Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PERENCANAAN SALURAN BUANG

5.1 Modulus Drainase


5.1.1 Data Hujan Maksimum 3 Hari Periode Ulang 5 Tahun

Dalam perancangan saluran drainase, data hujan harian maksimum dengan periode ulang
5 tahun selama 10 tahun dibutuhkan. Untuk mengubah hujan bulanan menjadi hujan
harian, hujan bulanan dibagi jumlah hari dalam 1 bulan(asumsi hujan terjadi setiap hari).
Kemudian 3 data hujan harian tertinggi setiap tahunnya diambil. Data-data tersebut
kemudian diurutkan (per kolom) dari terbesar ke terkecil dan diolah menjadi hujan harian
periode ulang 5 tahun dengan metoda Weibul. Tindakan ini diambil karena dalam
pengerjaan laporan ini, data hujan maksimum harian tidak tersedia, sehingga asumsi
hujan bulanan (tabel 2.2.14) diubah menjadi hujan harian kemudian diolah menjadi hujan
3 harian diperbolehkan dan digunakan. Berikut flashback tabel 2.2.14. Dengan
menggunakan metode weibul tersebut maka disapatkan hasil data hujan harian
maksimum dengan periode ulang 5 tahun selama 10 tahun sebagai berikut:

Tabel 5.1.1 Data hujan harian selama 10 tahun


mm/hari Bulan
Tahun Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli AgustusSeptemberOktober NovemberDesember
1971 11,19 11,11 7,32 1 6,39 0,43 0,8 0,29 0,63 23,39 8,93 9,81
1972 8,16 10,79 8,19 5,1 3,52 0 0 0 0 0 5,13 8,35
1973 12,61 5,39 8,61 9,47 10,26 9,87 4,5 1 3,03 10,71 12,63 9,74
1974 5,81 12,11 3,74 1,87 8,1 0,43 1,73 6,42 5 17,65 17,73 8,39
1975 8,81 17,43 19,29 8,93 3,39 0 0 0 0 0 5,5 5,94
1976 6,61 6,07 8,94 12,57 0 0 0 0 0 3,45 6,67 0,39
1977 8,03 4,82 6,1 3,23 0 3,33 0 0 0,17 0,23 7 6,29
1978 8,29 4,5 7,61 2,6 8,58 22,2 13,63 1,35 1,77 7,1 0,4 11,74
1979 15,74 6,04 12,35 7,77 15,9 11,53 0,3 2,06 1,77 3,74 3,17 10,16
1980 3,32 3,07 4,06 9,2 2,16 1,67 0 1,65 0 0 0 0

114
Tabel 5.1.2 Data Hujan Harian Maksimum selama 10 tahun
mm/hari
1971 11,19 11,11 23,39
1972 10,79 8,19 8,35
1973 12,61 10,71 12,63
1974 12,11 17,65 17,73
1975 17,43 19,29 8,93
1976 8,94 12,57 6,67
1977 8,03 7,03 6,29
1978 22,2 13,63 11,74
1979 15,74 12,35 15,9
1980 3,32 4,06 2,16

5.1.3 Data Curah Hujan Harian Maksimum dengan Periode Ulang


Curah Hujan Harian (mm) Periode
1 22,2 19,29 23,39 11
2 17,43 17,65 17,73 5,5
3 15,74 13,63 15,9 4
4 12,61 12,57 12,63 2,75
5 12,11 12,35 11,74 2,2
6 11,19 11,11 8,93 2
7 10,79 10,71 8,35 2
8 8,94 8,19 6,67 1.375
9 8,03 7,03 6,29 1
10 3,32 4,06 2,16 1,1

Periode ulang dapat dihitung dengan menggunakan hubungan peluang(P) dengan


periode(T)
𝑚 1 𝑛+1
𝑃= ;𝑇 = =
𝑛+1 𝑃 𝑚
P= probalitas
T= periode ulang
m= nomor urut
n= jumlah data
(Sumber: buku hidrologi terapan karya bambang triatmodjo hal:237)

Untuk memperoleh data hujan harian periode ulang 5 tahun, maka forecast dilakukan
pada data dengan periode ulang 5.5 dan 3 tahun.

115
5.1.4Data Curah Hujan Maksimum 3 Hari dan 3 Harian (T=5 Tahun)
Curah Hujan Harian (mm) Periode
16,97 16,55 17,23 5
Curah Hujan Max 3 Harian
50,75

3 Data hujan harian yang diperoleh dari forecast, kemudian dijumlahkan untuk
mendapatkan curah hujan 3 harian. Setelah data curah hujam maksimum 3 harian,
Modulus Drainase dapat ditentukan.

5.1.2 Menentukan Modulus Drainase


Nilai modulus drainase (Dm) dihitung dengan
𝐷(3)
𝐷𝑚 = 𝑙/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/ℎ𝑎
3 𝑥 8.64
Dm= Modulus pembuang, l/det.ha
D(3) = Limpasan pembuang permukaan selama 3 hari,
mm1 mm/hari= 1/8,64l/dt.ha
(Sumber: Jurnal Perhitungan drainase)

dan D(3) adalah


(3) = (3)5 + 3(𝐼𝑅 − 𝐸𝑇 − 𝑃) – 𝛥𝑆

dengan:
 Curah hujan maksimum 3 harian: 𝑅(3)5 = 50.75𝑚𝑚
 Debit buangan dari saluran irigasi: 𝐼𝑅 = 0 𝑚𝑚
(saluran beri didesain tidak berhungan saluran drainase, sehingga tidak ada air
dari saluran beri yang dibuang langsung ke drainase)
 Perkolasi: 𝑃 = 0 (𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎h)

116
(diasumsikan P=0 untuk dataran rendah<200m dari permukaan laut dan P=3
untuk dataran tinggi)
𝐸𝑇 = 4.48𝑚𝑚/h𝑎𝑟𝑖

 ET = Evapotranspirasi harian rata-rata daerah sawah


 Tampungan: 𝛥𝑆 = 30 𝑚𝑚
sehingga:
(3) = (3)5 + 3(𝐼𝑅 − 𝐸𝑇 − 𝑃) − 𝛥𝑆
(3) = 50.75 + 3(0 − 4.48 − 0) − 30
(3) = 7.33 𝑚𝑚/h𝑎𝑟𝑖

Kemudian Dm
𝐷(3) 7.33
𝐷𝑚 = = = 0.283𝑙/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/ℎ𝑎
3 𝑥 8.64 3 𝑥 8.64

5.2 Perancangan Saluran Buang Tersier

Perancangan saluran buang, kurang lebih mengikuti langkah perhitungan yang sama
dengan perancangan saluran beri, kecuali perhitungan debit saluran. Debit saluran
drainase dirumuskan sebagai:
𝑄𝑑 = 1.62 × 𝐷𝑚 × 𝐴0.92

Qd= debit pembuangan,I/det


Dm= modulus pembuangan, I/det.ha
A= Luas daerah yang di buang airnya,ha

(sumber: Jurnal kajian desain drainase)

Contoh perhitungan:
Saluran buang tersier pada petak B3 ka(A= 58.5 ha)

117
𝑄𝑑 = 1.62 × 0.283 × 58.50.92
𝑄𝑑 = 0.019 𝑚3/ 𝑠

Kemudian, perancangan dimensi saluran melalui langkah-langkah ini:


1. Menentukan kemiringan saluran(I) diukur langsung dengan membagi beda tinggi
hulu dan hilir saluran dengan panjang saluran
2. Menentukan muka air awal, untuk pertama kali dilakukan asumsi, setelah itu
ditentukan dengan menggunakan analisis “Goal Seek” hingga didapat h0-h1=0

3. Menentukan kecepatan air dengan menggunakan rumus Strickler


𝑣0 = 𝑘𝑅 𝑟 / /√
k= Koefisien stickler
R= Jari-Jari perbandingan luas tampang (A) dan keliling basah (P) = A/P
I= Kemiringan saluran

(Sumber: Scribd metode stickler )

4. Menentukan luas basahan saluran


Q
𝐴0 =
𝑣0
𝑄 = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎(𝑚3/det)
𝐴 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔(𝑚2)
V0= kecepatan aliran air (m/det)

(Sumber; Jurnal persamaan bentuk saluran)

5. Menentukan h1
𝐴
ℎ1 =
𝑚+𝑛
Jika |h1-h0| < 0.005 maka h1=hrencana
Jika |h1-h0| < 0.005 maka ambilah h1 sebagai kedalam air andaian yang baru dan
hitunglah kembali prosedur sampai |h1-h0| < 0.005

(Sumber: Jurnal Dimensi saluran)

6. Lakukan goalseek sehingga ditemukan h1-h0 = 0 dengan mengganti nilai h0


7. Lebar bawah 𝑏 = 𝑛0
b= Lebar bawah
h= ketinggian
(Sumber: Jurnal Hidrologi terapan)

8. Tinggi freeboard (F) mengikuti tabel 4.1.2


9. Tinggi saluran 𝐻 = 0 + 𝐹

118
H= tinggi saluran
h= ketinggian
F= tinggi freeboard
(Sumber: Scribd Penentuan Hidrologi)

10. Lebar Atas 𝐵 = 𝑏 + 2. 𝑚. ℎ0

Hasil rancangan saluran buang tersier ditunjukkan pada tabel berikut:

119
5.3 Perancangan Saluran Buang Sekunder

Jika suatu petak tidak berada di dekat sungai, maka saluran pembuang tersier akan
membuang airnya ke saluran pembuang sekunder sebelum mencapai pembuangan
utama. Lokasi menjadi faktor utama uang mempengaruhi desain saluran buang,
apakah saluran tersier membuang ke saluran sekunder/primer sebelum pembuangan
utama atau langsung ke sungai. Berikut akan ditunjukkan peta rancangan sawah
dengan saluran buang. Ada 7 saluran pembuang utama, yakni: Saluran Pembuang
Utama Buluh(B), Saluran Pembuang Utama Dlangu(D), Saluran Pembuang Utama
Rejo(R), Saluran Pembuang Utama Lereng(L), Saluran Pembuang Utama
Wolojurutengah(W), Daluran Pembuang Utama Pesisir(P) dan Saluran Pembuang
Utama Jali(J) yang kemudian memberi nama pada saluran-saluran pembuang primer,
sekunder dan tersier lainnya. Sama seperti dalam desain saluran sekunder, debit
saluran perlu dihitung dan diakumulasikan per ruas saluran sekunder yang melayani
sejumlah saluran buang tersier.

120
Tabel 5.1 Perhitungan Debit Saluran Buang Sekunder dan Nilai I tiap Ruas
Saluran Sekunder

Drainase Drainase Q
NO Petak I
Tersier Sekunder m3/s

1 B1 ki1 dR D5 d2 0.02696064
dR Dlangu 5 d1
2 B1 ki2 dR D5 d2 R1 0.0480732 0.0006

3 R2 ka dR D2 d2 R3 0.0193284 0.0018

4 G1 ka dR D2 d2 dR Dlangu 2 d1 R2 0.03307304 0.001

5 Gr1 ki2 dR D2 d1 R1 0.06611304 0.001

6 TR2 ka dR R1 d2 R2 0.01823808 0.0017


dR Rejo 1 d1
7 TR3 ka dR R1 d2 R1 0.04648728 0.0076

8 G2 ki dR L2 d2 R3 0.02299584 0.0019

9 T1 ki dR L2 d2 dR Lereng 2 d1 R2 0.051212 0.001453

10 T2 ki dR L2 d2 R1 0.0720272 0.002083

11 G2 ka dR L1 d2 0.02448264 0.0019

12 Ta1 ki1 dR L1 d2 dR Lereng 1 d1 R2 0.0237888 0.0026

13 T1 ka dR L1 d2 R1 0.01661912 0.0017

14 Tg1 ki dR W1 d2 R5 0.0251104 0.0006

15 L1 ki dR W1 d2 R4 0.03304 0.001

16 L2 ki dR W1 d2 dR Wolojuru 1 d1 R3 0.03228008 0.001

17 L3 ki1 dR W1 d2 R2 0.0213108 0.001

18 L3 ki2 dR W1 d2 R1 0.03092544 0.001

19 Ts2 ka2 dR P1 d2 R4 0.03304 0.001

20 Ts2 ka1 dR P1 d2 dR Pesisir 1 d1 R3 0.01463672 0.001

21 Ts1 ki2 dR P1 d2 R2 0.0267624 0.001

121
22 Ts1 ki1 dR P1 d2 R1 0.0267624 0.001

23 TP4 ki TP4 ki R2 0.0327096 0.0023


dR Jali 3 d2
24 TP3 ki TP3 ki R1 0.0312228 0.001

25 K1 k2 K1 ki2 R4 0.024984848 0.0015

26 TP1 ka TP1 ka R3 0.0135464 0.001


dR Jali 3 d2
27 TP3 ka TP3 ka R2 0.018198432 0.0021

28 Tu1 ki Tu1 ki R1 0.0158592 0.0017

29 Tu1 ka Tu1 ka dR Jali 3 d2 R1 0.0237888 0.001

30 K2 ki K2 ki R7 0.0307272 0.001747

31 Te1 ki Te1 ki R6 0.0224672 0.0014

32 Te2 ki1 Te2 ki1 R5 0.0191632 0.0013

33 Te2 ki2 Te2 ki2 dR Jali 2 d1 R4 0.02286368 0.0023

34 TR1 ki TR1 ki R3 0.03304 0.002

35 TR2 ki TR2 ki R2 0.02299584 0.0018

36 TR3 ki TR3 ki R1 0.02365664 0.001

37 D1 ka D1 ka R2 0.01962576 0.0013
dR Jali 1 d1
38 TR4 ki TR4 ki R1 0.02550688 0.001

Perancangan dimensi saluran buang sekunder mengkuti langkah-langkah yang sama


seperti pada perancangan saluran lainnya.

122
Tabel 5.2 Desaine Saluran Buang Sekunder

123
5.4 Perancangan Saluran Buang Primer

Saluran buang primer adalah saluran buang yang menerima air buangan dari 2
saluran sekunder atau lebih. Perancangan dimensi saluran primer mengikuti
langkahlangkah perhitungan pada perancangan dimensi saluran lainnya. Debit
pada salurna primer dihitung dengan aturan akumulasi debit buangan yang harus
dialirkan saluran buang primer tiap ruasnya.

Tabel 5.3 Perhitungan Debit Saluran Buang Primer dan Kemiringan Saluran (I)
Q
Drainase Primer Ruas Saluran I
m3/s

R1 0.1428 0.001

dR Jali 3 d1 R2 0.1106 0.001

R3 0.0192 0.001

Tabel 5.4 Desaine Saluran Buang Primer

Q
Saluran Primer Ruas m n(b/h) h0(m) b0(m) R(m) K I V'(m/s) A0(m2) h1(m) h1-h0 b(m) F(m) d(m) B(m)
m3/s
dR Jali 3 d1 R3 0,02 1 1 0,2 0,2 0,1 35 0,001 0,238452 0 -0,2 0,2 0,4 0,6 0,2
R2 0,11 1 1 0,38 0,38 0,2 35 0,001 0,378519 0 -0,38 0,38 0,4 0,78 0,38
R1 0,14 1 1 0,42 0,42 0,22 35 0,001 0,403351 0 -0,42 0,42 0,4 0,82 0,42

124
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan
daerah irigasi Kali Jali, dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut.

1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Kali Jali dan sekitarnya
adalah sistem irigasi gravitasi.

2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.

3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 3972.7 ha.

4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 58 petak dengan luas masing-
masing petak antara 50 ha hingga 100 Ha.

5. Perencanaan saluran meliputi 1 saluran primer, 8 saluran sekunder dan 58


saluran tersier. Kebutuhan air setiap hektar sebelum disesuaikan dengan efisiensi
tiap saluran direncanakan sebesar 1.76 l/det/ha.

6.2 Saran

Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai berikut.

1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka perlu
2. diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat pada kenyataan
dilapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di mana semua kebutuhan air
untuk semua areal sawah bisa dipenuhi secara bersamaan.

125

Anda mungkin juga menyukai