Anda di halaman 1dari 17

Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Case Report

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN


STROKE NON-HEMORAGIK DISERTAI HIPERTENSI STAGE
1, ACUTE LUNG OEDEMA, DAN ACUTE KIDNEY INJURY DI
RS.X

MONITORING OF MEDICINE THERAPY ON PATIENTS


NON HEMORAGIC STROKE WITH HYPERTENSION STAGE 1, ACUTE LUNG OEDEMA,
AND ACUTE KIDNEY INJURY IN RS. X

Maryo Helmi Sahuleka*, Budi Haryanto

Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia, 14350


*E-mail: maryo16sahuleka@gmail.com

Abstrak
Stroke selalu berhubungan dengan satu atau beberapa penyakit, baik kardiovaskuler maupun
nonkardiovaskuler lainnya yang menjadi faktor risiko. Tercatat bahwa hipertensi berhubungan dengan
peningkatan kejadian stroke sebanyak 80%, dilanjutkan dengan faktor risiko lainnya yakni penyakit
jantung, fibrilasi atrium, diabetes melitus, merokok, dan hiperlipidemia [1]. Aterosklerosis berperan
dalam banyak patofisiologi, antara lain dengan menyempitkan pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah, menyumbat pembuluh darah dengan trombus, atau emboli, dan melemahkan
dinding pembuluh darah mengarah pada pembentukan aneurisma yang mudah pecah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil masalah terapi obat yang digunakan oleh pasien.
Apoteker mempunyai peran serta tanggung jawab yang sangat besar untuk mengatasi masalah terapi
obat yang aktual terjadi dan mencegah masalah terapi obat yang berpotensi akan terjadi. Metode yang
dilakukan adalah dengan melihat data berupa data rekam medik, profil pengobatan pasien dan
pencatatan penggunakan obat (card deck).

Kata kunci: Stroke non hemoragik, Hipertensi, Pemantauan terapi obat


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Abstract
Stroke is always associated with one or several diseases, both cardiovascular and other non-
cardiovascular risk factors. It was noted that hypertension was associated with an increase in the
incidence of stroke by 80%, followed by other risk factors namely heart disease, atrial fibrillation,
diabetes mellitus, smoking, and hyperlipidemia [1]. Atherosclerosis plays a role in many
pathophysiology, among others by narrowing the blood vessels and resulting in insufficiency of blood
flow, clogging the arteries with thrombus, or embolism, and weakening the walls of blood vessels
leading to the formation of fragile aneurysms. The problem of drug therapy in tuberculosis
patients is the need for special attention because tuberculosis patients use a lot of drugs and
required compliance with drug consumption. The aim of this study is to identify the problem
profile of drug therapy used by patients. Pharmacists have a very large role and
responsibility to overcome the actual drug therapy problems that occur and prevent potential
drug therapy problems. The method used is to look at data in the form of medical record
data, patient treatment profiles and drug use records (card deck).
Keywords: Stroke, hypertension, acute lung edema, acute kidney injury, stress ulcer

PENDAHULUAN
Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan untuk memastikan terapi
obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut mencakup
pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang
tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan di evaluasi
secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat
diketahui [2].
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54
tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur
55-64 tahun. Prevalensi stroke di Indonesia tercatat sebanyak 26,7% dengan kejadian
stroke iskemik dan perdarahan masingmasing sebanyak 88% dan 12% [3]. Setiap
tahun sebanyak 200 per 100.000 orang Eropa menderita stroke dan 275.000-300.000
orang Amerika meninggal karena stroke [4].
Definisi stroke menurut WHO (2012) adalah suatu kondisi penyakit yang
disebabkan oleh terhentinya aliran darah yang mensuplai otak secara tiba-tiba, baik
karena adanya sumbatan maupun rupturnya pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan jaringan otak yang tidak terkena aliran darah kekurangan oksigen dan
nutrisi sehingga otak menjadi rusak. Lebih rinci, Ropper (2005) menjelaskan bahwa
proses patologi yang terjadi juga meliputi perubahan permeabilitas dinding pembuluh
dan kenaikan viskositas aliran darah yang melewati pembuluh darah otak.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Secara klinis stroke dibagi menjadi dua, yakni stroke iskemik yang mencapai
80-85% kasus, dan stroke hemoragik atau perdarahan, sekitar 15-20% kasus
(Mumenthaler, 2006). Stroke iskemik terjadi karena ada sumbatan aliran darah ke
otak. Sumbatan pembuluh darah dapat berupa trombus, emboli, atau gabungan dari
keduanya yaitu tromboemboli [1]. Akibat tersumbatnya pembuluh darah maka otak
mengalami hipoperfusi dan mengakibatkan terjadinya defisit neurologis, baik
temporer maupun permanen [5]. Tanda yang ditimbulkan oleh trombus tidak sama
dengan emboli. Sumbatan karena trombus mempunyai onset yang lambat dan bersifat
kronis, mulai dari beberapa menit atau jam, bahkan hitungan hari. Sedangkan
sumbatan karena emboli bersifat akut dan mendadak [1].
Stroke perdarahan terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, sehingga
darah memenuhi parenkim otak,ruang cairan serebrospinal, atau keduanya.
Perdarahan pada jaringan otak menyebabkan terganggunya sirkulasi darah di otak
yang berujung pada infark. Perdarahan juga dapat menyebabkan terbentuknya
hematoma yang menekan otak dan meningkatkan tekanan intrakranial. Peningkatan
tekanan intrakranial selanjutnya menyebabkan kompresi pada batang otak [6]. Stroke
perdarahan bersifat spontan, biasanya berasal dari hipertensi kronis dan perubahan
degeneratif pada arteri serebralis. Tekanan darah yang terus-menerus tinggi
menyebabkan terbentuknya aneurisma atau dilatasi dinding arteri yang membentuk
kantong dan mudah pecah [7]. Stroke perdarahan dapat dibedakan menjadi dua
macam berdasarkan letak perdarahannya, yakni di intraserebral dan subarakhnoid [1].
Stroke selalu berhubungan dengan satu atau beberapa penyakit, baik
kardiovaskuler maupun nonkardiovaskuler lainnya yang menjadi faktor risiko.
Tercatat bahwa hipertensi berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke sebanyak
80%, dilanjutkan dengan faktor risiko lainnya yakni penyakit jantung, fibrilasi
atrium, diabetes melitus, merokok, dan hiperlipidemia [1]. Aterosklerosis berperan
dalam banyak patofisiologi, antara lain dengan menyempitkan pembuluh darah dan
mengakibatkan insufisiensi aliran darah, menyumbat pembuluh darah dengan
trombus, atau emboli, dan melemahkan dinding pembuluh darah mengarah pada
pembentukan aneurisma yang mudah pecah.
Gejala neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah bergantung
pada letak lesi dan tingkat keparahan gangguan pembuluh darah. Sebagian besar
stroke memiliki onset gejala yang bersifat akut hingga subakut dengan gejala awal
yang sering ditemui yaitu terjadi pada waktu bangun pagi atau istirahat. Pada gejala
awal tersebut penderita biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Gejala
penyumbatan system karotis meliputi buta mendadak, disfasia, hemiparesis,
gangguan mental, inkontinensia, kejang dan gangguan fungsi luhur. Pada sistem
Vertebrobasiler bila mengalami penyumbatan akan memberikan gejala seperti
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

hemianestesia kontralateral, hemiparesis kontralateral, Sindroma Horner, dan


nistagmus. Pada beberapa kasus malah tidak ditemukan gejala bila terjadi
penyumbatan di arteri vertebralis. Sedangkan infark di batang otak sering
menimbulkan gejala hemiplegia, Bulbar Palsy, Sindroma Millard-Goebler, ataksia,
hipotoni, dan nistagmus homolateral [4].
Penanganan pasien stroke dibedakan menjadi fase akut dan pasca akut [4].
Penanganan pada fase akut bertujuan mencegah kematian neuron dan dan
menghindari proses patologis lain yang mengancam fungsi otak. Setelah fase akut
selesai, pengobatan dilanjutkan dengan prevensi prevensi tersier, yakni
dititikberatkan pada rehabilitasi penderita serta mencegah terulangnya kejadian
stroke.
Setiap pasien mempunyai respon berupa gejala yang berbeda-beda terhadap
risiko stroke. Perbedaan tersebut tergantung dari letak lesi pada otak yang mengalami
infark karena kurangnya suplai darah. Jaringan otak yang mengalami lesi kemudian
akan hilang fungsi neurologisnya sehingga menimbulkan gejala neurologis fokal
yang dapat diamati ketika melakukan diagnosis. Jenis stroke yang berbeda
memerlukan penanganan yang berbeda pula. Penanganan stroke yang cepat akan
membantu mencegah meluasnya kerusakan jaringan otak yang infark karena
kekurangan nutrisi.
Waktu penanganan stroke sangat berpengaruh terhadap prognosis stroke yang
tentu saja membutuhkan kecepatan dalam penentuan diagnosis. Oleh karena itu
Penulis ingin melakukan penelitian untuk melihat gejala dan tanda yang paling
banyak dimunculkan pada masingmasing jenis stroke.
Presentasi Kasus
Seorang pasien Laki-laki berusia 46 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
kelemahan anggota gerak sebelah kanan, sesak nafas, batuk dan demam 1 hari. Pasien
diketahui memiliki riwayat penyakit terdahulu yaitu Asam Urat, Hipertensi, DM,
Stroke 2 kali tahun 2016.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Pembahasan
Pemantauan terapi obat pada pasien Tn. A dilakukan mulai tanggal 15 Maret
2019 sampai 21 Maret 2019, di ruangan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit X.
Pasien masuk dengan keluhan Kelemahan anggota gerak sebelah kanan, sesak nafas,
batuk dan demam 1 hari. Pasien juga memiliki riwayat penyakit Asam Urat,
Hipertensi, DM, Stroke 2 kali tahun 2016. Pasien juga memiliki riwayat pengobatan
mengkonsumsi amlodipine tetapi tidak teratur. Pasien didiagnosa Stroke non
hemorragic, Acute Lung Oedema, Acute Kidney Injury, Hipertensi stage 1.
Pasien diberikan 15 jenis obat dengan dosis dan bentuk sediaan yang berbeda-
beda dimana dalam penggunaan obat yang diberikan terdapat beberapa terapi yang
dianggap Drug Related Problem. Pasien masuk mendapat terapi furosemide,
ceftriaxone 2 gram, levofloxacin 750 mg, citicholin 500 mg, tramadol 100 mg,
omeprazole 40 mg, candesartan 32 mg, amlodipine 10 mg, HCT 25 mg, simvastatin
25 mg, clopidogrel 75 mg, sucralfate syr, combivent nebu ( ipratorium dan
salbutamol), clonidine 0,15 mg, dan amikasin.
Furosemide merupakan obat diuretik kuat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah terutama pada hipertensi yang resisten terhadap terapi thiazide.
Diuretik kuat menghambat reabsorpsi cairan dari lengkung henle dalam tubulus
ginjal. Obat ini diberikan pada tanggal 15 maret hingga 17 maret [8].
Ceftriaxone merupakan antibiotik generasi ke 3 turunan sefalosporin yang
termasuk dalam antibiotik betalaktam. Aktivitasnya terhadap kuman gram negative
lebih kuat dan lebih luas lagi serta meliputi pseudomonas dan bacteroides, khususnya
seftaidim. Bekerja dengancara menghalangi sintesis lengkap dari polimer
peptidoglikan agar pertumbuhan dinding sel bakteri menjadi tidak sempurna dan akan
pecah akibat suatu tekanan osmosis saat bakteri menyerap air. Obat ini diberikan pada
tanggal 15 – 19 Maret 2019 [9].
Levofloxacin adalah antibiotik fluoroquinolone (flor-o-KWIN-o-lone) yang
melawan bakteri dalam tubuh. Levofloxacin digunakan untuk mengobati berbagai
jenis infeksi bakteri. Levofloxacin juga digunakan untuk mengobati orang yang telah
terkena antraks atau jenis wabah tertentu. Antibiotik fluorokuinolon dapat
menyebabkan efek samping yang serius atau melumpuhkan. Levofloxacin harus
digunakan hanya untuk infeksi yang tidak dapat diobati dengan antibiotik yang lebih
aman. Obat ini diberikan mulai tanggal 17 Maret hingga 21 Maret 2019. [10].
Citicoline adalah zat kimia otak yang terjadi secara alami di dalam tubuh.
Sebagai obat, diminum sebagai suplemen atau diberikan oleh IV atau sebagai
suntikan. Citicoline digunakan untuk penyakit Alzheimer dan jenis lain dari
demensia, trauma kepala, penyakit serebrovaskular seperti stroke, kehilangan memori
terkait usia, penyakit Parkinson, attention deficit-hyperactive disorder (ADHD), dan
glaukoma. Citicoline awalnya dikembangkan di Jepang untuk stroke. Ini kemudian
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

diperkenalkan sebagai obat resep di banyak negara Eropa. Di negara-negara ini


sekarang sering diresepkan untuk masalah berpikir yang berkaitan dengan masalah
sirkulasi di otak. Di AS, citicoline dipasarkan sebagai suplemen makanan. Citicoline
tampaknya meningkatkan zat kimia otak yang disebut phosphatidylcholine. Zat kimia
otak ini penting untuk fungsi otak. Citicoline juga dapat mengurangi kerusakan
jaringan otak ketika otak terluka. Citicoline diberikan mulai tanggal 15 hingga 21
Maret 2019 [11].
Tramadol merupakan analgesic opiat ini tidak menekan pernapasan dan praktis
tidak mempengaruhi system kardiovaskuler dan motilitas lambung usus. Karena
praktis tidak bersifat adiktif di kebanyakan Negara termasuk Indonesia, obat ini tidak
dimasukkan dalam daftar narkotika. Efek analgetik dari 120 mg tramadol oral setaraf
dengan 30-60 mg morfin. Obat ini digunakan untuk nyeri yang tidak terlampau hebat
bila kombinasi paracetamol, kodein dan NSAID kurang efektif atau tidak dapat
digunakan. Untuk nyeri akut atau pada kanker, morfin umumnya lebih ampuh.
Tramadol diberikan mulai tanggal 15 hingga 21 Maret 2019 [9].
Omeprazole adalah penghambat pompa proton pertama yang digunakan dalam
terapi untuk menurunkan dengan sangat kuat produksi asam lambung.
Penggunaannya sama dengan H2 blocker pada gastritis, tukak lambung usus sedang
dan sindrom Zollinger-Ellison. Resorpsi lengkap, dalam waktu 2-5 jam, PP tinggi
(95%), plasma T1/2 hanya 1 jam tetapi efeknya bertahan 24 jam. Omeprazole
diberikan mulai tanggal 15 hingga 21 Maret 2019 [9].
Candesartan merupakan antagonis angiotensin II yang menduduki reseptor
AT II yang terdapat di berbagai lokasi tubuh, antara lain di myocard, dinding
pembuluh, susunan saraf pusat, ginjal, dan hati. Zat-zat ini lebih efektif dari pada
ACEI Karena jalur kedua melalui enzim chymase juga dihalangi. Dengan demikian
efek angiotensin II diblokir antara lain peningkatan II diblokir antara lain peningkatan
TD dan ekskresi kalium, retensi natrium dan air. Zat-zat ini menimbulkan vasodilatasi
(terutama dari pembuluh nadi), yang tidak disertai peningkatan kuat volume menit
jantung dan reflextachycardi. Efek lain dari penekanan aktivitas RAAS adalah
penurunan produksi aldosterone, yang mengakibatkan bertambahnya ekskresi natrium
dan air serta berkurangnya ekskresi kalium. Kombinasi dari kedua jenis obat kini
digunakan untuk lebih efektif menurunkan tekanan darah. Candesartan diberikan
mulai tanggal 15 hingga 21 Maret 2019 [9].
Amlodipin merupakan obat antihipertensi golongan CCB ( Calsium Canal
Blocker) Dihidropiridin, mekanisme kerja menghambat pemasukan ion kalsium
ekstra sel ke dalam sel dan dengan demikian dengan mengurangi penyaluran impuls
dan kontraksi myocard serta dinding pembuluh darah. Ketika memasuki saluran
lambat atau area sensitif tegangan pada otot polos vaskuler coroner dan
vasodilarisasi, menghasilkan relasksasi otot polos vaskuler coroner dan vasodilatasi
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

coroner, meningkatkan penghantaran oksigen pada pasien angina vasospastik. Obat


ini diberikan pada tanggal 15 hingga 21 Maret 2019 [9].
Simvastatin merupakan senyawa penghambat reduktase (HMG-CoA-
reduktase-inhibitor) ini berkhasiat menurunkan sintesis kolesterol endogen dalam hati
dan dengan demikian terjadi penurunan kolesterol total dengan kuat, LDL (30-40%),
TG dan VLDL lebih ringan, sedangkan HDL dinaikkan dan dapat dikombinasi
dengan golongan kolestiramin untuk pengobatan hyperlipidemia yang parah. Statin
juga berkhasiat sebagai antitrombotik, antiaritmia, dan antiradang dengan
menghambat sitokin-sitokin tertentu. Obat ini diberikan pada tanggal 15 hingga 18
Maret 2019 ([9].
Clopidogrel digunakan untuk mencegah pembekuan darah setelah serangan
jantung atau stroke. Clopidogrel merupakan obat antiplatet yang menghambat
terjadinya pembekuan darah, mekanisme clopidogrel selektif menghambat terjadinya
ikatan Adenosine Di-phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet sehingga
menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP
dan menyebabkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Absorbsi cepat pada
pemberian peroral dan penyerapannya tidak dipengaruhi oleh makanan. Pemberian
obat ini pada tanggal 15 hingga 21 Maret 2019 [9].
Sucralfate dapat membentuk suatu kompleks protein pada permukaan tukak
yang melindunginya terhadap HCl, pepsin dan empedu. Kompleks ini bertahan
sekitar 6 jam disekitar empedu. Disamping itu juga menetralisasi asam, menahan
kerja pepsin dan mengadsorpsi asam empedu. Resorpsi ringan (3-5%). Pemberian
obat ini pada tanggal 15 hingga 17 Maret 2019 [9].
Combivent nebu ( ipratorium dan salbutamol) merupakan antagonis
muskarinik dan berkhasiat bronkodilatasi, karena menghindari pembentukan cGMP
yang menimbulkan kontriksi. Ipratorium mengurangi hipersekresi di bronchi yaitu
efek mengeringkan dari obat antikolinergik, maka sangat efektif pada pasien yang
mengeluarkan dahak. Salbutamol memiliki daya bronkodilatasi baik dan juga efektif
mencegah serangan asma. Pemberian obat ini pada tanggal 15 hingga 21 Maret 2019
[9].
Clonidine merupakan derivate imidazolin yang berkhasiat hipotensif kuat
berdasarkan efek adrenergik. Mengikat pada reseptor α2, digunakan pada hipertensi
sedang sampai berat. Penggunaannya pada terapi interval migraine berkat khasiat
vasokontriksi perifernya. Obat ini diberikan pada tanggal 18 hinggal 21 Maret 2019
[9].
Amikasin merupakan derivate kanamycin semi-sentetik ini memiliki spectrum
kerja terluas dari semua aminoglikosida. Akivitasnya bagi pseudomonas paling kuat,
tetapi terhadap basil gram negatif lainnya 2-3 kali lebih lemah. Obat ini diberikan
pada tanggal 19 hinggal 21 Maret 2019 [9].
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Sebagai apoteker, pemantuan terhadap pengobatan pasien khususnya pada


kasus Tn.A sangat dibutuhkan. Dukungan moril juga sangat dibutuhkan dari keluarga
pasien. Dalam pengobatan pasien terhadap Drug Related Problemyang tersaji seperti
efek samping dari amikasin yang dapat memperparah keadaan pasien, namun seorang
apoteker harus memberikan edukasi kepada keluarga pasien jika terjadi efek samping
tersebut maka harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan.
Dalam pemberian obat kepada pasien pada tanggal 17 – 18 Maret 2019 terjadi
interaksi antara obat omeprazole dan clopidogrel yang dapat mengurangi keefektifan
clopidogrel untuk mencegah serangan jantung atau stroke. Apoteker
menginformasikan kepada dokter untuk mengganti jam penggunaan obat antara
omeprazole dan clopidogrel.
Apoteker juga menginformasikan kepada dokter bahwa terdapat interkasi obat
antara combivent nebu ( Ipratorium dan salbutamol ) dan furosemide pada tanggal 15
hingga 17 Maret 2019 yang dapat menyebabkan hypokalemia. Apoteker perlu
menyarankan untuk penggunaan obat combivent nebu ( Ipratorium dan salbutamol )
dan furosemide dijeda agar dapat menghindari efek yang merugikan pasien.
Apoteker juga perlu memberitahukan kepada keluarga pasien agar mengontrol pola
makan pasien dengan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya
hipertensi, misalnya kurangi mengkonsumsi garam, jangan membuat stress pasien,
meminum air minimal 3 liter per hari, dan mengkonsumsi obat yang diberikan secara
teratur jika sewaktu-waktu pasien diperbolehkan pulang.
Data Pengamatan
Tabel 1. Data Pasien
Nama Pasien Tn. A
No RM 9XXXX6
Tanggal Lahir 13 – 10 – 1973
Berat Badan 90 kg
Tinggi Badan 164 cm
Jenis Kelamin Laki-laki
Tanggal Masuk RS 13 Maret 2019
Tanggal Awal Pantau 15 Maret 2019
Tanggal Terakhir Pantau 21 Maret 2019
DPJP dr. Agus Waluyo, SpAn
Anamnesa Kelemahan anggota gerak sebelah kanan,
sesak nafas, batuk dan demam 1 hari
Riwayat Penyakit terdahulu Asam Urat, Hipertensi, DM, Stroke 2 kali
tahun 2016
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi dan DM


Riwayat Alergi Tidak Ada
Riwayat Pengobatan Mengkonsumsi amlodipine
Diagnosa SNH, ALO, AKI, HT

Tabel 2. Data Subjektif


Tanggal Keluhan Pasien

15 Maret 2019 Pasien tidak ada keluhan

16 Maret 2019 Pasien mengeluh mual dan muntah

17 Maret 2019 Pasien mengeluh mual dan muntah

18 Maret 2019 Pasien mengatakan batuk berdahak dan dahak sulit


keluar

19 Maret 2019 Pasien tidak dapat di kaji ( On Ventilator)

20 Maret 2019 Pasien tidak dapat di kaji ( On Ventilator)

21 Maret 2019 Pasien tidak dapat di kaji ( On Ventilator)

Tabel 3. Data Objektif

Para
Perkembangan Tanda – Tanda Vital Pasien
meter

15 / 03 16 / 03 17 / 03 18 / 03 / 19 / 03 / 20 / 03 / 21 / 03 /
Tgl
/ 19 / 19 / 19 19 19 19 19

TD 130 / 90 131 / 94 120 / 70 137 / 98 116 / 68 114/68 119/70

Nadi 80 84 90 90 90 86 84
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Suhu 36,5 36,0 36,5 36,5 36,5 36,5 36,5

RR 21 21 21 21 21 21 21

Nyeri - - - - - - -

Tabel 4. Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
13 / 3 / 2019 18 / 3 / 2019

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,0 – 18,0 g/dL 17,2 16,4

Hematokrit 40 – 52 % 51 52

Eritrosit 4,3 – 6,0 juta/µL 5,8 5,6

4,800 – 10,800/
Leukosit 13040 13800*
µL

150,000 –
Trombosit 368000 485000*
400,000 / µL

Hitung jenis

• Basofil 0–1% 0

• Eusinofil 1–3% 1

• Neutrofil 50 – 70 % 73*

• Limfosit 20 – 40 % 17
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

• Monosit 2–8% 9*

MCV 80 – 96 fL 87 92

MCH 27 – 32 pg 30 29

MCHC 32 – 36 g/dL 34 32

RDW 11,5 – 14, 5 % 13,5


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Tabel 5. Data Pengobatan Pasien

No Nama Obat Rute 15/3 16/3 17/3 18/3 19/3 20/3 21/3

5mg / 5mg /
1 Furosemide IV 5mg / jam STOP
jam jam

Ceftriaxone 2
2 IV 24:00 24:00 24:00 24:00 24:00 STOP
gram

Levofloxacin 750mg / 750mg / 750mg / 750mg / 750mg /


3 IV
750 mg 48 jam 48 jam 48 jam 48 jam 48 jam

Citicholin 500 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 ,


4 IV
mg 24:00 24:00 24:00 24:00 24:00 24:00 24:00

12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00 ,


Tramadol 100
5 IV 20:00 , 20:00 , 20:00 , 20:00 , 20:00 , 20:00 , 20:00 ,
mg
04:00 04:00 04:00 04:00 04:00 04:00 04:00

Omeprazole 40 18:00 , 18:00 , 18:00 ,


6 IV 18:00 18:00 18:00 18:00
mg 06:00 06:00 06:00

Candesartan 32
7 Oral 18:00 18:00 18:00 20:00 20:00 20:00 20:00
mg

Amlodipine 10
8 Oral 05:00 05:00 05:00 06:00 06:00 06:00 06:00
mg
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

No Nama Obat Rute 15/3 16/3 17/3 18/3 19/3 20/3 21/3

9 HCT 25 mg Oral 06:00 06:00 06:00 05:00 05:00 05:00 05:00

10 Simvastatin 20 Oral 22:00 22:00 22:00 22:00 Stop


mg

11 Clopidogrel 75 Oral 20:00 20:00 18:00 18:00 20:00 20:00 20:00


mg

12 Sucralfate syr Oral 12:00 , 12:00 , 12:00 , Stop


18:00 , 18:00 , 18:00 ,
24:00 , 24:00 , 24:00 ,
06:00 06:00
06:00

13 Combivent nebu Inhalasi 12:00 , 12:00 , 12:00 , 12:00, 12:00 , 12:00 , 12:00 ,
( Ipratorium dan 20:00 , 20:00 , 20:00 , 20:00, 20:00 , 20:00 , 20:00 ,
salbutamol) 04:00 04:00 04:00 04:00 04:00 04:00 04:00

14 Clonidine 0,15 Oral 12:00,20:00 12:00, 12:00, 12:00,


mg ,04:00 20:00, 20:00, 20:00,
04:00 04:00 04:00
15 Amikasin IV 1 g / 48 1 g / 48 1 g / 48
jam jam jam
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Tabel 6. Pemeriksaan Kultur


Jenis Bahan : Sputum Jenis Antibiotik MIC Keterangan

Hasil Biakan : Piperacillin/ Tazobactam >=128 Resisten


Acinetobacter baumannii Cefepime >=64 Resisten

Ceftriaxone >=64 Resisten

Ceftazidime >=64 Resisten

Meropenem >=16 Resisten

Cefazolin >=64 Resisten

Gentamycin >=16 Resisten

Ciprofloxacin >=4 Resisten

Trimetropim/Sulfamethoxazole >=320 Resisten

Tigecycline >=4 Intermediate

Ampicillin Sulbactam >=32 Resisten

Amikacin >=8 Sensitif


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

Tabel 7. Assesment dan Plan


Assesment (Identifikasi DRP) Plan/ rekomendasi Ket
Problem Causes Intervensi Outcome
P2.1 Peristiwa obat C1.2 Obat yang tidak II.2 Menanyakan atau O1.0 Masalah Intervensi
yang merugikan sesuai menginformasikan kepada benar-benar dilakukan pada
terjadi penulis resep. terselesaikan. Dokter

Terjadi interaksi Menginformasikan bahwa Tanggal 19


antara omeprazol adanya interaksi Clopidogrel sudah
dan clopidogrel di jeda waktu
pemberian
P2.1 Peristiwa obat C1.2 Obat yang tidak I0.1 Tidak Ada Intervensi O1.0 Masalah Tidak dilakukan
yang merugikan sesuai (dalam benar-benar intervensi pada
terjadi pedoman tetapi terselesaikan. Dokter
sebaliknya
Terjadi interaksi kontraindikasi) Pada tanggal 18
antara Combivent Penggunaan
nebu ( Ipratorium furosemide
dan salbutamol ) dihentikan
dan furosemide
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

KESIMPULAN
Tn. A menderita Stroke non hemoragik, Acute Lung Oedema, Acute Kidney
Injury dan hipertensi. Pada terapi pengobatan pasien masih ditemukan DRP (Drug
Related Problem) dan Interaksi obat. Diperlukan Visite dari dokter bersama apoteker
terus dilakukan agar mengindari DRP (Drug Related Problem) dan Interaksi obat.
Pola makan pasien perlu diperhatikan agar makanan yang dapat memperparah kondisi
pasien dapat dicegah.

DAFTAR RUJUKAN
1. Allan H. Ropper, Robert H.Brown. 2005. Pain and Other Disorders Of Somatic
Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s Principles of
Neurology. McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109.

2. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan farmasi di


Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

3. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan. Republik Indonesia.

4. Aliah A., Kuswara F.F., Arifin R. L., Wusyang G. 2007. Gambaran Umum
tentang Gangguan Peredaran Darah Otak. Yogyakarta : Gajah Mada Press, pp.
81-101.
5. Mumenthaler M., Mattle H., Taub E., 2006. Fundamentals of Neurology: An
Illustrated Guide. New York: Thieme Medical Publisher.

6. Caplan,LR. 2009. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach, Fourth Edition.


Philadelphia, Saunders Elsevier.

7. Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., Simon, R.P. 2002. Clinical Neurology. 5th. Ed.
San Fransisco : University of California.

8. BPOM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat


dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

9. Tjay T.H. and Rahardja K. 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan


danEfek - Efek Sampingnya Edisi 7, PT Elex Media Komputindo. Jakarta, pp. 72-
77.
10. Drugs.com. 2019. Levofloxacin: Use, Dosing, Contraindications,
Pregnancy/Lactation, Interactions, Adverse Reactions, Toxicology, Uses and
Pharmacology. [Online]. Diakses pada 25 Maret 2019.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Speial Issue January 2020

11. Drugs.com. 2019. Citicholine: Use, Dosing, Contraindications,


Pregnancy/Lactation, Interactions, Adverse Reactions, Toxicology, Uses and
Pharmacology. [Online]. Diakses pada 26 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai