Anda di halaman 1dari 14

TELAAH KASUS MENGKINIKAN ARSITEKTUR NUSANTARA

TEORI DAN SEJARAH ARSITEKTUR NUSANTARA 01

Disusun oleh KELOMPOK 9 :


20.A1.0016 Florensia Esperance Lie
20.A1.0019 Andre Rama Renauld H
20.A1.0038 Wiki Chian
20.A1.0044 Yasmina Itsnaini R
20.A1.0109 Fidello Iqbaal Erfanda

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

NOVEMBER 2021
A. ARSITEKTUR NUSANTARA
Arsitektur merupakan seni dan ilmu bangunan, praktik keprofesian, proses
membangun, bukan sekadar suatu bangunan. Dan Nusantara adalah sebutan
(nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia yang membentang dari
Sumatera sampai Papua. Sehingga dalam hal ini Arsitektur Nusantara dapat
dimaknai sebagai seni dan ilmu bangun yang berasal dari seluruh wilayah
kepulauan Indonesia, mulai dari sabang hingga merauke.

Arsitektur Nusantara memiliki karakteristik konsep sebagai berikut;


1. Konsep hierarki berupa pola hunian yang bercermin pada dunia makro
alam raya yang membagi spasial dunia dalam tiga lapis.
2. Konsep skala dan proporsi manusia dengan struktur spasial tradisional
rumah tinggal perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai aturan-aturan
yang berlaku, di Jawa sama halnya di tempat lain, manusia adalah ukuran
benda (protagoras), sedangkan benda-benda dan alat-alat memakai
ukuran yang sesuai dengan badan manusia (Atmadi dalam Frick, 2001).
3. Konsep orientasi arah dan letak permukiman dan rumah terkait dengan
faktor keberuntungan dan keselamatan penghuni rumah, penentuan arah
ini menjadi sangat penting bahkan disakralkan dan hal yang menjadi
patokan biasanya adalah gunung, matahari, laut, dan kiblat.
4. Konsep Struktur mempertegas dan memperkuat keberadaan spasial
dimana aktivitas berlangsung dan terbentuk sebagai spasial diantara dua
elemen massa yang berbeda dan berperan sebagai spasi atau spasial
antara/penghubung.
B. TELAAH KASUS BANGUNAN

1. The House of the Five Senses


Architect: Ton van de Ven

Tampak depan The House of the Five Sense

Struktur bagian dalam The House of the Five Sense

The House of the Five Senses adalah sebuah bangunan yang


digunakan sebagai pintu gerbang utama dari Taman Hiburan Efteling di
Negeri Belanda. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda
yang bernama Ton van de Ven.

Desain arsitektur dari bangunan ini didasarkan pada gaya Rumah


Gadang dari kelompok etnis Minangkabau, Indonesia. Kelima puncak atap
melambangkan lima indra. Selain pintu masuk, layanan pelanggan, toko
souvenir, dan toilet berada di dalam gedung.
Desain pengkinian pada bangunan:
● Teknik Tradisi-(me)modern
● Sumber Pengkinian : Bentuk atap

a. Bentuk
The House of the Five Senses mengadaptasi dan mentransformasi
bentuk atap gonjong yang berasal dari Rumah Gadang.

b. Material
Material yang digunakan dalam The House of Five Sense juga
menggunakan bahan yang mirip dengan Rumah Gadang yaitu
kayu sebagai struktur serta jerami sebagai atapnya. Pada Rumah
Gadang atapnya bisa menggunakan jerami atau ijuk, namun masa
sekarang banyak Rumah Gadang yang atapnya menggunakan
seng sebagai bahan atapnya.

2. FALA SASA’DUA, MOROTAI TIC


Architects : Laurensia Levina; Raymond San; Ryan Ridge R.

(Poster Juara Utama Sayembara Arsitektur Nusantara 2019


Tampak Depan FALA SASA’DUA)
(Karya sayembara ini mendapatkan penghargaan sebagai Pemenang Utama Lomba Arsitektur
Nusantara yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) dan Propan Raya.)

Desain Arsitektur dari karya arsitektur nusantara ini berpedoman


pada gaya dan ciri khas dari arsitektur yang ada di Morotai, Maluku Utara.
Yakni Rumah Sasadu yang mana merupakan sebuah desain rumah adat
asli masyarakat suku Sahu yang ada sejak zaman dahulu di Halmahera.
Desain rumah ini merepresentasikan tentang falsafah hidup masyarakat
Sahu dalam hidup bersosialisasi.

Didesain tanpa dinding dengan banyak pintu dengan nilai filosofi


bahwa masyarakat Sahu dan masyarakat Maluku Utara adalah
orang-orang yang terbuka. Mereka dengan senantiasa menerima tamu
dengan baik tanpa membeda-bedakan.
Sumber:
https://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-maluku-utara-rumah-sasadu.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

Desain Pengkinian pada bangunan :


● Teknik Tradisi-(me)modern
● Sumber Pengkinian : Artefak dan Bentuk Desain bangunan
yang ditransformasikan

a. Perencanaan Tapak dan Tata Massa bangunan


FALA SASA’DUA Terletak dekat pantai sebagai
penyempurnaan tatanan kawasan wisata di Morotai, yang
berorientasi linear dan keberadaan bangunan menjadi satu titik
aktivitas baru yang terhubung langsung ke arah pantai lepas
sebagai lambang dari falsafah hidup masyarakat suku Suhu yang
gemar berlaut.

b. Bentuk (Eksterior dan Interior)


FALA SASA’DUA mengadopsi desain bentuk tampilan baru
dengan ide kuno dari rumah adat Sasadu yang mana didesain
cukup luas, terdiri dari 1 bagian tanpa sekat maupun dinding, dan
disangga oleh tiang-tiang penopang atap (bukan lantai) pasalnya
desain rumah Sasadu bukanlah rumah panggung. Bentuk atap
pelana dengan perlambangan sebuah perahu sebagaimana
masyarakat suku Sahu yang gemar berlaut.
Rumah Sasadu sebagai objek arsitektur yang memiliki
karakter budaya yang kuat karena kompleksitas pada kenampakan
eksterior yang tersusun dari ornamen dan elemen repetisi pada
struktur atap yang kental akan nuansa arsitektur tropis nusantara.
Pembaharuan nampak pada desain atapnya yang di desain
lebih terbuka dengan bagian bawah atap dibuat lebih pendek dari
langit-langit, tritisan dibuat sangat lebar, struktur yang fleksibel
sebagai respon terhadap gempa, dan pola atap yang rumit.
c. Struktur Konstruksi
Tiang-tiang pengikat dihubungkan dengan balok penguat,
balok-balok tersebut kemudian direkatkan pada tiang
menggunakan pasak kayu, antar baloknya diberi susunan bambu
ataupun kayu berbentuk dipan.

d. Material yang digunakan


Kombinasi Material dan bahan yang digunakan berasal dari
alam dan buatan karena adanya penyesuaian jenis dan fungsi
bangunan, Material tiang penopang dibuat dari bahan batang kayu
sagu, dan untuk material utama rangka atap tetap menggunakan
bambu yang diikat dengan ijuk, sementara untuk material penutup
atapnya sendiri menggunakan kombinasi bahan alami dan buatan,
yakni anyaman dari daun kelapa atau daun sagu.

3. AKANOMA STUDIO
Architect : Yu Sing

Perspektif Akanoma Studio Struktur Luar Akanoma Studio

Akanoma Studio merupakan bangunan yang fungsinya sebagai Studio


ramah lingkungan untuk sebuah biro arsitek yang dibuat oleh Yu Sing.
Akanoma Studio juga memiliki fungsi lainnya yang terdiri dari 2 lantai,
pada lantai pertama digunakan sebagai ruang yang serba guna dan
memiliki ruang yang lebar atau biasa dikenal dengan kata kolong, pada
bagian itu juga biasanya digunakan masyarakat yang berkunjung untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada bagian lantai duanya berfungsi
sebagai studio, ruang kerja/rapat dan ruang dapur.

Desain bangunan Akanoma Studio ini terimplementasi dari sebuah


kebudayaan Jawa yaitu Rumah Joglo Pendopo (Omah Jawa). Bentuk
atap Joglo sebagai poin utama dalam bangunan tersebut dengan
modifikasi menggunakan bambu dan kayu besar lainnya sebagai tiang
struktur itu menunjukan kontribusi arsitektur Nusantara pada zaman
modern ini.
Sumber:
https://kataokita.wordpress.com/tag/akanoma/

Desain pengkinian pada bangunan :


● Teknik Tradisi-(me)modern
● Sumber Pengkinian : dari alam sekitar,dan bangunan-bangunan
tradisional seperti rumah dayak di Pontianak (bentuk panggung).

a. Pola Tata Letak :


Pada Akanoma Studio ini pola tata letaknya tidak seutuhnya
menyesuaikan dengan rumah tradisional yang asli, perubahannya
terjadi pada pola yang letaknya di atas panggung.
b. Konstruksi:
Kolom terbuat dari bambu berukuran besar dengan konstruksi
berbentuk panggung seperti rumah Radank Pontianak, dan atap
menggunakan konstruksi seperti atap Joglo.
c. Bentuk :
Memadukan dua kebudayaan yaitu jawa dan dayak, pada
bangunan utama bagian atapnya menggunakan bentuk atap Joglo
dan keseluruhan bangunan utama berbentuk rumah panggung
seperti rumah dayak Pontianak (Radank).
d. Material yang digunakan:
Material yang mendominasi yaitu dari bahan alami seperti pada
bagian kolom, alas lantai studio,dinding ruangan area belakang
yang menggunakan bambu yang telah di modifikasi menyesuaikan
keperluan pembuatan tiap bagian bangunan, selain itu juga
menggunakan material bahan bekas seperti botol kaca sebagai
gantungan pakaian pada kamar mandinya, kaca bekas mobil yang
dipasang pada bagian tangga yang ada di sisi kanan bangunan.
4. Masjid Raya, Sumatera Barat

Sumber : theacehpost.com

Masjid Raya Sumatera Barat merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat


yang terletak di Jalan Chatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Bangunan ini didesain oleh arsitek Rizal Muslimin yang pembangunannya selesai pada
4 Januari 2019.

Secara umum, arsitektur masjid ini terinspirasi dari tipologi arsitektur


Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan ukiran
Minang, sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar. Masjid ini memiliki bentuk yang
unik yaitu bentuk yang menyerupai rumah gadang (rumah adat Sumatera Barat).

Rumah Gadang Masjid Raya Sumatera Barat


Sumber : alampedia.blogspot.co.id Sumber : Gambarfotowallpapersd.blogspot.com
Meskipun terinspirasi dari arsitektur nusantara, pemilihan style dan material
hingga ke dalam ruang interiornya yang lebih condong ke arah style modern. Hal ini
terlihat dari bagian atas masjid yang tak memiliki kubah. Namun demikian, tentu saja
style modern ini dapat membantu menjawab kebutuhan serta aktivitas dari
penggunanya.

Interior Masjid Raya Sumatera Barat - meskipun tidak menampakkan bentuk


kubah pada bagian luar, namun bentuk kubah dapat terlihat pada bagian dalam masjid.

Sumber : Interior Masjid Sumbar Sep 2017 - Masjid Raya Sumatra Barat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas

Penerapan ukiran songket khas Sumbar pada bagian atap Masjid Raya Sumatera Barat

Desain pengkinian pada bangunan :


● Teknik Tradisi-(me)modern
● Sumber Pengkinian : Adat Minangkabau dan Rumah adat khas
Sumatera Barat (Rumah Gadang)

a. Pola Tata Letak :


---
b. Konstruksi :
Konstruksi masjid raya Sumatera Barat terdiri dari tiga lantai. Ruang
utamanya dipergunakan sebagai ruang sholat terletak pada lantai
dua, dan terhubung dengan teras terbuka yang menghadap ke
jalan.
c. Bentuk :
Bentuk masjid ini terinspirasi dari rumah adat Minangkabau (rumah
gadang), tepatnya pada bagian atap yang bergonjong. Selain itu,
bangunan ini merupakan penggabungan dari dua buah gaya dan
ternyata bisa dipertemukan dan menghasilkan sebuah bentuk baru.
Hal ini menunjukkan bahwa masjid ini menggunakan prinsip
penataan dua konsep yaitu tradisional dan modern atau dikenal
dengan tipe Neo-vernakular.
d. Material yang digunakan :
Struktur bangunan Masjid Raya Sumbar berupa open frame terbuat
dari struktur beton bertulang dan baja untuk menahan beban
vertikal dan horizontal. Struktur atap dibuat truss pipa baja
disangga empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan 2 balok
beton lengkung dengan mutu K-450.

5. Bandara Mali Alor


Arsitek: Nataneka Architect
Bandara Mali Alor adalah sebuah karya yang terpilih pada Sayembara Bandar
Udara Nusantara tahun 2015. Bandara ini terletak di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur,
yang mana berbatasan langsung dengan Timor Leste. Menurut Nataneka, bandara
merupakan sebuah pintu gerbang pada suatu negara.

Bandara Mali Alor memakai unsur futuristik pada desainnya dengan tetap
menghormati warisan leluhur yang ada pada daerah setempat. Ketika memasuki bandara,
pengunjung akan langsung disuguhkan dengan bentangan atap dengan void yang sangat
besar. Dengan bentangan atap yang lebar tersebut, udara dan cahaya matahari yang
masuk ke dalam bandara sangat berlimpah.

(Gerbang depan bandara)


Sumber:
https://www.femina.co.id/trending-topic/gaya-arsitektur-nusantara-modern-di-bandara-mali-a
lor-ntt#collapse20

Identitas Lokal Nusa Tenggara Timur sangat terasa pada desain bandara yang satu
ini. Bentuk atap bandara merepresentasikan bentuk atap pada rumah adat Alor, yaitu yang
pada umumnya berbentuk segitiga memanjang. Selain itu, penggunaan material alam
setempat seperti menyuntikkan unsur batu pada dinding yang ada di bagian gerbang depan
bandara, unsur kain, ikan, tanaman herbal, hingga wewangian kenari yang menjadi ciri
khas dan daya tarik Alor kepada pengunjungnya.
(Interior bandara)
Sumber:
https://www.femina.co.id/trending-topic/gaya-arsitektur-nusantara-modern-di-bandara-mali-a
lor-ntt#collapse20

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/kupang.antaranews.com/amp/berita/40612/bandara-mali-dit
argetkan-menjadi-bandara-internasional

Desain pengkinian pada bangunan:


● Teknik: Tradisi-(me)modern
● Sumber pengkinian: Bentuk atap dan desain yang ditransformasikan

a. Konstruksi
Bandara tersebut di dominasi oleh atap yang membentang lebar dan hanya ada
sedikit dinding atau sekat di beberapa sisi bangunan. Atap yang berbentuk segitiga
itu pun langsung terhubung dengan dinding-dinding sehingga tidak ada plafon dan
balok-balok yang menopangnya.
b. Bentuk
Bandara Mali Alor mengadaptasi bentuk atap dengan menggunakan bentuk atap
rumah adat penduduk Alor, yaitu berbentuk segitiga memanjang.
c. Material
Kombinasi penggunaan bahan material alami dan buatan pada bandara tersebut
membuat bangunan lebih menarik. Pada rumah adat Alor, material atap yang
digunakan adalah serabut-serabut pohon, sedangkan pada bandara tersebut
menggunakan material modern seperti baja.

Anda mungkin juga menyukai