Anda di halaman 1dari 27

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Prambanan Heritage Hotel & Convention


Arsitektur Neo Vernakular

BAB III: ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang
pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun
1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para
arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-
kotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.Ada 6 (enam)
aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya,
historiscism, straight revivalism, neovernakular, contextualism, methapor dan post
modern space. Dimana menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang
berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 9 (sembilan) ciri-ciri arsitektur sebagai
berikut.

Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.

1. Membangkitkan kembali kenangan historik.


2. Berkonteks urban.
3. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
4. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
5. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
6. Dihasilkan dari partisipasi.
7. Mencerminkan aspirasi umum.
8. Bersifat plural.
9. Bersifat ekletik

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan
yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu :

1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas,
ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 27

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau


daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-
alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non
tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang
baru. Dalam timelinearsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur
modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir
setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern. Kriteria-
kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim


setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail,
struktur dan ornamen)
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga
elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu
pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

3.1. Pengertian Neo Vernakular

Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang


dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan
budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum, arsitektur
Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur
indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional.
Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional.
Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai
pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang
turun-temurun dari generasi ke generasi.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 28

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

3.1.1. Arsitektur Neo Vernakular

Diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir,
kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan
seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam
penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier 1971).
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern
yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai
rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri.

Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya


mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal
dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan
lingkungan. “pada intinya arsitektur Neo-Vernakular merupakan perpaduan antara
bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19” Batu-bata dalam kutipan
diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya
masyarakat maupun bahan-bahan material lokal. Aliran Arsitektur NeoVernakular
sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap
bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.

3.1.2. Ciri – Ciri Arsitektur Neo Vernakular

Charles Jencks (1990) maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular


sebagai berikut :

1. Selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi tingkat


bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang
diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang
digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.
2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal). Bangunan
didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan
budaya dari arsitektur barat.
3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 29

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan
ruang terbuka di luar bangunan.
5. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada
arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan
antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-
Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.

1. Pemakaian atap miring


2. Batu bata sebagai elemen lokal
3. Susunan masa yang indah

Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur


setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat,
dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim


setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail,
struktur dan ornamen).
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga
elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria
perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

3.1.3. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci


adalah sebagai berikut.

1. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif


terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari
bangunan sekarang.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 30

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

2. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang


dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
3. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan
seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
4. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide
yang relevan dengan program konsep arsitektur.
5. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi
yang akan datang.

3.1.4. Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular

Tabel Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular.

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular

Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh tradisi Penerapan elemen


tradisi yang turun temurun tetapi arsitektur yang
diwariskan secara terdapat pengaruh sudah ada dan
turuntemurun,berda dari luar baik fisik kemudian sedikit
sarkan kultur dan maupun nonfisik, atau banyaknya
kondisi lokal. bentuk perkembangan mengalami
arsitektur tradisional. pembaruan menuju
suatu karya yang
modern.

Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang


perubahan zaman, waktu untuk bertujuan
terpaut pada satu merefleksikan melestarikan
kultur kedaerahan, lingkungan, budaya unsur-unsur lokal
dan mempunyai dan sejarah dari yang telah
peraturan dan daerah dimana terbentuk secara
normanorma arsitektur tersebut empiris oleh tradisi
keagamaan yang berada. Transformasi dan
kental dari situasi kultur mengembangkann

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 31

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

homogen ke situasi ya menjadi suatu


yang lebih heterogen. langgam yang
modern.
Kelanjutan dari
arsitektur
vernakular

Ide Desain Lebih Ornamen sebagai Bentuk desain


mementingkan fasat pelengkap, tidak lebih modern.
atau bentuk, meninggalkan nilainilai
ornamen sebagai setempat tetapi dapat
suatu keharusan. melayani aktifitas
masyarakat didalam

Table 1 Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular

Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo

Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular

Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular

Pengertian Region adalah daerah dan Isme Neo berarti baru, masa
adalah paham, jadi faham peralihan dan vernakular
bersifat kedaerahan adalah Native/asli/bahasa
setempat, jadi peralihan dari
bentuk setempat

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 32

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan


kontekstual yang tanggap elemen arsitektur yang sudah
terhadap kondisi lokal dan ada dari hasil vernakular dan
senantiasa mengacu pada kemudian sedikit atau
tradisi, warisan sejarah serta banyaknya mengalami
makna ruang dan tempat pembaruan menuju suatu
karya yang modern.

Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan


kepuasan dan ekspresi jati diri melestarikan unsur-unsur lokal
yang mengacu pada masa lalu, yang telah terbentuk secara
sekarang dan masa yang akan empiris oleh tradisi dan
datang dan masih tergantung mengembangkannya menjadi
padavernakularisme suatu langgam yang modern
dan kelanjutan dari arsitektur
vernakular.

Konsep Masih cenderung hanya meniru Bentuk desain lebih modern


Desain bentuk fisik, ragam dan gaya- dan mencoba menampilkan
gaya tradisional yang sudah karya baru.
dimiliki oleh masyarakat
setempat.

Kriteria Menggunakan bahan bangunan Bentuk-bentuk menerapkan


lokal dengan teknologi modern. unsur budaya, lingkungan
termasuk iklim setempat
Tanggap dalam mengatasi pada
diuungkapkan dalam bentuk
kondisi iklim setempat
fisik arsitektural (tata letak

Mengacu pada tradisi, warisan denah, detail, struktur dan

sejarah serta makna ruang dan ornamen)

tempat

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 33

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Mencari makna dan substansi Tidak elemen fisik yang


cultural, bukan gaya/style diterapkan dalam bentuk
sebagai produk akhir modern, tetapi juga elemen
nonfisik yaitu budaya pola
pikir, kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro
kosmos, religius dan lainnya
menjadi konsep dan kriteria
perancangan.

Produk pada bangunan ini


tidak murni menerapkan
prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya
baru (mengutamakan
penampilaan visualnya)

Table 2 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular

Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan. Agus Dharma dan Hasan
Sadli

3.1.5. Contoh Bangunan Neo Vernakular

Tajong Jara Resort

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 34

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 1 Tajong Jara Resort

Sumber : Home DSGN, 2016

Tanjong Jara Resort adalah tempat perlindungan mewah dan kesejahteraan


mendalami tradisi Melayu kuno. Dirancang untuk mencerminkan keanggunan dan
kemegahan 17 istana Melayu abad, Tanjong Jara adalah sebuah resor 99 kamar
dengan otentik semangat wilayah dan perwujudan abadi dari seni Melayu lembut
pelayanan dan keramah tamahan.

Filosofi Resort adalah sebagai unik sebagai Resort sendiri. Berdasarkan konsep
Melayu Suci Murni, yang menekankan kemurnian semangat, kesehatan dan
kesejahteraan, Tanjong Jara mendorong peremajaan benar baik tubuh dan jiwa.

Tanjong Jara adalah kesempatan untuk menarik diri dari tekanan dunia yang selalu
berubah ini dengan menawarkan untuk melibatkan diri di tempat ketenangan dan

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 35

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

keindahan. Otentik dalam arsitektur dan sikap, selalu hangat dan ramah, itu adalah
sebuah lingkungan untuk melepaskan, untuk bersantai dalam dan mengambil waktu
untuk menemukan kembali.

3.2. Tinjauan Arsitektur Jogjakarta

3.2.1. Arsitektur Jawa-Jogjakarta

Arsitektur Jogjakarta merupakan arsitektur Jawa yang digunakan oleh


masyarakat Jawa di Jogjakarta. Arsitek Jawa telah ada dan berlangsung selama paling
tidak 2.000 tahun. Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India
bersamaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan
masyarakat Jawa. Wilayah India yang cukup banyak memberi pengaruh terhadap
Jawa adalah India Selatan, Ini terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir
menyerupai candi yang ada di Jawa. Arsitektur jawa pada umumnya mengacu kepada
relief-relief pada candi-candi hindu-budha di dataran Jawa. Pada relief Candi
Borobudur misalnya, tampak bahwa rumah di Jawa digambarkan berkolong tinggi dan
cenderung persegi panjang daripada bujur sangkar sehingga lebih mirip rumah
panggung. Bentuk atap rumah yang berarsitektur Jawa terdiri dari tipe tajug, joglo,
limasan dan kampung (atap pelana) (Wikipedia.org). Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa Arsitektur Tradisional Jogjakarta merupakan arsitektur jawa pada umumnya
yaitu suatu bangunan arsitektur atau tempat tinggal orang jawa yang filosofi,
kosmologi serta cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun untuk
melakukan aktivitas mereka.

Gambar 2 Bentuk Arsitektur Rumah Jawa pada Relief Candi

Sumber: Sukirman Dharmamulya

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 36

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur Jawa banyak dipengaruhi oleh konsepsi dan filsafat bangunan India.
Sedangkan arsitektur India sendiri, selain mendapat inspirasi dari alam juga
dipengaruhi oleh tradisi oriental. Pengaruh ini antara lain terdapat pada atap yang
menjadi bagian terpenting dalam bangunan, seperti hanya dalam arsitektur Cina.
Berbagai ornamen diletakan pada dinding, mengekspresikan kehidupan religius.
Selain pengaruh nilai-nilai spiritual yang menentukan dalam proses pembangunan
rumah, sebenarnya masih banyak hal yang menentukan bangunan nilai tradisional.
Arsitektur tradisional sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat baik
berupa iklim, bahan maupun cara pembangunannya. Disamping itu juga dipengaruhi
kebudayaan setempat seperti agama atau kepercayaan, pola hidup, keadaan sosial
dan sebagainya (Wahyudi, 2009).

3.2.2. Ragam Bentuk dan Filosofi Bangunan

Masyarakat Jawa mengenal beberapa istilah untuk menyebut rumah, antara


lain omah, pomah, dan dalem. Masyarakat Jawa mengenal beberapa istilah untuk
menyebut rumah, antara lain omah, pomah, dan dalem. Secara garis besar, rumah
tradisional Jawa dapat dibedakan menjadi bentuk panggang-pe, kampung, limasan,
tajug, dan joglo (Wahyudi, 2009). Masing-masing bentuk mengalami perkembangan
berupa penambahan elemen-elemen bangunan. Berikut ini adalah bentuk ragam
rumah tradisional Jawa:

1. Rumah bentuk Panggang-pe

Berasal dari kata panggang (dipanaskan diatas bara api) dan epe (dijemur
sinar matahari). Ragam ini banyak digunakan sebagai tempat menjemur
daun teh, ketela pohon dan lain-lain. Merupakan ragam arsitektur yang
paling tua dan sederhana, dapat diketahui dari relief pada dinding candi
Borobudur dan Prambanan, terbentuk dari empat tiang dengan satu bidang
atap persegi panjang yang lereng

2. Rumah bentuk Kampung

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 37

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Berasal dari bahasa Jawa yang berarti desa atau dusun. Merupakan ragam
arsitektur yang setingkat lebih sempurna dari pada Panggang-pe, dengan
denah persegi panjang bertiang empat, dua bidang atap lereng yang
dipertemukan pada sisi atasnya dan ditutup dengan “tutup keyong”. Pada
masa lampau ada anggapan bahwa yang menggunakan ragam kampung
adalah kalangan bawah yang kurang mampu. Akan tetapi dewasa ini
digunakan untuk 12 berbagai macam bangunan (rumah tinggal, kantor,
sekolah) bagi segenap lapisan masyarakat.

3. Rumah bentuk Limasan

Mempunyai denah empat persegi panjang, dengan empat bidang atap.


Yang dua bidang berbentuk segi tiga samakaki yang disebut Kejen atau
Cocor, sedang dua bidang lainya disebut Brunjung. Dalam
perkembangannya, bentuk Limasan pokok tersebut diberi tambahan pada
sisi-sisinya yang disebut Empat Emper. Terciptalah berbagai jenis Limasan.
Ragam ini banyak digunakan baik untuk rumah rakyat, rumah bangsawan,
regol, bangsal, maupun fungsi-fungsi baru seperti rumah sakit, sekolah,
kantor, dan lain-lain.

4. Rumah bentuk Masjid dan Tajug

Mempunyai denah bujur sangkar dengan empat tiang dan empat bidang
atap yang bertemu di satu bidang titik puncak yang runcing. Ragam ini
banyak digunakan untuk bangunan yang sakral seperti cungkup, makam,
langgar dan masjid, sebagaimana kita ketahui bentuk masjid di Jawa,
berbeda dengan masjid di negara lain, mempunyai bentuk tradisional yang
menyatu dengan lingkungan setempat di sekitarnya. Menandakan bahwa
masyarakat Jawa cukup kuat dalam menangkal pengaruh dari luar.

5. Rumah bentuk Joglo

Merupakan ragam arsitektur yang paling sempurna dan canggih, dengan


ukuran yang lebih besar dari dibandingkan ragam-ragam yang lain. Ciri
umum bentuk bangunan Joglo adalah empat tiang di tengah yang disebut
Saka Guru, dan digunakanya blandar bersusun yang disebut tumpang sari.
Pada masa lampau ragam Joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum
bangsawan, istana raja dan pangeran, serta orang yang terpandang saja.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 38

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Akan tetapi dewasa ini digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan
juga untuk berbagai fungsi lain seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor.

Gambar 3 Ragam Bentuk Rumah Arsitektur Jawa

Sumber: Wahyudi, 2009

Perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status sosial, sedangkan


persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang
diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga. Pada bentuk ruang
dalam, rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan,
yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan
dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut
dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari
dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang).
Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah.
Orientasi bangunan adalah arah selatan (Tjahjono, 1990).

Gambar 4 Bentuk Struktur Pembagian Ruang Dalam Rumah Adat Jawa

Sumber: Dakung, Arsitektur Tradisional DIY (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982)

1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal


(pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di
bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar
orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering
terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar
melalui bagian samping rumah
2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah
njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 39

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari
bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini
merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal.
3. Omah-njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau
omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang
mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.
4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai
tempat penyimpanan beras dan alat bertani.
5. Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan,
atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak
senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong-
tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah.
ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah
tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang
sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga
menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah.
6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa
7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang
bangunan inti.

Bentuk rumah dan filosofi dari banyaknya ragam rumah tradisional Jogjakarta
diketahui memiliki keterkaitan dan persamaan dengan arsitektur candi. Berbagai
macam bentuk rumah dan atap bangunan pada arsitektur tradisional Jawa-Jogjakarta
ditemukan serta diterapkan juga pada relief candi-candi di daerah Jawa Tengah dan
Jogjakarta seperti gambar dibawah ini.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 40

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 5 Aneka Bentuk Rumah Arsitektur Tradisional Jawa-Jogjakarta

Sumber: Tjahja Tribinuka dalam Wibowo,2011

Selain bentuk rumah dan atap bangunan tersebut diketahui juga bangunan
arsitektur tradisional Jawa-Jogjakarta memiliki persamaan terkait konsep TRILOKA,
yaitu pembagian 3 zona (kepala, badan dan kaki), sebagai personifikasi dari
penghuninya yaitu lahir-hidup-mati atau: bhùrloka (bumi), bhuvaáloka (langit) dan
svaáloka (sorga). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini,

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 41

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 6 Konsep Triloka pada Candi dan Rumah Tradisional Jogjakarta Joglo

Sumber: http://augiedyani.blogspot.co.id

3.3. Study Banding

3.3.1. Amanjiwo Resort Hotel

Amanjiwo Resort Hotel merupakan bangunan resort monumental yang


dibangun di tengah-tengah alam dengan menggunakan batu kapur atau gamping dan
terinspirasi dari budaya Jawa Tengah. Terletak di kawasan wisata Candi Borobudur,
Magelang Jawa Tengah. Nilai konteks dengan lingkungan sekitar sangat terasa
apabila pengunjung memasuki kawasan resort ini. Anggapan kuno dalam pemakaian
konsep budaya lokal tidak terbukti dan hal ini membalikkan fakta bahwa arsitektur
nusantara bisa di kolaborasikan dengan arsitektur masa kini. Kejujuran dalam desain

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 42

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

mempengaruhi tata nilai ruang yang nampak dalam konsep hirarki ruang, proporsi dan
skala manusia (Lestari, 2010).

Amanjiwo Resort Hotel dibangun oleh suatu jaringan kelompok perusahaan


bertaraf international amanresort yang bergerak di bidang perhotelan yang memiliki
kantor pusat di Singapura, yaitu Amanresort Corporate Office dan arsitek; Ed Tuttle.
Amanjiwo itu sendiri memiliki arti jiwa yang tenang, berasal dari bahasa lokal daerah
Jogjakarta yang juga menjadi pencitraan hotel Amanjiwo (Johan, 2013).

Gambar 7 Amanjiwo Resort Hotel, Borobudur, Magelang

Sumber: Google.co.id

Pola massa bangunan membentuk setengah lingkaran dengan bangunan


utama sebagai pusatnya. Peletakan massa bersifat menyebar. Berikut ini merupakan
gambar site plan dari Amanjiwo Resort Hotel.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 43

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 8 Site Plan Amanjiwo Resort Hotel

Sumber: Google.co.id

Amanjiwo Resort Hotel mempunyai 36 kamar tersebar di luar bangunan utama.


Kamar-kamar ini berantai membentuk dua bangunan melengkung seperti sabit. Di
antaranya, tercipta sebuah gang dari batu yang menghubungkan kamar dengan
bangunan utama dan Pool Club. Di sudut jauh dari resor, dirancang lebih tenang
terdapat Dalem Jiwo, sebuah ruang pribadi yang luas. Delapan kamar di antaranya
memiliki pemandangan bukit Menoreh dan berteraskan tanah perkebunan, sedangkan
12 Delux Suites menawarkan pemandangan indah Borobudur dan lembah-lembah
dari perbukitan sekitarnya. Kamar-kamar menonjolkan lantai terrazzo, atap-atap yang
tinggi dan berbentuk kubah, serta pintu kaca geser yang terbuka menghadap teras
taman dengan pemandangan langsung ke Candi Borobudur (Lestari, 2010).

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 44

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 9 Deluxe Suites dan Dalem Jiwo Suites

Sumber: Google.co.id

Di sekeliling hotel Amanjiwo, pengunjung disuguhkan pemandangan alam


yang asri Bukit Menoreh. Sementara di barat terdapat Gunung Sumbing dan Sundoro.
Sedangkan di timur tampak kemegahan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Letak
hotel yang terpencil memberikan kenyamanan dan sensasi tersendiri untuk setiap
pengunjungnya, keamanan dan privasi juga sangat di jungjung tinggi di hotel ini,
dimana masyarakat sekitar juga bekerjasama dengan pihak hotel untuk membantu
memberikan keamanan. Hotel ini memiliki akses khusus ke Borobudur sehingga setiap
pengunjung tidak perlu berdesak-desakan dengan banyak orang lain yang ingin
melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam. Memiliki gaya desain neoklasik
jawa dan memiliki konsep yang terinspirasi dari candi Borobudur, sehingga membuat
setiap pengunjung akan selalu teringat dengan pengalaman singkatnya berada di
amanjiwo. Setiap cottage dibuat terbuka untuk mengekspose pemandangan sawah
sekitar, langit, candi Borobudur dan bukit sekitar hotel, mempertunjukan keindahan
pemandangan sekitar.

Gambar 10 Aerial View Amanjiwo Resort Hotel

Sumber: Soogle.co.id

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 45

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Resort hotel ini juga di peruntukan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara
yang ingin berwisata ke lokasi candi Borobudur. Di sisi lain, hotel juga dapat berfungsi
untuk melakukan perjalanan khusus ke bukit sekitar dan perkampungan sekitar untuk
memperdalam pengetahuan mengenai Borobudur dan tradisi lokal daerah Jogjakarta.
Berikut ini merupakan bagan pola aktifitas pemakai hotel adalah sebagai berikut:

Gambar 11 Pola Aktifitas Pengungjung dan Tamu

Gambar 12 Pola Aktifitas Pengelola dan Karyawan

Sumber: Johan, 2013

3.3.2. Maya Ubud Bali Hotel Resort

Dirancang oleh arsitek Budiman Hendropurnomo PT. Duta Cermat Mandiri.


Maya Ubud Resort & Spa adalah kombinasi dari konsep-konsep baru dan tradisional
dalam desain tradisional bali. Konsep yang lebih kuno diaplikasikan melalui lanskap
dan arsitektur setelah terinspirasi oleh pengetahuan tradisional Bali dan orientasi desa
sepanjang sumbu suci utara-selatan (kaja-kelod), yang menghubungkan pegunungan
di tengah pulau, alam para dewa (kaja), ke arah laut serta sekitarnya. Konsep desain

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 46

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Maya Ubud Resort & Spa adalah perayaan budaya dan warisan Bali. Material kayu
daur ulang dengan bahan-bahan alami modern dipakai untuk membuat interior yang
unik, kaya, dan berkarakter (dentoncorkermarshall.com).

Gambar 13 Lokasi Maya Ubud Bali Hotel Resort

Sumber: Google Map 2016

Mengharmonikan unsur modern dan tradisional yang diterapkan, villa-villa atau


bangunan kamar pada resort ini mengikuti kontur tanah serta lingkungan yang kaya
pesona. Upaya ini juga semakin mengangkat nilai bangunan villa-villa. Resort ini
berada di ketinggian perbukitan dan diapit dua sungai, yakni sungai Petanu dan sungai
Batuan.

Gambar 14 Aerial View MUB Hotel Resort

Sumber: Google.co.id

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 47

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 15 SIte Plan MUB Hotel Resort

Sumber: MUB Hotel Resort Official Website

Lokasi resort ini diapit dua sungai terletak di perbukitan di atas lembah sungai
Petanu yang kemudian secara dramatis menurun di arah Selatan menyentuh pinggir
sungai. Selain itu, berbatasan dengan dinding terjal yang di bagian atasnya terhampar
tanaman pohon kelapa dan pohon lainnya.

Gambar 16 Interior dan Pendopo MUB Hotel Resort

Sumber: buildingindonesia.co.id

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 48

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Resort ini hadir pada hamparan perbukitan tanah Ubud yang berkontur. Berada
di punggung bukit yang memanjang dengan villa-villa dibelah jalan dengan
pemandangan sawah dan dinding bukit. Letak villa yang mengikuti bentuk kontur
perbukitan terlihat lebih rendah yang tampak hanya barisan atap alang-alang bila
dilihat dari jalan (buildingindonesia.co.id).

Gambar 17 Kamar-Kamar pada MUB Hotel Resort

Sumber: buildingindonesia.co.id

Ke-60 villa atau kamar beratapkan alang-alang dikelompokkan menjadi tiga


bagian terinspirasi oleh desa-desa tradisional di Bali seperti desa Tanganan di Bali
Timur. Atap alang-alang yang diikat oleh bambu, dan paras yang melapisi setiap villa
arsitektur Bali menjadi komponen utama dari villa. Kemudian ditambahkan dengan
kayu yang didaur ulang sebagai material dasar untuk desain furniture moderen. Meja
dan rak barang terbuat dari kayu jati yang didaur ulang diambil dari tatakan kayu kereta
api dari Jawa. Pigura kaca diambil dari roda dokar, sofa-sofa menggunakan kayu tua
yang tadinya digunakan untuk membajak sawah.

Berbagai unsur modern diselipkan di antara unsur tradisional, seperti di area


lobby, accommodation wing, swimming pool utama, dan restoran utama. Lansekapnya
didesain minimalis untuk menghargai keindahan alam sekitar.

Gambar 18 Interior Kamar MUB Hotel Resort

Sumber: buildingindonesia.co.id

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 49

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Hal-hal yang kontras juga ditemukan di berbagai area resort seperti kebun
yang dibuat alami di area villa dan kebun yang tertata rapi di area utama, permainan
dari warna-warni alami dan kontras seperti kuning, begitu juga permainan tekstur halus
dan kasar. Untuk bersantap, tersedia River Café yang berada di atas kolam renang
serta sungai Petanu. Nuansa natural berpadu dengan alam yang asri berlatar
belakang sungai dengan peophonan tropis (buildingindonesia.co.id).

Gambar 19 Swimming Pool dan River Cafe MUB Hotel Resort

Sumber: MUB Hotel Resort Official Website

3.3.3. Movenpick Heritage Hotel

Mövenpick Heritage Hotel adalah hasil dari konservasi dua bangunan pra-
perang tiga lantai yang terletak di pulau Sentosa, Singapura. Bangunan ini memiliki
warisan yang kaya dari pasukan militer menjadi bagian dari barak militer yang ada
dibangun pada tahun 1940, juga diadakan perbedaan perumahan Pertama Melayu
Artileri Resimen Singapura (Design in Print by DP Architect, 2013).

Gambar 20 Tampak Depan Movenpick Heritage Hotel

Sumber: cheryltiu.com

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 50

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 21 Ground Plan Movenpick Heritage Hotel

Sumber: Design in Print by DP Architect 2013

Klien menantang tim desain untuk mewujudkan warisan situs dan menciptakan
pengalaman perhotelan unik dan cocok untuk figur Hotels & Resorts Mövenpick. Tim
desain menggali jauh ke dalam warisan sejarah Singapura dan sejarah Kolonial yang
kaya untuk mengilhami hotel dengan campuran tradisi serta modernitas. Dimulai
dengan arsitektur, pintu warisan diberi hidup baru, dan kisi-kisi ventilasi dipulihkan dan
digunakan untuk menyembunyikan layanan. perencanaan ruang yang kreatif
memikirkan untuk membawa kembali suasana komunal barak kolonial dengan
menciptakan hubungan ruang seluruh wilayah makanan dan minuman di lantai
pertama. Desain yang menampilkan pilar kolonial, hijau dan batu terpahat adalah
campuran dari hardscape dan softscape; tradisi & modernitas.

Gambar 22 Whisky Bar dan Ruang Kamar Movenpick Heritage Hotel

Sumber: Design in Print by DP Architect 2013

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 51

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Kombinasi dari fungsi kamar, The Whisky bar di sisi timur dan Tablescape di
sisi barat menciptakan pengalaman bersantap yang eklektik untuk tamu dan
pengunjung. Kamar fungsi luas tumpah melalui beranda ke Merlion Terrace, dan dapat
dengan mudah dikonfigurasi ulang untuk pengalaman bersantap yang dipesan lebih
dahulu intim dengan acara-dapur, untuk seminar bisnis atau pengaturan perjamuan.
Whyski bar ini juga cocok untuk bersantai di atas meja kayu besar yang diasah dari
batang pohon asli tunggal. kursi sepeda vintage yang terkesan kembali ke zaman dulu
yang ditampilkan di pintu masuk serta galleria.

Gambar 23 Ruang Terbuka Antar 2 Massa Movenpick Herutage Hotel dan Merlion Terrace

Sumber: Design in Print by DP Architect 2013

Bekas ruang penghubung antara dua massa bekas barak yang direvitalisasi
ke dalam ruang tiga-volume dibingkai oleh pola kisi yang dirancang dengan cerdik dan
terinspirasi oleh butir beras, pokok lokal dan regional. Pola-pola ini dibawa melalui ke
galleria linkway dimana cahaya dapat masuk melalui layar dan menciptakan efek
lembut (belang-belang).

Perhatian terhadap detail menjadi kontributor kunci keberhasilan dari desain


interior. Dengan citra mengunjungi atau tinggal di rumah manor relatif favorit dalam
pikiran, desainer diproyeksikan diri mereka sebagai warga potensial, dan berusaha
untuk menciptakan pengalaman sensorik dari gaya hidup mewah di tahun 1940-an.
Menyampaikan keanggunan tepat waktu dalam bahasa nenek moyang terdahulu,
artefak warisan lokal yang kaya diperkenalkan untuk memikat para tamu dengan
sentimentalitas dan keakraban.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 52

http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Prambanan Heritage Hotel & Convention
Arsitektur Neo Vernakular

Gambar 24 Interior Movenpick Heritage Hotel

Sumber: Design in Print by DP Architect 2013

Arah desain dilakukan melalui dari konsep untuk implementasi sampai ke


pementasan interior, serta skema warna untuk operasi sehari-hari dari hotel.
Pemilihan tanaman untuk tampilan seluruh hotel juga diberi perhatian khusus, di mana
para desainer dihindari pengaturan pusat yang megah khas, tetapi sebaliknya memilih
hardy, kebun belakang berbagai tanaman lokal dalam pengaturan cluster, seperti
bagaimana nyonya rumah akan dilakukan di masa lalu. Secara keseluruhan,
Mövenpick Heritage Hotel pengalaman adalah tentang merayakan lokus jenius, tenun
konteks dan budaya untuk menciptakan rasa akrab untuk relaksasi dan kenikmatan
para tamu.

Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana | 53

http://digilib.mercubuana.ac.id/z

Anda mungkin juga menyukai