Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN RUMAH SEHAT

A. Pengertian Rumah Sehat


Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan
rumah di lingkungan sekitarnya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungna yang
memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan
tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan
perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan.

B. Syarat-Syarat Rumah Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan
yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan
lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat
diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyrakat.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut:
1.        Lokasi
a.    Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
b.    Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang
c.    Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan.

2.        Kualitas Udara


Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun
dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a.    Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b.    Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c.    Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d.   Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3.        Kebisingan dan Getaran


a.    Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b.    Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4.        Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman


a.    Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b.    Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c.    Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d.   Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg

5.        Prasarana dan Sarana Lingkungan


a.    Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan.
b.    Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
c.    Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan
penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan
jalan tidak menyilaukan mata.
d.   Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan
e.    Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
f.     Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.
g.    Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h.    Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6.        Vektor Penyakit


a.    Indeks lalat harus memenuhi syarat
b.    Indeks jentik nyamuk dibawah 5%

7.        Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan
juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut (PPM & PL, 2002) :
1.        Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2.        Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3.        Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4.        Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan
jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko


kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek
yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain :
1.        Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
2.        Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
3.        Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas
4.        Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat terhindari.

Parameter Penilaian Rumah Sehat


Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah,
sarana sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai berikut :
1.      Kelompok komponen rumah, meliputi :
a.       Langit-langit
b.      Dinding
c.       Lantai
d.      Jendela kamar tidur
e.       Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
f.       Ventilasi
g.      Sarana pembuangan asap dapur
h.      Pencahayaan
2.      Kelompok sarana sanitasi, meliputi :
a.       Sarana Air Bersih
b.      Sarana Pembuangan Kotoran
c.       Sarana Pembuangan Air Limbah
d.      Sarana Pembuangan Sampah

3.      Kelompok Perilaku Penghuni


a.       Membuka jendela kamar tidur
b.      Membuka jendela ruang keluarga
c.       Membersihkan rumah dan halaman
d.      Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
e.       Membuang sampah pada tempat sampah

Cara Penilaian Rumah Sehat


1.    Penilaian rumah
Penilaian rumah perlu ditentukan nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat
dan bobot pada kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku
penghuni.
Nilai minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter
adalah sebagai berikut :
a.         Nilai minimum dari kelompok komponen rumah adalah :
1)        Langit-langit                                  =   2
2)        Dinding                                         =   2
3)        Lantai                                            =   2
4)        Jendela kamar tidur                       =   1
5)        Jendela ruang keluarga                  =   1
6)        Ventilasi                                        =   1
7)        Sarana pembuangan asap dapur    =   2
8)        Pencahayaan                                  =   2
b.        Nilai minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah :
1)      Sarana air bersih ( SGL/SPT/PP/KU/PAH)     =   3
2)      Jamban ( sarana pembuangan kotoran )           =   2
3)      Sarana pembuangan air limbah ( SPAL )         =   2
4)      Sarana pembuangan sampah                            =   2

c.         Perilaku
Untuk perilaku tetap dikenakan nilai maksimum karena perilaku sangat berperan
untuk mencapai rumah sehat.
2.    Pemberian Nilai
a.       Komponen rumah
1)        Langit-langit
0      =   Tidak ada
1      =   Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2      =   Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
2)        Dinding
1      = Bukan tembok ( terbuat dari anyaman bambu atau ilalang )
2      =   Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang  tidak
kedap air
3      =   Permanen ( tembok, pasangan batu bata atau batu yang diplester), papan
kedap air.
3)        Lantai
0      =   Tanah
1      =   Papan/anyaman bambu yang dekat dengan tanah/plesteran yang retak/
berdebu
2      =   Diplester/ubin/keramik/papan/rumah panggung
4)        Jendela kamar tidur
0      =   Tidak ada
1      =   Ada
5)        Jendela ruang keluarga
0      =   Tidak ada
1      =   Ada
6)        Ventilasi
0      =   Tidak ada
1      =   Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai
2      =   Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
7)        Sarana pembuangan asap dapur
0      =   Tidak ada
1      =   Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur
2      =   Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% luas lantai dapur ( asap keluar dengan
sempurna atau ada exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis )
8)        Pencahayaan
0      =   Tidak terang, tidak bisa dipergunakan untuk membaca
1      =   Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca normal
2      =   Terang dan tidak silau sehingga dapa dipergunakan untuk membaca dengan
normal

b.      Sarana Sanitasi


1)        Sarana Air Bersih ( SGL/SPT/PP/KU )
0   =   Tidak ada
1   = Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2   =   Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
3   = Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4   =   Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

2)        Jamban ( Sarana Pembuangan Kotoran )


0   =   Tidak ada
1   =   Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
2   =   Ada, bukan leher angsa ada tutup ( leher angsa ), disalurkan ke
sungai/kolam
3   =   Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank
4   = Ada, leher angsa, septic tank
3)        Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
0   =   Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
1   =   Ada, diresapkan mencemati sumber air ( jarak dengan sumber air  < 10 m)
2   =   Ada, dialirkan ke selokan terbuka
3   = Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air ≥
10 m)
4   = Ada, dialirkan ke selokan tertutup ( saluran kota ) untuk diolah lebih lanjut
4)        Sarana Pembuangan Sampah ( Tempat Sampah)
0   = Tidak ada
1   = Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
2   = Ada, kedap air dan tidak tertutup
3   = Ada, kedap air dan bertutup

c.       Perilaku Penghuni


1)        Membuka jendela kamar tidur
0   =   Tidak pernah dibuka
1   =   Kadang-kadang
2   =   Setiap hari dibuka

2)        Membuka jendela ruang keluarga


0   =   Tidak pernah dibuka
1   =   Kadang-kadang
2   =   Setiap hari dibuka
3)        Membersihkan rumah dan halaman
0      =   Tidak pernah
1   =   Kadang-kadang
2      =   Setiap hari
4)        Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
0   =   Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1   =   Kadang-kadang dibuang ke jamban
2   =   Setiap hari di buang ke jamban
5)        Membuang sampah pada tempat sampah
0   =   Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan
1   =   Kadang-kadang dibuang ke jamban
2   =   Setiap hari di buang ke jamban
Untuk penjelasan selanjutnya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Hasil Penilaian Rumah = Nilai x Bobot

                                                                                                   

Hasil penilaian rumah didapat :


1.      Rumah Sehat                   =   1068 – 1200
2.      Rumah Tidak Sehat         =   < 1068
3.      Pembobotan
Pembobotan terhadap kelompok rumah, kelompok sarana sanitasi dan kelompok
perilaku penghuni berdasarkan teori Bloom, dimana diinterpretasikan terhadap :
a.       Lingkungan                               =   45%
b.      Perilaku                                      =   35%
c.       Pelayanan Kesehatan                 = 15%
d.      Keturunan                                  = 5%
Dalam hal rumah sehat prosentase Pelayanan Kesehatan dan Keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian Lingkungan dan Perilaku dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Pemberian bobot penilaian rumah diberikan pada masing-masing indikator :
a.       Bobot komponen rumah       =  31 (25/80 x 100% = 31,25)
b.      Bobot Sarana Sanitasi           =  25 (20/80 x 100% = 25)
c.       Bobot Perilaku Penghuni      =  44 (35/80 x 100% = 43,75)
Komponen Rumah Sehat
Komponen rumah sehat meliputi:
1.        Langit-langit
Di bawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebut
langit-langit yang tujuannya antara lain
a.       untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih
b.      untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap
c.       untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :
a.       langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap,
b.      langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan
konstruksi bebas tikus
c.       tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai kecuali,
d.      dalam hal langit-langit/kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai
tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang
dari 1,75 m, dan
e.       ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai
2,40 m.

2.        Dinding
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain :
a.       Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya,
b.      Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-
kurangnya 15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai
bangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding
tembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, dan
c.       Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapat
diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak di atas lubang
harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet.
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku yang
terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3.        Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak
licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus
rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :
a.       Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh : tanah
tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah
sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah
b.      Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :
1)      Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran
tanah yang baik.
2)      Lantai harus disusun dengan rapid an rapat satu sama lain, sehingga tidak ada
lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai
seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai
penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.
3)      Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta
untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan
diawetkan.
c.       Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan
karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat
mudah dirusak rayap.
4.        Jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu
Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit
infeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal
sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling
sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi
20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu
kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap. 
Dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih
banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari
rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-
kurangya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas
jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas
kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang
hawa atau saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit ( ceiling )
yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan.
Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-langit beguna sekali
untuk mengeluarkan udara panas dibagian atas dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang
umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk
daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut. Untuk
daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka luas
jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan
basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat
mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
5.        Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup
atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a.       Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,
b.      Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,
c.       Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia
d.      Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh
badan manusia dan
e.       Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan
kulit pernafasan manusia.
Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya gerak
udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan
kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di
dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di
dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai
terlalu besar dan keras karena gerak angina atau udara angin yang berlebihan
meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara
mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga
mengurangi daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada
bakteri-bakteri penyakit berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan
gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang
saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada orang yang peka terhadap
udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela atau lubang
ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi
syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara
dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan
mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini
harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis
adalah kipas angin ( ventilating, fan atau exhauster ), atau air conditioning.  
6.         Sarana pembuangan asap dapur
Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau
terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak di dapur.
7.        Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan
di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahay buatan dan cahaya alam.
a.       Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam
ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar
yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah,
adalah sebagai berikut :
1)      baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
2)      cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
3)      kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan
4)      buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh
letak dan lebar jendela.
b.      Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat
menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen
( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena
pada kuat penerangan yang relative rendah mampu menghasilkan cahaya yang
bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa
lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang
kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau
40 watt dengan lampu pijar.

Sarana Sanitasi Rumah


Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat
besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia,
keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan
perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain yang
juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri terus
menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu
sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di
perkotaan akibat urbanisasi.

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti DBD,
malaria, pes, dan filariasis .
1.        Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a.         Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b.         Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c.         Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2.        Jamban dan Pembuangan Tinja


Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu
penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk
yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum
memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare
setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara
lain sebagai berikut :
a.         Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b.         Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat lubang jamban
jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
c.         Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d.        Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia yang
dibuang harus tertutup rapat.
e.         Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f.          Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g.         Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
a.         Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas
permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara
demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.
b.         Kakus lubang gali (pit pravy),  cara ini merupakan salah satu yang paling
mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah
dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak di bawah ± 90 cm =
kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok
ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di tempat di mana air tanah
letaknya dalam.
c.          Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya
lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung
di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang
kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan,
mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk
bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal dengan
diameter antara 90 – 120 cm.
d.        Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara
pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi
yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan mengalami proses
dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu tergantung
kapasitas tangki.
 Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya
penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian
ini akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian peranan masing-masing
komponen dalam transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap
hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat
langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden
penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya
thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari
pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan
komponen-komponen lain dalam sanitasi lingkungan.   

3.        Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase
penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag system).
Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap
pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai
daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu
dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:
a.         Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
b.         Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang
(algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah
dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2
meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam
harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
c.         Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes
masuk kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan
tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah
potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

4.        Sarana Pembuangan Sampah


Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila
dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan
menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat
mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian
sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada
tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni
sampah organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada
tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya
terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi,
bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-
aktor sebagai berikut :
a.         Penimbulan sampah
b.         Penyimpanan sampah
c.         Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d.        Pengangkutan
e.         Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat
penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut
serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup
1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur,
karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak
tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
a.         Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor,
kedap air.
b.         Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan.
c.         Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu
orang atau ditutup.
d.        Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau
morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh.
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati,
nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-
elemen di alam tersebut.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengar kesehatan Manusia itu
sendiri. Dimana udara, air, tanah, hewan yang ada di lingkungan kita sendiri
merupakan faktor yang bisa menyebabkan penyakit ketika hal tersebut tidak di
kelola dengan baik dana kan menyebabkan adanya ke tidak seimbangan sehigga
hal tersebut dapat mengakibatkan ternyadinya penyakit.
1.        ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasidari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang
balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dimana pengertiannya sebagai berikut :
a.         Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.         Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti
sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
c.         Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik,namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu :
a.         ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek
b.         Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas,
peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan
dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam
lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga
hidung dan ke arah superior menuju faring.
2.        Diare
Diare adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan yang gejala
klinisnya buang air besar lembek atau cair dengan frekuensi lebih dari biasanya
(diare klinis) dan kadang ada yang disertai darah sebagai bercak coklat atau merah
(diare berdarah) dan paling sering disebabkan oleh bakteri E. Coli. Penyebab tidak
langsungnya adalah hygiene peseorangan yang kurang terjaga, seperti makan
tidak cuci tangan, menggunakan air sungai untuk berbagai keperluan dan lain-lain.
3.        TBC
Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Mycrobacterium tuberculocis, yang masih keluarga
besar genus Mycrobacterium. Dari anggota keluarga Mycrobacteriumyang
diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah dengan kesehatan
masyarakat.
4.        DBD
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virusdengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat
menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari
genusFlavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan
yang lembab.
5.        Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang
biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi
oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun
bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. 
6.        Cacingan
Penyakit kecacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan masuknya
cacing ke dalam tubuh baik berupa telur, larva secara langsung melalui kulit
maupun lewat makanan dan minuman yang kurang hygienis. Jadi kasus
kecacingan sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup sehat. Kasus ini sering
terjadi pada anak usia sekolah yang dikhawatirkan dapat terjadi gangguan dalam
proses pertumbuhan maupun proses belajar karena anak menjadi malas, gangguan
konsentrasi dan dikhawatirkan prestasinya menjadi menurun.

Anda mungkin juga menyukai