogyakarta.
Frick, H dan Suskiyamo (1998), Dasar-Dasar Eko-Arsitektur, Konsep
Arsitektur Berwawasan Lingkungan serta Kualitas Konstruksi dan Bahan
Bangunan untuk Rumah Sehat dan Dampaknya atas Kesehatan Manusia,
Yogjakarta: Kanisius.
Frick, Heinz (1986), Arsitektur dan Lingkungan. Yogjakarta: Kasinus.
Perumahan dan Permukiman. Medan: USU Press.
Frick, Heinz (2006), Membangun, Membentuk, Menghuni: Pengantar
Arsitektur 1.
Mulia, RickinM, 2005. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai