Anda di halaman 1dari 3

Seven Dion 08111840000002

Arsitektur Nusantara Meng-kini

Definisi Arsitektur Nusantara meng-kini

Arsitektur Nusantara tidak dapat diaggap sebagai definisi yang sempit yaitu suatu bangunan kayu
yang udik, yang menjadi milik etnis atau suku-suku tertentu. Arsitektur Nusantara mempunyai
kemampuan untuk berkembang sesuai dengan masyarakat. Arsitektur Nusantara Meng-kini atau
Kontemporer adalah arsitektur yang lepas dari arsitektur modern yang ada sekitar tahun 1960 ke
atas. Arsitektur Nusantara memiliki keanekaragaman karena seluruh etnik memiliki corak yang
berbeda. Penghadiran sesuatu yang barudapat dilakukan dengan mengambil semua atau sebagian
dari etnik tertentu (Prijotomo, 1988). Dalam hal ini, unsur rupa yang dimiliki merupakan sesuatu yang
paling mudah diamati dan memiliki potensi yang besar untuk diolah.

Post Modern artinya menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur lain-lain (vernakular,
lokal,komersil, konstektual) juga berarti memperhatikan nilai-nilai yang dianut oleh arsitek dan
penghuni ataumasyarakat awam. Post-modernisme adalah campuran antara macam-macam tradisi
dan masa lalu. Post modernisme adalah kelanjutan dari modernisme, sekaligus melampaui
modernisme. Ciri khas karya- karyanya adalah makna ganda,ironi, banyaknya pilihan, konflik, dan
terpecahnya berbagai tradisi, karenaheterogenitas sangat memadai bagi pluralisme (Dikutip dari buku
: Klasifikasi & Ciri-ciri Seturut Charles Jencks.Charles Jencks 1960).

Pandangan meng-kinikan arsitektur Nusantara

Mengkinikan arsitektur nusantara merupakan langkah keberlanjutan dalam menghargai karya bangsa
sendiri. Pendalaman pengetahuan arsitektur nusantara merupakan langkah untuk menciptakan
kebaruan Arsitektur Nusantara dalam desain mengkini.Ada dua gaya, aliran atau pandangan
bagaimana meng-kinikan arsitektur setelah modern. Hal ini dikategorikan setelah mengamati karya-
karya arsitektur nusantara
1. Pandangan yang menganggap bahwa arsitektur kontemporer atau arsitektur saat ini
merupakan sebuah koreksi atau ketidakpuasan melihat arsitektur modern. Dapat dikatakan
bahwa bangunan-bangunan modern seperti terasa kosong alias tidak dapat
mengkomunikasikan pesan atau makna yang dimiliki dan ingin disampaikan. Caranya adalah
menggabungkan pre modern (seni) dan modern (fungsi). Ada ha-hal yang logis, lebih ke
fungsi dikombinasikan hal-hal yang masuk ke art. Ada kesengajaan untuk menyertakan
arsitektur klasik.
2. Melanjutkan arsitektur modern
Dengan cara memutakhirkan teknologi, metode atau pengalaman yang panjang dalam
berarsitektur lalu menghadirkan yang lebih mutakhir atau baru. Dalam pandangan ini, tidak
hanya memutakhirkan, diluaskan, dikembangkan dari arsitektur modern tetapi juga pre
modern yang nantinya dapat teramati. Arsitektur lama diinterpretasi dengan cara sekarang.
Karakteristik Arsitetur Nusantara Meng-kini
Menurut Prijotomo (1988), setidaknya terdapat beberapa patokan yang dapat diterapkan untuk
melakukan pengembangan arsitektur Nusantara yaitu menghadirkan penaung, penopag bangunan,
ornament dan dekorasi, serta ruangan. Pengamatan pada karakteristik dapat dilakukan pada bentuk
dengan lebih spesifik menyebutkan bangun (shape) dan rupa (appearance). Bentuk merupakan
substansi utama arsitektur selain ruang. Sementara geometri merupakan unsur arsitektur yang
membantu memahami substansi bentuk secara tepat (Antoniades, 1990). Antara bentuk dan ruang.
Ruang dan bentuk dipikiran secara bersamaan dan saling berkaitan. Selain itu adanya lokalitas atau
ketesempatan yang dapat dilihat dari sumber daya material dan teknologi (tektonika) yang khas yang
dihadirkan. Hal ini selaras dengan Jenks (1985), bahwa arsitektur post modern memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:

DA184505 Arsitektur Nusantara


Seven Dion 08111840000002

1. Double-coding of Style atau gabungan unsur, teknik modern dengan unsur lain (vernakular,
loal,komersial, konstektual), agar arsitektur mampu berkomunikasi dengan publik yang peduli
atau dengan para arsitektur lain (Jencks, 1986: 15 ).
2. Semiotic Form, bentuknya mempunyai tanda makna dan tujuan sehingga penampilannya
sangat mudah dipahami. Jencks melihat arsitektur lebih dari sekedar cara mendesain dan
merancang sebuah bangunan. Jencks juga melihat arsitektur sebagai sebuah teks yang
menyampaikan sesuatu dan yang harus ditafsirkan. Arsitektur juga sebuah tanda (sign) yang
memiliki penanda dan petanda, serta signifikasinya. Bangunan, ruang, permukaan adalah
penanda sedangkan ide atau gagasannya adalah petanda. Kedua aspek ini kemudian
membentuk signifikansi arsitektural. Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka indeks,
ikon, dan symbol
3. Popular and Popularist, yaitu tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, mempunyai
tingkatfleksibilitas tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Tradition and Choice, mengandung nilai-nilai tradisi yang penerapannya disesuaikan
denganmaksud dan tujuan perancang
5. Architect as representative and activist, Arsitek berfungsi sebagai wakil penerjemah ide
kepada perencana dan secara aktif berperan serta dalam perancangan

Cara mengkiwarikan yang dapat dilakukan

1. Reinvigorating atau menghidupkan kembali, Membangkitkan arsitektur dan struktur tradisi


karena salah satunya arsitektur Nusantara atau pre-modern tidak lagi dilestarikan pada fungsi
yang berbeda. Contohnya dahulu di Kampung Ketandan, Surabaya terdapat joglo yang
dibuat dari beton digunakan untuk tempat berkumpul komunitas tanpa suatu izin. Namun
dalam perkembangannya tempat ini tidak diminati atau tidak mempunyai daya tarik untuk
melakukan aktivitas bersama. Kehadiran Joglo direncanai oleh pemerintah Surabaya dan
dibangun oleh tukang-tukang dari luar kampung tersebut. Jadi tidak ada keterhubungan
karena harus ada keterhubungan makna dan lingkungan, bagaimana masyarakat memaknai
tempat tersebut, dan bangunan itu sendiri. Kemudian dibongkar diganti dengan joglo lama
dikerjakan dengan orang kampung tersebut dan material sekitar.
2. Extending atau meluaskan, dengan cara memodifikasi vernakular atau pre-modern.
Contohnya, bentuk kubah masjid digunakan geometri persegi yang dirotasi. Hal tersebut akan
bertujuan untuk estetika, memasukkan cahaya pada bidang transparan, dan memasukan
penghawaan alami.
3. Reinventing atau menemukan kembali, penjelajah untuk paradigma baru. Contohnya, pada
bangunan rektorat UI meluaskan pengertian bahwa atap tidak hanya secara horizontal, tetapi
dapat diberikan secara vertikal.
4. Menginterpretasi Kembali, dengan idioms yang mengkini. Contohnya, Gedung Parlemen di
India diinterpretasi kembali bukan hanya sebuah masjid tetapi menjadi pertemuan dewan.
Idioms ruang atau kelaluasaan secara ruang didukung dengan fasilitas yang menunjang.

Studi Kasus :

Gedung Fakultas Teknik UB

Gambar Gedung Fakultas Teknik UB

DA184505 Arsitektur Nusantara


Seven Dion 08111840000002

Sumber: https://nasional.tempo.co/read/610613/pembangunan-kampus-unibraw-di-kediri-dipercepat

Nama dari kampus UB sangat kental dengan sejarah Indonesia, terutama kerajaan Hindu-
Budha yang ada di Indonesia, oleh karena itu UB ingin hal itu melekat pada kampus sebagai
ciri khas yang membedakan dengan kampus lain. Gedung-gedung fakultas dibangun dengan
atap berarsitektur rumah adat jawa yaitu joglo. Salah satunya adalah Gedung Fakultas
Teknik. Berkaitan dengan geometri, dibangun dengan atap joglo jenis Semar Tinandu dan
joglo Lambing Sari. Tipologi bentuk atap joglo berperan mengalirkan air hujan dengan cepat.
Adanya volume ruang bawah atap joglo dapat digunakan untuk ruang udara sehingga di
dalam ruangan menjadi lebih dingin. Selain itu, terlihat atap bangunan yang bertumpuk
dengan pengolahan ruang dan fungsi yang ada. Sedangkan tipologi langgam terlihat dari ciri
khas bangunan yang dominan oleh perpaduan langgam antara arsitektur tropis modern dan
tradisional. Dalam hal ini cara mengkinikannya adalah dengan meluaskan dalam modifikasi.

Daftar Pustaka

Materi Kuliaah Arsitektur Nusantara minngu 14. Arsitektur Nusantara Meng-


kini/Kotemporer/Kiwari
Muchlis, Nurfahmi. DKK. 2014. Permodelan Parametrik sebagai Pemicu Kreatifitas Desain
Arsitektur Etnik Nusantara yang Mengkini. Seminar Nasional Pascasarjana XIV – ITS
Prijotomo, J. (1988). Pasang Surut Aristektur di Indonesia, edisi ke-1, CV.Arjun, Surabaya
Antoniades, A.C., (1990). Poetics of Architecture: Theory of Design. New York: Van
Nostrand Reinhold
Buletin Arkara Vol 2. Buletin Kabinet Eksplorasi Himastahapato Arsitektur ITS 2017/2018.
https://issuu.com/himasthapati/docs/buletin_arkara2
Zula, Armadhani. 2015. Arsitektur Kiwari.
https://www.academia.edu/19885322/Arsitektur_Neo_Modern_dan_Post_Modern_Seba
gai_Respon_Terhadap_Arsitektur_Modern
Bulain, Adli. Gedung Kuliah Kedokteran Hewan Kampus II Universitas Brawijaya
Dengan Konsep Bioklimatik
https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Brawijaya

DA184505 Arsitektur Nusantara

Anda mungkin juga menyukai