42
umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk
menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau
arsitektur tradisional.
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur
Tradisional. Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat
diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau
pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura yang Diterjemahkan
pada tahun 1914. arsitektur adalah penyeimbang dan pengatur dari 3 unsur,
yaitu keindahan/estetika (vesunitas), kekuatan (firmitas), dan kegunaan/fungsi
(utilitas). Arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi
antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur
lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan
fungsi, estetika, dan psikologis. Namun dapat dikatakan pula bahwa unsur
fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun
psikologis. (jalalarsitek, 2013)
43
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi.
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10. Bersifat ekletik.
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus
memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang
memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan
ke dalam arsitektur post modern.
Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan
tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu.
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan
aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional
dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang
lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada
pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular
pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan
terhadap arsitektur modern.
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah
sebagai berikut.
1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen)
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
44
mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria
perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
45
1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen).
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan
kriteria perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan
visualnya).
46
rkan kultur dan peraturan dan norma- sebagai suatu
kondisi lokal norma keagamaan keharusan.
yang kental
Vernakular Terbentuk oleh Berkembang setiap Ornamen
tradisi turun waktu untuk sebagai
temurun tetapi merefleksikan pelengkap,
terdapat lingkungan, budaya tidak
pengaruh dari dan sejarah dari meninggalkan
luar baik fisik daerah dimana nilai- nilai
maupun arsitektur tersebut setempat tetapi
nonfisik, bentuk berada. Transformasi dapat melayani
perkembangan dari situasi kultur aktifitas
arsitektur homogen ke situasi masyarakat
tradisional. yang lebih heterogen. didalam.
Neo - Penerapan Arsitektur yang Bentuk desain
Vernakular elemen bertujuan lebih modern.
arsitektur yang melestarikan unsur-
sudah ada dan unsur lokal yang telah
kemudian terbentuk secara
sedikit atau empiris oleh tradisi
banyaknya dan mengembang-
mengalami kannya menjadi suatu
pembaruan langgam yang
menuju suatu modern. Kelanjutan
karya yang dari arsitektur
modern. vernakular
(Ahlul, Zikri, 2012)
Dalam prinsip perancangan Henri M.P, yang mencoba memadukan
kekuatan-kekuatan lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan
alam, dimana pada bangunan yang dirancangnya. Tidak pernah
menemukan suatu karya arsitektur yang dapat mewakili ciri khas budaya san
sosial daerah masing-masing, serta mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh lingkungan di sekitarnya. Dengan teori-teorinya, Henri Maclaine Pont
berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam
membangun suatu bangunan, Henri M.P, memegang teguh beberapa
filsafat arsitektur yang menginginkan agar keberadaan bangunan dapat menjadi
bagian dari lingkungan sekitar bangunan tersebut dengan sangat
memperhatikan tentang iklim dan masyarakat sekitar bangunannya. Sehingga
47
dapat memperhatikan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
setempat.
Teori Henri M.P, kaidah arsitektur yang pernah ditampilkan pada karya-
karyanya adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan pada faktor budaya dan alam dimana ia membangun sehingga
karya arsitektural merupakan jawaban dari kebutuhan sosial.
48
KotaTangerang, Banten
Arsitek : Paul Andreu
Pemilik Proyek : PT. Angkasa putra II (Persero)
Konsultan perencna : Lapi d ITB
Konsultan Pengawas : - PT. MANGGILINGAN JAYA
- ARKONIN
Kontraktor Pelaksana : - PT. Kawahapejaya
- PT. Wijaya Karya
- PT. Waskita
- PT. Hyundai
- Teknik jaya
Luas lahan : 1740 Ha
Waktu rencana : 850 hari kalender
Nilai kontrak : Rp. 4.702.500.000.000,-
Sumber dana : PT. Angkasa Pura II
Jenis konrak : Design And Build Contract
49
menerapkan paham Neo Vernakular (post modern) pada desainnya. Berdiri di
atas tanah seluas 1740 Ha, bandara ini memiliki empat terminal penerbangan,
dua diantaranya memberdayakan bangunan pendopo sebagai ruang tunggu
yang menghubungkan antar selasar.
50
Bandara yang berupa lingkungan hijau. Dari segi fungsi, bangunan pendopo
pada hunian berfungsi sebagai ruang publik yang digunakan sewaktuwaktu
sebagai ruang penyambutan, sebagai sarana jika ada upacara adat, atau dapat
juga digunakan sebagai ruang untuk bersantai, mengobrol dan menunggu
bersama keluarga. Sedangkan pada bandara, bangunan pendopo difungsikan
sebagai ruang publik, untuk menunggu jam keberangkatan penumpang. Fungsi
upacara pada bangunan ini dihilangkan.
51
Gambar III.4 Bangunan Pendopo pada Bandara Soekarno - Hatta berfungsi
sebagai Ruang Tunggu (Aeronusantara, 2013)
Ideologi dari arsitektur Neo Vernakular adalah penerapan elemen
arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit atau banyaknya mengalami
pembaruan menuju suatu karya yang modern. Contoh bangunan yang
menggunakan prinsip arsitektur Neo Vernakular adalah Bandara Soekarno
Hatta. Pada Bandara Soekarno Hatta, prinsip arsitektur neo vernakular dapat
dilihat langsung pada bangunan-bangunan pendopo yang berfungsi sebagai
ruang tunggu dan penghubung antar selasar terbuka. Bangunan pendopo
menggunakan arsitektur Joglo yang sistem struktur dan konstruksinya masih
sama, hanya dimensi ruangnya yang mengalami perluasan. Material yang
digunakan merupakan material modern namun tampilannya tetap
menggunakan material alami.
52
Gambar III.5 Gedung National Theatre Malaysia (ahlul zikri, 2012)
53
Gambar III.6 Fasade Gedung National Theatre Malaysia (Simdos, 2017)
Nilai-nilai non fisik yang dapat dilihat pada bangunan ini adalah, penataan
ruang dalamnya menyesuaikan dengan tata ruang rumah tradisional Melayu.
Susunan ruangnya sebagai berikut: : serambi (lobi dan foyer), 'rumah ibu'
(auditorium) dan 'rumah dapur' (panggung atau ruang latihan). Bangunan
utamanya mengadopsi bentuk ‘sireh junjung’, yaitu pengaturan daun sirih
secara tradisional yang digunakan saat pernikahan Melayu dan Upacara
Penyambutan. Maka dengan adanya konsep nilai-nilai non fisik tersebut
bangunan istana budaya dapat dikategorikan sebagai salah satu contoh karya
arsitektur Neo - Vernakular yang mana merupakan hasil penggabungan nilai
tradisional dengan bentuk dan teknologi yang modern.
54
Gambar III.7 Interior Gedung National Theatre Malaysia (Simdos, 2017)
Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-
vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai
teater daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang
menggunakan tiga tingkat balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini
merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan
budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan
tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi.
Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material
yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern
namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.
55
•Jalan Tun Razak, •Prinsip arsitektur neo vernakular Keunggulan:
Titiwangsa, dapat dilihat dan diamati dari nilai- • Bangunan ini
50694 Kuala nilai non fisik yang mendasari memiliki lokasi
Lumpur, Wilayah desain fisiknya. Nilai-nilai non yang cukup luas &
Persekutuan fisik tersebut adalah susunan ruang memiliki banyak
Kuala Lumpur, yang terdiri atas 3 ruang seperti tempat untuk parkir,
Malaysia pada rumah adat Melayu yaitu santai dan kegiatan
serambi (lobi dan foyer), 'rumah lain di luar serta
ibu' (auditorium) dan 'rumah dapur' menyediakan
(panggung atau ruang latihan). hidangan lokal.
Bangunan utamanya mengadopsi Kekurangan:
bentuk ‘sireh junjung’.
Kesimpulan & Penerapan Dalam Perancangan Terminal Bolu Torut
Lokasi/site Kriteria Saran
•Lokasi •Upaya menerapkan penekanan •Material utama
perancangan ini arsitektur tradisional baik dari pada bangunan
berada di bentuk fisik maupun dari segi non tradisional suku
kecamatan fisik. Toaja adalah dari
Tallunglipu kab. kayu atau banbu.
Toraja Utara dan Untuk menghindai
memiliki lahan kebakaran maka di
seluas ±3 Ha. sarankan
menggunakan
material modern
yang yang tidak
mudah terbakar.
(Data penulis, 2018)
56
Gambar III.8 Zona Pemukiman Suku Toraja (Yulianto Sumalyo, 2001)
Bila dereten tongkonan dipandang sebagai unsur pertama dalam kompleks
rumah adat Toraja, deretan lumbung atau alang sebagai unsur ke dua, halaman di
antara kedua deretan sebagai unsur ke tiga, maka unsur ke empat adalah kuburan
atau tempat pemakaman di lobang-lobang dipahat di tebing biasanya batu karang.
Kuburan berada di belakang dari deretan tongkonan, berupa tebing. Bila dalam
tata-letak bangunan adat jika ditarik garis melebar sejajar dengan deretan
tongkonan, lumbung dan halaman di antaranya, maka akan terbentuk garis sumbu
arah matahari terbit-tenggelam atau arah timur barat. Bila ditarik garis tegak lurus
dari sumbu timur-barat tersebut maka akan terbentuk sumbu lainnya melintang
utara-selatan.
Halaman tengah di antara deretan alang dan tongkonan, mempunyai
funsgi majemuk, antara lain tempat bekerja, menjemur padi, bermain anak-
anak selain pula menjadi "ruang pengikat" dan penyatu dalam kompleks. Yang
terpenting dalam kaitan dengan Aluk Todolo, halaman ini menjadi tempat
melangsungkan berbagai kegiatan ritual terutama dalam upacara kematian atau
pe-makaman jenasah. Kenyataan ini membuktikan adanya fungsi mejemuk dari
unsur-unsur ada di dalam arsitektur tradisional termasuk fungsi sosial. Dalam
kosmologi dari Aluk Todolo arah matahari tenggelam (barat) dipandang tempat
bersemayam arwah leluhur, sebagai arah kematian dan masa lampau. Ke-
mungkinan besar pandangan ini terbentuk karena selama puluhan tahun,
ratusan bahkan beberapa ribu tahun masyarakat Toraja tradisional selalu
"menyaksikan" tenggelamnya matahari yang berarti perubahan dari terang ke
57
gelap malam. Sebaliknya arah matahari tenggelam dipandang sebagai arah
kelahiran, masa datang karena terjadi perubahan dari gelap menjadi terang.
Arah matahari terbit dalam Aluk Todolo dipandang sebagai tempat
bersemayam tiga Dewa (Deata) yang ketiganya berkaitan dengan kehidupan
dan pemelihara bumi.
58
terdiri dari kepala, badan dan kaki. Bagian-bagian dari konstruksi hingga detail
dan kecil mempunyai sebutan baku, juga sebagai ungkapan adanya personifikasi di
mana rumah seperti manusia juga mempunyai bagianbagian dengan sebut-an dan
fungsi masingmasing belakang ada yang disebut a'riri (tonggak) posi (pusat)
dihias dan diukir berbeda dengan lainnya. A'riri posi yang artinya adalah
tonggakpusat, dalam adat Toraja lambang dari menyatunya manusia dengan
bumi. Biasanya berukuran 22x22 Cm, dibagian atas sedikit mengecil sekitar
20x20 Cm.
DAFTAR PUSTAKA
Amirrudin, A. (2013) : Laporan Tugas Akhir Perancangan Kembali Terminal
Patria. (2018), https://anzdoc.com/bab-i-pendahuluan-llaporan-tugas-akhir-
perancangan-kembali-t.html, 10 – 13
Badan Pusat Statistik. (2018) : Toraja Utara Dalam Angka 2018, BPS Toraja
Utara.
Badan Pusat Statistik. (2018) : Kecamatan Tallunglipu Dalam Angka 2018, BPS
Kec, Tallunglipu.
Neufert Ernst, (2002) : Data Arsitek Jilid 2/Neufert Ernst, ahlibahasa sunarto
tjahjadi,ferryantochaidir,editor.Wibihardani--cet.1.--jakarta:erlangga.
59
Zikri, A. (2012) : Arsitektur Neo-vernakular,
http://ahluldesigners.blogspot.com/2012/08/arsitektur-neo-vernakular-
a.html.
60