Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Perkembangan

Zaman & Globalisasi Terhadap


Arsitektur Nusantara

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena


pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Abstrak

Globalisasi telah banyak membawa perubahan dalam tatanan hidup di


Indonesia. Tidak  hanya di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya, tetapi di
bidang arsitektur pun ikut mengalami dampaknya. Arsitektur di Indonesia kini
mengalami krisis jati diri, di mana banyak sekali bangunan-bangunan yang berdiri,
tetapi sama sekali tidak mencerminkan identitas asli Indonesia. Bangunan-
bangunan yang telah didirikan maupun yang masih dalam tahap rancangan,
sebagian besar mengikuti gaya arsitektur. Arsitektur Nusantara, sebagai arsitektur
asli Indonesia, telah terlupakan dan tergantikan dengan arsitektur asing yang
mengubah keanekaragaman arsitektur Nusantara dengan keseragaman arsitektur .
Di jaman modern seperti saat ini, segala hal dituntut untuk mudah dan cepat. Hal
ini berkebalikan dengan arsitektur Nusantara yang berakar pada arsitektur
tradisional. Bentuk bangunan, material penyusun, ornamen penghias hingga tata
letak objek di dalamnya memiliki makna. Oleh karena sifatnya itu, arsitektur
Nusantara dianggap rumit dan kuno sehingga tidak lagi sesuai diterapkan di jaman
modern. Eksistensi arsitektur Nusantara yang semakin hilang ini sejalan dengan
semakin kaburnya identitas arsitekur bangsa. Kesulitan penerapan bentuk maupun
elemen-elemen penyusun lain dikatakan menjadi penghalang utama mengapa
arsitektur ini dihindari. Dengan demikian, penghadiran arsitektur Nusantara perlu
diformulasikan kembali agar dapat mengurangi kompleksitas di dalamnya
sehingga menjadi kemudahan untuk perkembangan ke depannya.
PEMBAHASAN

Globalisasi banyak membawa pengaruh ke dalam kehidupan masyarakat


Indonesia. Dampak paling umum yang bisa dirasakan adalah terjadinya
penyeragaman bentuk. Masyarakat yang dulunya beragam karena tradisi dan
adat istiadat yang berbeda di tiap daerah, kini menjadi seragam akibat pelepasan
diri dari tradisi dan adat istiadat yang mengikat mereka untuk mengikuti gaya
hidup global yang dianggap modern. Hal ini pun terjadi di bidang arsitektur.
Hampir seluruh bangunan yang berdiri di Indonesia telah mengalami perubahan,
yang awalnya selalu menunjukkan identitas lokal dengan mengikuti aturan yang
berlaku di daerahnya, kini terlihat adanya keseragaman bentuk secara global
sehingga tidak jelas lagi itu bangunan apa dan berasal dari mana. Indonesia
memiliki kekayaan arsitektur atau disebut dengan arsitektur Nusantara, yang
tercermin dari ragam bentuk rumah adat tradisionalnya. Namun sekarang,
kekayaan ragam tersebut tidak lagi terlihat dan tergantikan oleh keseragaman
bangunan-bangunan bergaya arsitektur . Masyarakat lebih memilih mendirikan
bangunan yang bertemakan kemewahan, seperti bangunan klasik Eropa yang
banyak menampilkan ornamen-ornamen rumit atau lukisan-lukisan bergambar
manusia. Atau sebaliknya, masyarakat akibat pengaruh kehidupan modern yang
menuntut kemudahan dan efisiensi waktu, akhirnya lebih memilih mendirikan
bangunan dengan konsep minimalis. Kedua gaya ini sama sekali tidak
mencerminkan identitas asli bangsa Indonesia. Gejala perubahan ini juga dialami
oleh para perancang bangunan. Sulit menemukan corak kenusantaraan pada hasil
karya arstitektur masa sekarang. Rancangan bangunan yang dibuat, sekarang
banyak mengadaptasi rancangan tokoh baik dari segi desain maupun pemilihan
material bangun. Tuntutan masyarakat akan kemudahan dan efisiensi waktu
membuat arsitektur mengikuti pemikiran tokoh untuk merancang bangunan yang
mengutamakan fungsinya. Konsekuensinya, ornamen pada bangunan dikurangi,
beton dipilih sebagai material utama, dan bentuk bangunan diubah menjadi lebih
sederhana, yaitu tidak jauh dari bentuk kubus. Konsep perancangan ini berbeda
dengan konsep asli Indonesia yang identik dengan ukiran tradisional, bentuk fisik
bangunan yang kompleks, dan material lokal seperti kayu atau batu alam.
Masyarakat yang telah mengikuti pola hidup modern akan selalu mengedepankan
segala hal yang mudah dan cepat sehingga akan berdampak pula pada keinginan
mereka untuk mendirikan bangunan yang fungsional.
Di sisi lain, arsitektur Nusantara adalah arsitektur yang memiliki makna di
setiap bagiannya sehingga arsitektur ini menjadi rumit dan banyak memakan
waktu. Perbedaan mudah dan rumit, serta cepat dan lama inilah yang membuat
eksistensi arsitektur Nusantara semakin tergeser oleh arsitektur . Dari sudut
pandang arsitek, berbagai filosofi, langgam, bahan, struktur, dan konstruksi terbaru
sudah demikian membingungkan. Tatanan dan aturan tradisional dengan berbagai
keunikan cara dan penamaan elemen konstruksi menjadi tambahan permasalahan
baru bagi arsitek masa kini yang ingin mencoba bereksplorasi dengan
kenusantaraan. Kerumitan inilah yang membuat arsitektur Nusantara semakin
dijauhi. Oleh karena itu, perlu formula baru untuk mengurangi kesulitan ilmu
arsitektur dan perlu pemahaman baru agar dapat menerapkan arsitektur Nusantara
dengan lebih sederhana. Arsitektur Nusantara dinilai kuno karena tidak bisa
berkembang mengikuti perubahan jaman. Ibarat pakaian, agar arsitektur Nusantara
dapat diterapkan kembali oleh masyarakat, maka ia harus ditampilkan menjadi
sosok yang masa kini. Itu berarti, arsitektur Nusantara harus dikolaborasikan
dengan apa yang menjadi tren sekarang. Seperti saat ini, batik sudah bisa
digunakan dalam acara sehari-hari mulai acara formal hingga informal. Hal ini
karena batik telah mengalami transformasi bentuk, bukan lagi berupa kain yang
melilit tubuh bagian bawah dengan kebaya sebagai atasannya, atau sebagai pakaian
acara resmi para orang tua di acara formal. Batik sekarang telah diaplikasikan ke
dalam bentuk yang lebih beragam seperti tas, gaun, jaket, dan bahkan motif sepatu
sehingga kain batik bukan lagi sebagai pakaian untuk kalangan tertentu saja, tapi
dapat digunakan oleh seluruh kalangan. Arsitektur Nusantara seharusnya juga
dapat meniru kain batik yang mampu bangkit kembali menjadi identitas bangsa.
Membangkitkan kembali semangat berarsitektur Nusantara bukan berarti harus
mengikuti segala aturan yang berlaku dalam tradisi atau membangun
bangunan dengan fisik yang mirip sekali dengan rumah-rumah tradisional.
PENUTUP
Kesimpulan
Arsitektur Nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang karena masyarakat
sudah banyak terjejali pengaruh arsitektur global yang dianggap maju sehingga
mereka menganggap arsitektur Nusantara menjadi hal yang kuno. Masyarakat
hidup dalam dunia modern juga menuntut segala sesuatunya mudah dan cepat,
sementara arsitektur Nusantara memiliki makna di setiap bagiannya sehingga
arsitekur Nusantara ini menjadi rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk dapat didirikan.
Arsitektur Nusantara dapat kembali dikembangkan dengan membentuk formula
baru yang mengombinasikan Arsitektur Nusantara dengan pengetahuan
arsitektur masa kini sehingga dapat mengurangi kompleksitas Arsitektur
Nusantara ketika diterapkan.

Untuk mengadopsi arsitektur tradisional, bukan bentuknya yang diambil, tetapi


dipelajari jiwanya. Barangkali memang itulah sikap yang tepat untuk
mengembangkannya, yaitu dengan melakukan adaptasi, bukan duplikasi atau
replikasi. Mengadaptasi nilai lokal dapat dilakukan dengan menjadikan ciri-ciri
fisik, makna filosofi, adaptasi terhadap iklim, material lokal, potensi alam, dan
ornamen-ornamen tradisional sebagai sumber eksplorasi untuk dikembangkan.
Arsitektur Nusantara tidak harus terlihat tradisional secara fisik, tetapi dengan
adanya eksplorasi tadi, maka arsitektur Nusantara akan dapat lebih luwes
diterapkan di masa sekarang dengan tampilan unik seperti halnya batik dalam
wujud pakaian masa kini. Dengan cara seperti itu, arsitektur Nusantara bukan
lagi menjadi sesuatu yang harus ditutupi dan disisihkan, tetapi harus
dikembangkan dan diperkenalkan kepada dunia sebagai arsitektur identitas
bangsa.
(Sumber : Menurut F. Silaban salah seorang Arsitek besar pada era Soekarno
(dalam Yu Sing, 2010))

Anda mungkin juga menyukai