I. LATAR BELAKANG
Tanah air Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke terkenal dengan keaneka-ragaman budayanya, yang
sekaligus merupakan potensi yang dapat dijadikan aset penting bangsa di
bidang pariwisata. Melihat potensi yang ada, maka pemerintah Indonesia makin
giat mengembangkan pariwisata di Indonesia antara lain dengan mencanangkan
tahun 1998 sebagai tahun seni dan budaya dengan harapan mampu
mendatangkan wisatawasan baik dari luar negeri maupun nusantara untuk
melihat, mengkaji dan memelihara kebudayaan Indonesia. Pada Nanggroe Aceh
Darussalam ( NAD ), kebudayaan Aceh adalah salah satu dari kebudayaan
bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang secara tradisi dan turun
menurun di tengah perkembangan zaman yang sedemikian pesat yang juga
diiringi oleh masuknya budaya-budaya luar.
Keberadaan Pusat Kebudayaan Aceh ( PKA ) - Taman Ratu Safiatuddin
sebagai sebuah “taman mini” Aceh sejak tahun 2002 merupakan salah satu
bentuk usaha pemerintah Aceh dalam pengembangan kebudayaan daerah-
daerahnya. PKA ini terletak di Jl. Muhammad Daud Beureueh, Lamprit – Banda
Aceh. Di tempat ini dapat dijumpai berbagai bangunan dengan ciri khas tiap Kota
dan kabupaten yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang di
dalamnya juga terdapat berbagai bentuk barang/materi pameran sebagai
identitas daerah masing-masing.
Kemunculan PKA – Taman Ratu Safiatuddin ini ternyata menimbulkan
sedikit pro dan kontra dari beberapa pihak. Lokasi yang strategis karena berada
di salah satu jalan protokol di Kota Banda Aceh serta tapak yang tepat berada di
sebelah Kantor Gubernur NAD memang menjadi beberapa keunggulan dari PKA
ini. Akan tetapi penyalahgunaan fungsi lahan oleh pemerintah dan pengembang
dianggap sebagai kekurangan yang cukup fatal dari PKA ini. Lahan tempat
SINOPSIS TUGAS AKHIR PERIODE 106 2009
RELOKASI PUSAT KEBUDAYAAN ACEH, KOTA BANDA ACEH - NAD
berdirinya PKA ini awalnya adalah sebuah lahan kosong yang termasuk salah
satu daerah resapan di Kota Banda Aceh. Peninggian permukaan tanah serta
pengurangan area penampungan air di lahan tersebut membuat fungsinya
sebagai daerah resapan hampir hilang sama sekali.
Namun bencana gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 telah
menimbulkan banyak perubahan kondisi fisik alam dan lingkungan, termasuk
kondisi fisik PKA – Taman Ratu Safiatuddin yang sebagian besar rusak karena
gempa, bahkan beberapa bangunan di dalamnya hancur rata dengan tanah.
Menyusul rusaknya banyak bangunan tersebut, aktifitas di dalam PKA inipun
semakin berkurang perlahan-lahan.
Menyadari hal ini perlu kiranya pembangunan kembali suatu wadah yang
dapat menampung berbagai aktifitas dan pengembangan kegiatan seni dan
budaya seperti yang pernah berjalan di PKA – Taman Ratu Safiatuddin tersebut,
dengan tidak melupakan pemilihan tapak yang lebih tepat sesuai dengan
pembagian fungsi lahan oleh pemerintah kota setempat. Saat ini sudah banyak
terdapat sanggar seni di berbagai daerah di Provinsi NAD, tetapi belum
lengkapnya fasilitas dan letaknya yang berjauhan membutuhkan suatu
penanganan khusus. Maka dari itu direncanakanlah sebuah proyek PUSAT
KEBUDAYAAN ACEH baru dengan harapan bahwa seni dan budaya Aceh yang
tersebar tersebut masih dapat terorganisir kembali dalam suatu wadah yang
tepat sehingga pemeliharaan dan pemantauan perkembangannya dapat lebih
intensif, terarah, serta dapat dinikmati oleh masyarakat umum dan wisatawan
yang berkunjung ke NAD khususnya Banda Aceh tanpa mengganggu
pembagian fungsi lahan di Kota Banda Aceh sendiri.
Seniman
- Meningkatkan kreatifitas;
- Wadah untuk diskusi dan tukar pikiran.
SINOPSIS TUGAS AKHIR PERIODE 106 2009
RELOKASI PUSAT KEBUDAYAAN ACEH, KOTA BANDA ACEH - NAD
III. MANFAAT
V. ALUR PEMBAHASAN
1. Alur Pikir
LATAR BELAKANG
AKTUALITA
Program pemerintah dalam mewujudkan Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Banda Aceh sebagai kota
yang berwawasan budaya
Perkembangan Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Banda Aceh dengan modernitas yang tinggi tetapi
memiliki kultur budaya yang kuat.
URGENSI
Kurangnya media dalam mengekspresikan seni dan budaya tersebut setelah bencana gempa bumi dan
tsunami pada tahun 2004 sehingga perkembangannya tidak optimal
ORIGINALITAS
Merencanakan suatu pusat seni dan budaya yang dapat menampung keaneka-ragaman di seluruh daerah
yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan pemilihan lokasi yang tepat bagi bangunan itu
sendiri maupun lingkungan sekitarnya, yakni dalam bentuk PUSAT KEBUDAYAAN ACEH, KOTA BANDA
ACEH - NAD.
DATA
Tinjauan RTRW Kota Banda Aceh
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan aktifitas kesenian dan pariwisata selama
Tinjauan standar kegiatan dan bangunan beberapa tahun terakhir di Kota Banda Aceh
serupa, ex : bangunan pameran Tinjauan masterplan proyek perencanaan
Tinjauan arsitektur neo-vernacular Aceh bangunan sebelumnya, yaitu Pusat
Kebudayaan Aceh – Taman Ratu Safiatuddin
ANALISA
Kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas
Penyediaan fasilitas utama dan penunjang, serta sarana dan prasarana
PENDEKATAN
Aspek Arsitektural: Citra bangunan neo-vernacular Aceh; penerapan konsep Sustainable-Green
Architecture yang ramah lingkungan
Aspek Fungsional : Kebutuhan ruang; efisiensi pen-zoningan lahan
Aspek Kontekstual : Pengolahan tapak dan letak bangunan sebagai respon terhadap pengaruh
lingkungan di sekitar tapak
Aspek Teknis : Efisiensi penggunaan material serta penerapan teknologi material yang efektif
Aspek Kinerja : Efektifitas penggunaan utilitas bangunan, ex: pencahayaan, penghawaan,dsb.
2. Data
Gambar 1
Peta Kota Banda Aceh - NAD
SINOPSIS TUGAS AKHIR PERIODE 106 2009
RELOKASI PUSAT KEBUDAYAAN ACEH, KOTA BANDA ACEH - NAD
Data Site Master Planning Pusat Kebudayaan Aceh, Kota Banda Aceh –
Nanggroe Aceh Darussalam
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa faktor
yang menyebabkan dibutuhkannya suatu perencanaan dan perancangan
untuk bangunan Pusat Kebudayaan Aceh yang baru untuk menggantikan
bangunan yang lama, yaitu alasan lokasi yang tidak tepat peruntukannya
serta kondisi fisik bangunan di dalamnya yang rusak parah.
Lokasi perencanaan bangunan Pusat Kebudayaan Aceh yang baru
ini adalah di Jalan Teuku Umar, Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, tepatnya di lokasi yang saat ini masih berdiri Gedung
Serba Guna “Taman Budaya” yang juga memiliki kerusakan parah pasca
bencana gempa bumi dan tsunami.
Gambar 2
Lokasi perencanaan Pusat Kebudayaan Aceh di
Jalan Teuku Umar, Banda Aceh
SINOPSIS TUGAS AKHIR PERIODE 106 2009
RELOKASI PUSAT KEBUDAYAAN ACEH, KOTA BANDA ACEH - NAD
2.4. Pustaka
2.5. Penutup