Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN IKONIK

Design in Architecture by Broadbent


AR2211 TEORI DESAIN ARSITEKTUR

oleh :
Kelompok 6
Estu Putri Sejati

15213029

Cindy Mathilda

15213033

Syifa Khoirunissa

15213043

Safira

15213045

Diah Fitria A

15213059

Dini Aghnia

15213057

Eunike Elizabeth S

15213079

Ike Larasayu

15213085

Gabby Utchka

15213103

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6


A. Latar Belakang Munculnya Pendekatan Ikonik
Terdapat 4 kategori pendekatan dalam merancang, yaitu:
1. Pendekatan Pragmatik
2. Pendekatan Analogi
3. Pendekatan Ikonik
4. Pendekatan Kanonik
Kategori yang akan dibahas disini difokuskan pada kategori pendekatan ikonik.
Bentuk bangunan dalam suatu tempat biasanya hadir secara terus-menerus dalam rentang waktu yang
sangat lama, dan tidak jarang hadir pula diberbagai daerah dan bahkan sangat berjauhan. Peniruan yang
berulang-ulang pada akhirnya akan mengakibatkan terbentuknya image dalam masyarakat yang
bersangkutan bahwa bentukan tersebut adalah bentukan yang ideal bagi mereka yang perlu
dipertahankan, sehingga terbentuklah tipologi-tipologi bangunan. Dari latar belakang tersebut dapat
didefinisikan bahwa pendekatan ikonik dalam mendesain adalah mendesain dengan cara mengacu (
meniru) bentukan yang telah ada sebelumnya yang dianggap ideal dan perlu di pertahankan

B. Perbedaan Antara Pendekatan Ikonik dan Arsitektur Ikonik


Pendekatan ikonik biasanya akan lebih memiliki keterkaitan dengan masyarakat, karena masyarakat
sudah kenal dan merasa dekat dengan tampilan dari bangunan tersebut. Sedangkan arsitektur ikonik
biasanya akan menjadi penanda atau ciri khas dari suatu tempat atau daerah karena tampilannya. Namun
sering kali bangunan ikonik malah kehilangan relasi dengan lingkungan sekitarnya atau masyarakat
yang menggunakannya, jadi bangunan tersebut hanya bagus dilihat sendiri.(terkesan egois)
Contoh arsitektur ikonik yang dianggap kurang menyatu dengan lingkungan sekitarnya :

Gambar 1. (Kiri) Central Library, Seattle, USA Rem Koolhaas and Joshua Prince-Ramus.
Gambar 2. (Kanan) Der Neue Zollhof, Dsseldorf, Germany Frank Gehry

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6

Mengutip dari Frank Gehry sendiri tentang arsitektur ikonik yang sering dianggap kurang menyatu
dengan lingkungan sekitarnya:
"There is a backlash, against me and everyone who has done buildings that have movement and
feeling", that is "self-righteous" and "annoying The notion is that it is counterproductive to social
responsibility and sustainability. Therefore, curving the wall or doing something so-called wilful is
wrong and so there is a tendency back to bland."
Namun ada juga arsitektur ikonik yang dapat dimanfaatkan dan menyatu dengan lngkungan sekitarnya
dengan baik, contohnya:

Gambar 3. Sydney Opera House, Sydney, Australia Jorn Utzon

C. Identitas
Identitas adalah hal-hal yang terus menerus ada di masyarakat, yang kemudian menjadi sebuah tipologi
dan memiliki keterkaitan dengan pendekatan desain ikonik.
Identitas terbagi menjadi 3 tipe, diantaranya :
1. Identitas etnik-langgam ; berkaitan dengan karakter desain arsitektur yang telah menjadi ciri khas
suatu etnik/suku bangsa tertentu. Misalnya joglo pada bangunan Jawa, tatanan spasial pada
arsitektur bali.

Setiap kali kita memasuki rumah Joglo sebagai rumah adat Jawa, kita bukan sekedar memasuki
sebuah gedung melainkan sebuah alam pikiran atau pandangan hidup (world view) tertentu. Bagi
orang Jawa, rumah bukan hanya tempat tinggal secara fisik (house) melainkan tempat di mana jiwa
2

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6


menemukan tempat berdiam (home). Dengan kata lain, bagi orang Jawa, rumah berfungsi baik
fisikal maupun spititual. Sebuah fungsi yang kian terkikis dalam arsitektur modern yang lebih
memandang rumah dari fungsi fungsi fisiknya daripada spiritual.

Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru, yaitu empat tiang
utama penyangga struktur bangunan, serta tumpang sari berupa susunan balok yang disangga oleh
soko guru teresebut. Empat tiang utama saka guru itu berada di pusat rumah, sebagai center of
universe dari kosmologi orang Jawa. Pada pusat tersebut, bangunan rumah kemudian melebar
dengan menambah tiang-tiang lain di sekitarnya, baik di kanan, kiri, depan maupun belakang,
hingga membentuk sebuah rumah.

Rumah Joglo dibagi ke dalam tiga bagian/ruang. Pendapa merupakan ruangan pertemuan di mana
tuan rumah menemui para tamu. Pendopo tidak mempunyai dinding atau terbuka, yang artinya
orang Jawa ingin bersikap ramah kepada orang lain. Umumnya, pendopo hanya diberi tikar, tanpa
meja dan kursi. Tujuannya agar tidak ada batas yang tegas antara tuan rumah dan para tamunya
karena bisa berbincang dengan rukun dan akrab.

Kemudian ruang Pringgitan. Terletak di tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan
pertunjukan wayang kulit. Secara konseptual, makna pringgitan di mana sosok guru berdiri, adalah
ruang yang melambangkan pemilik rumah sebagai simbol atau bayang-bayang dari Dewi Sri (dewi
padi) yang memberi kehidupan kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan (Hidayatun, 1999:39).
Menurut Rahmanu Widayat (2004: 5), pringgitan adalah ruang antara pendhapa dan dalem (omah
jero) sebagai tempat untuk pertunjukan wayang (ringgit), pertunjukan wayang yang berhubungan
dengan titual ruwatan untuk anak sukerta (anak yang menjadi mangsa Bathara Kala, dewa raksasa
yang maha hebat).

Bagian terakhir adalah omah jero, yaitu ruang belakang atau dalem sebagai ruang keluarga. Ruang
ini memiliki beberapa bagian, yaitu ruang keluarga dan beberapa kamar atau yang disebut senthong.
Dulu, kamar atau senthong hanya dibuat tiga kamar saja, yaitu kamar pertama untuk tidur atau
istirahat laki-laki, kedua kamar kosong namun tetap diisi tempat tidur atau amben lengkap dengan
perlengkapan tidur untuk tamu dan kebutuahn lain, dan yang ketiga diperuntukkan tempat tidur atau
istirahat bagi kaum perempuan.

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6

Gambar 4. Identitas etnik-langgam

2. Identitas keagamaan ; berkaitan dengan karakter desain arsitektur yang telah menjadi
ciri khas suatu kelompok agama tertentu. Misalnya kubah pada masjd, salib pada gereja,
dan stupa pada vihara. Contohnya adalah Masjid salman ITB, menggunakan
pendekatan ikonik, dan identitas keagamaan, yaitu terdapatnya menara di dekat gedung
masjid, meskipun di masjid ini terlihat tidak terdapat kubah.

Walaupun arsitektur keagamaan tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia, seni


arsitektur ini berkembang pesat di Pulau Jawa. Pengaruh sinkretisasi (penyerasian
antara dua aliran agama) agama di Jawa meluas sampai ke dalam arsitektur, sehingga
menghasilkan gaya-gaya arsitektur yang berkhas Jawa untuk bangunan-bangunan
ibadah agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.

Gambar 5. (Kiri) Menara


pada masjid Salman.
Gambar 6. (Kanan) salib
pada atap gereja Katedral

3. Identitas fungsi ; berkaitan dengan fungsi kegiatan utama bangunan. Misalnya bentuk
donat pada perusahaan donat, perulangan bentuk kamar pada bangunan hotel. Bentukbentuk etalase pada pusat perbelanjaan.

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6

Identitas fungsi bisa diwujudkan pada beberapa bangunan yang memiliki fungsi khas
yang mudah dikenali orang. Identitas tersebut bisa dilihat pada:
a. Identitas Tempat Kos/ Hotel/Penginapan
Pada tempat penginapan dengan kapasitas yang cukup besar maka terdapat
perulangan ruang yang terwujud dalam bentuk luar atau fasad bangunan. Pada fasad
bangunan juga terdapat repetisi bukaan dengan irama tertentu sebagai respon dari
fungsi ruang pada bangunan. Repetisi ini bersifat sangat fungsional. Namun
terdapat perbedaan antara tempat kos dengan hotel dikarenakan kapasitas yang
berbeda. Hotel cenderung lebih tinggi dengan repetisi yang konsisten.

Gambar 7. Tempat Hunian Sewa

b. Identitas Toko
Identitas yang terlihat dari toko adalah banyaknya bukaan. Bukaan ini bisa dilapisi
oleh kaca transparan maupun tidak dilapisi apapun. Bukaan ini berfungsi menarik
pengunjung untuk berkunjung ke dalam toko, dan memperlihatkan apa yang dijual
dalam toko. Sehingga pengunjung tidak ragu-ragu untuk mengunjungi toko
tersebut.

Gambar 8. Bukaan pada pertokoan

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6


c. Identitas Arsitektur Tropis
Identitas ini terbentuk dikarenakan berkembangnya bangunan yang merespon iklim tropis,
sehingga bangunan dengan tipe-tipe tersebut berkembang dan menjadi identitas pada
daerah beriklim tropis. Beberapa identitas yang dapat terlihat adalah :
1) Atap miring dengan teritisan lebar dengan fungsi untuk melindungi dari radiasi sinar
matahari dengan membuat shade dan shadow, serta untuk menanggapi curah hujan
yang tinggi pada daerah tropis
2) Banyak Bukaan yang berfungsi untuk mengalirkan udara di dalam bangunan sehingga
terwujud sirkulasi udara yang baik.
3) Dinding Tipis, hal ini dikarenakan perubahan cuaca yang tidak ekstrem, maka dinding
dibuat tipis, sehingga iklim diluar bangunan mempengaruhi iklim didalam bangunan.
Pada daerah tropis tidak perlu membuat iklim mikro dalam bangunan dengan membuat
dinding yang tebal, karena perubahan cuaca pada daerah tropis tidak terlalu ekstrem.

D. Contoh Pendekatan Ikonik


1. Lever House, New York karya Gordon Bunshaft
Pendekatan ikonik adalah mendesain dengan cara mengacu (meniru) bentukan yang telah ada
sebelumnya yang dianggap ideal dan perlu di pertahankan. Lever House merupakan bentukan
ideal pertama untuk perkantoran yang kemudian menjadi patokan untuk desain perkantoran
saat ini. Bangunan ini merupakan bangunan perkantoran kaca pertama didunia.

Gambar 9. Lever House di New York.

2. The Shard, London


The Shard merupakan bangunan tertinggi di Eropa yang terletak di Inggris. The Shard
diresmikan sebagai bangunan tertinggi di Eropa pada tanggal 5 Juli 2012 dengan pertunjukan
6

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6


laser di London, Inggris. Bangunan ini setinggi 1.016 kaki atau 310 meter dan didanai oleh
Qatar National Bank. Menara gedung The Shard dirancang oleh Renzo Piano menghabiskan
biaya sekitar 1,5 miliar poundsterling atau Rp 21,9 triliun.

Letak The Shard di Southwark, London yang tak jauh dari jembatan terkenal London Bridge
tersebut unggul sekitar 8 meter dari pemegang rekor sebelumnya, City of Capitals, yang berada
di Moskow, Rusia. Bila dibandingkan dengan gedung tertinggi di dunia hanya sepertiga
pencakar langit di Dubai, Uni Emirat Arab, yang menjulang hingga 829,84 meter tersebut.

Setelah selesai dibangun, The Shard akan dijadikan tempat untuk kantor, rumah, apartemen
mewah, toko, restoran dan hotel Shangri-La dan sebuah kompleks bangunan dengan London
South Bank.
Bangunan ini meruncing di bagian atas. Konstruksi sekitar 12 tahun. The Shard melambangkan
gunung es yang menyeruak dari Sungai Thames. Bukan hanya bangunan yang menjulang, biaya
masuk untuk menikmati Shard yang dipatok harga. Pengunjung harus merogoh kantong sebesar
Rp 1 juta per empat orang selama 30 detik pertama untuk dapat masuk di The Shard.

The Shard terdiri 95 lantai menawarkan pemandangan sejauh 40 mil ke seluruh kota London.
Gedung ini dinilai ramah lingkungan. Baja yang digunakan untuk proses konstruksi, 20 persen
merupakan bahan daur ulang, sementara 95 persen limbah yang dihasilkan selama konstruksi
juga didaur ulang.

Selain itu, ada taman langit (sky garden) di setiap lantai yang menawarkan ventilasi alami dan
meningkatkan kualitas udara. Bagi masyarakat yang ingin menikmati pemandangan kota dari
The Shard, harus memesan tiket melalui situs The View From The Shard. Puncak menara
seperti bentuk menara tambahan yang positif untuk langit London, mengingat menara gereja
ditampilkan dalam ukiran bersejarah kota, dan percaya bahwa kehadirannya akan jauh lebih
halus daripada penentang proyek diduga. Ia mengusulkan penggunaan kaca, dengan fasad
ekspresif panel kaca miring dimaksudkan untuk memantulkan sinar matahari dan langit di atas,
sehingga penampilan bangunan akan berubah sesuai dengan cuaca dan musim. Bangunan ini
memiliki 11.000 panel kaca.

AR2211| Pendektan Ikonik | Kelompok 6

Gambar 10. The Shard

Anda mungkin juga menyukai