Anda di halaman 1dari 12

Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M.

Samroy, Meylia,
Weni

DAMPAK PEMENUHAN SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT

TERHADAP KESEHATAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan


sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih
rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang
nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3)
Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki
penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air
limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi
penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran,
seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng tidak curam, bahaya
kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman
kecelakaan lalu lintas.
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal
yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah,
tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga,
tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga
merupakan status lambang sosial. Perumahan merupakan kebutuhan dasar
manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu
pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan
tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari kesehatan
masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi
syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Jika suatu rumah tidak
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

memenuhi syarat-syarat rumah sehat maka dapat berdampak pada banyak hal,
baik secara kesehatan jasmani maupun rohani.
Dampak pemenuhan syarat-syarat rumah sehat terhadap kesehatan yaitu
meningkatnya derajat kesehatan penghuni rumah secara fisik dan psikologi.

B. Tujuan

1. Memahami Arti Rumah Sehat

2. Mengetahui indikator penilaian rumah sehat

3. Mengidentifikasi dampak rumah tidak sehat

4. Menganalisis dampak pemenuhan syarat-syarat rumah sehat terhadap


kesehatan

C. Manfaat

Mahasiswa mampu memahami konsep rumah sehat dan mengetahui


penilaian rumah sehat serta manfaat pemenuhan syarat-syarat sumah sehat
terhadap kesehatan penghuni rumah.
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sehat

Menurut Dinas Perumahan dan Pemukiman RI (2008), rumah adalah


rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah
dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Rumah sehat adalah tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk


beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik
rohani maupun sosial.

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan


determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan
merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar
perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan
yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan
prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi
pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger
and Higgins, 2002).

Rumah sehat yaitu rumah yang memiliki prasarana dan sarana yang
baik, serta melindungi penghuni rumah dari bahaya dan gangguan kesehatan
sehingga memberikan rasa nyaman pada seluruh anggota penghuni rumah.

B. Indikator Penilaian Rumah Sehat

Menurut WHO (2001) mengemukakan beberapa prinsip standar rumah


sehat yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, yaitu terdiri atas :

1. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum,


Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

sistem sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan


domestik, penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang
aman dengan memberi perlindungan
2. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis
dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah,
polusi udara dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian
pada penggunaan rumah sebagai tempat bekerja
3. Stress psikologis dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi
privasi, nyaman, member rasa aman pada individu, keluarga dan akses
pada rekreasi dan sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi

Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan


ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
sempadan jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah terbakar dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Pada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Depkes RI tahun 2007, Pedoman teknis ini disusun berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap
kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadap


Lingkungan (45%), Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan
(5%).

Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan


diabaikan, sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan
sebagai berikut :

1. Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31

2. Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 2

3. Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44

Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang


merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai
berikut :

1. Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.

2. Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.

Kelompok komponen rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah


sehat menggunakan indikator komponen sebagai berikut langit-langit,
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang
asap dapur, pencahayaan, kandang, pemanfaatan pekarangan dan kepadatan
penghuni.

Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat


menggunakan Indikator sarana sebagai berikut sarana air bersih, jamban,
sarana pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah.

Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi beberapa


parameter sebagai berikut: kebiasaan mencuci tangan, keberadaan tikus dan
keberadaan jentik.
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

C. Dampak Rumah Tidak Sehat

Rumah tidak sehat adalah konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan yang dapat menjadi faktor risiko penularan
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Rumah yang tidak memenuhi syarat
dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan,
seperti :

1. Infeksi saluran napas akut dan kronis

Masalah yang lingkungan yang relevan mendukung terjadinya infeksi


saluran pernapasan akut dan kronik adalah polusi udara dalam rumah dan
kepadatan hunian yang tidak sesuai dengan luas rumah hunian. Hal ini dapat
dicegah dengan cara melakukan peningkatan ventilasi, pengaturan letak
dapur, dan pengaturan cahaya dalam rumah. Contoh: common cold, TBC,
influenza, campak,batuk rejan (pertusis), dan sebagainya.

2. Infeksi pada kulit

Contoh: skabies, ring worm, impetigo, dan lepra.

3. Infeksi akibat infestasi tikus

Contoh: pes dan leptospirosis.

4. Arthropoda

Contoh: infeksi saluran pencernaan(vektor lalat), relapsing fever(kutu


busuk), dan dengue, malaria, serta kaki gajah(vektor nyamuk).

5. Kecelakaan

Contoh: bangunan runtuh, terpeleset, patah tulang,dan gegar otak.


Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

6. Mental

Contoh: Neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis, dan ulkus


peptikum.

7. Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome)

Sindroma ini merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh sese orang
yang bekerja di kantor atau tinggal di apartemen dengan bangunan tinggi
dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara yang menyebabkan
keluhan iritasi dan kering pada mata, kulit, hidung, tenggorokan disertai sakit
kepala, pusing, rasa mual, mu ntah, bersin dan kadang disertai nafas sesak.
Keluhan ini biasanya tidak terlalu berat walaupun bisa menetap sampai 2
minggu, sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Penyebab terjadinya Sindroma Gedung Sakit berkaitan sangat erat


dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai Soedjajadi Keman,
Kesehatan Perumahan 33 karena kurangnya udara segar masuk ke dalam
ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta kurang baiknya
perawatan sarana ventilasi

8. Diarrhea (diare)

Penyakit diare dapat disebabkan karena masalah sanitasi yang tersedia,


penyediaan air bersih, dan hygiene lingkungan yang tidak dijaga. Hal ini
dapat dicegah dengan melakukan peningkatan kulaitas dan kuantitas air
bersih, meningkatkan keterjangkauan dan jaminan suplai air, peningkatan
sanitasi dan kebirsihan diri.

9. Cacing usus

Cacing usus dapat menyebabkan terjadinya sakit perut yang selanjutnya


dapat mengakibatkat penyakit diare ataupun yang lainnya. Hal ini dapat
diakibatkan karena kurangnya menjaga personal hyigene ataupun kebiasaan
jajan sembarangan. Dapat diatasi dengan pelaksanaan yang sama seperti
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

pencegahan penyakit diare serta lebih berhati-hati dalam mengolah atau


memilih makanan yang akan dikonsumsi

10. Malaria dan Demam Berdarah

Masalah lingkungan yang relevan mengakibatkan penyakit malaria


adalah bermasalahnya penyediaan air bersih atau tempat penampungan air
yang tidak ditutup/dikuras. Kurangnya kebersihan dalam pengolahan sampah.
Cara pencegahannya dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan
manajemen air, menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk,
menggunakan kelambu.

11. Penyakit tropik (Schistommiasis trypanosomiasis dan filariasis)

Kurangnya penyediaan sanitasi dan buruknya pengolahan sampah


dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit sehingga dapat
menimbulkan penyakit tropik. Hal ini dapat dicegah dengan cara mengurangi
kontak dengan air yang terinfeksi dan memfilter air.

12. TBC

Kepadatan penghuni rumah dapat mempermudah penyebaran penyakit


TBC, sehingga kuantitas penghuni rumah haru s diperhatikan sesuai dengan
luas rumah tersebut.

13. Campak

Kepadatan hunian merupakan persemaian subur bagi virus, sekaligus


sarana eksperimen rekayasa genetik secara ilmiah (Acmadi, 2008). Virus
campak sangat mudah menular terutama jika ventilasi ruangan dan
pencahayaan tidak baik.

D. Dampak pemenuhan syarat-syarat rumah sehat terhadap kesehatan

Untuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus


memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara,
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

kebisingan, getaran dan radiasi, sarana dan prasarana lingkungan (saluran air,
pembuangan sampah, jalan, tempat bermain, dan sebagainya), binatang
penular penyakit (vektor), dan penghijauan. Rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal tetapi juga tempat berkumpul keluarga dan tempat untuk
melakukan kegiatan pembinaan keluarga.

Rumah yang sehat sangat berdampak terhadap kesehatan keluarga,


namun dari sekian banyak rumah masih sedikit rumah yang memenuhi
persyaratan rumah sehat. Kondisi lingkungan rumah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat menimbulkan terjadinya berbagai jenis gangguan.
Beberapa jenis gangguan penyakit yang mungkin timbul berkaitan dengan
penyediaan air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah dan pembuangan
air Iimbah dapat menyebab penyakit seperti diare, infeksi kulit, pharingitis,
demam berdarah serta beberapa penyakit. Namun apabila rumah kita sudah
sehat tidak akan lagi ada penyebaran penyakit di rumah dan kondisi tubuh kita
akan terjaga.

Adapun dampak dari pemenuhan syarat-syarat rumah sehat adalah :

1. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air


bersih, sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan
pemukiman, keamanan makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi
penyakit.

2. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis


dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran di
dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja.

3. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi


tekanan jiwa dan sosial akibat rumah.

4. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan


memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan pekerjaan
dekat rumah. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

meningkatkan kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak


kesehatan yang maksimum pada penghuninya.

5. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko tinggi,


yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah substandard,
masyarakat yang tersisih dan manula, penderita penyakit kronis dan yang
cacat.

6. Penyebarluasan pentingnya aspek kesehatan rumah sehingga yang


berwenang dapat memasukkan aspek-aspek kesehatan tersebut ke dalam
kebijakan pembangunan pemukiman.

7. Meningkatkan kebijakan sosial ekonomi yang menunjang tata guna tanah


dan pemukiman sehingga kesehatan fisik, mental dan sosial dicapai secara
maksimal.

8. Meningkatkan proses pembangunan sosial ekonomi; mulai dari


perencanaan, pengelolaan, pengaturan tata guna tanah derah urban,
peraturan pemukiman, desain dan kotruksi rumah, pelayanan terhadap
masyarakat dan pemantauan yang kontinu.

9. Meningkatan penyuluhan serta kualitas profesi kesehatan masyarakat dan


profesi yang membangun pemukiman; penyediaan perumahan dan
penggunaan rumah untuk meningkatkan kesehatan.

10. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan


pemukiman secara swadaya, gotong royong dan koperatif.
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

DAFTAR PUSTAKA

Evierni, Yoselisa. Maret 2010. “Perumahan dan Kesehatan”. Jurnal


Kesehatan Bina Husada vol. 6 No.1. http://bpm.binahusada.org/userfiles/Jurnal
%20Bina%20Husada%202015%20yoselisa.pdf

Fitri, J. 2012. “Analisis faktor-faktor resiko kecacingan murid sekolah


dasar”. Jurnal ilmu lingkungan. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=31889&val=2277

Fitriani, Annisa. 2008. “Rumah Sederhana Sehat” Jurnal Kesehatan


http://www.lib.ui.ac.id

Gunawan,Rudy.2012 . Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta. Penerbit


Kanisius.

http://poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20KESEHATAN
%20LINGKUNGAN/V4N2/Sang%20Ketut%20Juniartha1%29,H.M.%20Choirul
%20Hadi2%29,%20Nengah%20Notes3%29.pdf

Juniarta, Sang Ketut.November 2014. “Hubungan antara luas dan posisi


ventilasi rumah dengan kejadian ISPA”. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 no
2,: 169 174.
Keman, Soedjajadi. 2005. “kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman”. Jurnal kesehatan lingkungan Vol.2, No.1 :29 -42

Mariance, Delvina. 2013, “Hubungan antara sanitasi lingkungan lingkungan


rumah dan kejadian penyakit diare pada balita dengan status gizi balita”.
Ejournal Vol 8, No 1, http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/69

Nurjanah, Eka. 2011. “Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Rumah


Sehat”. http;//e-journal.akbid-purworejo.ac.id

Pitri, Melisah. 2013. “Hubungan karakteristik rumah dengan kejadian


penyakit tuberkulosis paru”. Jurnal kesehatan lingkunagan dan keselamatan kerja
Vol.2, No.2. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1219
Putri lestanti, Astri Sundari, Ifa Agustina, Wahyuningtyas, M. Samroy, Meylia,
Weni

Praditya, Sofie, 0ktober 2013, “Gambaran sanitasi lingkungan rumah tinggal


dengan kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD)”.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5582
Rahmah, Nur. 2015. “Hubungan karakteristik kepala keluarga dengan rumah
sehat”. http;//eprints.ums.ac.id

Rahmah, Umi Dyah Muji Nur, (2015). “Hubungan Karakteristik Kepala


Keluarga dengan Rumah Sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo.” Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Htpp;//eprints.ums.ac.id

Ramadhani, tri dan Yunianto, Bambang. 2010. “Kondisi lingkungan


pemukiman yang tidak sehat beresiko terhadap kejadian leptospirosis”. Suplemen
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XX.
http;//ejournal.litbang.depkes.go.id
Supraptini, Bul. Pend. Kesehatan, Vol. 35, No. 4,2007: 187-196,
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/2151/1134

Yuliana, Amanda. 2014. “Hubungan lingkungan rumah dan status imunisasi


terhadap kejadian kasus campak pada balita”. Jurnal kesehatan dan keselamatan
kerja Vol. 3, no.2. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/issue/view/554

Yusup, Nur Rahmad. Januari 2005 “Hubungan Sanitasi Rumah Secara fisik
dengan kejadian ISPA pada Balita”. Journal kesehatan lingkungan, VOL.1, NO.2.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-02.pdf.

Zulkarnaini, Siregar. 2009. “Hubungan kondisi sanitasi lingkungan rumah


tangga dan keberadaan jentik vektor dengue di daerah rawan demam dengue”.
Jurnal kesehatan vol.3, no.2.
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/view/324

Anda mungkin juga menyukai