Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN ARSITEKTUR TROPIS

Arsitektur Tropis merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur, yang mempelajari tentang

arsitektur yang berorientasi pada kondisi iklim dan cuaca, pada lokasi di mana massa

bangunana t a u k e l o m p o k b a n g u n a n b e r a d a , s e r t a d a m p a k , t a u t a n a t a u p u n

p e n g a r u h n ya t e r h a d a p lingkungan sekitar yang tropis

PARADIGMA DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai

karakter-karakter arsitektur yang dapat diidentifikasi sebagai karakter yang dimiliki

daerah tropis sehingga dapat membedakannya dengan arsitektur di daerah yang beriklim

lain.

Adapun paradigma desain tropis terdiri dari tiga paradigma yaitu:

A. Line, edge & shade

Tay Kheng Soon berpendapat bahwa desain seharusnya berorientasi ke depan non-

nostalgia dan tidak mengkopi gaya terdahulu tetapi berusaha menggunakan prinsip-prinsip

control lingkungan dari desain tradisional

Paradigma ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

Aplikasi pada high-rise dan high density.

Forward looking expression, non nostalgia dan tidak mengkopi gaya - gaya terdahulu

Prinsip control lingkungan seperti desain terbuka dan pembayangan

Ekspresi keregionalannya merupakan bahasa dalam iklim tropis yang memberikan

kenyamanan
Material yang digunakan menggunakan material modern/non tradisional dengan fabrikasi.

B. Tradition-based

Tan Hock Beng berpendapat bahwa perlu membangkitkan ketradisionalan dalam

arsitektur tropis asia dan mengusulkan desain berbasis tradisi untuk menciptakan arsitektur tropis

dimana bentuk tradisional merupakan ekspresi dari inspirasi dan identitas.

Tipe bangunan tradisional tropis antara lain :

Bentuk atap besar dan luas, cross ventilation, teras, courtyard, material local, ada unsur air dan

landscape.

Material berupa tradisional, modern atau kombinasi keduanya tergantung strategi yang

digunakan.

Tipikal bangunan tradisional tropis yang sring digunakan dapat dilihat dari pembuatan denah

yang disusun memungkinkan untuk ventilasi silang, memiliki teras dan courdyard, material local

dan unsur air dan landscape.

Bangunan yang dibangun dengan paradigma ini bertujuan untuk menyesuaikan bangunan

dengan iklim setempat serta mempertahankan tradisi dan identitas daerah.

Kearifan local suatu daerah merupakan hal yang tepat untuk menjadi pertimbangan dalam

membangun bangunan yang telah melalui proses “trial and error”. Oleh karena itu, bangunan

tradisional yang ada saat ini merupakan penyempurnaan desain yang gagal sebelumnya dan

masyarakat setempat menganggap sebagai bangunan yang paling nyaman. Ekspresi bangunan

yang menggunakan paradigm ini berdasarkan strategi menonjolkan tradisi.

Performance bangunan disesuaikan dengan iklim setempat dan berdasarkan bentuk bangunan

tradisional daerah asal dengan menyesuaikan diri dengan daerah baru. Material yang digunakan

bisa tradisional, modern atau gabungan.


Paradigma ini memasukkan unsur tradisi didalam arsitektur tropis. Pitch roof, penghawaan

silang, halaman, bukaan tradisional, material tropis, air, lansekap, dan aplikasi berbagai elemen

yang dapat menjamin integrasi alam dengan ekspresi tradisional. Untuk mencegah keseragaman

karena efek globalisasi dan memelihara kekayaan tradisi local, William Lim dan Tan Hock Beng

mengajukan strategi, yaitu :

Menguatkan kembali tradisi dengan arsitektur vernacular, traditional craft wisdom

Menemukan kembali tradisi : memadukan (hybrid) antara tradisi colonial dengan tradisi

melayu

Memperluas tradisi menggunakan struktur vernacular dengan tradisi seniman setempat akan

menambah nilai dan status tradisi

Menginterpretasikan kembali tradisi modern ke abstrak dan minimalis.

Dalam tradition based di bagi menjadi tiga paradigma yaitu :

1. Reinvigorating tradition Reinvigorating tradition adalah paradigma yang berbasis tradisi

menerapkan prinsip vernakuler yang berasal dari traditional craft wisdom

mulai dari cara membangun (metode konstruksi), struktur bangunan, dan penggunaan material

yang cenderung menekankan keaslian (otentik) agar terjadi keberlanjutan sejarah (Tzonis dkk,

2001)

2. Reinventing tradition Reinventing tradition adalah sebuah gaya yang memadukan antara dua

budaya sehingga menghasilkan sebuah gabungan (hybrid). Misalnya sebuah bangunan colonial,
Belanda membangun dengan ekspresi gaya eropa namun dipadukan dengan iklim dan material

setempat sehingga muncullah gaya colonial belanda.

3. Extending Tradition Extending Tradition adalah gaya yang tetap berprinsip pada arsitektur

vernakuler, namun bangunan ditransformasikan ke gaya yang modern. Menghadirkan kembali

bentuk pengalaman masa lalu berupa tradisi dan budaya untuk dinikmati sebagai pengalaman

kultur tropis suatu tempat melalui karya arsitektur baik bentuk maupun fitur bangunan. Tidak

ada yang salah dalam pengembangan kekayaan sumber sumber masa lalu kedalam bentuk baru

yang inovatif, hal ini mencul karena kita juga menyesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup

masyarakat yang berubah menurut waktunya (Lowenthal dalam Beng, 1998)

Karakteristik Extending tradition :

Mencari keberlanjutan dengan tradisi local

Mengutip secara langsung dari bentuk masa lalu

Tidak dilingkupi oleh masa lalu, melainkan menambahkannya dengan cara inovatif

Interpretasi kita tentang masa lalu dirubah berdasar kepada perspektif dan kebutuhan masa kini

dan masa depan

Mencoba melebur masa lalu dengan penemuan dan inovasi yang baru

Menggunakan struktur vernakuler dan tradisi craftsmanship

Mencari inspirasi dalam bentuk dan teknik yang unik dari bangunan tradisional.

4. Reinterpreting tradition Reinterpreting tradition, yaitu gaya dengan membawa esensi dari

arsitektur vernakuler pada bangunan modern. Penggunaan idiom kontemporer pada bangunan
modern dengan abstrak atau minimalis. Pendekatan ini dilakukan dengan menyingkirkan

pemulihan sentimental masa lalu dan meninggalkan gerakan historical, sebaliknya akan

menggunakan sebuah idiom

modern yang menyegarkan. Namun demikian, bangunan diciptakan melalu pendekatan ini

berdedikasi pada tempat dan sejarah tanpa terjebak oleh keduanya. Perangkat formal tradisional

tidak dibuang tetapi berubah dengan cara yang menyegarkan sehingga ada pengakuan simultan

dari masa lalu dan masa kini melalui pernyataan abstrak dan biasanya minimalis.

Menginterpretasikan kembali terhadap nilai nilai dalam arsitektur vernakuler. Hasilnya berupa

defamiliarisasi yakni pengasingan bentuk, dimana bentuk tradisional itu ada tapi tidak Nampak.

C. New Screen & Louver Kitsch

New Screen & Louver Kitsch adalah meniru gaya tropis modern yang sering menggunakan

sunshading yang diasosiaan sama dengan arsitektur tropis, louver pada fasade tidak efektif

memberikan pembayangan, hanya memberi kesan tropis sekilas semata.

Designer tidak serius menciptakan kondisi iklim yang dibutuhkan karena mereka berfikir ikim

bukan factor krusial dan hanya mementingkan image dari public terhadap gaya arsitekturnya.

Peniruan image tropis ini mengahasilan eksploitasi penggunaan screen dan louver.
Paradigm ini lahir karena adanya beberapa factor, yaitu : Adanya peniruan dari image tropis

modern, misalnya louver pada fasade yang tidak membayangi ruang secara efektif karena

kemungkinan masih di korelasikan secara tidak tepat seperti peralatan shading yang asli dan

hanya memberi kesan bahwa elemen tersebut adalah control iklim tropis.

Adanya motivasi untuk mengikuti aliran yang menitikberatkan pada produk arsitektur yang

mempertimbangkan lingkungan seperti yang dilakukan oleh arsitek arsitek terkenal.

Anda mungkin juga menyukai