NAMA NIM ANINDITHA.S.SAENG PO7103121016 MOH.ADRI FEBRSIANSYAH PO7103121006
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI DIII-SANITASI TAHUN 2023/2024 A. LATAR BELAKANG Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah harus sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kreteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Arifin, 2009) Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah sebagai suatu kawasan lingkungan pemukiman. Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena beberapa faktor diantaranya tingkat kemampuan ekonomi(pendapatan), pendidikan, pengetahuan dan sikap masyarakat yang rendah.(Notoatmodjo, 2003) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dan mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya. Perlu dilakukan penyehatan lingkungan yang mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya limbah, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang, radiasi, air tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. (Dinkes, 2016) Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi rumah adalah tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dalam mengaplikasikan suatu tindakan atau perilaku yang sehat diperlukan pengetahuan sebagai penunjang yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan rumah. Hal ini sejalan seperti yang di kemukakan effendy (1988:8) “ untuk merubah perilaku seseorang diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan lingkungan, di samping pengetahuan tentang konsep kesehatan lingkungan itu sendiri”. Dengan menguasai berbagai pengetahuan tentang kualitas lingkungan rumah maka di harapkan agar masyarakat dapat melakukan dan menerapkannya di lingkungan sekitar khususnya lingkungan rumah. Hal tersebut sangat penting karena masalah kesehatan tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana seseorang itu berada. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku penghuni dalam menjaga kondisi lingkungan terutama rumahnya(Notoatmodjo, 2010). Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orangtua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2004) B. DASAR TEORI 1. RUMAH SEHAT Rumah sehat adalah tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik rohani maupun sosial (Kasjono, 2011). Menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association) yang dikutip dari Riviwanto, dkk (2011) permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit. Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association) harus memenuhi persyaratan antara lain: 1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 2. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut : a. Bahan bangunan 1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 μg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan. 2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen 2. PARAMETER RUMAH SEHAT Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan yang meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu : a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, pembagian ruangan/tata ruang dan pencahayaan. b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah. c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah. 3. SYARAT RUMAH SEHAT Dalam penilaian rumah sehat menggunakan pedoman checklist menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Sampai saat ini checklist tersebut masih digunakan oleh Dinas Kesehatan Bantul dan Puskesmas Kretek dalam penilaian rumah sehat, yaitu mencakup komponen rumah dan syarat rumah sehat, sebagai berikut: a. Lantai Syarat rumah yang sehat memiliki jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, rata, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan, dan kedap air. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, untuk rumah bukan panggung sebaiknya tinggi lantai ± 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan (Adnani,2011) b. Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut. Dinding rumah yang terbuat terdiri dari beberapa macam diantaranya bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu/ilalang), semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak diplester/papan tidak kedap air, dan permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester), papan kedap air. c. Langit-langit Langit-langit di dalam rumah berfungsi untuk mencegah masukknya debu dan kotoran dari atap ke dalam rumah. Rumah yang sehat sebaiknya terdapat langit-langit untuk mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam rumah. Namun kebanyakan rumah dipedesaan belum memasang langit-langit, dikarenakan belum mengetahui pengaruh dan fungsi yang sebenarnya dari pemasangan langit-langit di dalam rumah. d. Pembagian ruang sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah : 1) Ruang untuk istirahat atau tidur Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak berusia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8m² dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. 2) Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar. e. Ventilasi Ventilasi yang benar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan. 2) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar. f. Lubang Asap Dapur Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena hasil kegiatan pembakaran di dalam dapur dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Untuk menciptakan dapur yang sehat adalah dengan menerapkan sistem ventilasi udara menyilang (cross ventilation sistem). Sistem ini memanfaatkan perbedaan tekanan di dalam dan luar ruangan. Udara dari dalam ruangan dipaksa supaya keluar ruangan untuk digantikan dengan udara baru yang segar. g. Pencahayaan Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/02/1990 batas syarat normal suatu ruangan dan memenuhi standar kesehatan antara 50 lux sampai 300 lux. Sedangkan menurut Undang-Undang RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 pencahayaan ruangan diusahakan agar sesuai dengan kebutuhan untuk melihat benda dan membaca berdasarkan persyaratan minimal 60 lux. Apabila kurang dari 60 lux atau lebih dari 300 lux akan menganggu penglihatan pada saat membaca. h. Suhu Udara Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah menurut Permenkes No. 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang persyaratan suhu udara di dalam rumah, yaitu berkisar antara 18˚C-30˚C. i. Sarana Penyediaan Air Pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan- kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Untuk keperluan air minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2011). j. Sarana Pembuangan Tinja Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah: 1) Tertutup sehingga kotoran tidak boleh terbuka sehingga tidak dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya 2) Jarak dari sumber air >10m agar tidak mencemari sumber air k. Sampah Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengangkutan. l. Pembuangan Limbah Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang pesyaratan kesehatan perumahan syarat pengolahan air limbah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah. 2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan 4. DAMPAK RUMAH TIDAK SEHAT Kondisi rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia itu sendiri. Salah satu dampak dari rumah tidak sehat yaitu terserang penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, demam berdarah (DB) dan lain sebagainya, terutama pada balita yang masih rentang terhadap penyakit. Masalah tersebut disebabkan karena belum terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan masyarakat. Untuk menghindari penularan penyakit terutama penyakit berbasis lingkungan dan terjadinya kecelakaan didalam rumah, maka rumah yang sehat harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan dan penularan penyakit (Sartika, Irviani, dan Muslihudin, 2018). 5. MANFAAT RUMAH SEHAT a. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air bersih, sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan pemukiman, kemanan makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi penyakit. b. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran di dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja. c. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi tekanan jiwa dan sosial akibat rumah. d. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan pekerjaan dekat rumah. e. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan yang maksimum pada penghuninya. f. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko tinggi, yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah substandard, masyarakat yang tersisih dan mobil, manula, penderita penyakit kronis dan yang cacat Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air bersih, sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan pemukiman, kemanan makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi penyakit. g. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran di dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja. h. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi tekanan jiwa dan sosial akibat rumah. i. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan pekerjaan dekat rumah. j. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan yang maksimum pada penghuninya. k. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko tinggi, yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah substandard, masyarakat yang tersisih dan mobil, manula, penderita penyakit kronis dan yang cacat C. HASIL Hasil penilaian inspeksi rumah sehat: Nama KK : Samia Alamat KK : Labuan Beru Desa : Mamboro Kecamatan : Palu Utara Kota : Palu Provinsi : Sulawesi Tengah Tanggal : Selasa, 12 September 2023
NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN
A. Komponen Rumah (31) 1. Langit-langit 0 2. Dinding 93 3. Lantai 62 4. Jendela Kamar Tidur 31 5. Jendela Ruang Keluarga 31 6. Ventilasi 31 7. Lubang Asap Dapur 0 8. Pencahayaan 62 B. Sarana Sanitasi (25) Sarana Air Bersih 100 1. (SGL/SPT/PP/KU/PAH) 2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 100 3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 75 Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50 4. sampah) C. Perilaku Penghuni (44) 1. Membuka Jendela Kamar 44 2. Membuka Jendela Ruang Kamar 44 3. Membersihkan Halaman Rumah 44 4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 44 TOTAL PENILAIAN 811 Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Samia bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 811. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat yaitu: a. Rumah sehat : 1989 – 1.302 ( 76% - 100% ) b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76% ) Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Ibu Samia yaitu tidak memiliki langit-langit dan lubang asap dapur. Timbulnya permasalahan tersebut karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari pemilik rumah akan pentingnya memiliki langit-langit dan lubang asap dapur
Hasil penilaian inspeksi rumah sehat:
Nama KK : Selfiana Alamat KK : Labuan Beru Desa : Mamboro Kecamatan : Palu Utara Kota : Palu Provinsi : Sulawesi Tengah Tanggal : Selasa, 12 September 2023
NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN
A. Komponen Rumah (31) 1. Langit-langit 62 2. Dinding 93 3. Lantai 62 4. Jendela Kamar Tidur 0 5. Jendela Ruang Keluarga 31 6. Ventilasi 0 7. Lubang Asap Dapur 0 8. Pencahayaan 62 B. Sarana Sanitasi (25) 1. Sarana Air Bersih 25 (SGL/SPT/PP/KU/PAH) 2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 0 Sarana Pembuangan Air Limbah 75 3. (SPAL) Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50 4. sampah) C. Perilaku Penghuni (44) 1. Membuka Jendela Kamar 0 2. Membuka Jendela Ruang Kamar 44 3. Membersihkan Halaman Rumah 88 4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 44 TOTAL PENILAIAN 636 Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Selfiana bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 636. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat yaitu: a. Rumah sehat : 989 – 1.302 ( 76% - 100% ) b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76%) Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Ibu Selfiana yaitu tidak memiliki jendela kamar tidur, tidak memiliki ventilasi, dan masalah lainnya yaitu tidak memiliki lubang asap dapur, tidak memiliki jamban (sarana pembuangan kotoran) dan tidak membuka jendela kamar. Rumah Ibu Selfiana tidak memiliki jendela kamar dan ventilasi karena telah tertutup dengan bangunan rumah lainnya, sedangkan permasalahan jamban karena kurangnya dana untuk membangun jamban pribadi.
Hasil penilaian inspeksi rumah sehat:
Nama KK : Didi Alamat KK : Labuan Beru Desa : Mamboro Kecamatan : Palu Utara Kota : Palu Provinsi : Sulawesi Tengah Tanggal : Selasa, 12 September 2023
NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN
A. Komponen Rumah (31) 1. Langit-langit 62 2. Dinding 93 3. Lantai 62 4. Jendela Kamar Tidur 31 5. Jendela Ruang Keluarga 31 6. Ventilasi 62 7. Lubang Asap Dapur 0 8. Pencahayaan 62 B. Sarana Sanitasi (25) Sarana Air Bersih 50 1. (SGL/SPT/PP/KU/PAH) 2. Jamban (sarana Pembuangan Kotoran) 100 Sarana Pembuangan Air Limbah 75 3. (SPAL) Sarana Pembuangan Sampah (tempat 50 4. sampah) C. Perilaku Penghuni (44) 1. Membuka Jendela Kamar 44 2. Membuka Jendela Ruang Kamar 88 3. Membersihkan Halaman Rumah 88 4. Membuang Sampah Ketempat Sampah 88 TOTAL PENILAIAN 986 Berdasarkan hasil penilaian inspeksi rumah sehat atas nama Ibu Selfiana bahwa rumah tersebut mendapatkan hasil penilaian yaitu 986. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah tersebut “Tidak Memenuhi Syarat” kriteria rumah sehat karena < 989. Sedangkan berdasarkan kriteria penilaian rumah sehat yaitu: a. Rumah sehat : 989 – 1.302 ( 76% - 100% ) b. Rumah tidak sehat : < 989 ( 76% ) Permasalahan dari inspeksi penilaian rumah sehat Bapak Didi yaitu tidak memiliki lubang asap dapur. Karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari pemilikrumah akan pentingnya memiliki lubang asap dapur di setiap rumah agar terciptanya rumah sehat. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan inspeksi rumah sehat di 3 KK yang sudah kami lakukan di wilayah Labuan Beru dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sanitasi rumah yang menjadi faktor penting agar terciptanya rumah sehat. Dari inspeksi yang kami lakukan terdapat beberapa permasalahan yang memiliki dampak bagi kesehatan yaitu: 1. Ventilasi Dampak rumah yang tidak memiliki ventilasi dapat meningkatkan resiko terjadinya masalah kesehatan seperti infeksi pernafasan dan penyebaran penyakit yang sangat cepat 2. Langit-langit Dampak dari rumah yang tidak memiliki langit-langit yaitu rumah dapat lebih sulit mempertahankan suhu yang nyaman sehingga dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan tidur 3. Lubang asap dapur Rumah yang tidak memiliki lubang asap dapur dapat meningkatkan resiko masalah pernapasan seperti iritasi tenggorokan, batuk, dan bahkan penyakit pernapasan kronis pada tingkat yang lebih ekstrem 4. Jamban Tanpa jamban yang baik, limbah manusia mungkin dibuang secara sembarangan termasuk ke dalam sumber air seperti sungai atau sumur. Ini dapat mencemari air dan menyebabkan penyakit menular seperti kolera, diare dan penyakit lainnya. E. SARAN 1. Masyarakat sebaiknya membuat ventilasi agar sirkulasi udara didalam rumah tetap segar dan sehat 2. Masyarakat sebaiknya membuka jendela setiap hari agar terjadi sirkulasi udara yang baik 3. Sebaiknya masyarakat membuat langit-langit dan dapat membersihkan minimal setiap 2 minggu sekali agar tetap bersih 4. Masyarakat sebaiknya membuat jamban agar tidak mencemari lingkungan dan sumber air yang ada disekitar F. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo (1998), Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Jakarta: PT. Alumni. Budihardjo, Eko, Hardjohubojo, Sudanti (1993), Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: PT. Alumni. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Effendi, H., 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Frick, H dan Suskiyamo (1998), Dasar-Dasar Eko-Arsitektur, Konsep Arsitektur Berwawasan Lingkungan serta Kualitas Konstruksi dan Bahan Bangunan untuk Rumah Sehat dan Dampaknya atas Kesehatan Manusia, Yogjakarta: Kanisius. Frick, Heinz (1986), Arsitektur dan Lingkungan. Yogjakarta: Kasinus. Perumahan dan Permukiman. Medan: USU Press. Frick, Heinz (2006), Membangun, Membentuk, Menghuni: Pengantar Arsitektur 1. Mulia, RickinM, 2005. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta