Anda di halaman 1dari 13

PARANGTRITIS KITE MUSEUM

BANTUL, YOGYAKARTA
Rahmat Afrianto
20306046
Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma

ABSTRAKSI
Banyak seni dan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, salah satunya adalah
jenis-jenis dari banyaknya permainan tradisional. Salah satu jenis permainan tradisional
yang mempunyai ragam adalah layang-layang. Layang-layang merupakan salah satu tradisi
bangsa yang dapat dibuktikan dari penemuan lukisan batu berbentuk layang-layang oleh
para arkeolog di dalam Gua Muna di Sulawesi Selatan, Indonesia yang diperkirakan
berumur 3500 tahun.
Layang-layang merupakan karya seni yang dapat diterbangkan dan indah untuk
dipandang. Layang-layang juga mempunyai banyak jenis yang beragam dari tiap-tiap
daerah di seluruh Indonesia. Layang-layang dipergunakan sebagai sarana rekreasi, ritual,
olahraga, fotografi udara dan penelitian ilmiah. Perkembangan layang-layang di dunia
mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada pemanfaatan
layang-layang dibidang teknologi. Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung
mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya
ciri layang-layang tradisional Indonesia. Oleh karena itu daerah pantai yang kental akan
tradisi dan budaya Indonesia seperti Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo
sangatlah cocok untuk didirikan Museum Layang-layang koleksi dari seluruh nusantara
bahkan dunia.
Pantai parangtritis dan Parangkusumo juga merupakan pantai dengan hamparan
pasir yang luas dan mempunyai hembusan angin yang kencang. Maka dari itu Museum
Layang-layang yang akan didirikan nantinya tidak hanya sebagai galeri semata, melainkan
juga dapat sebagai tempat pameran kontemporer di pinggir pantai seperti festival layang-
layang dan juga workshop lukisan dan pembuatan layang-layang.
Tanpa mengesampingkan perkembangan dunia layang-layang modern, maka perlu
dilestarikan budaya layang-layang tradisional yang unik dari setiap wilayah di Indonesia
dengan didirikannya “Parangtritis Kite Museum” untuk melengkapi kawasan pariwisata di
Yogyakarta.

Kata kunci : Museum, Layang-layang, Parangtritis, Yogyakarta

1. PENDAHULUAN Salah satu daerah yang kaya dan


1.1 Latar Belakang selalu melestarikan akan seni dan
Indonesia merupakan negara budayanya adalah D.I. Yogyakarta.
kepulauan terbesar didunia yang kaya Yogyakarta juga merupakan salah satu
akan khasanah seni dan budaya yang tempat di Indonesia yang mempunyai
berbeda-beda. Dari Sabang sampai peran penting khususnya dalam sektor
Merauke ada ratusan bahkan mungkin pariwisata.
ribuan seni-budaya, adat istiadat, Wisata Pantai Parangtritis
kebiasaan yang memang asli Indonesia. merupakan salah satu andalan pariwisata
Dengan kekayaan alam dan buatan yang Yogyakarta yang juga memiliki keterkaitan
begitu indah maka dapat menarik antara objek wisata lainnya seperti Kraton
wisatawan domestik dan asing. Namun Yogyakarta, Pantai Parangkusumo, dan
dengan pesatnya kemajuan teknologi dan kawasan Gunung Merapi. Pantai yang
era globalisasi, kekayaan seni dan budaya terletak 27 km dari pusat kota Yogyakarta
indonesia lambat laun ditinggalkan dan adalah pantai yang sangat berpotensi
dilupakan oleh warga negara Indonesia. sebagai wisata alam dan wisata budaya.
Salah satu kekayaan seni dan B. Tujuan
budaya Indonesia yang perlu dilestarikan 1. Sarana/tempat/wadah untuk
adalah permainan tradisional yaitu layang- melestarkan, meneliti,
layang pada khususnya. Layang-layang mengelola, dan memamerkan
merupakan salah satu tradisi bangsa yang koleksi layang-layang dari
dapat dibuktikan dari penemuan lukisan seluruh pelosok Nusantara dan
batu berbentuk layang-layang oleh para Mancanegara termasuk
arkeolog di dalam Gua Muna di Sulawesi layang-layang tradisional dan
Selatan, Indonesia yang diperkirakan modern.
berumur 3500 tahun. 2. Sarana/tempat untuk
Layang-layang merupakan karya menampung kegiatan pameran
seni yang dapat diterbangkan dan indah kontemporer seperti Festival
untuk dipandang. Layang-layang juga Layang-layang Nasional
banyak mempunyai jenis yang beragam maupun Internasional.
dari tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia. 3. Memberi wadah yang dapat
Layang-layang dipergunakan sebagai menampung serta
sarana rekreasi, ritual, olahraga, fotografi menyalurkan minat melalui
udara dan penelitian ilmiah. berbagai informasi, inspirasi
Perkembangan layang-layang di dunia edukatif, serta pelatihan
mengarah kepada bentuk dan motif yang berbagai kreativitas lain yang
artistik serta mengarah kepada berhubungan dengan layang-
pemanfaatan layang-layang dibidang layang bagi para penggemar,
teknologi. Perkembangan layang-layang baik anak-anak, pelajar,
di Indonesia cenderung mengarah kepada maupun masyarakat umum.
bentuk modern yang memungkinkan akan 4. Menjadikan tempat penunjang
berdampak kepada hilangnya ciri layang- pariwisata Yogyakarta yang
layang tradisional Indonesia. Oleh karena bersifat rekreatif sebagai
itu daerah pantai yang kental akan tradisi penarik wisatawan domestik
dan budaya Indonesia seperti Pantai maupun luar negeri sehingga
Parangtritis sangatlah cocok untuk pendapatan dari sektor
didirikan Museum Layang-layang koleksi pariwisata daerah setempat
dari seluruh nusantara. menjadi lebih tinggi.
Pantai parangtritis juga merupakan 1.3 Perumusan Masalah
pantai dengan hamparan pasir yang luas Bagaimana konsep dan tema
dan mempunyai hembusan angin yang perancangan Museum Layang-layang
kencang. Maka dari itu Museum Layang- yang dapat mewadahi seluruh kegiatan di
layang yang akan didirikan nantinya tidak bidang layang-layang.
hanya sebagai galeri semata, melainkan Bagaimana mengolah tata ruang
juga dapat sebagai tempat pameran baik eksterior maupun interior dan struktur
kontemporer di pinggir pantai seperti bangunannya seperti ruang galeri, ruang
festival layang-layang dan juga workshop audio visual, auditorium, dan ruang staf
lukisan dan pembuatan layang-layang. lainnya maupun eksterior untuk ruang
Tanpa mengesampingkan festival layang-layang yang mendukung
perkembangan dunia layang-layang seluruh kegiatan.
modern, maka Penulis berupaya untuk 1.4 Masalah Perancangan
melestarikan budaya layang-layang Setelah melihat alasan yang
tradisional yang unik dari setiap wilayah di melatarbelakangi pemilihan judul, maka
Indonesia dengan didirikannya dalam tugas akhir ini ditetapkanlah
“Parangtritis Kite Museum” beberapa rumusan masalah antara lain
1.2 Maksud dan Tujuan sebagai berikut:
A. Maksud 1. Konsep desain museum layang-
Merencanakan sebuah fasilitas layang seperti apakah yang
Museum Layang-layang yang yang cocok dibuat di Pantai
memadukan antara unsur seni, Parangtritis yang juga cocok
budaya dan olahraga.
dengan lingkungan dan BAB I : PENDAHULUAN
kebudayaan setempat? Berisikan mengenai latar belakang,
2. Struktur seperti apa yang cocok maksud dan tujuan, perumusan
bagi bangunan di tepi Pantai masalah, pendekatan, kerangka
Parangtritis? berfikir dan sistematika penulisan.
3. Site di bagian mana yang cocok BAB II : DESKRIPSI PROYEK
untuk dijadikan sebagai Berisikan gambaran proyek
museum layang-layang di mencakup lokasi proyek, program
Pantai Parangtritis? kegiatan, kebutuhan ruang, hingga
1.5 Pendekatan studi banding proyek sejenis.
Metode pembahasan melalui BAB III : ELABORASI TEMA
tahap-tahap sebagai berikut: Mengenai pengertian tema,
1. Pengumpulan data dengan intepretasi tema, hingga studi
menggunakan: banding tema sejenis.
• Data sekunder BABIV : ANALISIS
Data-data yang mendukung FUNGSIONAL
kasus proyek, seperti Merupakan laporan analisis
pengertian awal dan gambaran fungsional dan kondisi lingkungan.
permasalahan pada kasus lain BAB V : KONSEP
yang serupa, studi banding PERANCANGAN
kasus dan tema dan melalui Merupakan laporan mengenai
pustaka maupun internet. konsep perancangan.
• Data Primer BABVI : HASIL
Melalui studi banding dengan PERANCANGAN
menganalisa secara visual Merupakan laporan mengenai hasil
kondisi fisik dan non fisik perancangan.
lingkungan, wawancara 1.7 Kerangka Berfikir
terhadap pihak-pihak terkait,
dan peninjauan langsung ke
lokasi site yang dituju yaitu
Pantai Parangtritis.
2. Prose Analisa dan Sintesa
Menganalisa proyek dari
berbagai aspek dengan
menggunakan alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang
mencangkup 2 faktor utama,
seperti:
▪ Faktor internal (manusia dan 2. PENGERTIAN UMUM
kegiatannya) Berdasarkan definisi yang
▪ Faktor eksternal (lingkungan, diberikan International Council of
dan lokasi site) Museums, museum adalah institusi
3. Konsep permanen, nirlaba, melayani kebutuhan
Hasil dari kesimpulan dan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara
evaluasi kemudian dikembangkan melakukan usaha pengoleksian,
dalam konsep perancangan untuk mengonservasi, meriset,
mewujudkan bentuk 3 dimensi dari mengkomunikasikan, memamerkan benda
konsep tersebut. nyata kepada masyarakat untuk
1.6 Metode Penulisan kebutuhan studi, pendidikan dan
Dalam menyusun kesenangan. Karena itu bisa menjadi
sistematika penulisan, penulis bahan studi oleh kalangan akademis,
menguraikan ke dalam lima bab dokumentasi kekhasan masyarakat
yaitu: tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif dimasa depan.
Layang-layang merupakan karya tertentu. Motif atau pola mempunyai arah
seni yang dapat diterbangkan dan indah gerak, maka penempatannya harus
untuk dipandang. Layang-layang juga sejalan dengan irama ruang.
banyak mempunyai jenis yang beragam
dari tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia.
Layang-layang dipergunakan sebagai
sarana rekreasi, ritual, olahraga, fotografi
udara dan penelitian ilmiah.
Klasifikasi Layang-layang :
a. Layang-layang aduan (tarik ulur) /
Combat Kite.
b. Layang-layang Kreasi 2 Dimensi
(2D Creation Kite)
c. Layang-layang Kreasi 3 Dimensi
(3D Creation Kite)
d. Layang-layang Tradisional
(Tradisional Kite).
e. Layang-layang tali tali ganda
(Double line kite), seperti Stunt
Flight Direction yang berarti arah
Kite, Revolusi, Kite Buggy, Kite
terbang adalah sebuah tema museum
Surfing, Hang Glidier, Paragliding.
layang-layang Parangtritis. Dari sebuah
Keberagaman budaya yang ada di
tema kita dapat menciptakan suatu
Indonesia juga menghasilkan
konsep yang akan diurai melalui diagram
keberagaman jenis dan bentuk layang-
dengan menggunakan unsur benda yang
layang tradisional di berbagai daerah,
mencerminkan sifat tiap kata dari tema itu
misanya Sulawesi, Sumatera, Jawa,
sendiri yang nantinya akan dianalogikan
Kalimantan, dan daerah lain di Indonesia
atau dimetaforakan terhadap
yang memiliki bentuk khas. Bukan itu saja,
perancangan.
bahan-bahan yang digunakan untuk
Flight yang berarti terbang identik
membuat layang-layang tradisional pun
dengan layang-layang. Sedangkan
bisa berbeda satu sama lain.
layang-layang memiliki sifat yang harus
Kebutuhan ruang dalam Museum
stabil jika di terbangkan. Suatu hal yang
Layang-layang di Yogyakarta ini adalah
mempengaruhi kestabilan itu adalah
sebagai berikut:
Aerodinamika.
A. Kelompok ruang utama
Begitu juga dengan Direction atau
- Ruang pameran tetap
arah yang identik dengan angin yang
- Ruang pameran temporer
selalu memiliki arahnya. Angin memiliki
B. Kelompok ruang pendukung
sifat yang berubah-ubah arahnya. Oleh
- Ruang pelayanan umum
karena itu angin selalu mempengaruhi
- Ruang pelayanan teknis
ilmu Aerodinamika dan selalu menjadi alat
- Kelompok ruang penunjang
bantu.
-
Oleh karena layang-layang yang
3. KONSEP PERANCANGAN
diterbangkan dengan bantuan angin
3.1. Konsep Dasar
memiliki suatu pola semu. Maka konsep
Konsep dasar dari bangunan
pattern atau pola akan kental didalam
Parangtritis Kite Museum adalah
perencanaan. Sehingga tema yang cocok
“AERODINAMIC PATTERN”
dan akan digunakan pada perancangan
Aerodinamika berarti pula
Parangtritis Kite Museum adalah
pengetahuan atau penyelidikan mengenai
Aerodinamic Pattern.
gerakan-gerakan benda di dalam udara
3.2. Rencana Tapak
dimana pengertian ini sangat erat
3.2.1. Pemintakatan
hubungannya dengan ilmu penerbangan.
Pemintakatan merupakan
Pattern atau pola adalah
pembagian area atau zona-zona didalam
ornamen-ornamen dua atau tiga dimensi
site berdasarkan sifat-sifat dari fungsi
yang disusun menjadi pola atau ragam
ruang dan lingkungan sekitar. Sifat ruang- Berdasarkan gambar ada 2 massa
ruang tersebut terdiri dari publik, semi bangunan yang muncul. Ini dikarenakan
publik, semi privat, privat, dan service. adanya pemisahan fungsi utama dan
Terdapat dua faktor yang fungsi pendukung. Bangunan utama
mempengaruhi zoning atau pemintakatan merupakan bangunan dengan fungsi
site, yaitu faktor internal dan eksternal. utama museum serta yang keterkaitan.
Faktor internal yaitu zoning berdasarkan Sedangkan bangunan pendukung
pengelompokan ruang-ruang makro yang merupakan bangunan dengan fungsi lain
disusun dari sifat-sifat ruang, sehingga yang tidak terkait dengan museum seperti
nantinya akan dihasilkan layout hubungan penginapan dan mushola.
ruang yang efisien. Faktor eksternal yaitu 3.2.3. Gubahan Massa
zoning berdasarkan dari analisis batasan Dari hasil analisa matahari dan
site, kebisingan, view, dan pencapaian, angin. Maka didapat dua faktor yang akan
yang nantinya akan mempengaruhi zoning mempengaruhi gubahan bentuk massa
yang tercipta berdasarkan faktor internal. bangunan yang cocok untuk Parangtritis
Kite Museum, yaitu arah angin yang
cenderung dari selatan ke utara atau barat
daya mempengaruhi transformasi bentuk
bangunan agar dapat mengalirkan angin
kencang dan bentuk bangunan yang akan
menghadap ke arah utara dan selatan
dikarenakan pencahayaan matahari yang
lebih baik sepanjang tahun.

3.2.2. Tata Letak


Tata letak bangunan dipengaruhi
oleh bentuk site yang memanjang ke Bentuk dasar dari bentuk geometri Balok dan Prisma
utara-selatan. Bentuk site yang cenderung Segitiga
memanjang ke arah utara-selatan
mengakibatkan peletakan dan bentuk
layout bangunan dan landscape juga
memanjang ke arah utara-selatan. Zoning
dan kebutuhan ruang juga mempengaruhi
tata letak. Dikarenakan museum
merupakan gabungan dari galeri-galeri Bentuk jamak tersebut mengalami proses cut
maka layout bangunan yang memanjang sedemikian rupa
akan membuat sirkulasi galeri menjadi
berurutan.

Geometri tersebut digabung menjadi satu sehingga


menjadi kompisi bentuk jamak

Sehingga menjadi bentuk seperti layang-layang


Transformasi bentuk tercipta dari 3.2.5. Sirkulasi
bentuk dasar geometri dua buah balok Sirkulasi kendaraan yang akan
dan satu prisma segitiga. Geometri dirancang adalah sirkulasi untuk
tersebut digabung menjadi satu sehingga bangunan utama, bangunan pendukung
menjadi komposisi bentuk 3 dimensi dan servis.
jamak. Bentuk jamak pada balok tersebut
lalu mengalami proses cut dan fill
sedemikian rupa sehingga menjadi
menyerupai ekor.
Bagian balok telah bertransformasi
menjadi ekor dan prisma segitiga tersebut
terus mengalami proses cut lebih detail
lagi, sehingga semakin terlihat
menyerupai layang-layang atraksi.
Berdasarkan konsep, bentuk bangunan
dianalogikan dengan penyesuaian bentuk
dengan aliran angin sebagai fungsinya.

Agar tidak terjadi crowded atau


kepadatan saat alur sirkulasi kendaraan,
maka sirkulasi dibuat memutar satu arah
dari gerbang masuk melalui jalan utama
ke main entrance lalu menuju parkir dan
atau gerbang keluar untuk pengunjung
umum (panah merah).
Sedangkan untuk kendaraan
service dan tamu penginapan memiliki
sirkulasi yang berbeda yaitu dari gerbang
masuk melalui parkir servis dan parkir
penginapan (panah biru).
Untuk sirkulasi pejalan kaki juga
3.2.4. Pencapaian dibuat mengikuti sirkulasi utama dengan
Site ini berada di tempat yang menggunakan pedestrian disepanjang
strategis untuk fungsi wisata alam, wisata sirkulasi utama. Namun untuk sirkulsi di
budaya hingga wisata olahraga. landscape atau taman dibuat bebas
Pencapaian ke lokasi site bisa dilakukan dikarenakan mempertimbangkan area luar
dengan kendaraan bermotor pribadi, untuk bermain layang-layang (panah
minibus, dan angkutan umum. hijau).
Jalur jalan pertama : Dari terminal
Umbulharjo melalui Pojok Beteng wetan
(tenggara) Kraton Yogyakarta lurus ke
selatan sampai ke Obyek Wisata
Kompleks Pantai Parangtritis.
Jalur jalan kedua : Dari terminal
Umbulharjo melalui daerah Imogiri dan 3.2.6. Parkir
desa Siluk dengan jalan naik turun sambil Pengaturan parkir mobil, bus, dan
menikmati pemandangan, hingga sampai motor pengunjung umum terletak di depan
ke Kompleks Obyek Wisata Pantai bangunan utama dekat gerbang masuk.
Parangtritis. Jalur kedua ini berjarak ± 10 Hal ini dikarenakan sebagai view yang
km lebih jauh dibandingkan dengan jalur baik ke bangunan utama dari tempat
pertama menggunakan bus umum dengan parkir.
trayek tetap.
Agar terjaga keamanan, Di sekeliling bangunan
kenyamanan, dan privasi penghuni maka dimanfaatkan tanaman pohon sedang
parkir untuk pengunjung penginapan seperti kiara payung, akasia, pohon
(warna jingga) dipisah dari parkir pangkas, dan cemara nolfox (hijau muda).
pengunjung umum (warna hijau), yaitu Untuk area parkir akan ditanam pohon
bersebelahan dengan bangunan sedang yaitu bunga kupu-kupu (biru).
penginapan. Parkir untuk servis (biru), Adapun sebagai fungsi pengarah sirkulasi
terletak di belakang samping ruang-ruang akan ditanam pohon palem dan kaca
servis seperti loading dock dan gudang. piring, serta tanaman perdu yang
Sedangkan untuk parkir pengelola berfungsi sebagai pagar hijau bangunan
(merah) terletak di samping bangunan (orange)
yang memiliki akses langsung menuju ke Untuk menyesuaikan kondisi tepi
ruang pengelola. pantai, maka pada daerah yang
berdekatan dengan tepi pantai akan
ditanam pohon cemara angin, pohon
kelapa dan ketapang kencana sebagai
pemecah angin namun juga tidak
mengganggu aktivitas menerbangkan
layang-layang (hijau).
3.2.7. Tata Hijau
3.3. Bangunan
Tata hijau dipengaruhi oleh
3.3.1. Bentuk
beberapa faktor, yaitu kebisingan,
Bentuk dasar bangunan utama
pandangan atau view dan juga vegetasi
diadopsi oleh bentuk layang-layang
existing itu sendiri. Untuk vegetasi
kendali atau stunt kite yang mempunyai
eksisting seperti pohon besar dan rindang
bentuk khas segitiga dan biasanya
akan dipertahankan bila tidak
memiliki beberapa ekor. Alasan
mengganggu bangunan atau sirkulasi.
menggunakan bentuk ini adalah karena
Pemanfaatan tata hijau pada akan
layang-layang kendali merupakan salah
menyesuaikan bentuk bangunan, bentuk
satu bentuk layangan baru dan modern,
lansekap dan kondisi lingkungan
namun pada bangunan lain serta elemen
berdasarkan respon analisa.
pendukungnya tidak akan meninggalkan
ciri-ciri layangan tradisional.

Kiri ke kanan : Palem Putri, Kiara Payung, Akasia,


Ketapang Kencana, Kelapa,
Bunga Kupu-kupu, dan Mangga
3.3.2. Fungsi Lantai 2 : Galeri Aksesori layang-layang,
Fungsi utama adalah museum Galeri Fotografi layang-layang, Galeri
layang-layang sebagai lorong galeri Lukisan layang-layang, Galeri sejarah
indoor, ruang workshop, dan arena layang-layang.
menerbangkan layang-layang yang Lantai 1 : Galeri layang-layang terbaru,
terdapat di atap. Dengan Galeri kegiatan
mempertimbangkan lokasi dan lahan di 3.3.4. Konstruksi
tepi pantai, maka potensi pariwisata dan Bentuk dan jenis struktur
area menerbangkan layang-layang untuk bangunan mengadaptif dengan kondisi
pelatihan dan festival akan dapat disekitar lingkungan site. Karena site
difungsikan secara maksimal. Lahan di berada pada daerah pantai maka jenis
kota-kota semakin terbatas dan kurang struktur yang dipakai pun harus jenis
berpotensi untuk museum layang-layang. struktur yang dapat menahan berat beban
bangunan dan gempa serta beradaptasi
dengan beban angin pantai yang
kencang.
Konstruksi utama menggunakan
struktur baja composite dan beton
bertulang. Sedangkan konstruksi atap
menggunakan struktur space frame.
Fungsi pendukungnya adalah
sebagai tempat penginapan jikalau
sedang ada festival layang-layang yang
biasa diadakan pada musim angin
kencang antara Februari-Oktober. Maka
para peserta dapat menggunakan fasilitas
tersebut. Namun bila tidak ada event, 3.3.5. Bahan
penginapan tersebut dapat digunakan 1. Penutup Atap
sebagai penyewaan untuk umum.
3.3.3. Sirkulasi
Sirkulasi outdoor dan indoor juga
berprinsip kepada konsep pergerakan
angin yang dinamis. Oleh karena itu
sirkulasinya harus di atur agar pengunjung
dapat senyaman mungkin mengelilingi Atap pada bangunan utama yang
landscape dan bagunan dengan konsep berbentuk segitiga atau atap pelana
yang dinamis ini. Salah satunya dengan segitiga menggunakan material tenda
mengurangi penggunaan tangga dan atau tentsil yang ditopang oleh struktur
memperbanyak penggunaan RAM. space frame. Hal itu betujuan untuk
Sirkulasi pada bangunan utama menahan beban angin pinggir pantai dan
yaitu ruang pameran layang-layang yang juga sebagai ketahan terhadap cuaca.
dikelompokkan berdasarkan daerah Atap tent ini sangat fleksibel sehingga
asalnya. dapat dibentuk sedemikian rupa
Lantai Atap : Area tergantung struktur yang menopangnya.
menerbangkan layang-
layang.
Lantai 4 : Galeri layang-
layang mancanegara.
Lantai 3 : Galeri layang-
layang Sumatera, Galeri
layang-layang Sulawesi,
Galeri layang-layang Sedangkan atap dibagian ekor merupakan
Bali & Nusa Tenggara, atap yang berfungsi sebagai raam yang
Galeri Layang-layang Kalimantan. digunakan untuk area aktivitas
penerbangan layang-layang. Bahan Konsep desain interior galeri
utamanya adalah dak beton dengan pameran mengadopsi gaya dan bentuk
tekstur kasar, batuan halus, dan sebagian modern temporer dengan bahan material
penghijauan. Dak beton harus kuat untuk kaca, stainlees, aluminium dan kayu pada
menopang banyak pengguna dan stand pameran, papan display, dan railing
mempunyai drainase yang baik pula. tangga, namun juga tidak menghilangkan
2. Dinding gaya tradisional dengan bentuk corak
ornamen yang terjadi pada layang-layang
yang dipamerkan dan beberapa spot
tertentu.

Bahan dinding bangunan


merupakan bahan pabrikasi (pree case)
yang telah dibuat sebelumnya sehingga Desain interior museum tidak
pada pemasangannya dapat lebih mudah lepas dari penataan cahaya. Untuk galeri
dan efisien waktu. Bahan fabrikasi dapat pameran pencahayaan utamanya akan
dipesan sesuai modul bentuk yang digunakan down light dan indirect light
diinginkan (custom) namun makin banyak pada sebagian tempat. Untuk
jenis modul dinding, akan makin lama pencahayaan display, diorama dan koleksi
waktu pemesanan. dinding akan digunakan spot light untuk
memberikan kesan intim. Warna warm
white akan mendominasi pencahayaan
ruangan galeri, dimana warna tersebut
tidak terlalu menyilaukan dan memberi
kesan hangat. Jadi untuk galeri
didominasi pencahayaan buatan dan
seminimal mungkin menghindari
Untuk bukaan dinding fasade pencahayaan alami.
(jendela dan pintu) akan digunakan Untuk lobby dan pencahayaan
material kaca tempered yang juga telah ruangan lain akan memfungsikan cahaya
disesuaikan ukurannya di pabrik (pree alami dari bukaan jendela namun tetap
case). Kaca tempered memiliki ketebalan menggunakan pencahayaan buatan
yang berbeda-beda dan memiliki tingkat melalui down light dengan warna putih,
transparansi dan refleksi terhadap cahaya terutama pada ruang-ruang lobby dan
yang berbeda pula. Untuk sistem ruang kerja.
pemasangan ada yang menggunakan
frame glass to glass, frame to frame dan 4. HASIL RANCANGAN
frameless 4.1. Hasil Rancangan Tapak
3.3.6. Desain Interior 4.1.1. Pemintakatan
Penataan interior galeri museum
akan dibuat mengikuti konsep sirkulasi.
Dimana display pameran akan mengikuti
lorong atau ruangan panjang yang terarah
berdasarkan diorama dan koleksi yang
dipamerkan.

Pemintakatan pada tapak dibagi


dan disusun berdasarkan zona-zona dari
hasil diagram hubungan ruang makro,
analisa tapak dan konsep tapak. Site plan
merupakan hasil dari pemintakatan tapak.
Oleh karena itu sangat erat kaitannya Pencapaian masuk dan keluar site
antara pemintakatan (zoning) dengan site dari arah selatan hanya dapat dilakukan
plan. dengan berjalan kaki. Hal ini dimaksudkan
4.1.2. Tata Letak untuk menghilangkan kepadatan
Tata letak bangunan juga erat kendaraan di jalan selatan site karena
kaitannya dengan pemintakatan tapak. area tersebut berbatasan langsung
Dari hasil pemintakatan kita dapat dengan pantai yang memiliki hamparan
mengatur penempatan bangunan yang pasir luas sekitar minimal 100 m dari bibir
tertuang dalam block plan. Gambar pantai yang biasa dijadikan ajang festival
tersebut menunjukkan penempatan layang-layang
bangunan di tata berdasarkan 4.1.4. Parkir
pemintakatan yang juga dari hasil diagram
hubungan ruang makro, analisa tapak dan
konsep tapak.

Parkiran umum untuk mobil pribadi


terdapat persis di depan bangunan utama.
Dikarenakan area ini cukup luas maka
U

penataan parkir ini menggunakan pola


Respon Lingkungan parkir 90o atau tegak lurus dari arah jalan
Respon lingkungan terhadap tapak masuk parkir.
dipengaruhi dari analisis batasan site,
matahari, angin, kebisingan, view, dan
sirkulasi. Analisis matahari dan angin
mempengaruhi bentuk bangunan sebagai
pemecah angin, proteksi radiasi dan
vegetasi. Analisis kebisingan dan view
mempengaruhi vegetasi dan pandangan
terbaik. Analisis sirkulasi mempengaruhi
penempatan gerbang masuk dan sirkulasi Parkiran umum untuk mobil bus
kendaraan dan manusia. terdapat di sisi depan kiri bangunan
4.1.3. Pencapaian utama. Area ini berdekatan dengan
gerbang keluar untuk mempermudah
sirkulasi keluar. Penataan parkir bus ini
menggunakan pola 45o dari arah jalan
masuk parkir.

Pencapaian masuk dan keluar site


menggunakan mobil pribadi, mobil bus,
sepeda motor dan kendaraan servis atau
berjalan kaki dapat melalui arah utara site, Parkiran umum untuk sepeda
yaitu jalan yang mengarah langsung ke motor terdapat di sisi depan kanan
Jalan Parangtritis melalui gerbang masuk bangunan utama. Area ini berdekatan
dan keluar. dengan gerbang masuk untuk
mempermudah jangkauan. Penataan
parkir sepeda motor ini menggunakan
pola 90o dari arah jalan masuk parkir.
gerbang masuk servis dengan row 5
meter namun dapat terintegrasi juga
dengan sirkulasi utama.
Untuk sirkulasi pejalan kaki (panah
hijau) juga dibuat mengikuti sirkulasi
utama dengan menggunakan pedestrian
dipinggir sirkulasi jalan utama. Sebagian
Parkiran khusus (pengelola) untuk pedestrian yang bersinggungan langsung
mobil pribadi terdapat di sisi kiri bangunan dengan parkir dan bangunan dibuat atap
utama. Area ini terintegrasi langsung peneduh.
dengan kantor museum. Penataan parkir
ini menggunakan pola 90o dari arah jalan
masuk parkir.

Untuk sirkulsi di taman atau roof


dag dibuat bebas (linear dan radial)
dikarenakan mempertimbangkan area luar
untuk bermain layang-layang (panah
hijau)
Parkiran khusus (pengelola) untuk
4.1.6. Tata Hijau
mobil servis terdapat di sisi kanan
Di sekeliling bangunan dan site
bangunan utama. Area ini terintegrasi
dimanfaatkan tanaman pohon sedang
langsung dengan loading dock, area
seperti kaca piring, akasia, tabebuya,
mekanikal elektrikal dan plumbing.
pohon pangkas, dan cemara nolfox. Untuk
Penataan parkir ini menggunakan pola 90o
area parkir ditanam pohon sedang yaitu
dari arah jalan masuk parkir.
bunga kupu-kupu. Adapun sebagai fungsi
Parkiran khusus untuk penginapan
pengarah sirkulasi ditanam pohon palem
terdapat di depan penginapan atau sisi
dan kiara payung, serta tanaman perdu
kanan bangunan utama. Area ini
yang berfungsi sebagai pagar hijau
terintegrasi langsung dengan bangunan
bangunan.
penginapan. Penataan parkir ini
o Untuk menyesuaikan kondisi tepi
menggunakan pola 90 dari arah jalan
pantai, maka pada daerah yang
masuk parkir.
berdekatan dengan tepi pantai ditanam
4.1.5. Sirkulasi
pohon cemara angin, pohon kelapa dan
ketapang kencana sebagai pemecah
angin namun juga tidak mengganggu
aktivitas menerbangkan layang-layang.

Sirkulasi kendaraan (panah merah)


akan dibuat satu arah dengan row 8 meter
untuk sirkulasi utama dan row 5 meter
untuk sirkulasi parkir agar tidak terjadi 4.2. Hasil Rancangan Bangunan
crowded atau kepadatan. Alur sirkulasi 4.2.1. Bentuk Bangunan
dibuat memutar satu arah dari gerbang
masuk melalui jalan utama ke main
entrance lalu menuju parkir dan atau
gerbang keluar untuk pengunjung umum
dan penginapan.
Sedangkan untuk kendaraan
service (panah biru) memiliki sirkulasi
yang berbeda yaitu keluar masuk melalui
tersebut terdapat jendela kecil yang
difungsikan sebagai akses sorotan
proyektor menuju layar besar didepan.
4.3.2. Ruang Pameran

Display pameran akan tertata


Bentuk dasar bangunan utama sepanjang lorong atau ruangan panjang
diadopsi oleh salah satu bentuk layang- yang terarah berdasarkan diorama dan
layang modern yaitu layang-layang koleksi yang sesuai temanya masing-
kendali atau stunt kite yang mempunyai masing. Ada beberapa jenis display,
bentuk khas segitiga pada kepalanya dan diantaranya display rak rendah, rak tinggi,
biasanya memiliki beberapa ekor panjang. bingkai, display gantung, dan display free
4.3. Hasil Rancang Interior standing.
4.3.1. Auditorium 4.4. Gambar Lain
4.4.1. Site Plan

4.4.2. Maket

Auditorium memiliki penataan


sesuai standard perhitungan kenyamanan
tribun teater. Kapasitas tempat duduk
yaitu 64 orang dengan 8 tingkat. Akses
tangga menuju tempat duduk terdapat di
sebelah kanan dan kiri, hal ini dilakukan
agar pandangan terbaik dari sofa menuju
layar utama dapat terwujud.
Di area belakang terdapat ruang
audio visual dan ruang kontrol. Di ruangan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Jumlah Pengunjung Museum Dharma, Agus, Teori Arsitektur 2.


di Indonesia, Debbudpar, 2009 Penerbit Gunadarma, Jakarta,
Anonim, Penyusunan Rencana 1998
Strategis Pengembangan Dharma, Agus, Teori Arsitektur 3.
Ekonomi Lokal (PEL) Kabupaten Penerbit Gunadarma, Jakarta,
Bantul 2007, Bappeda Kabupaten 1998
Bantul, 2007 Puspoyo W, Endang, Layang-layang
Anonim, Draft Perubahan Rencana Tradisional Indonesia, Jakarta
Pembangunan Jangka Panjang Hakim Rustam, Unsur Perancangan
Kabupaten Bantul Tahun 2006- Dalam Arsitektur Lansekap,
2025, Bappeda Kabupaten Bantul, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta:
2010 1991.
Anonim, Rencana Tata Ruang Wilayah Jolanda, Meydian, Estetika Bentuk,
Kabupaten Bantul Tahun 2010- Penerbit Gunadarma, Jakarta: 1999
2029, Perda Kabupaten Bantul, Lestari, Garnisia Dkk, Galeri Tanaman
2010 Hias Lanskap, Penerbit Penebar
Ching, Francis D.K. Arsitektur : Bentuk, Swadaya, Jakarta : 2011
Ruang & Susunannya, Erlangga, Digital Books Universitas Gunadarma
Jakarta, 1985 tingkat 2
Ching, Francis D.K. Ilustrasi Konstruksi Digital Books Universitas Gunadarma
Bangunan, Penerbit Erlangga, tingkat 3
Jakarta, 2003 www.UniversitasGunadarma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai