Anda di halaman 1dari 132

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)
PENERAPAN MEDIA PITA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR BILANGAN
BULAT UNTUK KELAS IV SDN KARANGDUREN 02 KECAMATAN BALUNG
KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
TRI PUJI LESTARI
NIM : 600011176

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JEMBER
POKJAR BALUNG
2015.1

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Penerapan Media Pita Garis Bilangan Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Matematika Materi Hitung Campur Bilangan
Bulat Siswa Kelas IV SDN Karangduren 02 Balung Jember
mmmKabupaten Jember
Identitas Peneliti :
Nama : Tri Puji Lestari
NIM : 600011176
Tempat mengajar : SDN Karangduren 02
Jumlah pembelajaran : 2 Siklus
Tempat Pelaksanaan : Kelas IV SDN Karangduren 02

Jember, 5 Juni 2015

Mengesahkan

Pembimbing Penulis
Drs. HARI SATRIJONO M.Pd TRI PUJI LESTARI
NIP.195805221985031011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

LEiMBAR PENGESAHAN ................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................4

2.1 Media Pembelajaran ...................................................................4

2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ..................................5

2.3 Jenis-Jenis Media .......................................................................8


2.3 Media Pita garis Bilangan .........................................................10

2.5 Pembelajaran Matematika SD ..................................................12

2.5,1 Fungsi Mata Pelajaran Matematika ................................12

2.5.2 Tujuan Pembelajaran Matematika ..................................13

2.6 Implementasi Pembelajaran Matematika Materi Hitung Campur

Bilangan Bulat ...................................................................13

BAB III. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJRAN ......15

3.1 Subyek Penelitian ....................................................................15

1.1.2 Prosedur Pelaksanaan............................................15

3.2 Siklus 1 ...................................................................................16

3.3.1 Tahap Perencanaan .................................................................

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................16

3.3 Siklus II ...................................................................................16


\
3.3.1 Tahap Perencanaan ............................................................17

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................17

3.4 Tahap Pengumpulan Data .......................................................17

3.4.1 Observasi ............................................................................18

3.4.2 Tahap Refleksi ...................................................................18

BAB IV. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN .................19

1.1 Hasil Penelitian .......................................................................20

1.1.1 Siklus I .......................................................................20


1.1.2 Siklus II ......................................................................20

1.2 Pembahasan ...............................................................................22

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................25

5.1 Simpulan ........................................................................................27

5.2 Saran .............................................................................................27

5.2,1 Bagi Guru ............................................................................27

5.2.2 Bagi Siswa ..........................................................................27

5.2.3 Bagi Sekolah ........................................................................27

5.2.4 Bagi Peneliti Lain ..............................................................28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................28

LAMPIRAN.........................................................................................29

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pendidikan adalah merupakan sebuah usaha sadar yang memiliki makna
bahwa pendidikan diselenggarakan dengan rencana yang benar benar matang
,sistematik, menyeluruh dan berjenjang. Berdasarkan pemikiran yang rasionl
disertai dengan kaidah untuk kepentingan masyarakat dalam arti seluas luasnya.
Dalam konteks pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia berdasarkan
pancasila dan undang undang dasar 1945 dengan fungsinya untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Seorang guru mrupakan sebuah figur yang memegang peranan penting dalam
pembelajaran di kelas, peran seorang guru bukan hanya menjadi penyaji
informasi yang hendak diplajari oleh siswa melainkan membelajarkan siswa
tentang cara-cara mempelajari sesuatu secara efektif. Guru yang profesional dan
kompeten adalah guru yang menguasai materi pemblajaran, memahami
bagaimana anak-anak belajar menguasai pembelajaran yang mampu
mencerdaskan peserta didik serta mampu melaksanakan pembelajaran yang
menarik dan memotivasi siswa untuk gemar belajar. Sebagian siswa beranggapan
bahwa pelajaran matematika itu sulit sehingga mereka kurang tertarik dengan
mata pelajran tersebut padahal matematika sangat berguna dan bemanfaat dalam
kehidupan sehari hari salah satu maeteri pelajaran matematika yang berguna
adalah hitung campur bilangan bulat .sehingga konsep penyajian dan strategi
pembelajarannya perlu penggunaan media pembelajaran yang sesuai untuk
memudahkan pemahaman dan ketrampilan siswa . Hasil tes formatif mata
pelajaran matematika kelas IV SDN Karangduren 02 pada materi hitung campur
bilangan bulat adalah rata rata 56 dengn tingkat ketuntasan kurang dari 50% dari
jumlah murid 17 siswa dengan kriteria ketuntasan minimal 60 ternyata yang
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 hanya 8 anak sedangkan 9 anak
lainnya masih di bawah 60 melihat hasil yng diperoleh siswa menunjukkan
rendahnya tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran matematika tentang oprasi hitung campur bilangan
bulat. Melihaat hal tersebut penulis berusaha melakukan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan media pita garis bilangan dengan tujuan agar penguasaan
siswa terhadap materi hitung campur bilangan bulat lebih meningkat.
Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan siswa dalm menjawab pertanyaan
2. Kurangnya kemampuan siswa mengajukan pertanyaan
3. Kurangnya kemampuan siswa menyelesaikan tugas
4. Siswa kurang menguasai materi sebelumnya
5. Pada saat mengajar guru kurang tepat dalam memilih media pembelajar
Latar belakang masalah dan hasil analisis tes formtif yang diuraikan di
atas menunjukkan siswa kurang mampu menyelesaikan operasi hitung campur
bilangan bulat maka yang menjadi permasalahan dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah ”Bagaimana cara meningkatkan Pemahaman dan
ketrampilan siswa dalam operasi hitung campur bilangan bulat melalui media
pita garis bilangan “.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
tersebut adalah:
a. Bagaimanakah proses penerapan media garis bilangan yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi hitung campur bilangan bulat
pada kelas IV SDN Karangduren 02 Kecamatan Balung Kabupaten Jember?
b. Bagaimanakah hasil belajar matematika pada materi operasi hitung campur
bilangan bulat pada kelas IV SDN Karangduren 02 Kecamatan Balung
Kabupaten Jember setelah diterapkan media pita garis bilangan?

1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan proses penerapan media garis bilangan yang dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi hitung campur bilangan bulat
pada kelas IV SDN Karangduren 02 Kecamatan Balung Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi operasi hitung
campur bilangan bulat pada kelas IV SDN Karangduren 02 Kecamatan
Balung Kabupaten Jember setelah diterapkan media pita garis bilangan,

1.4.Manfaat penelitian
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar pada materi hitung campur bilangan bulat
b. Meningkatkan motivasi belajar siswa
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan berpikir kritis

2. Bagi guru
a. Merefleksi diri sehingga tahu kekurangan dan kelebihan yang telah
dilakukan
b. Memperbaiki proses belajar
c. Merupakan umpan balik keberhasilan siswa
d. Meningkatkan kemampuan profesionalitas
e. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

3. Bagi sekolah
a. Memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan sekolah
b. Meningkatkn prestasi akademik
c. Meningkatkan citra sekolah di masyarakat
d. Meningkatkan mutu sekolah

4. Bagi peneliti lain


Dapat mejadikan referensi dalam pembuatan penelitian lainnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan tentang kajian pustaka yang meliputi teori-teori
tentang (1) Media Pembelajaran,(2) Fungsi dan manfaat media pembelajaran,(3)
Jenis-jenis media pembelajaran (4) Media Pita Garis Bilangan (5) Hasil belajar
matematika,(6) Implementasi Pembelajaraan matematika di SD materi hitung campur
bilangan bulat
2.1 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara,atau pengantar . Secara lebih khusus , pengeertian media
dalam prose belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis,
photografis , atau elktronik untuk menangkap, memproses,dan meyusun
kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of education and
communication Technology ) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang
sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media
menunjukkan fungsi atau perannya yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara pihak utama dalam proses belajar ,yaitu siswa dan isi pelajaran .
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat
atau perpaduan antara software dan hardware(Sadiman,1996 : 5). Media
pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan
tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan
komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media
komunikasi yang digunkan dalam proses komunikasi tersebut, mediayang
digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsito (2008:123) media
dapat dibagi dalam dua kategori yaitu alat bantu pembelajaran (instructional
media ). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru(pendidik)
dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu
alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching
aids).Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto,peta, poster, grafik, flip
chart, model , benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang
untuk memperjelas materi pembelajaran.

2.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran


Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15) mengmukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaikan
pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain mmbangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya. Maksudnya
bahwasannya media pembljaran paling besar pengruhnya bagi indera dan
lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendngarkan saja tidak sama
tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya
dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan betapa pentingnya media
pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa
senang dan gembira bagi murid- murid dan memperbaharui semangat mereka,
membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswaserta
menghidukan pelajaran.
Levie & Lentsz(1982) yang dikutip Hujair AH. Sanaky (2009: 6)
mengemukakan empat fungsi media pembelajara, khusus media fisual . yaitu:
Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi kognitif, Fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkaan atau menyertai teks materi
pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan
materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga
mreka tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat
menenangkan dan mengarahkan perhatian mreka kepada materi pelajaran atau
mata kuliah yang akan merekaterima.
Dengan demikian kemungkinan untuk memperoleh dan mngingat isi materi
pelajaran atau perkuliahan semakin besar
Fungsi afektif media sosial dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau
lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi
yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media fisual terlihat
dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang tekandung dalam
gambar.
Fungsi kompensatoris medi pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami
teks membantu siswa yang lemh dalam membca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media
pembelajaran berfungsi untuk mengkomodasikan siwa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.
Nana sujana dan Ahmad Rivai (2002: 2), mengemukakan manfaat
media pmbelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa shingga memungkinkannya menguasai dan
mncapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan bervarisi, tidak semata- mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata- kata oleh guru sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
4. Siswa dapt lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, mendemonstrasikan, memamerkan ,dll
Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar .
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara
siswa dan lingkungan
3. Media pembelajaran dapat mngatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu
a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, radio,
atau model
b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampk oleh indra dapat
disajikan dengn bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahundapat ditampilkan melalui rekaman vidio, film, foto,
slide, disamping secara verbal
d. objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara kongkrit melalui film, gambar. Slide , atau simulasi
komputer
e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti, komputer, film dan vidio
f. Peristiwa alam sperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu kupu dapat disajikan dengan teknik
rekaman seperti time lapse untuk film ,vidio,slide, atau simulasi
komputer

2.3 Jenis jenis Media


Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Beberapa
media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah
media catak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang telah
memanfaatkan jenis media lain seperti gambar , model, overhead projektor
(OHP) dan obyek- obyek nyata. Sedangkan media lain seperti
kaset,audio,vidio,VCD,Slide(film bingkai), serta program pembelajaran
komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi
bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai sorang guru alangkah
baiknya kita mengenal bebrapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar mendorong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan
media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Macam-macam media:
Media Visual
Media yang tidak diproyeksikan:
-Media realita
-Model
-Media grafis
Media yang dproyeksikan:
- Transpransi OHP
-Flm bingkai /Slide
Media Audio :
-Radio
-Kaset audio
Media Audio Visual:
-Media Vidio
-Media komputer
Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolongkan jenis media.
Rudy Bretz (1971) yang dikutip Sadiman, dkk (1996: 20), mengidentifikasi
jenis media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu: suara, visual dan gerak.
Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklaifikasikan media ke dalam
delapan kelompok yaitu: 1) media audio, 2) media cetak, 3) meda visual
diam,4) media visual gerak, 5) media audio semi grak, 6) media semi gerak,
7) media audio visual diam, 8) media audio visual gerak,
Sebagian ahli lain mengelompokkan media berdasarkan pada tingkat
teknologi yang digunakan, mulai dari media dengan teknologi rendah hingga
yang menggunakan teknologi tinggi. Jika media digolongkan atas dasar
tingkat teknologi yang digunakan, maka penggolongan media sangat
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Media tertentu akan dapat
mengalami perubahan dalam penggolongannya. Misalnya, pada tahun 1950-
an, media televisi dikategorikan media paling tinggi. Tetapi kemudian pada
tahun 1970-an kategori tersebut bergeser dengan hadirnya media komputer.
Pada masa tersebut, komputer digolongkan pada media dengan teknologi yang
paling tinggi.
Beberapa pengelompokan media dapat dilihat sampai saat ini belum
ada suatu pengelompokan media yang mencakup segala aspek, khususnya
untuk keperluan pembelajaran. Pengelompokan yang ada, dilakukan atas
bermcam-mcam kepentinga. Masih ada pengelompokan yang dibuat oleh ahli
lain, namun apapun dasar yang digunakan dalam penglompokan itu,tujuannya
sama yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya.
Sebagai seorang guru, perlu mengikuti perkembangan teknologi
khususnya yng berkaitan dngan media pembelajara. Sehingga paling tidak kita
dapat lebih mengenalnya. Beberapa jenis media tentu pernah kita gunakan
beberapa jenis yang lain mungkin juga sudah kita kenal meskipun belum
pernah menggunaknnya dalam pembelajaran. Jenis media akan kita gunakan
sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.

2.4 Media Pita Garis Bilangan


Alat peraga yang dapat dijadikan media untuk menjelaskan operasi hitung
pada bilangan bulat yaitu . Tangga garis bilangan, pita garis bilangan dan
balok garis bilangan. Ketiga alat ini lebih cenderung merupakan alat
permainan matematika, dan pada umumnya ketiga alat ini digunakan untuk
alat mengenalkan atau melakukan operasi hitung dasar pada sistem bilangan
bulat. Tangga garis bilangan terbuat dari triplek yang bentuknya memanjang.
Pada potongan triplek tersebut dibuat skala yang berurutan dan jarak antar
skalanya sama. Alat ini disebut tangga garis bilangan, sebab pada saat
menggunakannya harus meniti mistar yang berskala tersebut. Selanjutny
untuk menearngkan alat tersebut biasanya diperlukan pemeraga (model ) yang
diperankan oleh siwa (siswa melakukan loncat-loncatan maju atau mundur di
atas mistar dan setia loncatannya mengandung makna atau mewakili bilangan-
bilangan yang dioperasikan).
Sedangkan Pita garis Bilangan adalah alat bantu sejenis tangga
bilangan yang dibuat dari karton duplek, dan di dalam penggunaannya
memiliki prinsip kerja yang sama dngan tangga garis bilangan. Jika pada
tangga garis bilangan model yang djadikan pemeraga adalah siswa sendiri,
maka pada pita garis bilangan peran siswa sebagai model digantikan oleh
orang-orangan atau mobil-mobilan yang terbuat dari karton duplek juga.
Balok Garis Bilangan merupakan bentuk modifikasi dari tangga
maupun pita garis bilangan dengan pertimbangan bahwa alat ini lebih
memenuhi kriteria atau syarat dari pengadaan alat peraga (lebih tahan
lama).Alat ini terbuat dari kayu kaso 4x6 cm dan pada bagian atasnya diberi
lubang lubang skala untuk pijakan model. Panjang alat ini kurang lebih 1,5 m
dan mempunyai dua arna (misal, pada`skala yang mewakili bilangan positif
diberi warna biru sedangkan pada sklala yang mewakili bilangan ngatif diberi
warna kuning). Model yang digunakn untuk melakukan peragaan berupa
wayang-wayangan (wayang golek atau wayang kulit, atau wayang lainnya).
Ketiga alat peraga ini proses kerjanya berpedoman pada hukum
kekelan panjang, bahwa panjang keseluruhan sama dengan panjang masing-
masing bagian- bagiannya .Prinsip kerja yang harus diperhatikan dalam
melakukan operasi penjumlahan maupun pengurangan dengan menggunakan
alat ini adalah sebagai berikut:
Posisi awal benda yang menjadi model harus berada pada skala nol
Jika bilangan pertama bertanda positif, maka bagin muka model menghadap
ke bilangan positif dan kemudian melangkahkan model tersebut ke skala yang
seesuai dengan besarnya bilangan pertama tersebut. Proses yang sama juga
dilkukan apabila bilangan pertamanya bertanda negatif.
Jika model dilangkahkan maju, dalam prinsip operasi hitung istilah
maju diartikan sebgai tambah (+), sedangkaan jika model dilangkahkan
mundur, istilah mundur diartikan sbagai kurang(-).
Gerakan maju atau mundurnya model tergantung dari bilangan
penambah dan pengurangnya. Untuk gerakan maju, jika bilangn penambahnya
merupakan bilangan positif maka model bergerak maju ke arah bilangan
positif, dan sebaliknya jika bilangan penambahnya merupakan bilangan
negatif, maka model bergerak maju ke arah bilangan negatif. Untuk gerakan
mundur, apabila bilangan pengurangnya merupakan bilangan positif maka
model bergerak mundur dengan sisi muka model menghdap ke bilangan
positi, dan sebaliknya apabila bilangan pengurangnya merupakan bilangan
negatif maka model bergerak mundur dengan sisi muka menghadap ke
bilangan negatif
Pada prinsipnya, cara kerja pada tangga bilangan sama dengn cara kerja
pita garis bilangan atau balok garis bilangan, yaitu ditekankan pada langkah
“maju” untuk operasi pejumlahan dan langkah “mundur” untuk operasi
pngurangan. Kemudian sisi muka model yang dihadapkan ke arah bilangan
positif maupun negatif ditunjukkan oleh arah ujung anak panah pada garis
bilangannya
2.5 Pembelajaran Matematika SD
Matematika adalah terjemahan dari mthematics. Namun arti definisi
yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan
singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar dibuat. Karena
cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin
bercampur satu sama lainnya. Untuk memperdalam gambaran tentang
matematika oleh para ahli dibidangnya, yaitu: Pelajaran matematika adalah
suatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-
bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunkan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan (Paimin, 1998 : 3 ).
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang
menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat
anak dan hakikat matematika. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu,
maka diperlukan adanya kemampuan khusus daari seorang guru dalam
mengajar matematika, karena pusat pengajaran matematika adalah pemecahan
masalah dan salah satu faktor pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran
matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar (Paimin, 1998 :
12) Program pembelajaran matematika supya diberikan secara bertahap agar
anak secara bertahap dapat mengkonsolidasikn konsep-konsep toritis
(Russefendi, 1989 : 25 ).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar matematika di sekolah dasar adalah mempelajari setiap konsep secara
bertahap untuk mndapatkan pengertian hubungan-hubungan, simbol- simbol,
kemudian mengaplikasikan konsep-konsep kesituasi yang baru.
2.5.1 Fungsi Mata Pelajaran Matematika
Matematika berfungsi untuk mengembngkn kemampuan bernalar
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat
pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai
alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan
gagasan
- Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol
simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas
dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
- Matematika diutamakan agar siswa mengnal, memahami serta mahir
menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan
sehari hari.
2.5.2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika adalah
- Melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan konsisten
- Menyiapkan siswa dengan kemampuan tertentu agar mampu
menghadapi berbagai situasi melalui penyediaan pengalaman
mencakup proses berpikir logis, rasional, tepat, serta efektif
- Dengan belajar matematika dapat menyelesaikan persoalan yang
dihadapi misalnya menjumlahkan bilangan bulat.
- Matematika berguna untuk mengantisipasi materi yang berkembang
sesuai dengan tuntutan ilmu pengtahuan dan teknologi
2.6. Implementasi pembelajaran matematika materi hitung campur bilngan
bulat
Standar Kompetensi matmaatika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode
pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam kemahiran Matematika.
Bilangan, Pengukuran, Geometri, Aljabar, dan Satistika.
Pada tahun 1545, ahli matematika berkebangsaan Italia yang bernama Cardan
(1501-1566), menjelaskan sifat- sifat dasar bilangan negatif yaitu dengan
menyebutkan bilangan positif dengan istilah bilangan sungguh sungguh ( true
number), dan menyebut bilangan negatif dengan istilah bilangan fiktif
(fictitious number) bilanga inilah yang membulatkan bilangan yang telah ada
sehingga menjadi bilangan bulat
Dalam proses pmbelajaran matematika di sekolah dasar perlu
dijelaskan bahwa keberadaan bilangan negatif memang perlu, misalkan untuk
mengetahui kedalaman laut, pengukuran suhu (temperatur) yang negtif setelah
diukur dngn termometer dan lain sebagainya,
Banyak persoalan yang muncul pada sistem bilangan bulat bagi siswa
sekolah dasar kelas 4 (pada iswa yang masih dlam taraf berfikir konkret)
misalkan pada waktu merek akan melakukan oprsi hitung seperti:
4 + (-7 ) =....
(-6 ) + 9 = ....
(-3 ) – (-6 ) =....
dan sebagainya.
Untuk mengenalkan konsp operasi hitung pada sistem bilangan bulat
dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap pengenalan konsp secara konkrit
2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkrit atau semi abstrak
3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak.
Pada tahap pertama ada 2 model peragaan yang dapat
dikembangkan, yaitu yang menggunakan pendekatan himpunan ( yaitu
menggunakan alat peraga manik-manik), sedang model yang kedua
menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang. (yaitu menggunakan alat
peraga balok garis bilangan atau tangga garis bilangan).Pada tahap kedua ,
proses pengerjaan operai hitungnya diarahkan menggunakan garis bilangan dan
pada tahap ketiga kepada siswa baru diperkenalkan dengan konsep-konsep
operasi hitung yang bersifat abstrak.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
3.1. Subyek Penlitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Karangduren 02 yang berlokasi di jalan
Gambirono N0 111 Desa Karangduren Kecamatn Balung Kabupten Jember
pada mata pelajaran Matematika kelas IV semester II tahun pelajaran
2014/2015.
Adapun karaktteristik siswa terdiri dari 11siswa laki-laki dan 6 siswa
permpuan.
Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh seorang teman sejawat yang
membantu mengumpulkan dan mengolah data serta melaksanakan refleksi
.Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembeljaran melalui penelitian
tindakan kelas yaitu pada hari:
2. Senin ,tanggl 19 Januari 2015,Matematika kelas IV materi hitung
campur bilangan bulat I, pukul 07.00-08.10
3. Senin , tanggal 26 Januri 2015, Matematika kelas IV materi hitung
campur bilangan bulat II pukul 0.7.00-08.10
4. Senin, tanggl 2 pebruari 2015, Matematika kelas IV materi hitung
campur bilangn bulat III pada pukul 07,00-08.10

3.2 Prosedur pelaksanaan


Pelaksanaan penelitian di SD Negeri Karangduren 02Kecamatan
Balung Kabupaten Jember kelas IV Semester II dilakukan dalam dua siklusyang
masing- masing siklus meliputi empat tahap yaitu: 1) Tahap perencanaan, 2)
Tahap pelaksanaan, 3) Tahap pengumpulan data ,4) Tahap refleksi
Rencana penlitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, dalam
tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa
yang telah didesain dlam fakta yang telah diteliti dan berdsarkan pengarahan
pembimbing dan teman sejawat selaku pengmat (observer) yang dilakukan di
sekolah tempat penulis mengajar.
Obsevasi awal Dlakukan untuk dapat mengetahui tindakan tepat yang diberikan
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri Karangduren 02
Kecamatan Balung Kabupaten Jember
Dari hasil evaluasi dan Observasi awal maka dalam reflksi ditetapkan
bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
materi hitung campur bilngan bulat siswa SD Negeri Karangdurn 02 Kecamatan
Balung Kabupaten Jember.
Dengan bedasarkan pada refleksi awal tersebut maka penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan dengan dua siklus, dimana dalam stiap siklus terdiri dari,
1) Perencanan, 2) Pengamatan 3) Tindakan, dan 4) Refleksi
3.2 Siklus I
3.2.1Tahap Perencanaan
Rencana penelitian dilaksanakan pada hari Senin tangga 19. Tahun 2015.
Adapun instrumen yang isusun adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian melalui
aktivitas belajar siswa
2. Mengakaji materi matematka pada materi hitung campur bilangan bulat
3. Merumuskan rencana pembelajaran
4. Menyiapkan alat bantu mengajar berupa :
a. Lembar kerja siswa (LKS) dan lembar tes formatif sebagai alat
penilaian
b. Buku sumber yang relevan
c. Contoh soal dan cara pengrjaannya
5. Menyusun lembar observasi guru dan siswa
6. Menyusun alat evaluasi
3.2.2 Tahap pelaksanaan
Dalam tahapan pelaksanan tindakan peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam rencana pembelajaran
adalah
1. Guru melakukan tanya jawab (apersepsi)
2. Guru menyampaikn tujuan pembelajaran
3. Guru mnjelaskan tentang penggunaan pita garis bilangan
4. Guru menugaskan beberapa siswa maju untuk mndemontrasikan materi yang
diajarkan oleh guru
5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
6. Guru mmeriksa dan menganalisis tugas siswa
7. Guru memberi umpan balik pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
8. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
9. Guru memberikn tugas pekerjaan rumah pada siswa

3.3 Siklus II
3.3.1Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan siklus II peneliti merancang rencana
perbaikan pmbelajaran I. Karena dalam rencana pembelajaran siklus I
tingkat ketuntasan siswa`baru mencapai 41 % dari 17 siswa. Sehingga
penulis perlu melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan
pemberian materi hitung campur bilanga bulat lebih luas lagi

3.3.2 Tahap Pelaksanaan


Dalam tahap pelaksanaan pada siklus II peneliti melakukan perbaikan
pembelajaran pada siklus I adapun instrumen yang digunakan adalah :
1. Rencana perbaikn pembelajaran matematika materi hitung
campur bilangan bulat
2. Buku sumber yang relevan
3. Alat peraga pita garis bilangan sebagai media pembelajaran
4. Lembar kerja siswa
5. Lembar tes formatif
6. Lembar analisis hasil tes formatif
7. Tes perbaikan dan pengayaan
Sedangkan langkah-langkah yang yang dilakukan peneliti adalah:
1. Guru melakukan tanya jawab (aprsepsi0
2. Guru menjelaskan tujuan pmbelajaran
3. Guru mnjelaskan tentang penggunaan pita garis bilangan dengan
materi yanglebih luas
4. Guru menugaskan beberapa siswa maju untuk mndemontrasikan
materi yang diajarkan oleh guru
5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
6. Guru memeriksa dan menganalisis tugas siswa
7. Guru memberi umpan balik pada siswa untuk mengetahui pemahaman
siswa
8. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
9. Guru memberikn tugas pekerjaan rumah pada siswa
3.4 Tahap Pengumpulan Data
3.4.1 Observasi
Observasi (observation) adalah suatu teknik atau cara
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 220).
Berdasarkan proses pelaksanaan observasi dibedakan menjadi observasi
berperan serta dan observasi nonpartisipan (Sugiyono, 2011: 144).
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
nonpartisipan, yaitu peneliti hanya sebagai pengamat independen objek
yang diteliti. Observasi dilakukan dengan tujuan mengetahui gambaran
umum sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian serta
dampak pengiring terhadap perlakuan yang diberikan
Berdasarkan pengamatan tentang kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pada pra siklus hasil belajar siswa rata rata 55 dengan
persentase ketuntasan hanya mencapai 41 % dimana pada tahap pra siklus
guru belum menggnakan media yang sesuai sehingga dalam pembelajaran
hitung campur bilangan bulat motivasi dan semangat belajar siswa kurang
dan pada siklus I guru menggunakan media yang ssuai yaitu mdia pita
garis bilangan sehingga tampak bahwa siswa mulai bersemangat dalam
pembelajaran matematika hitung campur bilangan bulat, Pada saat guru
memajang media dipapan tulis siswa merasa senang dan penasaran,
karena selama ini dalam kegiatan pembelajaran guru jarang mnggunakan
media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat
membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran, Siswa
juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap media pembelajaran
yang akan diberikan oleh guru kepada siswa. Hal ini menunjukkan
bahawa siswa merasa sangat senang dan trtarik dengan pembelajaran
yang menggunakan media pembelajan
Pada tahap pengumpulan data pada siklus II dilakukn peneliti
berdasarkan pada analisis hasil tes formatif dan lembar observasi yang
berisitentang :
1. Keaktifan siswa dalam belajar
2. Tingkat keberhasilan siswa dalam penggunaan media
pita garis bilangan
3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
4. Perhatian, motivasi, dan minat siswa
Hasilnya setelah adanya perbaikan dalam instrumen pembelajaran dan
penggunaan metode yang lebih tepat adalah sudah mencapai tingkat
ketuntasan yang diharapkan.

3.4.2Tahap Refleksi
Dari hasil pengumpulan data pd siklus II peneliti dapat
melihat hasil perbaikan pembelajaran matematika materi hitung
campur bilangan bulat kelas IVdi SD Karangduren 02 dengan
memperbaiki langkah dalam perbaikan pembelajaran dan lebih
memperlus materi yangmenggunakan media pita garis bilangan
ternyata hasilnya sangat meningkat dan ketuntasan belajar siswa
sesuai dengan yang diharapkan
BAB IV
HASIL PNELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematik yang
dilaksanakan pada kelas IV di SD Negeri Karangduren 02 Kecamatan Balung
Kabupaten Jember, dapat dilihat pada data yang diperoleh selama mengadakan
perbaikan dalam dua siklus
4.1.1 Siklus I
Secara jelas hasil analisis tes formatif pelaksanaan perbaikan pada
siklus I dalam pelajaran matematika materi hitung campur bilangan bulat dapat
dilihat pada tabel berikut :

NO NAMA NILAI NILAI KKM TIDAK TUNTAS


AWAL AKHIR TUNTAS
1. Akh,Khusairi 40 50 60 
2. Ali Wafa 40 50 60 
3. Feri Kurniawan 50 55 60 
4. AKH. Franky 58 60 60 
5. Fifin Miftahur R 50 55 60 
6. Moh.Danu S 60 65 60 
7. Moh.Ainurrosikin 55 55 60 
8. Moh.Aji Bagus 58 60 60 
9. Moh.Alfin K 60 65 60 
10. Moh,Asraf W 62 70 60 
11. Moh.Irfan 65 70 60 
12. Shovia Eka Y 58 65 60 
13. Dania Sinta N 60 70 60 
14. Aniatul Istiqomah 58 60 60 
15. Sita Nura Hayati 65 70 60 
16. Eka Putri 62 70 60 
17. Juli Ade Wira S 50 55 60 

Jumlah 951 1045

Rata-rata 55,9412 61,470


6

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar tingkat pencapaian dalam rekapitulasi


nilai tes formatif mata pelajaran matematika materi hitung campur bilangan bulat
dapat dilihat pada diagram berikut :

Pencapaian Hasil Belajar Siswa mata pelajaran matematika Siklus I


Series 1
7

5
Series 1
4

0
50 55 60 65 70

Dari analisis hasil tes formtif siklus I dan dilihat pada grafik pencapaian
hasil belajar siswa dalm pembelajaran matematika tentang hitung campur
bilangan bulat nilai rata-rata kelas adalah 55
Siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 7 anak, siswa yang tuntas
sebanyak 10 anak dengan prosentasi ketuntasan belajar 58%. Hal ini
menunjukkan bahwa ada sedikit peningkatan namun tingkat pengusaan materi
siswa masih kurang , oleh karen itu peneliti mengambil langkah perbaikan pada
siklus berikutnya
1.Tahap pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah pelaksanan proses pmbelajaran dengan
menganalisis instrumen yang terdiri dari :
a. Lembar obsrvasi pembelajaran
b. Analisis hasil tes formatif dalam pelaksanaan pembelajaran
Dari hasil analisis tersebut dapat dikumpulkan data antara lain adalah:
a. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan hitung campur bilangan
bulat
b. Kurangnya kemmpuan siswa dalam bertanya jawab dan mengajukan
pertanyaan
2. Tahap Refleksi
Setelah melakukan perbaikan pda siklus I hasil pengumpulan data peneliti
melakukan reflleksi dengan melihat pada instrumen dari hasil tes formtif
siswa dan hasil yang diperoleh adalah ada sedikit pningkatan dari 17 siswa
yang penguasaan materinya belum tuntas adalah 7 siswa dan yang sudah
tuntas 10 siswa yang menunjukkan ketuntasan siswa hanya mencapai 58%
sehingga perlu dilakukan langkah selanjutnya yaitu mmbuat rencana
perbaikan pembelajaran

4.1.2 Siklus II
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika hitung cmpur
bilngan bulat pada siklus II diketahui hasil analisis tes formatif dapat dilihat pada
tabel berikut

NO NAMA NILAI NILAI KKM TIDAK TUNTAS


AWAL AKHIR TUNTAS
1. Akh,Khusairi 50 55 60 
2. Ali Wafa 50 55 60 
3. Feri Kurniawan 55 65 60 
4. AKH. Franky 60 75 60 
5. Fifin Miftahur R 55 65 60 
6. Moh.Danu S 65 80 60 
7. Moh.Ainurrosikin 55 65 60 
8. Moh.Aji Bagus 60 75 60 
9. Moh.Alfin K 65 80 60 
10. Moh,Asraf W 70 90 60 
11. Moh.Irfan 70 90 60 
12. Shovia Eka Y 65 80 60 
13. Dania Sinta N 70 90 60 
14. Aniatul Istiqomah 60 75 60 
15. Sita Nura Hayati 70 90 60 
16. Eka Putri 70 90 60 
17. Juli Ade Wira S 55 65 60 

Jumlah 1045 1285

Rata-rata 61,4706 75,588


2

Hasil Analisis tes formatif mata pelajaran matemtika Siklus II


Selanjunya untuk melihat seberapa besar tingkat pencapaian hasil rekpitulsi
nilai formatif mata pelajaran matmatika siklus II dapat dilihat pada diagram berikut:
Pencapaian Hasil Belajar Siswa mata pelajaran matematika Siklus II

Series 2
5
4.5
4
3.5
3 Series 2
2.5
2
1.5
1
0.5
0
55 60 65 70 75 80 85 90

Dilihat dari tabel dan diagram diatas proses pelaksanaan perbaikan


pembelajaran matematikakelas IV materi hitung campur bilangan bulat yang
dilaksanakan dalam dua siklus dan pada siklus kesatu mencapai tingkat
ketuntasan58 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan lagi dengan
tingkat ketuntasan 88 % Sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa
pada mata pelajaran matematika materi hitung campur bilangan bulat telah
mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan

1. Tahap Observasi
Pada tahap pengumpulan data pada siklus II dilakukn peneliti
berdasarkan pada analisis hasil tes formatif dan lembar observasi yang berisi
tentang :
1. Keaktifan siswa dalam belajar
2. Tingkat keberhasilan siswa dalam penggunaan media pita garis bilangan
3. Tanggapn siswa terhadap pembelajaran
4. Perhatian, motivasi, dan minat siswa

Hasilnya setelah adanya perbaikan dalam instrumen pembelajaran


dan penggunaan metode yang lebih tepat adalah sudah mencapai tingkat
ketuntasan yang diharapkan.

2. Tahap Refleksi
Dari hasil pengumpulan data pd siklus II peneliti dapat melihat
hasil perbaikan pembelajaran matematika materi hitung campur bilangan bulat
kelas IVdi SD Karangduren 02 dengan memperbaiki langkah dalam perbaikan
pembelajaran dan lebih memperlus materi yangmenggunakan media pita garis
bilangan trnyata hasilnya sangat meningkat dan ketuntasan belajar siswa
sesuai dengan yang diharapkan

4.2 Pembahasan
Pelajaran matematika adalalah suatu ilmu yang dipelajari atau dijarkan
yang berhubungan dengn bilangan bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan (Paimin, 1998 : 3).
Pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah yang berupa penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan pada siklus I peneliti mengambil langkah
dalam pembelajaran matematika hitung campur bilangan bulat dan hasilnya
masih banyak siswa kurang mmahami namun tidak ada keberanian untuk
bertanya bahkan tidak banyak siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru
kurangnya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa hanya ada sedikit
peningkatan karena siswa kurang memahami penjelasan guru sehingga banyak
siswa yang merasa belum mengerti tetapi tidak berani untuk bertanya
karenatingkat penguasaan materi pembelajaran sangat rendah dan nilai rata-rata
tes formatif sangat kurang sehingga perlu mengadakan perbaikan pada iklus I.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I penulis lebih menekankan
pada pada media pita garis bilngan. Dalam menggunakan media pita garis
bilangan siswa`sangat antusias siswa sudah mulai bisa mnerima dan memahami
konsep materi dan siswa mulai berani bertanya jawab sehingga nilairata-ata tes
formatif sudah mulai ada peningkatan namun peningkatan tersebut masih belum
memenuhi standar ketuntasan yang diharapkan sehingga perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II peneliti mengambil langkah strategi pada siklus I dengan
lebih menekankan pada latihan dan memperluas materinya. Setelah diadakan
penilaian berupa hasil tes formatif , data hasil tesformatif dan lembar observasi
pada siklus II ternyata hasilnyasiswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran. Dengan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam belajar pada siklus
dua dikarenakan pnggunaan media pita garis bilangan dengan memperluas materi
serta menekankan pada latihan-latihn sehingga siswa lebih mudah dalam
mmahami konsep materi dan siswa mulai brani bertnya jawab dngn guru
sehingga nilai rata-rata tes formatif sudah mnunjukkan peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa langkah pengulangan dan latihan yang dilaksanakan secara
terus- menerus merupakan bagian strategi perbaikan pembelajaran yang
ditempuh telah berhasi Keberhasilan yang diperoleh berupa:
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Teknik pembelajaran dan kemampuan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran semakinbaik . sehingga guru semakin menguasai
proses pembelajaran matematika
3. Mencapai tingkat ketuntasan sesuai dengan yang diharapkan
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdsarkan hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika
melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika hitung campur bilangan bulat menggunakan pita
garis bilangan memudahkan siswa menyerap materi pelajaran
2. Penggunaan media pelajaran yang tepat akan mendorong minat belajar siswa
3. Penggunaan media pita garis bilangan mampu mningkatkan hasil belajar
siswa
4. Adanya peningkatan dalam siklus I begitu juga pada siklus ke II

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut :
4.2.1 Bagi Guru
2. Penggunaan media pita garis bilangan secara maksimal dapat
meningkatkan hasi belajar siswa oleh karena itu disarankan kepada guru
untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran matematika
bilangan
3. bulat Guru seyogyanya memberi motivasi pada siswa dalam setiap
pembelajaran agar siswa lebih aktif , bersemangat dan dapat menemukan
konsep pembelajaran sendiri.
4. Guru sebaiknya menggunakan media dan alat peraga yang tepat dalam
menanamkan konsep matematika untuk memudahkan penyerapan materi
5. Guru hendaknya dapat merancang pembelajaran yang mnarik dan
menyenangkan
5.2.2 Bagi siswa
1. Siswa diharapkan lebih aktif dalam penggunaan media dan alat peraga
2.Siswa diharapkan mampu membuat serta menggunakan media dan alat
peraga sderhana

5.2.3 Bagi Sekolah


1.Hendaknya dapat melengkapi berbagai alat bantu mengajar untuk
memudahkan dan meningkatkan prestasi yang lebih baik
2.Mengembangkan kemampuan dan keahlian guru dalam mengolah dan
menggunakan media pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
5.2.4 Bagi peneliti lain
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih mengembangkan
penelitian yang berkaitan dengan inivassi-inovasi pembelajaran serta
peningkatan pembelajaran melalui penggunaan media pita garis bilangan
DAFTAR PUSTAKA

A.H. Sanaky, Hujair.2009. Media pembelajaran. Kaukaba Jokjakarta.

Paimin,1998, Strategi belajar Matematika Jakarta: Rineka Cipta

Russefendi, E.T.1989. Stud dan Pengajaran Bandung Tarsito.

Sadiman S.A.1996.Media Pendidikan :Pengetahuan,Pengmbangan dan Pemanfaatan


Jakarta : Rajawali

Sudjana , Nana & Rivai , Ahmad, 2002. Metode Penelitian Pendidikan. Jokjakarta :
Pustaka Pelajar

Sugiyono 2011.Metode Penelitian kuantitatif,kualitatif dan R & D Bandung CV


Alfabeta

Syaodih , Sukmadinata. 2010, Metode Penelitian Pendidikan.Yogjakarta : Pustaka


Pelajar
Warsito. Bambang. 2008, Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Wiranata, Udin S, dkk, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka

RENCANA PELAKSANAAN PEMBLAJARAN I


(RPP)
Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Matematik
Kelas / Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
A. Standar Komptensi
Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat

B. Komptensi Dasar
Melakukan Operasi Hitung Campur

C. Indikator
1. Kognitif
Proses : Melakuka operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangn Bulat
Produk : Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan perhitungan
bilangan bulat
2. Afektif
Karakter: Mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan
Sosial : Saling menghargai dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru
3. Psikomotor
Mengoperasikan penjumlahan dan penurangan bilangan bulat dengan
menggunakan garis bilngan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
Proses : - Setelah proses belajar mengajar siswa dapat
mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat
-Mengoperasikan pengurangan bilangan bulat
Produk : - Setelah proses belajar mengajar siswa dapat mengerjakan
operasi hitung bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari
2. Afektif
Karakter : Setelah proses beajar mengajar siswa dapat mengerjakan
soal perhitungan bilangan bulat degan tepat
Sosial :- Setelah proses belajar mengajar siswa dapat saling menghargai
dalam mengerjakan sol yang diberikan oleh guru
3. Psikomotor
Setelah proses belajar mengajar siswa dapat terampil menggunakan garis
bilangan dalam perhitungan bilangan bulat

E. Materi Pembelajaran
Operasi hitung campuran yang akan kita pelajari adalah operasi
hitung campuran antara penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat Mari
kita perhatikan contoh berikut ini
Contoh :
Tentukan hasil operasi hitung berikut
a. (-4) + 12 – 3 = ......
b. 2 – (-4 ) + 10 = .....

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- Anak panah 0 ke -4 menunjukkan bilangan -4


- Anak panah dari -4 ke 8 menunjukkan bilangan 12
- Anak panah dri 8 ke 5 menunjukkan bilangan -3
- Hasilnya ditunjukkan oleh anak panah dari o sampai 5, yaitu menunjukkan
bilangan 5.
- Jadi, (-4 + 12 )– 3 = 5
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

- Anak panah dari 0 ke -2 menunjukkan bilangan -2


- Anak panah dari -2 ke 2 menunjukkan bilangan 4
- Anak panah dari 2 ke 12 menunjukkan bilangan 10
- Hasilnya ditunjukkan oleh anak panah dari 0 ke 12 yaitu menunjukkan
bilangan 12
- Jadi, -2 – (-4 ) + 10 = -2 + 4 + 10
= 12
Selain dengan garis bilangan hitung campuran bisa`dikerjakan secara
langsung seperti

Contoh brikut ini :


42 + (-35 ) – 12 = 42 - 35 – 12
= 12

F. Model dan Metode Pembelajaran


1. Model : Pembelajaran langsung (direct intruction)
2. Metode : Diskusi, pemberian tugas, dan tanya jwab
G. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan awal
1. Doa bersama dn mengisi daftar hadir
2. Memotivasi siswa
3. Apersepsi
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pemblajaran
2. Guru menjelaskan penggunaan garis bilangan
3. Murid memperhatikan penjelasan guru
4. Dengan arahan guru beberapa siswa ke depan kelas untuk
mendemontrasikan materi ajar yang diajarkan oleh guru
5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
6. Siswa mengumpulkan tugas
7. Guru memeriksa tuga siswa
8. Guru memberi umpan balik kepada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa

c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran
2. Guru memberikan tugas / pekerjaan rumah untuk siswa

H. Sumber dan Media Pembelajaran


a. Sumber : Buku paket matematika kelas IV
b. Media : Visual (garis bilangan )

I. Penilaian Hasil Belajar


1. Penilaian tertulis
RENCANA PELAKSANAAN PEMBLAJARAN II
(RPP)
Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Matematik
Kelas / Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit

A. Standar Komptensi
Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat

B. Komptensi Dasar
Melakukan Operasi Hitung Campur

C. Indikator
1.Kognitif
Proses : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan dengan bilangan
bulat
Produk : Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan perhitungan
bilangan bulat
2.Afektif
- Karakter: Mengerjakan soal cerita yang brkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan bilanan bulat
-Sosial : Saling menghargai dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
3.Psikomotor
- Mengoperasikan hitung campur penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan menggunakan aturan aturan dalam hitung
campur

D. Tujuan Pembelajaran
4. Kogniti
Proses : - Setelah proses belajar mengajar siswa dapat
mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat
-Mengoperasikan pengurangan bilangan bulat
Produk : - Setelah proses belajar mengajar siswa dapat mengerjakan
operasi hitung bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari
5. Afektif
Karakter : Setelah proses beajar mengajar siswa dapat mengerjakan
soal cerita yang berkaitan dengan perhitungan bilangan bulat
degan tepat
Sosial :- Setelah proses belajar mengajar siswa dapat saling menghargai
dalam mengerjakan sol yang diberikan oleh guru
6. Psikomotor
Setelah proses belajar mengajar siswa dapat terampil menyelesaikan
hitung campur dengan menggunakan aturan aturan hitung campur
bilangan bulat

E. Materi Pembelajaran
Operasi hitung campuran yang akan kita pelajari adalah operasi
hitung campuran antara penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
Aturan aturan dalam melakukan operasi hitung campuran adalah sebagai
beikut:
1. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sama kuat, maka dikerjakan
urut dari seblah kiri
2. Jika terdapat tanda kurung ( ), operasi dalam tnda kurung harus dikerjakan
trlebih dahulu.
Contoh ;
a. -130 + ( -79 + 115 ) =....
Jawab :
-130 + ( - 79 + 115 ) = -130 + 36
= -94
b. 442 – 168 + ( - 150 ) =.....
Jawab:
442 – 168 + ( -150 ) = 274 + ( - 150 )
= 124
Soal cerita yang berkaitan dengan bilangan bulat
Contoh:
Sebuh mobil telah selesai diperbaiki di bengkel. Mobil tersebut diuji
untuk berjalan maju 240 meter. Kemudian mundur 85 meter dan maju
lagi 35 meter. Berapa meter jarak mobil dan bengkel ?
Jawab:
Jarak mobil dari bengkel = 240 – 85 + 35
= 155 + 35
= 190
Jadi, jarak mobil dari bengkel adalah 190 meter

F. Model dan Metode Pembelajaran


Model : Pembelajaran langsung (direct intruction)
Metode : Diskusi, pemberian tugas, dan tanya jwab
G. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan awal
1. Doa bersama dn mengisi daftar hadir
2. Memotivasi siswa
3. Apersepsi
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pemblajaran
2 . Guru menjelaskan penggunaan aturan aturan dalam melakukan hitung
campur
3. Murid memperhatikan penjelasan guru
4.Dengan arahan guru beberapa siswa ke depan kelas untuk
mendemontrasikan materi ajar yang diajarkan oleh guru
5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
6. Siswa mengumpulkan tugas
7. Guru memeriksa tuga siswa
8. Guru memberi umpan balik kepada siswa untuk mengetahui pemahaman
siswa
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran
2. Guru memberikan tugas / pekerjaan rumah untuk siswa

5 Sumber dan Media Pembelajaran


Sumber : Buku paket matematika kelas IV
Media : Visual (garis bilangan )

6 Penilaian Hasil Belajar


Penilaian tertulis
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS I

Aktivitas
No Nama Bertanya Menjawab Jumlah
1 2 3 1 2 3
1 Akh,Khusairi
2 Ali Wafa
3 Feri Kurniawan
4 AKH. Franky
5 Fifin Miftahur R
6 Moh.Danu S
7 Moh.Ainurrosikin
8 Moh.Aji Bagus
9 Moh.Alfin K
10 Moh,Asraf W
11 Moh.Irfan
12 Shovia Eka Y
13 Dania Sinta N
14 Aniatul Istiqomah
15 Sita Nura Hayati
16 Eka Putri
17 Juli Ade Wira S

Ket :
Nilai skor
3 : Bertanya lebih dari 2x
2 : Bertanya 2x
1 : Bertanya 1x

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA


SIKLUS II

Aktivitas
No Nama Bertanya Menjawab Jumlah
1 2 3 1 2 3
1 Akh,Khusairi
2 Ali Wafa
3 Feri Kurniawan
4 AKH. Franky
5 Fifin Miftahur R
6 Moh.Danu S
7 Moh.Ainurrosikin
8 Moh.Aji Bagus
9 Moh.Alfin K
10 Moh,Asraf W
11 Moh.Irfan
12 Shovia Eka Y
13 Dania Sinta N
14 Aniatul Istiqomah
15 Sita Nura Hayati
16 Eka Putri
17 Juli Ade Wira S

Ket :
Nilai skor
3 : Bertanya lebih dari 2x
2 : Bertanya 2x
1 : Bertanya 1x
ARTIKEL

MENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS NARASI


SUGESTIF SISWA KELAS III SDN KARANGDUREN 02
BALUNG JEMBER
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI

Oleh
TRI PUJI LESTARI
NIM : 600011176

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JEMBER
POKJAR BALUNG
2015.1

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Meningkatkan Ketrampilan Menulis Narasi Sugestif Siswa


Kelas III SDN Karangduren 02 Balung Jember Melalui Media
Gambar Seri

Identitas Peneliti :
Nama : Tri Puji Lestari
NIM : 600011176
Tempat mengajar : SDN Karangduren 02
Jumlah pembelajaran : 2 Siklus
Tempat Pelaksanaan : Kelas IV SDN Karangduren 02

Jember, 5 Juni 2015

Mengesahkan
Pembimbing Penulis

Drs. HARI SATRIJONO M.Pd TRI PUJI LESTARI


NIP.195805221985031011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................iii

ABSTRAK.................................................................................1

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................2

METODOLOGI PENELITIAN...........................................................4

Data.............................................................................................5

Teknik Pengumpulan Data ......................................................5

HASIL dan PEMBAHASAN ..............................................................7


Pra Siklus.......................................................................7

Siklus I .....................................................................................8

Observasi ................................................................................9

Rifleksi ..................................................................................... 9

Siklus II ...................................................................................10

Observasi......................................................................11

Refleksi ...................................................................................11

Pembahasan...................................................................13

Kesimpulan .............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI


SUGESTIF SISWA KELAS III DI SDN KARANGDUREN 02
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI

Oleh: Tri Puji Lestari


NIM: 600011176

SD Negeri KARANGDUREN 02

Abstrak: Narasi sugestif merupakan narasi yang bertujuan untuk


memberi makna atas peristiwa atau kejadian suatu pengalaman. Karena
sasarannya adalah makna suatu kejadian, maka narasi sugestif selalu
melibatkan daya khayal atau imajinasi. Berdasarkan hasil observasi awal
di SD Negeri Karangduren 02 menunjukkan bahwa hasil belajar
keterampilan siswa SD Negeri Permasalahan yang terlihat pada saat
kegiatan pembelajaran, bahwa siswa sulit menemukan dan menuliskan
ide atau gagasan dan sulit menuliskan isi cerita secara runtut, serta
siswa kesulitan dalam mengungkapkan isi cerita. Sebagai alternatif
pemecahannya adalah dengan media gambar berseri. Masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan media gambar seri
dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi sugestif siswa kelas III
SDN Karangduren 02? Adapun tujuan secara umum adalah untuk
meningkatkan kemampuan menulis narasi sugestif dengan media
gambar berseri. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan bahwa penggunaan media gambar berseri
dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan keterampilan menulis
narasi sugestif siswa kelas III melalui media gambar berseri.
Keterampilan menulis narasi sugestif siswa setelah menggunakan media
gambar seri mengalami peningkatan. Siklus I dengan rata-rata 53,8
dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 47% dan siklus II dengan
rata-rata 69 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 71%.

Kata kunci: Menulis, Narasi Sugestif, Media Gambar Seri.

PENDAHULUAN

Menulis merupakan suatu proses yang menuntut gagasan, waktu,


kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan serta menuntut
gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas,
dan ditata secara menarik. Tarigan (1986:2), menyatakan bahwa
menulis merupakan keterampilan produktif dan ekspresif. Menulis
dikatakan sebagai keterampilan produktif karena menghasilkan suatu
bentuk tulisan, sedangkan dikatakan bersifat ekspresif karena dengan
menulis kita dapat mengungkapkan pikiran dan ide kepada orang lain.
Oleh karena itu, siswa perlu dilatihkan keterampilan menulis agar dapat
menyampaikan ide atau gagasan yang baik dan benar. Menulis karangan
sederhana seperti yang dimaksud dalam kurikulum tersebut bagi siswa
kelas III dapat dituangkan dalam bentuk karangan narasi sugestif.

Narasi sugestif merupakan narasi yang bertujuan untuk memberi


makna atas peristiwa atau kejadian suatu pengalaman. Karena
sasarannya adalah makna suatu kejadian, maka narasi sugestif selalu
melibatkan daya khayal atau imajinasi. Rangkaian peristiwa yang
disajikan dapat menggugah daya khayal atau imajinasi para pembaca.
Semua objek diceritakan sebagai suatu rangkaian gerak. Kehidupan para
tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana
kehidupan itu bergerak dari waktu ke waktu.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Karangduren 02


menunjukkan bahwa keterampilan siswa SD Negeri Karangduren 02
Balung Jember kelas 3 dalam menulis narasi masih sangat rendah. Rata-
rata nilai karangannya < 60 sebanyak 18 siswa dan yang nilai
karangannya > 60 sebanyak 6 siswa. Jadi 74 % dari 24 siswa belum
mencapai ketuntasan dan 26 % dari 24 siswa yang mencapai
ketuntasan. Dari data tersebut, peneliti menganggap perlu untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerita ini supaya bisa
mencapai > 60% yang merupakan batas minimal ketuntasan hasil
belajar.

Permasalahan di atas, dapat diatasi dengan menggunakan media


pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, bersemangat.
Penelitian ini menawarkan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi
masalah yang ada berupa penggunaan media gambar seri. Penggunaan
media gambar seri untuk pengajaran menulis narasi, dianggap tepat dan
mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selain itu, biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh media ini tidak besar sehingga
gambar-gambar yang diberikan kepada siswa dapat bervariasi. Dengan
variasi gambar, siswa tidak akan jenuh. Di samping itu penggunaan
media gambar seri dapat membantu siswa untuk mengembangkan daya
imajinasi untuk menjalin hubungan antara kejadian satu dengan
kejadian yang lain dan saling berhubungan antara gambar satu dengan
gambar yang lainnya sehingga siswa dapat merangkai menjadi sebuah
cerita. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka artikel ini berjudul
Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Sugestif Siswa kelas III di
SD Negeri Karangduren 02 Balung Jember melalui Media Gambar Seri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan


masalahnya adalah bagaimanakah penggunaan media gambar seri
dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi sugestif siswa kelas III
SDN Karangduren 02 Balung Jember ? demikian, maka tujuan artikel ini
adalah untuk mendeskripsikan penggunaan media gambar seri untuk
meningkatkan. keterampilan menulis narasi sugestif siswa kelas III
SDN Karangduren 02 Balung Jember.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2006; 91).
Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas III
SD Negeri Karangduren. Dari pengamatan awal tersebut peneliti
mendapatkan permasalahan berupa ketidaktepatan guru dalam
mengunakan media pembelajaran dan kurangnya keterampilannya
siswa dalam menulis karangan. Tindakan yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut adalah menggunakan media gambar seri
untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa kelas 3 SD
Negeri Karangduren 02 Balung Jember. Tindakan tersebut dilakukan
pada siklus 1 dan siklus II.

Penelitian ini memilki data dan sumber data yang bertujuan untuk
memberi keterangan rinci terhadap subjek dalam penelitian.

Data

Data penelitian ini diperoleh dari tindakan yang dilakukan oleh


guru dan siswa yang berupa hasil observasi dan hasil tes siswa. Data
tersebut berkaitan dengan hal-hal data perencanaan, data pelaksanaan,
dan data hasil.

Sumber data dalam penelitian ini adalah proses kegiatan belajar


mengajar menulis narasi melalui media gambar berseri. Data diperoleh
dari subjek terteliti, yakni guru kelas 3 dan siswa kelas 3 SD Negeri
Karangduren 02 Baalung Jember.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitin ini menggunakan beberapa


teknik antara lain teknik observasi, wawancara, teknik tes, dan teknik
dokumentasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan


menggunakan model analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis
data kualitatif diperoleh dari data observasi.

Data yang didapat dari observasi dianalisis secara kualitatif. Data-


data tersebut dikaji untuk mengetahui bagaimana tindakan guru dan
siswa pada saat pembelajaran menulis berlangsung menggunakan
catatan lapangan yang berupa lembar observasi aktivitas guru dan
aktivitas siswa pada saat pembelajaran menulis berlangsung. Analisis
data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yaitu berupa hasil belajar
siswa sebelum pembelajaran menggunakan media gambar seri sampai
pembelajaran yang menerapkan media gambar seri, hasil tersebut
dipersentasikan untuk mengetahui berapa jumlah siswa yang berhasil
atau tidak. Langkah-langkah analisis data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan diskor dengan
pedoman sebagai berikut.
Pedoman Penskoran

kriteria penilaian

N Nama Total
nilai
o Siswa
100
Keruntu Keefektif Ejaan Kesesuaian
tan an dan
isi cerita
isi Kalimat Tanda
dengan
cerita baca
(25) judul
(25) (25)
(25)

2) Data yang diperoleh dari hasil tes dianalisis secara kuantitatif.


Analisis data yang dimaksud adalah untuk mengetahui apakah
penerapan pengunaan media gambar seri dalam menulis narasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SDN Karangduren 02
Balung Jember. Skor hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapkan tindakan, diubah menjadi nilai persentase. Menurut
Purwanto (2006:33) mengunakan rumus sebagai berikut:
NP = R x 100%

SM

NP = Nilai Presentasi

R = Skor yang dicapai

SM = Skor maksimal

100% = Konstansa

Keberhasilan dari proses belajar ditentukan dengan kriteria ketuntasan


belajar sebagai berikut.

(a) Ketuntasan perorangan yaitu siswa dikatakan telah tuntas belajarnya


bila mencapai nilai > 60, (batasan nilai disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa kelas 3 SD Negeri Karangduren 02 Balung Jember.
(b) Ketuntasan klasikal yaitu suatu kelas dapat dikatakan tuntas apabila
di kelas telah terdapat 60% dari jumlah siswa yang telah mencapai
nilai > 60.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Dalam prasiklus dilakukan hal-hal sebagai berikut:


Tes diberikan pada setiap siswa untuk mengukur keberhasilan
dalam penyampaian teori. Adapun kondisi awal (prasiklus) adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kondisi awal Keterampilan Menulis Narasi Sugestif

No Aspek Penilaian Skor Rata-Rata


1 Keruntutan isi cerita 15.3
2 Keefektifan kalimat 14.8
3 Ejaan dan tanda baca 14.3
4 Kesesuaian judul dengan isi cerita 17.5
Jumlah 61.9
Pada tabel di atas jumah dari rata-rata aspek keruntutan isi cerita,
keefektifan kalimat, ejan dan tanda baca dan kesesuaian judul dengan isi
cerita seluruhnya sebesar 61.9. Oleh karena itu, nilai deskripsi prasiklus
adalah sebagai berikut.

Kriteria Jumlah Presentase


Siswa tuntas > 60 6 26%

Siswa tidak tuntas < 18 74%


60
24 100%
Jumlah
Berdasarka tabel di atas, jumlah siswa yang tuntas mencapai 26%.
Hal ini sangat jauh dari nilai ketuntasan karena jumlah siswa yang
diharapkan tuntas minimal 60% dari jumlah siswa.

Siklus I

Berdasarkan kegiatan pembelajaran pada siklus I diperoleh nilai


dari kegiatan menulis narasi sugestif siswa kelas III, yaitu seperti dalam
tabel dibawah.

Nilai Menulis Narasi Sugestif Siklus I

Kriteria Jumlah Persentase


Keruntutan isi cerita 12 52 %
Keefektifan kalimat 9 39 %
Ejaan dan tanda baca 9 37 %
Kesesuaian judul dengan isi 12 48 %
cerita

Berdasarkan tabel di atas, maka setiap kriteria diperoleh nilai


kurang dari 50% hanya kriteria keruntutan isi cerita yag bisa mencapai
lebih dari 50%. Selanjutnya, dibawah ini juga disajikan data nilai
deskripsi pada siklus pertama.

Nilai Deskripsi Siklus I


Kriteria Jumlah presentase
Siswa tuntas > 60 11 47 %

Siswa tidak tuntas < 60 13 53 %

Jumlah 24 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata


siswa pada siklus I adalah 55,3 dengan persentase ketuntasan belajar
siswa mencapai 47%, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 53%
dari jumlah seluruh siswa, sehingga perlu adanya perbaikan ulang pada
siklus II.

Observasi

Berdasarkan pengamatan tentang kegiatan pembelajaran yang


telah dilakukan pada siklus I, tampak bahwa siswa sudah bersemangat
dalam pembelajaran menulis . Pada saat guru memajang media dipapan
tulis siswa merasa senang dan penasaran karena selama ini dalam
kegiatan pembelajaran guru tidak pernah menggunakan media
pembelajaran. Hal ini dapat membangkitkan semangat dan motivasi
siswa dalam pembelajaran. Siswa juga memilki rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap media pembelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada siswa. Pada saat kegiatan belajar berakhir guru memberikan
pertanyaan secara lisan kepada siswa hampir semua siswa dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa merasa sangat senang dan tertarik dengan pembelajaran
yang menggunakan media pembelajaran.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran pada


siklus I, diketahui bahwa kegiatan belajar siswa telah mengalami
peningkatan. Meskipun ada beberapa siswa yang masih belum
memperhatikan pembelajaran menulis. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pada siklus selanjutnya adalah:

a) Guru sebaiknya dapat mengkondisikan kelas sebelum memulai


kegiatan belajar.
b) Guru sebaiknya lebih terampil dalam memberikan motivasi dan
bimbingan agar siswa dapat menuangkan, gagasan dan ide mereka
dalam menulis karangan narasi sugestif..
c) Dalam membagikan media kepada siswa lebih baik siswa mendapat
media secara individu agar tidak terjadi kegaduhan dan kegiatan
belajar berjalan dengan baik.
d) Lebih baik guru tidak membentuk siswa dalam kelompok karena
kegiatan menulis lebih mudah dipahami secara individu..

Siklus II
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada
siklus II diperoleh daftar nilai dari kegiatan menulis siswa dalam bentuk
narasi sugestif kelas III sebagai berikut.

Nilai Menulis Narasi Sugestif Siklus II

Kriteria Jumlah Persentase


Keruntutan isi cerita 20 84 %
Keefektifan kalimat 16 66 %
Ejaan dan tanda baca 15 63 %
Kesesuaian judul dengan isi 18 74 %
cerita

Berdasarkan tabel menunjukkan masing-masing kriteria menulis


narasi sugestif diperoleh presentase lebih dari 50%. Hl ini menunjukkan
adanya peningkatan dan sesuai dengan standart minimal ktuntasan
dalam menulis narasi sugestif. Tidak perlu adanya perbaikan ulang pada
siklus III. Adapu nilai deskripsi siklus II, seperti berikut ini.

Nilai Deskripsi Siklus II

Kriteria Jumlah presentase


Siswa tuntas > 60 17 71%

Siswa tidak tuntas < 60 7 29 %


Jumlah 24 100 %

Berdasarkan tabel di atas (4.1) dan (4.2) dapat dijelaskan bahwa


nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 67,8 dengan persentase
ketuntasan belajar siswa mencapai 7I%, sedangkan siswa yang belum
tuntas mencapai 29% dari jumlah seluruh siswa.

Observasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan


menulis hasil nilai siswa juga mengalami peningkatan hal ini dapat
dilihat dari keberhasilan siswa yang mendapat nilai diatas batas
minimal.

Refleksi

Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap kegiatan belajar


pada siklus II, dapat diketahui bahwa proses pembelajarannya sudah
lebih baik daripada siklus sebelumnya sehingga siswa kelasIII SDN
Karangduren 02 Balung Jember dapat mencapai ketuntasan belajar yang
diharapkan yaitu 100%. Selain itu peneliti juga berdiskusi dengan guru
kelas mengenai hasil pembelajaran dari siklus II yaitu:
a) Dalam menggunakan media gambar seri lebih memudahkan guru
dalam melakukan kegiatan pembelajaran terutama pada tema cerita
anak serta memudahkan siswa dalam menulis karangan narasi
sugestif.
b) Pembelajaran menulis narasi sugestif dengan menggunakan media
gambar seri berjalan lancar. Siswa sudah dapat memusatkan
perhatian dan bisa membuat kalimat efektif sehingga menjadi
cerita yang runtut.
c) Kesalahan yang terjadi pada siklus I tidak kembali terulang
Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan dalam siklus 2 ini
sudah berhasil. Dan peneliti sudah merasa cukup karena hasil yang
diharapkan oleh peneliti telah dicapai.

Hasil wawancara yang dilakukan untuk menjaring kesan siswa


terhadap proses pembelajaran bahwa siswa merasa senang dengan
pembelajaran menulis karangan sederhana (narasi sugestif)
menggunakan media gambar seri. Penggunaan media gambar berseri
dapat memudahkan siswa dalam belajar serta dapat menambah
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pembahasan
Tindakan yang dilakukan pada siklus I dimulai dengan kegiatan
guru membuka pelajaran dan mengabsen siswa. Selanjunya guru
melakukan dialog dengan siswa di dalam kelas. Guru menjelaskan
tentang karangan narasi dan langkah- langkah dalam menulis narasi.
Kemudian guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 3 siswa. Pembentukan kelompok ini berfungsi untuk melatifh
daya kerja sama antara siswa. Selanjutnya guru meminta tiap kelompok
untuk mengamati, menentukan urutan dan maksud gambar seri
tersebut. Kemudian tiap kelompok mengidentifikasi media tersebut dan
membuat kalimat utama. Setelah itu masing-masing siswa melakukan
kegiatan menulis narasi sugestif sesuai dengan kata-kata mereka sendiri.

b. Siklus II

Siklus II merupakan uapaya perbaikan dari siklus I. Usaha


perbaikan ini menyangkut hal-hal pelaksanaan yang belum sempurna.
Siklus II dilaksanakan untuk lebih meningkatkan keterampilan menulis
narasi sugestif. Pembelajaran diawali dengan salam, dan mengabsen
siswa. Pada siklus ini siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar seri memberi
kemudahan kepada siswa serta membantu siswa untuk
mengembangkan kreatifitas siswa dalam menulis narasi sugestif dan
menuangkan pikirannya.
Keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi sugestif telah
mengalami peningkatan pada tiap siklus. Peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat pada dibawah ini.

Nilai Siswa Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II


Jml % jml % jml %
Siswa tuntas > 60 6 11 11 47 17 71

Siswa tidak tuntas < 18 74 13 53 7 29


60

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa


setiap pergantian siklus selalu ada peningkatan yang cukup signifikan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah


diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, Penggunaan media gambar berseri dalam pembelajaran


menulis dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi sugestif siswa
kelas III melalui media gambar berseri. Prosedur yang dilakukan dengan
cara yaitu: (1) membagikan media gambar berseri kepada siswa, (2)
melakukan kegiatan tanya jawab tentang isi dari cerita yang terdapat
dalam media gambar seri, (3) mengamati dan mengidentifikasi media
gambar seri serta melengkapi kalimat tentang cerita yang terdapat
dalam media gambar seri, (4) mengurutkan gambar berseri yang telah
diacak menjadi sebuah cerita yang runtut, (5) melakukan kegiatan
evaluasi menulis narasi tentang cerita yang terdapat dalam media
gambar seri, (6) penutup, dengan melihat respon siswa dan menjaring
kesan siswa berkaitan dengan pembelajaran menggunakan media
gambar seri itu.

Kedua, Keterampilan menulis narasi sugestif siswa setelah


menggunakan media gambar seri mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari proses pembelajaran di kelas III, yaitu penilaian proses siklus
I dengan rata-rata 53,8 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 47%
dan siklus II dengan rata-rata 69 dengan ketuntasan belajar siswa
mencapai 71%.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diberikan adalah


sebagai berikut:

a) Untuk Guru SD

Penggunaan secara maksimal media gambar seri dapat


meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerita, karena itu
disarankan kepada guru kelas yang lain untuk dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam pembelajaran menulis cerita sebab selain efektif
juga mudah mendapatkannya. .

b) Untuk Sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan fasilitas pendukung kegiatan


belajar yang berupa media pembelajaran. Utamanya media-media yang
berkaitan dengan gambar berseri.

c) Peneliti Lain

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih


mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan inovasi-inovasi
pembelajaran serta peningkatan pembelajaran melalui penggunaan
media gambar seri .
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1986. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia.Jakarta : Erlangga

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan sebagai Alat, Metode, dan


Teknik Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Endo Flores : Nusa Indah.

Purwanto, Ngalim. 1992. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sadiman, S.A. 1986. Media Pendidikan : pengertian, pengembangan,
dan pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali.

Soedjito dan Mansyur Hasan. 1990. Keterampilan Menulis Paragraf.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1992. Menulis sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung : Angkasa.

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MELALUI
METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN KARANGDUREN 02 BALUNG
JEMBER
Oleh
TRI PUJI LESTARI
NIM : 600011176

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JEMBER
POKJAR BALUNG
2015.1

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Contextual Teaching and Learning Melalui Metode


Experimen Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas IV SDN Karangduren 02 Balung Jember

Identitas Peneliti :
Nama : Tri Puji Lestari
NIM : 600011176
Tempat mengajar : SDN Karangduren 02
Tempat Pelaksanaan : Kelas IV SDN Karangduren 02
Jember, 5 Juni 2015

Mengesahkan

Pembimbing Penulis

Drs. HARI SATRIJONO M.Pd TRI PUJI LESTARI


NIP.195805221985031011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................iii


BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................3

1.3 TujuanPenelitian ......................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................6

A. Pembelajaran IPA di Sekolh Dasar ........................................6

B. Contextual Teachin ...............................................................7

C. Karakteristik CTL ................................................................... 8

D. Metode Eksperimen .............................................................12

E. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) Melalui Metode


Eksperimen ...........................................................................15

F. Pembelajaran Konvensional ..................................................16

1. Metode Pembelajaran Konvensional.............................16

2. Hasil Belajar .................................................................19

3. Hipotesis .......................................................................20

BAB 3. METODE PENELITIAN .....................................................21

A. Tempat Penelitian .....................................................................21

B. Subjek Penelitian ....................................................................21

C. Devinisi Operasional ...............................................................24

D. Jenis dan Desain Pnelitian ........................................................25

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................27


F. Fteknis Anaalisis Data ............................................................29

Daftar Pustaka ................................................................................31


BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian.

A. Latar Belakang
Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa bukanlah satu-satunya
sumber yang mutlak. Peran guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar, dapat
berfungsi sebagai fasilitator, motivator, demonstrator, dan evaluator. Pemilihan
metode dan media dalam pembelajaran pun juga harus diperhatikan oleh guru dengan
menyesuaikan karakteristik siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal. Dengan adanya keterampilan yang dimiliki oleh guru inilah, siswa
diharapkan dapat aktif dalam kegiatan proses belajar-mengajar.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks dan hanya
dialami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar yang berupa keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati,
2002:7).
Pembelajaran IPA atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SDN Karangduren 02
menunjukkan bahwa: (a) penggunaan media pembelajaran belum bervariasi, (b)
penggunaan alat peraga belum maksimal, seperti alat-alat percobaan, gambar, dan
bagan, (c) hasil belajar IPA masih rendah, (d) penggunaan metode konvensional/
berpusat pada guru. Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang berpusat pada guru
mengakibatkan siswa hanya menerima materi pelajaran secara pasif. Proses
pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa kurang berminat dalam mengikuti
pembelajaran IPA sehingga berpengaruh pada pemahaman siswa. Oleh karena itu,
agar siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, hendaknya guru
dituntut dapat mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
dalam menerima materi pelajaran.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah penggunaan
pendekatan dan metode yang tepat. Pendekatan dan metode mengajar banyak
ragamnya, sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka
ragam yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Dengan menggunakan
metode mengajar yang beragam siswa tidak akan merasa bosan sehingga tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai dengan baik.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah
suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa untuk mendorong siswa membuat hubungan
antarpengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa (Rosalin, 2008:27).
Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan
pengalaman atau dunia nyata (real world learning), berpikir tingkat tinggi, berpusat
pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar
menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull and quantum learning),
dan menggunakan berbagai sumber belajar (Sumiati, 2009:14).
Metode eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa
secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu percobaan secara
mandiri (Aqib, 2010:94). Melalui metode ini, siswa dapat membuktikan sendiri
konsep yang mereka terima, sehingga kemampuan anak meningkat. Mata pelajaran
IPA tidak bisa hanya dengan metode ceramah tanpa ada demonstrasi dan yang lebih
mengena dengan pembuktian adalah eksperimen. Dengan bereksperimen siswa
mampu menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan, hal ini akan
menyebabkan kebermaknaan dalam belajar.
Dalam metode eksperimen siswa dapat terlibat langsung dalam proses
percobaan. Manfaat dari metode ini adalah membantu siswa untuk mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode eksperimen
akan mengurangi kejenuhan dan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
karena mereka terlibat langsung dalam peragaan atau pertunjukan mengenai proses
sehingga penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam
sehingga membentuk pengertian dengan baik.
Bukti pendekatan Kontekstual dan metode eksperimen dapat memberikan
dampak positif terhadap pembelajaran yaitu berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan Risnawati (2004) menunjukkan hasil bahwa dengan CTL dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 16.96% serta dapat meningkatkan hasil
belajar IPA sebesar 28.57% pada siswa kelas IV di SDN Karangduren 02. Maymunah
(2005) pembelajaran IPA melalui metode eksperimen meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SDN Karangduren 02 yaitu mencapai persentase sebesar 62% pada
siklus I dan 86% pada siklus II, sehingga meningkat sebesar 24%.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangduren 02
Balung Jember” untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan penggunaan
Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dalam pembelajaran
IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangduren 02 Balung Jember.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan permasalahannya
adalah adakah pengaruh yang signifikan penggunaan Contextual Teaching and Learning
melalui metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV
SDN Karagduren 02 Balung Jember?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah ingin mengetahui adanya pengaruh yang signifikan penggunaan
Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dalam pembelajaran
IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangduren 02 Balung Jember.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang salah satu metode mengajar yang
melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
b. Bagi sekolah, sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SDN Karangduren 02 Balung
Jember.
c. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan acuan untuk
penelitian lebih lanjut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan secara rinci komponen-komponen tinjauan pustaka


yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun komponen-komponen tersebut
meliputi: (1) pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (2) Contextual Teaching and
Learning (CTL), (3) Metode eksperimen, (4) penerapan Contextual Teaching And
Learning melalui metode eksperimen, (5) hasil belajar, (6) hipotesis.

A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


Pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa menguasai
pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, dan proses penemuan, serta memiliki sikap
ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari
tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
alamiah (Sapriati, 2009:2.3).
Sutrisno (2007:5-3) menyebutkan lima prinsip utama pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar, sebagai berikut:
a. pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik
secara inderawi maupun noninderawi;
b. pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga perlu
diungkap selama proses pembelajaran;
c. pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan
pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki (miskonsepsi);
d. dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang dan relasi
dengan konsep lain;
e. IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Berdasarkan kurikulum 2004 (Sapriati, 2009:2.4) tujuan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa mampu: a)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; b) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif, dan kesadaran adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat; c) mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar; d) berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam; e) menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan; f) memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan selanjutnya
(SMP/MTS).
Berdasarkan uraian di atas, Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada situasi kehidupan yang diperoleh siswa dan merupakan wahana
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. IPA di sekolah
dasar hendaknya menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Hal ini akan memicu
siswa untuk mencari jawaban sendiri atas keingintahuannya, sehingga akan terbentuk
pengetahuan berdasarkan pola pikir dan pengalaman yang mereka lakukan sendiri
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

B. Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Pengertian CTL
Sistem CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah proses pendidikan
yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya mereka (Johnson, 2012:67).
Kontekstual adalah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa
belajar dengan penuh makna, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa
menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Nurhadi, 2004:15).
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rosalin, 2008:27).
Depdiknas dalam Rosalin (2008:27) menyebutkan bahwa CTL, (1) merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural), (2) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata dengan mendorong pebelajar
membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dalam pendekatan Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang mendorong
(memotivasi) dan membantu siswa memahami dengan melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian (konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya).

2. Karakteristik CTL
Rosalin (2008:28) mengemukakan terdapat lima karakter penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activating knowledge). Artinya, apa yang akan
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
Dengan demikian, pengetahuan yang sudah diperoleh siswa
adalah pengetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
b. Pembelajaran Kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Artinya, pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, yaitu pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihapal, melainkan
untuk diyakini dan dipahami, dengan cara (1) menyusun konsep
sementara; (2) melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan; (3) merevisi konsep dari tanggapan tersebut
kemudian dikembangkan.
d. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (refelecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Hakim (2009:57) menjelaskan penerapan pembelajaran CTL di kelas


melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif.
a. Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme, yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Sumiati
(2009:15) menyebutkan ada lima elemen belajar yang kontruktivistik, yaitu:
1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);
2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge);
3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge);
4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge);
5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
(reflecting knowledge).
b. Bertanya (Questioning)
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Melalui proses bertanya siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan
mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu mengembangkan ide/gagasan dan
pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk
bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi (Sumiati, 2009:15).
c. Menemukan (Inquiry)
Menemukan atau inquiry, yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiry untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk menangani
permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Guru
harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja
menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan
prosedur penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan
penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata (Sumiati,
2009:16).
d. Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Masyarakat belajar, yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok). Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat tempat tinggalnya atau di
sekitar sekolahnya. Dengan demikian, masyarakat dapat dijadikan sumber daya
untuk mengembangkan pemahaman pembelajaran Kontekstual (Hakim,
2009:59).
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan, yaitu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Siswa lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar jika
dalam pembelajaran guru menyajikan dalam bentuk model, bukan hanya lisan
(Sumiati, 2009:116). Model dapat berupa benda-benda, guru, siswa lain, karya
inovasi, dll (Nurhadi, 2004:32).
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran.
Refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru
(Hakim, 2009:60). Refleksi dilakukan di akhir pertemuan agar siswa merasa
bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (Nurhadi, 2004:32)
g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian sebenarnya dengan
berbagai cara. Penilaian bisa dengan cara memberi pertanyaan berdasarkan isi
pelajaran. Tugas guru adalah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran
(Sumiati, 2009:17).
Pada penelitian ini lebih menekankan pada komponen Inquiry. Seperti yang
dikemukakan Rosalin (2008:61) bahwa Inquiry merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara
luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lain. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut.
Guru memberi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Peserta didik memperoleh pedoman yang sesuai dengan yang
dibutuhkannya. Pedoman-pedoman tersebut berupa pertanyaan yang membimbing.
Kemudian peserta didik mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya di dalam
kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat
laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya, laporan kelompok dilaporkan dan
didemonstrasikan. Kesimpulan yang didapat menjadi tindak lanjut yang perlu
diperhatikan.
C. Metode Eksperimen
1. Pengertian Metode Eksperimen
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980:154) metode mengandung arti
cara yang tersusun teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu
pengetahuan. Abimanyu (2009:2-4) mengartikan metode sebagai cara kerja yang
bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian
dapat diartikan metode adalah cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Abimanyu (2009:7-17) menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan
untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Sedangkan metode
eksperimen dalam suatu pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode eksperimen adalah metode yang
banyak digunakan dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), eksperimen
atau percobaan yang dilakukan tidak harus di dalam laboratorium tetapi dapat
dilakukan pada alam sekitar (Sapriati, 2009:3.13- 3.14).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan yang dipelajari
dalam pembelajaran.

2. Karakteristik Metode Eksperimen


Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode
eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti
sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan (Abimanyu, 2009:7-17).
Tujuan-tujuan metode eksperimen antara lain sebagai berikut:
a. siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;
b. siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan
percobaannya;
c. siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta,
informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan;
d. siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi (Abimanyu,
2009:7-17).
Ada beberapa alasan guru menggunakan metode eksperimen, sebagai berikut:
a. dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah;
b. dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri;
c. dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada
bukti-bukti nyata (Abimanyu, 2009:7-17).

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen


Abimanyu (2009:7-18) menyebutkan ada beberapa kelebihan metode
eksperimen, sebagai berikut.
a. Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri
daripada menurut cerita orang atau buku;
b. Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yag diperlukan melalui
percobaan yang dilakukannya;
c. Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah;
d. Hasil belajar dikuasai dengan baik dan tahan lama dalam ingatan;
e. Menghilangkan verbalisme.
Kelemahan-kelemahan metode eksperimen, sebagai berikut:
a. memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal;
b. dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya
memerlukan waktu lama;
c. kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya;
d. belum tentu semua guru menguasai metode eksperimen (Abimanyu, 2009:7-18).
Langkah-langkah mengatasi kelemahan metode eksperimen, antara lain:
1) guru harus mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan dan tata ruang kelas
(Sumiati, 2009:102);
2) guru menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan,
peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol,
dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen;
3) mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami
kesulitan;
4) meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-
bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan
kekeliruan yang mungkin terjadi (Abimanyu, 2009:7-18).

4. Prosedur Metode Eksperimen


Abimanyu (2009:7-19) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen sebagai berikut.
a. Kegiatan persiapan
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode eksperimen.
2) Menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui eksperimen.
3) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.
4) Memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau tidak
(Sumiati, 2009:102).
5) Menetapkan langkah pelaksanaan, alokasi waktu agar pelaksanaan efisien (Sumiati,
2009:102).
6) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk Lembar Kerja
Siswa (LKS).
b. Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
1) Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam
eksperimen.
2) Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi
pembelajaran yang diperlukan, variabel yang diamati dan hal yang perlu
dicatat.
3) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama
eksperimen.
4) Menetapkan follow-up (tindak lanjut) eksperimen (Sumiati, 2009:102).

D. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Metode Eksperimen


Langkah-langkah penerapan CTL melalui metode eksperimen sebagai berikut.
a. Kegiatan Persiapan
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
2) Menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui eksperimen.
3) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.
4) Memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau tidak.
5) Menetapkan langkah pelaksanaan, alokasi waktu agar pelaksanaan efisien.
6) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
1) Kegiatan Pembukaan
a) Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (apersepsi).
b) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur
eksperimen yang akan dilakukan.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai
dalam eksperimen.
b) Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan
dalam eksperimen.
c) Membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi
pembelajaran yang diperlukan, variabel yang diamati dan hal yang perlu
dicatat.
d) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama
eksperimen.
e) Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah
disiapkan guru.
f) Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
g) Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
b) Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses ekserimen.
c) Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah
menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
Pembelajaran Konvensional
Metode Pembelajaran Konvensional
Dalam pembelajaran IPA di SDN Karangduren 02 Balung Jember,
menggunakan pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran konvensional, yaitu: ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara
memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Metode ini sering digunakan
karena mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media (Abimanyu, 2009:6-3).
Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru. Penguasaan
guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara, penggunaan
media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan keberhasilan metode
ini.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh
jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa (Abimanyu, 2009:
6-6).
c. Metode Penugasan
Metode Penugasan adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas
yang dilaksanakan dapat dilakukan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di
rumah atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan CTL melalui Metode Eksperimen


Tabel Perbedaan pembelajaran Konvensional dan CTL melalui Metode Eksperimen

Komponen
No. Konvensional CTL melalui Metode Eksperimen
Perbedaan
1. Penempatan Siswa ditempatkan sebagai objek Menempatkan siswa sebagai subjek
siswa belajar yang berperan sebagai belajar. Artinya, siswa berperan
penerima informasi secara pasif. aktif dalam setiap proses
pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri
materi pelajaran melalui kegiatan
eksperimen.
2. Cara Belajar Siswa lebih banyak belajar secara Siswa belajar melalui kegiatan
individual dengan menerima, kelompok, berdiskusi, saling
mencatat, dan menghapal materi menerima, dan saling memberi.
pelajaran.
3. Konteks Pembelajaran bersifat teoritis dan Pembelajaran dikaitkan dengan
Belajar abstrak, dunia nyata secara riil.
4. Kemampuan Kemampuan diperoleh melalui Kemampuan didasarkan atas
Belajar latihan-latihan. pengalaman langsung melalui
eksperimen.
5. Tujuan Akhir Nilai atau angka Kepuasan diri
6. Tindakan atau Tindakan atau perilaku individu Tindakan atau perilaku dibangun
perilaku didasarkan oleh faktor dari luar atas kesadaran diri sendiri, misalnya
dirinya, misalnya individu tidak individu tidak melakukan perilaku
melakukan sesuatu disebabkan takut tertentu karena ia menyadari bahwa
Komponen
No. Konvensional CTL melalui Metode Eksperimen
Perbedaan
hukuman atau sekadar untuk perilaku itu merugikan dan tidak
memperoleh nilai dari guru. bermanfaat.
7. Pengetahuan Kebenaran yang dimiliki bersifat Pengetahuan yang dimiliki setiap
absolut dan final karena individu selalu berkembang sesuai
pengetahuan dikontruksi oleh orang dengan pengalaman yang
lain. dialaminya. Oleh karena itu, di
setiap siswa bisa terjadi perbedaan
dalam memaknai hakikat
pengetahuan yang dimilikinya.
8. Peran siswa Guru penentu jalannya proses Siswa bertanggung jawab dalam
pembelajaran memonitor dan mengembangkan
pembelajaran mereka masing-
masing.
9. Setting/tempa Pembelajaran hanya terjadi di dalam Pembelajaran bisa terjadi dimana
t kelas saja, dalam konteks dan setting yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan.
10. Evaluasi Keberhasilan pembelajaran biasanya Keberhasilan pembelajaran diukur
hanya diukur dari tes. dengan berbagai cara, yaitu evaluasi
proses, hasil karya siswa,
penampilan, rekaman, observasi,
dan wawancara.
Sumber: Diadopsi dari Rosalin (2008)

Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional


Langkah-langkah pembelajaran konvensional sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
1) Apersepsi yaitu menanyakan kembali pelajaran yang lalu.
2) Motivasi yaitu kegiatan mengaitkan peristiwa dalam kehidupan dengan materi yang
akan diajarkan.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi pelajaran.
2) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan.
2) Guru melakukan evaluasi formatif.
3) Guru melakukan tindak lanjut, yaitu mengajarkan kembali materi yang belum dikuasai
siswa atau memberi tugas tambahan berdasarkan hasil evaluasi formatif.

E,Hasil Belajar
Sukardi (2011:74) mengemukakan hasil belajar pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga domain (ranah) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Domain Kognitif, merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan
perkembangan dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa. Domain kognitif
dibedakan menjadi enam tingkatan: 1) knowledge (pengetahuan), 2)
comprehension (pemahaman), 3) application (penerapan), 4) analysis (analisis), 5)
synthesis (sintesis), 6) evaluation (evaluasi).
b. Domain Afektif, merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan
pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi (Good dalam Sukardi,
2011:75).Domain afektif menjadi lima tingkatan: 1) receiving (menerima), 2)
responding (menjawab), 3) valuing (menilai), 4) organization (mengorganisasi), 5)
characterization by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar nilai
kompleks).
c. Domain Psikomotorik, merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan
membentuk keterampilan siswa. Secara garis besar domain psikomotor dibedakan
menjadi tujuh tingkatan: 1) perception (persepsi), 2) set (penetapan), 3) guided
response (reaksi atas dasar arahan), 4) mechanism (mekanisme), 5) complex overt
response reaks (terbuka dengan kesulitan kompleks), 6) adaptation (adaptasi), 7)
origination (asli).
Hasil belajar dapat diketahui dengan cara melakukan penilaian atau evaluasi
hasil belajar. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi suatu tujuan telah
dapat dicapai (Sukardi, 2011:14). Oleh karena itu hasil belajar siswa dapat diketahui
melalui skor atau nilai siswa setelah mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian di atas,
maka dalam penelitian ini hasil belajar siswa berupa skor dari ranah kognitif yang
diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran. Alat penilaian yang akan digunakan
berupa tes untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa.

E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah: ada pengaruh yang signifikan penggunaan
Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dalam pembelajaran
IPA terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Karangduren 02 Balung Jember.
BAB 3. METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan secara rinci komponen-komponen metode penelitian


yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun komponen-komponen tersebut
meliputi: (1) tempat dan waktu penelitian, (2) subjek penelitian, (3) definisi
operasional, (4) desain penelitian, (5) langkah-langkah penelitian, (6) teknik
pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

A. Tempat dan Waktu


Penentuan tempat penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling,
artinya daerah penelitian dengan sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan
tertentu, diantaranya adalah keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh atau memiliki tujuan khusus lainnya.
Waktu penelitian direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014 / 2015.
Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah SDN Karangduren 02 Kecamatan
Balung Kabupaten Jember dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Adanya kesediaan pihak SDN Karangduren 02 Balung Jember untuk dijadikan
tempat penelitian.
2. Penelitian dengan judul “Pengaruh Contextual Teaching and Learning melalui
Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa Kelas IV SDN Karangduren 02 Balung Jember” belum pernah dilakukan
sebelumnya di sekolah tersebut.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester genap SDN
Karangduren 02 Balung Jember tahun pelajaran 2014 / 2015 dengan siswa yang
terdiri 17 siswa.
1. Responden Penelitian
Penentuan responden menggunakan metode cluster random sampling yaitu
dengan mengambil secara acak tanpa melihat latar belakang yang ada. Sebelum
pengambilan responden dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan
analisis varian menggunakan perbedaan mean antar kelompok yang diambil dari skor
rata-rata Ujian Akhir Semester (UAS) dengan rumus:

M 1−M 2
t0 = MK 1 + 1
√d
(n n )
1 2

Keterangan :
t0 = t observasi
M1 = mean (rata-rata) kelompok 1
M2 = mean (rata-rata) kelompok 2
MK d = mean kuadrat dalam = JK d : db d
JK k = jumlah kuadrat kelompok
JK d = jumlah kuadrat dalam
db d = derajat kebebasan dalam
n1 = jumlah subjek dalam kelompok 1
n2 = jumlah subjek dalam kelompok 2
(Arikunto, 2006:325)

Tabel 3.1 Analisis hasil t observasi

Jika t 0 ≥ t t 5% Jika t 0< t t ¿ 5%


1. Ada perbedaan mean yang 1. Tidak ada perbedaan mean yang
signifikan signifikan
2. Hipotesis nihil ( H 0) ditolak 2. Hipotesis nihil ( H 0) diterima
Sumber: Arikunto (2006:324-325)
Apabila analisis hasil t observasi dinyatakan homogen (t 0< t t ¿ , maka langkah
selanjutnya adalah menentukan responden atau sampel penelitian. Dari populasi yang
ada kemudian digunakan metode cluster random sampling dengan teknik undian
terhadap kedua kelas dengan tujuan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Setelah diperoleh satu kelas melalui teknik undian, maka kelas tersebut
digunakan sebagai kelas eksperimen yang akan menerima pembelajaran
menggunakan Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen,
sedangkan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang akan menerima
pembelajaran tanpa menggunakan Contextual Teaching and Learning melalui
metode eksperimen atau dengan pembelajaran konvensional.

2. Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:38). Pada penelitian
ini variabel yang digunakan sebagai berikut.
a. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan (Sugiyono, 2011:39), variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran Contextual Teaching and Learning melalui metode Eksperimen,
dan pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:39), variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa kelas IV
c. Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011:39), variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah kemampuan guru sama, alat evaluasi yang sama, serta
penelitian dilakukan pada waktu yang sama.
C. Definisi Operasional
Adapun istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning adalah memberikan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV SDN Karangduren 02 Balung
Jember melalui pengaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata/kehidupan sehari-hari siswa yang penerapannya melalui kegiatan
eksperimen secara terbimbing.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah menyajikan bahan pelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri secara
terbimbing suatu pertanyaan yang dipelajari dalam pembelajaran khususnya
kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SDN Karangduren 02
Balung Jember.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang diterapkan di
SDN Karangduren 02 Balung Jember menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan penugasan yang dalam penerapannya cenderung lebih menekankan
guru sebagai objek yang lebih aktif dalam proses pembelajaran sedangkan siswa
hanya sebagai pendengar dan menerima materi pelajaran saja.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang didapat siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SDN Karangduren 02
Balung Jember menggunakan Contextual Teaching and Learning melalui
metode eksperimen dan pembelajaran konvensional yang berupa perubahan
tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk skor yang diperoleh dari selisih skor
pre-test dan post-test siswa melalui tes formatif yang diberikan oleh guru.
D. Desain Penelitian
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh atau dampak dari suatu perlakuan (treatment) tertentu terhadap
perubahan suatu kondisi. Desain penelitian ini menggunakan desain pre-test post-test
control group desaign seperti pada gambar 3.1 berikut.

E: O1 X O2
C: O1 O2

Gambar 3.1 Desain pre-test post-test control group design

Keterangan
E = Kelas Eksperimen
C = Kelas kontrol
O1 = Observasi/ test awal (pretest) yang diberikan pada kelompok eksperimental dan
contoh sebelum dilakukan perlakuan. Tes untuk kedua kelompok digunakan
alat/instrumen yang sama.
X = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen
O2 = Observasi/ test akhir (posttest) yang diberikan sesudah perlakuan. Tes untuk kedua
kelompok digunakan alat/instrumen yang sama.

E. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.
1. Melakukan persiapan meliputi kegiatan penyusunan proposal dan instrumen
penelitian.
2. Melakukan observasi di sekolah yaitu peneliti melakukan kegiatan observasi sebelum
penelitian dilaksanakan. Observasi dilakukan di SD tempat penelitian dengan tujuan
mengetahui gambaran umum sekolah.
3. Menentukan populasi dengan teknik purposive area.
4. Mengadakan dokumentasi berupa nilai UAS IPA dan mengadakan uji homogenitas
untuk mengetahui apakah kelas IV homogen atau tidak yang didasarkan pada nilai
tersebut.
5. Menetapkan responden.
6. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara random.
7. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum kegiatan
belajar mengajar (KBM) berlangsung untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
8. Melaksanakan proses KBM pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dan pada kontrol
dengan pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning melalui metode eksperimen.
9. Memberikan post-test berupa latihan soal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah melakukan KBM untuk mengetahui skor post-test.
10. Menganalisis data berupa skor pre-test, post-test, dan wawancara.
11. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan alur penelitian pada gambar
Persiapan

Observasi Populasi

Dokumentasi

Uji
Homogenitas

Responden

↓ ↓
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
↓ ↓
Pre-test Pre-test
↓ ↓
Proses belajar
Proses belajar mengajar
mengajar dengan
tanpa menggunakan
menggunakan
pendekatan Contextual
pendekatan
Teaching and Learning
Contextual Teaching
melalui metode
and Learning
eksperimen
melalui metode
eksperimen


Post-test

Data

Analisis Data ← Wawancara

Kesimpulan

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data


Adapun pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Observasi
Observasi (observation) adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan, yaitu
peneliti hanya sebagai pengamat independen objek yang diteliti. Observasi dilakukan
dengan tujuan mengetahui gambaran umum sekolah yang akan digunakan sebagai
tempat penelitian serta dampak pengiring terhadap perlakuan yang diberikan.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam penelitian ini
pelaksanaan wawancara dilakukan dengan cara interview bebas, yaitu pewawancara
bebas menanyakan apa saja namun tetap mengingat data apa saja yang dibutuhkan
atau yang dikumpulkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya. Dalam penelitian ini data yang ingin diperoleh dari metode ini
berupa data tentang nilai Ujian Akhir Semester siswa kelas V SDN Karangduren 02
Balung Jember. Tujuannya adalah untuk memperoleh data sebagai bahan uji
homogenitas. Pemerolehan data dokumentasi dilakukan sebelum penelitian.

4. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau
salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban,
atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur
tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang
dikenai tes. Data hasil belajar siswa yang telah tercapai dapat diketahui dengan
menggunakan metode tes. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa sebelum dan setelah mempelajari materi yang diajarkan.
Metode tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda yang
diberikan pada saat pre-test dan post-test. Soal sebelumnya telah disusun sesuai
dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

G. Teknik Analisis Data


Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
digunakan teknik analisis statistik untuk mengolah data. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan
Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen dalam pembelajaran
IPA terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas V SDN Karangduren 02 Balung
Jember, dapat dianalisis dengan uji t sebagai berikut:
Mx−My
t tes=
∑ x2 +∑ y 2
√(
Keterangan :
Nx+ Ny−2 )( 1
+
1
Nx Ny )
Mx = rata-rata skor peningkatan pre-test ke post-test kelas eksperimen
My = rata-rata skor peningkatan pre-test ke post-test kelas kontrol

∑ x2 = jumlah kuadrat deviasi skor kelas eksperimen

∑ y2 = jumlah kuadrat deviasi skor kelas kontrol


Nx = banyaknya sampel pada kelas eksperimen
Ny = banyaknya sampel pada kelas kontrol

(Arikunto, 2006:311)

Untuk menguji pengaruh yang signifikan, t test ¿ ¿ ) dibandingkan dengan t tabel


¿ ¿) pada taraf signifikansi 5% melalui ketentuan sebagai berikut.
a. Harga t test ≥ t tabel (t0 ≥ tt ) maka hipotesis nihil ( H 0) ditolak dan H a diterima.
b. Harga t test < t tabel (t0 < tt ) maka hipotesis nihil ( H 0) diterima dan H a ditolak.

Hipotesis :
H a = Ada pengaruh yang signifikan penggunaan Contextual Teaching and Learning melalui
metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar kognitif siswa
kelas V SDN Karangduren 02 Balung Jember.
H 0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan Contextual Teaching and Learning
melalui metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar kognitif
siswa kelas V SDN Karangduren 02 Balung Jember.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
pendidikan Nasional.

Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdikbud. 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hakim, L. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Johnson, E. B. 2012. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. bandung: kaifa.

Maimumah. 2005. Kemampuan Siswa dalam Pelajaran IPA. Jember: Depdiknas.

Nurhadi, & Yasin B., Senduk A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan
Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rismawati. 2004. Hasil Beljar IPA melalui Metode Eksperimen. Jember: Depdiknas.

Rosalin, E. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Sapriati, A. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


52

Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumiati, & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sutrisno, L., Kresnadi, H., dan Kartono. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
53

Tabel A.1 Matrik Penelitian

Rumusan Hipotesis
Judul Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian
Masalah Penelitian
Pengaruh Adakah 1.Variabel Bebas: 1. a. Penggunaan 1. Siswa kelas 1. Tempat penelitian di kelas Ada pengaruh
Contextual pengaruh yang a. Contextual Contextual VA dan VB V SDN Kesilir 01 Wuluhan yang signifikan
Teaching and signifikan Teaching and Teaching and Jember. Untuk uji penggunaan
Learning penggunaan Learning Learning 2. Guru kelas Homogenitas ditentukan Contextual
melalui Contextual melalui melalui metode VA dan VB dengan Teaching and
Metode Teaching and metode eksperimen M 1−M 2 Learning
Eksperimen Learning eksperimen untuk 3. Dokumen melalui metode
dalam
Pembelajaran
IPA terhadap
melalui
metode
eksperimen
pembelajaran
IPA kelas V
(Nilai UAS
Kelas VA
t0 =
√ MK d
( n1 + n1 )
1 2
eksperimen
dalam
pembelajaran
dan VB)
Hasil Belajar dalam b.Metode 2. Jenis penelitian IPA terhadap
Siswa Kelas pembelajaran b. Pembelajaran hasil belajar
ceramah, tanya eksperimental
V SDN IPA terhadap konvensional 4. Literatur/ kognitif siswa
jawab dan
Karangduren hasil belajar kajian kelas V SDN
penugasan. 3. Desain penelitian pre-test
02 Balung siswa kelas V pustaka Kesilir 01
post-test control group
Jember SDN Kesilir Wuluhan
01 Wuluhan Jember.
Jember? 2.Variabel Terikat: 2. Skor hasil belajar: 4. Metode pengumpulan data:
hasil belajar a. skor pre-test observasi, wawancara,
kognitif siswa b. skor post-test dokumentasi, dan tes
kelas V
5. Analisis t-test untuk
mengetahui variabel
dengan rumus:

t test
Mx−My
¿
∑ x2 +∑ y 2
√( Nx+ Ny−2 )( 1
+
1
Nx Ny )
54
LAMPIRAN B. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

Tabel B.1 Pedoman Wawancara

No. Data yang diperoleh Sumber data


1. Tanggapan guru tentang pembelajaran IPA Guru kelas IVA dan IVB
menggunakan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan metode eksperimen
2. Tanggapan siswa tentang pembelajaran IPA Siswa kelas IVA (kelas
menggunakan Contextual Teaching and Learning eksperimen)
(CTL) dengan metode eksperimen
3. Tanggapan siswa tentang pembelajaran IPA tanpa Siswa kelas IVB (kelas
menggunakan Contextual Teaching and Learning kontrol)
(CTL) dengan metode eksperimen

Tabel B.2 Pedoman Observasi

No. Data yang diperoleh Sumber data


1. Aktivitas siswa selama proses KBM IPA Siswa kelas IVA (kelas
menggunakan Contextual Teaching and Learning eksperimen)
(CTL) dengan metode eksperimen

Tabel B.3 Pedoman Tes

No. Data yang diperoleh Sumber data


1. Hasil tes akhir siswa pada pokok bahasan gaya Siswa kelas IVA (kelas
magnet eksperimen) dan IVB (kelas
kontrol)

Tabel B.4 Pedoman Dokumentasi

No. Data yang diperoleh Sumber data


I Nilai Ujian Akhir Semester ganjil tahun pelajaran Hasil Ujian Akhir Semester
2012/2013 IVA dan IVB sebelum
penelitian
LAMPIRAN G. DESAIN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

G.1 Desain Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan 1


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SD Karangduren 02
Mata pelajaran : IPA
Pokok bahasan : Gaya Magnet
Pertemuan ke :1
Alokasi waktu : 2x35 menit
_________________________________________________________________________
1. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
2. Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).
3. Indikator Pencapaian KD
a. Kognitif
1) Produk
a) Memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari benda bersifat magnetis dan
tidak magnetis magnet.
b) Menjelaskan kekuatan gaya magnet.
2) Proses
a) Mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis.
b) Mengidentifikasi kekuatan gaya magnet.
b. Psikomotor
1) Melakukan aktivitas percobaan untuk mengidentifikasi benda bersifat
magnetis dan tidak magnetis
2) Melakukan aktivitas percobaan untuk mengidentifikasi kekuatan gaya
magnet.
c. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab,
kerjasama, demokratis, dan mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.
2) Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain, bertanya, dan mengutarakan pendapat, dan pendengar yang
baik.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
1) Produk
a) Setelah melakukan percobaan, siswa mampu memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari benda bersifat magnetis dan tidak magnetis magnet
dengan benar.
b) Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan kekuatan
gaya magnet dengan benar.
2) Proses
a) Setelah melakukan percobaan dengan magnet dan berbagai benda, siswa
mampu mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis
dengan benar.
b) Setelah melakukan percobaan dengan magnet dan berbagai benda
penghalang, siswa mampu mengidentifikasi kekuatan gaya magnet dengan
teliti dan benar.
b. Psikomotor
1) Disediakan alat-alat percobaan, siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi benda bersifat magnetis dan tidak magnetis dengan teliti dan
benar.
2) Disediakan alat-alat percobaan, siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi kekuatan gaya magnet dengan teliti dan benar
c. Afektif
1) Mengembangkan perilaku karakter, meliputi: siswa mampu melaksanakan tugas
dengan baik dan penuh tanggung jawab, siswa mampu jujur dalam mengerjakan
tugas, siswa mampu teliti dalam mengerjakan tugas, siswa mampu disiplin dan
tepat waktu dalam mengerjakan tugas.
2) Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: siswa mampu bekerja sama
dengan baik dalam kelompok, siswa mampu mengerti dan menghargai pendapat
orang lain, siswa mampu bertanya dan mengutarakan pendapat dengan baik,
siswa mampu menjadi pendengar yang baik.
5. Materi Pembelajaran
Gaya Magnet : pengelompokkan benda bersifat magnetis dan tidak magnetis, kekuatan
gaya magnet (terlampir).
6. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Metode pembelajaran :
1) eksperimen (percobaan),
2) diskusi,
3) tanya jawab.
7. Skenario Pembelajaran
Tabel G.1 Skenario Pembelajaran

Alat dan Media Alokasi


Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
Kegiatan 1) Guru menyampaikan salam. 5 menit
Awal 2) Guru dan siswa berdo’a dengan
khusuk.
3) Melakukan absensi dan
pengkondisian kelas memeriksa
kesiapan belajar siswa.
4) Guru menyampaikan apersepsi yang
terfokus pada materi, yaitu gaya
magnet (benda magnetis dan tidak
magnetis, kekuatan gaya magnet).
5) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan 1) Guru memberikan penjelasan sedikit Buku paket IPA 60
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
Inti tentang benda magnetis dan tidak kelas IV menit
magnetis serta kekuatan gaya
magnet.
2) Siswa diberikan suatu permasalahan,
bagaimanakah cara mengetahui
benda magnetis dan tidak magnetis?
3) Kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan cara undian. LKS 1
4) Siswa diberikan LKS 1 yang berisikan
tata cara percobaan untuk Alat dan bahan
mengelompokkan benda yang eksperimen 1:
bersifat magnetis dan tidak magnetis. Magnet, peniti,
5) Selama kegiatan percobaan, guru paku payung,
membimbing dan memfasilitasi karet penghapus,
jalannya percobaan. pensil, uang
6) Siswa mendiskusikan hasil percobaan. logam, bolpoin,
7) Setelah selesai, guru memberikan potongan kain,
permasalahan kedua, bagaimanakah potongan kertas.
mengidentifikasi kekuatan gaya
magnet?. LKS 2
8) Siswa diberikan LKS 2 yang berupa
pedoman percobaan untuk Alat dan bahan
mengidentifikasi kekuatan gaya eksperimen 2:
magnet. Magnet, serbuk
9) Selama kegiatan diskusi dan besi, buku tulis,
percobaan, guru membimbing dan kertas HVS,
memfasilitasi jalannya kegiatan. kertas karton,
10) Setiap kelompok untuk kardus,
mempresentasikan hasil percobaan cermin/kaca.
mereka di depan kelas, dan kelompok
lain menanggapi.
11) Guru memberikan
reward/pengharga-an terhadap hasil
kerja yang paling baik.
12) Guru menanggapi dan memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi yang
telah dipresentasikan dan
memberikan penjelasan tambahan
apabila terdapat jawaban yang kurang
tepat.
Penutup 1) Siswa bersama guru menarik 5 menit
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
kesimpulan terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
2) Refleksi : dilakukan dengan beberapa
siswa untuk maju memberi kesan
pelajaran yang diterima hari ini.
3) Guru memberi tindak lanjut kepada
siswa dengan memberikan pekerjaan
rumah.
4) Do’a penutup.

8. Alat/Sumber Pembelajaran
a. Pengalaman siswa
b. Lingkungan sekitar
c. LKS
d. Alat-alat percobaan (magnet, benda-benda yang sering dijumpai siswa di lingkungan)
e. Sulistyanto, H. 2008. IPA kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasioanal.
f. Indriati SCP...[et al.]. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional,
g. Azmiyawati, C. 2008. IPA Salingtemas kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
9. Penilaian
a. Penilaian hasil
b. Penilaian proses melalui lembar observasi
G.2 Desain Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SD Negeri Karangduren 02
Mata pelajaran : IPA
Pokok bahasan : Gaya Magnet
Pertemuan ke :1
Alokasi waktu : 2x35 menit
_________________________________________________________________________
1. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
2. Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).
3. Indikator Pencapaian KD
a. Kognitif
1) Produk
a) Menjelaskan pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet.
b) Menjelaskan kutub magnet senama dan tidak senama.
2) Proses
a) Mengidentifikasi pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet.
b) Mengidentifikasi kutub magnet senama dan tidak senama.
b. Psikomotor
a) Melakukan aktivitas percobaan untuk mengidentifikasi pengaruh jarak benda
terhadap kekuatan gaya magnet.
b) Melakukan aktivitas percobaan untuk mengidentifikasi kutub magnet
senama dan tidak senama.
c. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab,
kerjasama, demokratis, dan mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.
2) Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain, bertanya, dan mengutarakan pendapat, dan pendengar yang
baik.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
1) Produk
a) Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan pengaruh jarak
benda terhadap kekuatan gaya magnet dengan benar.
b) Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan kutub magnet
senama dan tidak senama dengan benar.
2) Proses
a) Setelah melakukan percobaan dengan magnet dan berbagai benda, siswa
mampu mengidentifikasi pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya
magnet dengan teliti dan benar.
b) Setelah melakukan percobaan dengan lebih dari satu magnet, siswa mampu
mengidentifikasi kutub magnet senama dan tidak senama dengan teliti dan
benar.
b. Psikomotor
1) Disediakan alat-alat percobaan, siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet dengan
tepat dan benar.
2) Disediakan alat-alat percobaan, siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi kekuatan kutub magnet senama dan tidak senama dengan teliti
dan benar.

c. Afektif
1) Mengembangkan perilaku karakter, meliputi: siswa mampu melaksanakan tugas
dengan baik dan penuh tanggung jawab, siswa mampu jujur dalam mengerjakan
tugas, siswa mampu teliti dalam mengerjakan tugas, siswa mampu disiplin dan
tepat waktu dalam mengerjakan tugas.
2) Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: siswa mampu bekerja sama
dengan baik dalam kelompok, siswa mampu mengerti dan menghargai pendapat
orang lain, siswa mampu bertanya dan mengutarakan pendapat dengan baik,
siswa mampu menjadi pendengar yang baik.
5. Materi Pembelajaran
Gaya Magnet : pengaruh jarak benda magnetis terhadap kekuatan gaya magnet dan
kutub senama dan tidak senama pada magnet (terlampir).
6. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan pembelajaran : Contextual Teaching and Learning (CTL)
b. Metode pembelajaran :
1) eksperimen (percobaan),
2) diskusi,
3) tanya jawab.
7. Skenario Pembelajaran
Tabel G.2 Skenario Pembelajaran

Alat dan Media Alokasi


Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
Kegiatan 1) Guru menyampaikan salam. 5 menit
Awal 2) Guru dan siswa berdo’a dengan
khusuk.
3) Melakukan absensi dan
pengkondisian kelas memeriksa
kesiapan belajar siswa.
4) Guru menyampaikan apersepsi yang
terfokus pada materi, yaitu gaya
magnet (pengaruh jarak benda
magnetis terhadap kekuatan gaya
magnet dan kutub senama dan tidak
senama pada magnet).
5) Guru menyampaikan tujuan
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
pembelajaran.
Kegiatan 1) Guru memberikan penjelasan sedikit Buku paket IPA 60
Inti tentang pengaruh jarak benda Kelas IV SD menit
magnetis terhadap kekuatan gaya
magnet dan kutub senama dan tidak
senama pada magnet.
2) Siswa diberikan suatu permasalahan,
bagaimanakah cara jarak benda
magnetis terhadap kekuatan gaya
magnet?
3) Kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan cara undian.
4) Siswa diberikan LKS 3 yang berisikan LKS 3
tata cara percobaan pengaruh jarak
benda magnetis terhadap kekuatan Alat dan bahan
gaya magnet. eksperimen 3:
5) Selama kegiatan percobaan, guru Magnet, peniti,
membimbing dan memfasilitasi penggaris, kertas
jalannya percobaan. karton putih,
6) Siswa mendiskusikan hasil percobaan. pensil.
7) Setelah selesai, guru memberikan
permasalahan, bagaimanakah
pengaruh kutub senama dan tidak
senama pada magnet?
8) Siswa diberikan LKS 4 yang berupa LKS 4
pedoman percobaan untuk
mengidentifikasi kutub senama dan Alat dan bahan
tidak senama pada magnet. eksperimen 4:
9) Selama kegiatan diskusi dan Magnet, pensil,
percobaan, guru membimbing dan benang kasur.
memfasilitasi jalannya kegiatan.
10) Setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil percobaan
mereka di depan kelas, dan kelompok
lain menanggapi.
11) Guru memberikan reward terhadap
hasil kerja yang paling baik.
12) Guru menanggapi dan memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi yang
telah dipresentasikan dan
memberikan penjelasan tambahan
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
apabila terdapat jawaban yang kurang
tepat.
Penutup 1) Siswa bersama guru menarik 5 menit
kesimpulan terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
2) Refleksi : dilakukan dengan beberapa
siswa untuk maju memberi kesan
pelajaran yang diterima hari ini.
3) Guru memberi tindak lanjut kepada
siswa dengan memberikan pekerjaan
rumah dan memberi pesan kepada
siswa untuk membaca dan
mempelajari materi selanjutnya.
4) Do’a penutup.

8. Alat/Sumber Pembelajaran
a. Pengalaman siswa
b. Lingkungan sekitar
c. LKS
d. Alat-alat percobaan (magnet, benda-benda yang sering dijumpai siswa di lingkungan)
e. Sulistyanto, H. 2008. IPA kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasioanal.
f. Indriati SCP...[et al.]. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional,
g. Azmiyawati, C. 2008. IPA Salingtemas kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
9. Penilaian
a. Penilaian hasil
b. Penilaian proses melalui lembar observasi
LAMPIRAN H. DESAIN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL

H.1 Desain Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan 1


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SD Negeri Karangduren 02
Mata pelajaran : IPA
Pokok bahasan : Gaya Magnet
Pertemuan ke :1
Alokasi waktu : 2x35 menit
_________________________________________________________________________
1. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
2. Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi (gaya gravitasi, gaya
gerak, gaya magnet).
3. Indikator Pencapaian KD
a. Kognitif
1) Produk
a) Mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari benda bersifat magnetis dan
tidak magnetis magnet.
b) Menjelaskan kekuatan gaya magnet.
2) Proses
a) Mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis.
b) Mengidentifikasi kekuatan gaya magnet.
b. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab, dan
mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
1) Produk
a) Setelah bertanya jawab dengan guru, siswa mampu memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari benda bersifat magnetis dan tidak magnetis dengan
benar.
b) Setelah bertanya jawab dengan guru, siswa mampu menjelaskan
kekuatan gaya magnet dengan benar.
2) Proses
a) Dengan dibimbing guru, siswa mampu mengelompokkan benda yang bersifat
magnetis dan tidak magnetis dengan benar.
b) Dengan dibimbing guru, siswa mampu mengidentifikasi kekuatan gaya
magnet dengan teliti dan benar.
b. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab, dan
mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.
5. Materi Pembelajaran
Gaya Magnet: pengelompokkan benda bersifat magnetis dan tidak magnetis, kekuatan
gaya magnet (terlampir).
6. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan pembelajaran : Konvensional/tradisional
b. Metode pembelajaran :
1) ceramah,
2) tanya jawab.
7. Skenario Pembelajaran
Tabel H.1 Skenario pembelajaran pertemuan pertama

Alat dan Media Alokasi


Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
Kegiatan 1) Guru menyampaikan salam. 5 menit
Awal 2) Guru dan siswa berdo’a dengan
khusuk.
3) Melakukan absensi dan
pengkondisian kelas memeriksa
kesiapan belajar siswa.
4) Guru menyampaikan apersepsi yang
terfokus pada materi, yaitu gaya
magnet (benda magnetis dan tidak
magnetis, kekuatan gaya magnet).
5) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan 1) Guru memberikan penjelasan tentang Buku paket IPA 60
Inti benda magnetis dan tidak magnetis kelas IV SD menit
serta kekuatan gaya magnet.
2) Siswa diberikan suatu permasalahan,
bagaimanakah cara mengetahui
benda magnetis dan tidak magnetis?
3) Kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan cara undian.
4) Siswa diberikan LKS 1 yang berisikan LKS 1
pengelompokkan benda yang bersifat
magnetis dan tidak magnetis tanpa
menggunakan alat-alat percobaan.
5) Selama kegiatan diskusi, guru
membimbing dan memfasilitasi
jalannya diskusi.
6) Setelah selesai, guru memberikan
permasalahan kedua, bagaimanakah
mengidentifikasi kekuatan gaya
magnet?.
7) Siswa diberikan LKS 2 yang berupa LKS 2
pedoman diskusi untuk
mengidentifikasi kekuatan gaya
magnet.
8) Selama kegiatan diskusi, guru
membimbing dan memfasilitasi
jalannya kegiatan.
9) Setiap kelompok untuk
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
mempresentasikan hasil diskusi
mereka di depan kelas, dan kelompok
lain menanggapi.
10) Guru memberikan reward terhadap
hasil kerja yang paling baik.
11) Guru menanggapi dan memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi yang
telah dipresentasikan dan
memberikan penjelasan tambahan
apabila terdapat jawaban yang kurang
tepat.
Penutup 1) Siswa bersama guru menarik 5 menit
kesimpulan terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
2) Refleksi : dilakukan dengan beberapa
siswa untuk maju memberi kesan
pelajaran yang diterima hari ini.
3) Guru mengingatkan kepada siswa
untuk belajar dirumah
4) Do’a penutup.

8. Alat/Sumber Pembelajaran
a. Pengalaman siswa
b. Lingkungan sekitar
c. Sulistyanto, G. 2008. IPA kelas45. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
d. Indriati SCP...[et al.]. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional,
e. Azmiyawati, C. 2008. IPA Salingtemas kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
9. Penilaian
a. Penilaian hasil
b. Penilaian proses melalui lembar observasi.
H.2 Desain Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah : SD Negeri Karangduren 02
Mata pelajaran : IPA
Pokok bahasan : Gaya Magnet
Pertemuan ke :1
Alokasi waktu : 2x35 menit
_________________________________________________________________________
1. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
2. Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi (gaya gravitasi, gaya
gerak, gaya magnet).
3. Indikator Pencapaian KD
a. Kognitif
1) Produk
a) Menjelaskan pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet.
b) Menjelaskan kutub magnet senama dan tidak senama.
2) Proses
a) Mengidentifikasi pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet.
b) Mengidentifikasi kutub magnet senama dan tidak senama.
b. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab, dan
mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
4. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
1) Produk
a) Setelah bertanya jawab dengan guru, siswa mampu menjelaskan pengaruh
jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet dengan benar.
b) Setelah bertanya jawab dengan guru, siswa mampu menjelaskan kutub magnet
senama dan tidak senama dengan benar.
2) Proses
a) Dengan dibimbing guru, siswa mampu mengidentifikasi pengaruh jarak benda
terhadap kekuatan gaya magnet dengan benar.
b) Dengan dibimbing guru, siswa mampu mengidentifikasi kutub magnet senama
dan tidak senama dengan benar.
b. Afektif
1) Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, tanggung jawab, dan
mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
5. Materi Pembelajaran
Gaya Magnet : pengaruh jarak benda magnetis terhadap kekuatan gaya magnet dan
kutub senama dan tidak senama pada magnet (terlampir).
6. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan pembelajaran : Konvensional/tradisional
b. Metode pembelajaran :
1) ceramah,
2) tanya jawab.
7. Skenario Pembelajaran
Tabel H.2 Skenario pembelajaran pertemuan kedua

Alat dan Media Alokasi


Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
Kegiatan 1) Guru menyampaikan salam. 5 menit
Awal 2) Guru dan siswa berdo’a dengan
khusuk.
3) Melakukan absensi dan
pengkondisian kelas memeriksa
kesiapan belajar siswa.
4) Guru menyampaikan apersepsi yang
terfokus pada materi, yaitu gaya
magnet (pengaruh jarak benda
magnetis terhadap kekuatan gaya
magnet dan kutub senama dan tidak
senama pada magnet).
5) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan 1) Guru memberikan penjelasan tentang Buku Paket IPA 60
Inti pengaruh jarak benda magnetis Kelas IV SD menit
terhadap kekuatan gaya magnet dan
kutub senama dan tidak senama pada
magnet.
2) Siswa diberikan suatu permasalahan,
bagaimanakah cara jarak benda
magnetis terhadap kekuatan gaya
magnet?
3) Kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan cara undian.
4) Siswa diberikan LKS 3 yang berisikan
tata cara diskusi pengaruh jarak LKS 4
benda magnetis terhadap kekuatan
gaya magnet.
5) Selama kegiatan diskusi, guru
membimbing dan memfasilitasi
jalannya kegiatan.
6) Setelah selesai, guru memberikan
permasalahan, bagaimanakah
pengaruh kutub senama dan tidak
senama pada magnet?
7) Siswa diberikan LKS 4 yang berupa
pedoman diskusi untuk
Alat dan Media Alokasi
Tahap Uraian KBM
Pembelajaran Waktu
mengidentifikasi kutub senama dan LKS 4
tidak senama pada magnet.
8) Selama kegiatan diskusi, guru
membimbing dan memfasilitasi
jalannya kegiatan.
9) Setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
mereka di depan kelas, dan kelompok
lain menanggapi.
10) Guru memberikan reward terhadap
hasil kerja yang paling baik.
11) Guru menanggapi dan memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi yang Gambar
telah dipresentasikan dan berkarakter
memberikan penjelasan tambahan
apabila terdapat jawaban yang kurang
tepat.
Penutup 1) Siswa bersama guru menarik 5 menit
kesimpulan terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
2) Refleksi : dilakukan dengan beberapa
siswa untuk maju memberi kesan
pelajaran yang diterima hari ini.
3) Guru mengingatkan kepada siswa
untuk belajar dirumah
4) Do’a penutup.

8. Alat/Sumber Pembelajaran
a. Pengalaman siswa
b. Lingkungan sekitar
c. Sulistyanto, G. 2008. IPA kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
d. Indriati SCP...[et al.]. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional,
e. Azmiyawati, C. 2008. IPA Salingtemas kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
9. Penilaian
a. Penilaian hasil
b. Penilaian proses melalui lembar observasi
LAMPIRAN A. MATRIK PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai