PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang saya dapat dari pembuatan paper yang berjudul Arsitektur Neo
Vernakular, antara lain :
Saya dapat mengetahui latar belakang sejarah lahirnya Arsitektur Neo Vernakular.
Menambah wawasan dalam hal pemahaman tentang Arsitektur Neo Vernakular
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada
arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua
bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernacular melalui trend
akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
a. Pemakaian atap miring
b. Batu bata sebagai elemen lokal
c. Susunan masa yang indah.
Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat
dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri
sebagai berikut.
Dalam hal ini, pengertian vernakular arsitektur sering juga disamakan dengan arsitektur
tradisional dan dapat diartikan bahwa secara konotatif kata tradisi dapat diartikan sebagai
pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewaris budaya yang turun temurun
Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul
Andreu dari Prancis. Sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang
diekspose. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropikal,
sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu
menggunakan arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem
konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen
konstruksi Jawa. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang
diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.
Pendekatan Pemikiran Rancangan:
Bangunan Soekarno Hatta Airport ini merupakan bangunan neo-vernakular yang dengan
sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk
atap joglo dan atap-atap pelana (lipat) yang banyak digunakan pada bangunan tradisional
Indonesia. Penggunaan material modern yang berkesan natural pada kolom-kolom bangunan ini
dapat diterapkan pada bangunan Pasar Tradisional agar terlihat kesan mendaerah namun modern.
Airport yang terletak di Kuala Lumpur, Malaysia ini dirancang oleh Dr. Kisho
Kurokawa. Airport berkapasitas 25 juta orang dalam rencana pengembangannya akan dibuat
jalur penghubung antara Kuala Lumpur dengan pusat kota. Di lahan seluas 10.000 ha ini Dr.
Kisho Kurokawa merancang airport ini dengan gaya pencampuran identitas nasional Malaysia
dengan fasilitas high-tech sehingga dapat mencerminkan Malaysia yang modern. Airport ini
menjadi simbol kebanggaan Nasional Malaysia dan menjadi kesan pertama yang menarik ketika
para penumpang tiba di Malaysia.
Pendekatan Pemikiran Rancangan:
Kuala Lumpur International Airport merupakan bangunan neo-vernakular yang memiliki
konsep vernakular yang cukup jelas, penggunaan bentukan dan material atap yang melengkung
mencerminkan Malaysia yang sangat kental nuansa Islaminya namun dengan sentuhan material
modern menjadi sangat modern namun tidak meninggalkan unsur vernakularnya.
Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-vernakular di
Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung
pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat balkon. Gedung
Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat
sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan
tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil
bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung
Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
Pendekatan Pemikiran Rancangan:
Gedung Teater Nasional Malaysia ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional
melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan-pengulangan pada bagian
atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah
tradisional sangat tepat diaplikasikan ke gedung teater ini karena gedung teater membutuhkan
ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap yang besar
dan tinggi.
Bangunan ini terletak di propinsi Sumatra barat yang merupakan salah satu bangunan neo
vernakular. Memiliki fungsi sebagai tempat lepas landas, mendarat pesawat udara, dan
pergerakan di darat pesawat udara, dengan kapasitas mencapai 1,3 juta, dua kali lipat lebih dari
yang ditargetkan pada tahun 2010 yaitu 622.000 penumpang. Bandar udara ini merupakan
bandar udara pertama dan satu-satunya di dunia yang memiliki nama suatu suku atau etnik,
dimana dinamakan sesuai dengan etnik yang mendiami provinsi Sumatera Barat
yaitu Minangkabau. Bangunan ini sangat lekat sekali dengan budaya minangkabau.
Bandara ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional minangkabau yang
menggunakan atap gonjong atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang
menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai
puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Dengan
mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadukan dengan material yang moderen
menjadikan bandara Internasional Minangkabau ini terlihat maderen namum tetap memiliki ciri
khas daerah mimangkabau yang terletak pada atapnya.
Penarapan tema neo vernakular pada Bandara internasional minangkabau ini mengambil
konsep vernakular dari rumah tradisional padang dengan sangat jelas terdapat pada atap
gonjong atau bagonjong dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau.
3.1 Kesimpulan
Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular
berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernakular dapat
diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat yang pada intinya
arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan
bata pada abad 19. Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki
kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak
keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi.
Arsitektur Neo Vernakular memiliki berberapa ciri ciri seperti Selalu menggunakan atap
bumbungan, Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang
merupakan budaya dari arsitektur barat, Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang
ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertical, Kesatuan antara interior yang terbuka
melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan, dan Warna-warna yang
kuat dan kontras
Arsitektur Neo Vernakular memiliki berberapa prinsip prinsip dalam mendesain seperti
prinsip Hubungan Langsung, Hubungan Abstrak, Hubungan Lansekap, Hubungan
Kontemporer, dan Hubungan Masa Depan yang sebagaimana penjelesan masing masing
prinsip tersebut sudah dijelaskan sebelumnya. Bahwa pada dasarnya prinsip asrsitektur Neo-
vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama
yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alamiah, antisipasi
terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar.
Arsitektur Neo Vernakular memiliki kemiripan dengan arsitektur Tradisional dan
Vernakular. Tetapi terdapat berberapa tinjauan yang memperlihatkan perbedaan ketiga
arsitektur tersebut seperti tinjauan berdasarkan ideology, prinsip, dan ide ide desain mereka.
Contoh – contoh bangunan arsitektur neo vernacular adalah Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Kuala Lumpur International Airport, National Theatre Malaysia,
Mapungubwe Interpretation Centre, dan Bandara Internasional Minangkabau.
http://arsitektur-neo-vernakular-fazil.blogspot.co.id/2014/04/arsitektur-neo-vernakular.html
http://hendryagung.blogspot.co.id/2011/02/arsitektur-neo-vernacular.html