Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan

keperawatan tentang “ASUHAN KRITIS DENGAN ACUTE LUNG OEDEMA

(ALO) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) TAHUN 2020”.

Penyajian dimulai dari konsep teori dan hasil asuhan keperawatan yang

sudah dilakukan kepada pasien.

4.1 Hubungan Konsep Teori Dengan Kasus

4.1.1 Hasil Pengkajian

Hasil pengkajian pada tanggal 10 Oktober 2020 dengan metode studi

kasus literature jurnal publikasi asuhan keperawatan yang telah ditentukan

dan disetujui, penulis mendapatkan pasien Ny.X berusia 53 tahun berjenis

kelamin perempuan berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Pasien sekitar 5 jam SMRS mengeluhkan nyeri dada disertai sesak

nafas dan keringat dingin. Keluhan nyeri timbul saat baru bangun tidur,

nyeri dada sebelah kiri, durasi sekitar 1 jam hingga pasien tiba di RST.

Saat di RST pasien dilaporkan mengalami henti jantung dan diresusitasi.

Pasien kemudian dirujuk ke RSUP M. Djamil, dirawat di ICU dalam

keadaan terintubasi.

Dari hasil pemeriksaan fisik di ICU pasien dengan GCS E3M4V5, TD

190/100, nadi 140x/menit, nafas dalam kontrol ventilator, suhu 36,5⁰ C,

saturasi perifer 98%, dahak berwarna merah muda, frothy sputum. Mata
tidak anemis dan tidak ikterik, JVP tidak meningkat, cor dengan S1 S2

normal, murmur (-), gallop (-). Pemeriksaan paru vesikuler, ronki (+)

terutama lapangan paru kanan, wheezing (-). Abdomen supel, hepar dan

lien tidak teraba, bising usus (-) (dalam muscle relaxan). Akral hangat,

edema (-), sianosis (-). Dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)

ditemukan sinus takikardi, dengan tanda bendungan paru, terutama paru

kanan. Dan untuk hasil Analisa Gas Darah (AGD) didapatkan hasil PH

7,22/PCO2 52/PO2 263/BE -6,4/HCO3 213/ Sat O2 100%. (elfi, 2015)

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Sahputri, 2020).

Acute Lung Oedema disebabkan suatu keadaan dimana terjadi

perpindahan cairan dari vaskular paru ke interstisial dan alveoli paru.

Pada edema paru terdapat penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa

secara berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveoli paru. Edema

paru / Acute Lung Oedema terjadi bila cairan yang difiltrasi oleh dinding

mikrovaskuler lebih banyak daripada yang bisa dikeluarkan yang

berakibat alveoli penuh terisi cairan sehingga tidak memungkinkan

terjadinya pertukaran gas.

Pada anamnesis didapatkan pasien mengalami henti jantung. Henti

jantung pada pasien ini diawali oleh aritmia maligna yang disebabkan

oleh kurangnya asupan oksigen pada otot jantung. Pada pasien ini
diberikan dukungan ventilasi mekanik dengan tekanan positif yaitu

CPAP untuk mengurangi mortalitas edema paru. Selain itu diperlukan

pemantauan ketat hemodinamik dan asupan nutrisi pada pasien. Selain

masalah jantung dan paru, pada pasien juga terjadi penurunan kesadaran

setalah henti jantung. Gangguan pada sistem saraf pusat merupakan

penyebab kematian yang cukup tinggi pada pasien yang selamat dari

henti jantung dan resusitasi. Pada pemeriksaan fisik, di dapatkan

kesadaran pasien apatis, dengan tekanan darah meningkat, nadi

meningkat, RR menurun sehingga di lakukan pemasangan ventilator

dengan saturasi perifer 98% , dan di temukan terdapatnya dahak

berwarna merah muda, frothy sputum. Mata tidak anemis dan tidak

ikterik, terdapat ronki (+) terutama lapangan paru kanan, pada hasil

Analisa Gas Darah (AGD) didapatkan PH 7,22/PCO2 52/PO2 263/BE

-6,4/HCO3 213/ Sat O2 100%. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri

dada disertai sesak nafas dan keringat dingin. Keluhan nyeri timbul saat

baru bangun tidur, nyeri dada sebelah kiri, dengan durasi sekitar 1 jam.

Hasil pengkajian yang di dapat dari studi literature tidak jauh

berbeda dengan pengkajian dalam teori, pada kasus Ny.X di jelaskan

bahawa Ny.X mengalami sindrom coroner akut dengan komplikasi edema paru

yang menyebabkan Ny.X terjadi henti jantung. Pada Ny.X mengalami sinus

takikardi dengan HR 140x/menit, pada teori di jelaskan bahwa sinus takikardi

itu akan muncul karena kompensasi oksigen pada tubuh yang kurang, sehingga

jantung mempercepat pompa untuk memberikan oksigen akhirnya terjadi

pembesaran otot ventrikel sehingga menyebabkan kardiomegali.


Henti jantung pada pasien ini diawali oleh aritmia maligna yang

disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen pada otot jantung , Pasien

memerlukan penatalaksanaan multidisiplin dan intensif. Pada pasien diberikan

dukungan ventilasi mekanik dengan tekanan positif yaitu CPAP untuk

mengurangi mortalitas edema paru. Selain itu diperlukan pemantauan ketat

hemodinamik dan asupan nutrisi pada pasien. Selain masalah jantung dan paru,

pada pasien juga terjadi penurunan kesadaran setalah henti jantung. pada kasus

Ny.X juga di jelaskan bahwa pasien mengalami sinus takikardi, pada teori di

jelaskan bahwa takikardi itu akan muncul karena kompensasi oksigen pada

tubuh yang kurang, sehingga jantung mempercepat pompa untuk memberikan

oksigen akhirnya terjadi pembesaran otot ventrikel sehingga menyebabkan

kardiomegali.

4.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnose

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,


keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (SDKI, 2018).

Menurut SDKI (2018) diagnose keperawatan yang muncul pada

pasien dengan Acute Lung Oedema dengan prioritas diagnose

keperawatan sebagai berikut :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler di tandai dengan

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pasca cedera fisiologis di tandai

dengan nyeri dada sebelah kiri

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan

gerak di tandai dengan gerakan terbatas

Berdasarkan hasil analisa data yang didapat dari pengkajian

terhadap Ny.X 53 tahun terdapat 3 diagnosa, yang muncul dan di

prioritaskan untuk ditangani adalah gangguan pertukaran gas , diagnose

yang kedua untuk di tangani adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri dada sebelah kiri,

frekwensi nadi meningkat dan untuk diagnosa yang ketiga yaitu

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan

gerak di tandai dengan gerakan terbatas.

Dari data hasil pengkajian pada Ny.X terdapat kesesuain antara

teori dan data dilapangan tentang Acute Lung Oedema. Sesuai dengan

yang ada di teori bahwa prioritas masalah yang muncul adalah Gangguan

pertukaran gas b.d alveoli terisi cairan, Resiko perfusi miokard tidak
efektif b.d jaringan menurun dan Pola nafas tidak efektif b.d

pengambilan o2 meningkat dan diagnose yang muncul pada Ny.X di

lapangan yaitu Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolus-kapiler di tandai dengan hasil analisa gas darah lebih

dari batas normal, Nyeri akut berhubungan dengan agen pasca cedera

fisiologis di tandai dengan nyeri dada sebelah kiri, Gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan program pembatasan gerak di tandai dengan

gerakan terbatas, dari diagnose gangguan pertukaran gas yang muncul di

dapatkan keluhan sesak nafas, Dyspnea Ron chi (+) pada lapang paru

kanan, Kesadaran menurun (apatis), Frekuensi nafas dalam kontrol

ventilator, Gelisah, TD : 190/100 mmHg, N : 140 x/menit, RR :

12x/menit dan di dapatkan hasil Analisa Gas Darah (AGD) dengan PH

7,22/PCO2 52/PO2 263/BE -6,4/HCO3 213/ Sat O2 100%, untuk nyeri

akut di dapatkan pasien mengeuh nyeri pada dada sebelah kiri, dan untuk

gangguan mobilitas fisik di ambil karena pasien menggunakan ventilator

sehingga terjadinya pembatasan pergerakan. Dari hasil diagnose pada

teori dan pada kasus terdapat 2 diagnosa yang tidak sama di karenakan

pada setiap individu mempunyai keluhan dan komplikasi yang berbeda-

beda.

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan (SIKI, 2018).


Intervensi yang dilakukan pada Ny.X disesuaikan dengan diagnose

prioritas yang muncul berdasarkan pada kondisi pasien dan disesuaikan

dengan teori yang ada. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada

Ny.X meliputi :

1. Gangguan pertukaran gas

dari rencana keperawatan yang ada pada teori sama dengan rencana

keperawatan yang ada dilapangan serta intervensi yang dilakukan

disesuaikan dengan diagnose yang diambil ada 10 antara lain :

Monitoring frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, Monitor

pola nafas, Monitor adanya produksi sputum, Monitor adanya

sumbatan jalan nafas, Auskultasi bunyi nafas, Monitor saturasi

oksigen, Atur pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien, dan jelaskan

tujuan serta prosedur pemantauan

2. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisik dibuktikan dengan

mengeluh nyeri, frekwensi nadi meningkat dan terdapat 7 rencana

keperawatan antara lain : identifikasi lokasi, karakteristik, durasi

frekwensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri,

identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri, ajarkan tehnik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri, kolaborasi pemberian analgetik.

3. Gangguan mobilitas fisik yang dibuktikan dengan penggunaan alat

bantu pernafasan dengan ventilator, serta intervensi yang di lakukan

disesuaikan dengan diagnose yang di ambil antara lain : Identifikasi


adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Monitor tekanan darah dan

frekuensi jantung sebelum memulai mobilisasi, Monitor kondisi

umum selama melakukan mobilisasi, Fasilitasi melakukan pergerakan,

Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, Anjurkan

melakukan mobilisasi dini, Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus

dilakukan (mis. Menggerakkan ekstremitas)

Berdasarkan data diatas terdapat kesamaan intervensi yang

dilakukan pada pasien dengan ketiga diagnose keperawatan secara

teoritis dengan kejadian dilapangan

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan (SIKI, 2018).

Menurut teori, implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan

perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan

yang sudah di tetapkan pada Ny.X. implementasi yang dilakukan sesuai

dengan intervensi yang disusun namun akan tetapi ada beberapa tindakan

yang perlu diulang beberapa kali seperti Monitoring frekuensi, irama,

kedalaman, dan upaya napas, Monitor pola nafas , Monitor adanya

produksi sputum, Monitor adanya sumbatan jalan nafas terutama

pemantauan analisa gas darah. dan beberapa tindakan pada diagnose

nyeri akut ada beberapa yang dilakukan satu kali seperti mengajarkan
tehnik distraksi dan relaksasi, sehingga berikutnya hanya tinggal

mengevaluasi.sedangkan untuk diagnosa gangguan mobilitas fisik

tindakan yang perlu di ulang beberapa kali yaitu Monitor kondisi umum

selama melakukan mobilisasi, dan membantu melakukan mobilitas fisik

secara bertahap.

4.2.5 Evaluasi

Hasil evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang di alami

oleh Ny.X dari studi literature yang dilakukan selama 3x24 jam dengan

masalah gangguan pertukaran gas, 1 x 24 jam pada masalah Nyeri akut

belum teratasi dikarenakan kondisi kegawatan pada pasien harus segera

di tangani dan dilakukan tindakan operatif dan 3 x 23 jam dengan

masalah gangguan mobilitas fisik yang harus dilakukan secara bertahap.

Menurut Nursalam (2016) evaluasi adalah suatu yang direncanakan

dan perbandingan yang sistematis pada system kesehatan klien, tipe

pernyataan evaluasi ada dua yaitu formatif dan sumartif. Pernyataan

formatif merefleksikan observasi perawat dan analisa terhadap klien

terhadap respon langsung dari intervensi keperawatan. Penyataan

sumartif adalah merefleksi rekapitulasi dan synopsis observasi dan

analisa mengenai status kesehatan klien terhadap waktu, pernyataan ini

menguraikan kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang dijelaskan

dalam hasil yang diharapkan.

Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa masalah pada pasien ini

adalah kesadaran belum composmentis walaupun tanpa obat sedatif.


Gangguan pada sistem saraf pusat merupakan penyebab kematian yang

cukup tinggi pada pasien yang selamat dari henti jantung dan resusitasi.

Dianjurkan untuk mengkonsulkan ke bagian Neurologi untuk menilai

defisit yang terjadi pasca henti jantung. Resusitasi kardioserebral

merupakan pendekatan baru yang dilakukan pada pasien dengan henti

jantung, sementara resusitasi jantung paru diberikan untuk henti nafas.

Perbedaan utama dengan resusitasi jantung paru adalah pentingnya

manajemen jalan nafas yang lebih lengkap dengan ventilasi mekanik

Anda mungkin juga menyukai