Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi dimaknai sebagai kemunculan budaya hibrid yang bersumber dan didominasi budaya luar mengakibatkan krisis budaya lokal
dan nasional. Budaya hibrid juga mengakibatkan lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal. Padahal identitas nasional dan lokal
tersebut sangat krusial bagi integrasi sosial, kultural dan politik masyarakat negara dan bangsa ( Azyumardi Azra 2006 : 150-151).
Lenyapnya identitas nasional dan budaya lokal memberikan dampak negatif terhadap masyarakat Pekanbaru khususnya generasi muda yaitu
kurangnya pengetahuan akan budaya lokal. Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan, apabila generasi muda yang merupakan
generasi penerus bangsa tidak memiliki sikap nasionalisme yang tinggi pada dirinya dan juga kebanggaan akan bangsa dan negaranya.
Perkembangan secara geografis, Riau merupakan daerah yang terbuka terhadap berbagai pengaruh dan menjadi tempat perhimpunan
potensi bermacam-macam kesenian, salah satunya ialah seni mozaik. Soemarjadi, dkk (Lolita Indraswari, 2012: 4) mengatakan bahwa
mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Seni mozaik adalah salah satu seni yang
cukup dikenali oleh masyarakat Riau khususnya masyarakat Pekanbaru, hal itu dikarenakan banyaknya aplikasi seni ini di berbagai bidang
salah satunya ialah arsitektur.
Rendahnya jumlah lembaga seni budaya di kota Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan tidak adanya
pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian daerah dan lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per
10.000 penduduk menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni budaya dalam setiap 10.000 penduduk (sumber dinas
pariwisata). Perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah
lembaga budaya. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih dalam seni budayan ditambah sedikitnya sarana dan
prasana pertunjukan kesenian yang tersedia. Juga kurangnya acara kesenian dan budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
secara langsung atau prakarsa masyarakat secara tidak langsung, yang akan memotivasi munculnya group-group kesenian yang baru.
( RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017).

1
Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2014-2019 adalah terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera,
berbudaya melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja serta pemantapan aparatur. Sedangkan visi
Riau Tahun 2020 adalah "Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam lingkungan
masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020". (RPJMD, 2014). Upaya untuk mewujudkan visi
Riau tersebut adalah dengan melaksanakan "Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Riau" di mana ada dua strategi penting
dalam pelestarian nilai-nilai budaya Melayu, yaitu strategi melestarikan nilai-nilai budaya Melayu dan mengembangkan sarana dan prasarana
seni dan budaya.
Dalam instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 5A/1993 tanggal 27 februari 1993 tentang pembentukan dewan kesenian di
seluruh propinsi se-Indonesia disebutkan bahwa setiap pemerintah propinsi yang telah membentuk dewan kesenian agar membangun gedung
kesenian dengan APBD yang pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing
Untuk itu perlu adanya sebuah wadah yang mampu menampung kreatifitas masyarakat yang dimiliki agar terarah ke hal-hal yang positif
dan tidak terjerumus ke hal-hal negatif dari lingkungan sekitarnya. Kreatifitas yang dimiliki masyarakat pada umumnya tidak hanya terlihat
pada segi kognitif seperti prestasi-prestasi dibidang ilmu pengetahuan alam dan terapan, tapi juga pada segi afektif yang sangat erat dengan
optimalisasi penggunaan otak kanan, contohnya kegiatan-kegiatan seni. Karena itu dengan adanya suatu wadah yang memadai dengan
fasilitas yang lengkap, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan bakat serta mendorong minat masyarakat terutama para remaja dalam
bidang seni dan budaya. Untuk itu sebagai solusi nyata untuk sarana pusat seni khususnya seni mozaik, pusat penyebaran informasi akan
budaya lokal serta pengembangan dan pelatihan minat bakat maka dibutuhkan Mosaic art center.
Mosaic art center adalah sebuah gedung pusat seni mozaik Pekanbaru yang mana tujuan dari perancangan gedung ini adalah sebagai
pusat kegiatan dan penyaluran bakat dan minat masyarakat terhadap seni khususnya seni mozaik. Untuk itu Mosaic art center ini diharapkan
mampu menjadi tempat masyarakat pekanbaru untuk meningkatkan dan mengembangkan minat bakat seni mozaik dan satu upaya dalam
menumbuhkan kembali identitas nasional dan budaya lokal melalui seni mozaik.

2
Mosaic art center ini direncanakan dan dirancang dengan menggunakan tema arsitektur futuristik melayu. Alasan pemilihan tema
arsitektur futuristik melayu untuk mengikuti perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan budaya lokal dalam segi arsitektur, hal ini
sesuai dengan pepatah melayu Takkan melayu hilang dibumi.
1.2 Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas Mosaic Art Center yang dapat mendukung masyarakat Pekanbaru dalam segi edukasi,
produksi, promosi, dan rekreasi?
2. Bagaimana ketentuan-ketentuan dari bangunan arsitektur futuristik dan arsitektur melayu dalam memenuhi perencanaan dan perancangan
Mosaic Art Center ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, tujuan dari laporan pra-rancangan ini adalah:
1. Merencanakan dan merancang fasilitas Mosaic Art Center yang dapat mendukung masyarakat Pekanbaru dalam segi edukasi, produksi,
promosi, dan rekreasi
2. Menyebutkan ketentuan-ketentuan bangunan arsitektur futuristik dan arsitektur melayu dalam memenuhi perencanaan dan perancangan
bangunan Mosaic Art Center.
1.4 Ruang Lingkup Dan Batasan
Berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, maka penulis membuat lingkup dan batasan yang menjadi dasar penulis dalam proses
perencanaan dan perancangan Mosaic Art Center Pekanbaru. Lingkup dan batasan tersebut yaitu
1.4.1 Lingkup
Kajian ini membahas Mosaic Art Center sebagai wadah masyarakat Pekanbaru sebagai tempat edukasi, produksi, promosi dan
rekreasi. Selain itu kajian ini juga membahas mengenai arsitektur futuristik dan arsitektur melayu dalam kaitannya dengan perancangan
Mosaic Art Center.

3
1.4.2 Batasan
Lingkup wilayah daerah perencanaan dan perancangan Mosaic Art Center Pekanbaru sebagai wadah masyarakat Pekanbaru dalam
kegiatan mengembangkan minat dan bakat serta menumbuhkan kembali budaya lokal melalui seni mozaik. Selain itu kajian ini juga
membahas mengenai arsitektur futuristik dan melayu Riau(rumah melayu kajang) dalam kaitannya dengan perancangan arsitektur yang
berada di Propinsi Riau, kota Pekanbaru .

4
1.5 Alur Kerangka Berfikir

Mosaic Art Center dengan pendekatan


arsitektur futuristik melayu

Latar Belakang

Ruang Lingkup dan


Permasalahan Tujuan
Batasan

Pengumpulan Data
FEEDBACK
Analisa Tapak dan
Kebutuhan Ruang

Konsep( Konsep tapak,


Tema Perancangan Fungsi Perancangan
Konsep perancangan)

Menerapkan pada desain

Hasil Desain

5
1.6 Sistematika Penulisan
Pada laporan Pra-Rancangan dengan judul Mosaic Art Center Pekanbaru menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Berisi mengenai pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi pemilihan judul, permasalahan, tujuan, lingkup dan batasan, alur
kerangka berfikir dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian mengenai gambaran umum Mosaic Art Center, pengertian Art Ceter, fungsi Art Center, gambaran umum seni
mozaik, serta pembahasan yang berkaitan dengan arsitektur futuristik dan melayu.
BAB III: ANALISA TAPAK DAN KEBUTUHAN RUANG
Pada bab ini, berisi mengenai lokasi perancangan, analisa tapak, kebutuhan ruang pada Mosaic Art Center Pekanbaru.
BAB IV: SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, berisi simpulan dan saran dalam perancangan Mosaic Art Center Pekanbaru

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Fungsi
2.1.1 Pengertian Pusat Seni Mozaik
Pusat adalah pokok pangkal (berbagai urusan, hal dan sebagainya). Tempat yang memiliki aktivitas tinggi yang dapat menarik dari
daerah sekitar (Poerdarminto,W.J.S : 2003). Sehingga dapat diartikan bahwa pusat adalah pokok pangkal yang menjadi acuan atau fokus
perhatian yang memiliki aktivitas dalam segala hal, juga dapat menarik perhatian daerah sekitar.
Seni adalah Memproduksi pengaturan bunyi, warna, bentuk, atau unsur-unsur lainnya yang serasi dipengaruhi oleh segi keindahan
atau estetika.
Sumanto (2005: 87-88) mengatakan bahwa mozaik adalah suatu cara membuat kreasi gambar/lukisan atau hiasan yang dilakukan
dengan cara menempelkan/merekatkan potongan-potongan atau bahan tertentu yang berukuran kecil-kecil. Karakteristik karya mozaik yang
berwujud dua dimensi atau tiga dimensi terletak pada keindahan Teserae (bahan ukuran kecil-kecil) yang dapat menghasilkan kesan
bentuk gambar dan hiasan secara artistik. Setiap teserae yang ditempelkan haruslah menutup rapat permukaan bidang dasaran agar dapat
menampilkan karakteristik yang merupakan keunikan dari karya mozaik tersebut.
Soemarjadi, dkk (Lolita Indraswari, 2012: 4) mengungkapkan bahwa mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di
atas permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempenganlempengan, kubus-kubus kecil, potongan-
potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya
dapat saja bervariasi. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terbuat dari elemen-elemen yang tersusun sedemikian rupa sehingga
membentuk gambar atau desain.
Definisi mozaik dapat diuraikan pengertiannya, yaitu pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material
atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun

7
dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda tersebut antara lain kepingan pecahan keramik, potongan
kaca, potongan kertas, potongan daun, dan potongan kayu namun dalam sebuah tema gambar menggunakan satu jenis material yang
kemudian disusun sesuai dengan pola yang diinginkan dengan cara ditempel. Susunan atau potongan harus sesuai dengan bentuk tema yang
diinginkan. Untuk membuat garis kontur yang membatasi ruangan (bidang) tidak menggunakan pewarna dioleskan, tetapi menggunakan
tempelan-tempelan yang berbeda warna.
Dari uraian diatas, pusat seni mozaik adalah Tempat yang memiliki aktivitas tinggi yang dapat menarik dari daerah sekitar yang mana
dalam kegiatan itu menciptakan kreasi gambar/lukisan atau hiasan yang dilakukan dengan cara menempelkan/merekatkan potongan-
potongan atau bahan tertentu yang berukuran kecil-kecil yang dipengaruhi segi keindahan.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Pusat Seni Mozaik
Dalam perkembangan ditengah pesatnya kemajuan di berbagai aspek kehidupan, keindahan tidak lagi menjadi tujuan yang paling
penting dalam berkesenian. Sedangkan The Liang Gie berpendapat bahwa jenis nilai yang melekat pada seni mencakup: 1) nilai keindahan,
2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan.
Fungsi seni serta tujuan seni mozaik bisa dibagi menjadi :
a. Fungsi Edukasi
Seni sebagai media pendidikan dapat dilihat dalam seni mozaik, misalkan membuat mozaik karena didalamnya terdapat
kerjasama, atau pun ada nilai pendidikannya karena seni mozaik tersebut terdapat nilai sosial, kerjasama dan disiplin. karya
seni yang sering digunakan untuk pelajaran/pendidikan seperti : gambar ilustrasi yang diciptakan melalui seni mozaik dsb.
b. Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti, kritik sosial, gagasan, kebijakan dan memperkenalkan produk kepada
masyarakat, bisa dilihat dalam pembuatan mozaik baik itu gambar, desain maupun cerita.
c. Fungsi Rekreasi/Hiburan

8
Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan yang khusus pertunjukan untuk berekspresi
ataupun hiburan.
d. Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial (seni yang tidak bisa
dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya).
2.2 Klasifikasi Seni Mosaik
2.2.1 Sejarah Seni Mozaik
Awal Mozaik dibuat kira-kira 3000 th SM , oleh bangsa Sumeria di Mesopotamia lama , kawasan iyang sekarang ini masuk wilauah
Irak . Pada zaman itu Mozaik dibuat dengan mengatur lempengan tanah liat berwarna yang dilengketkan ke dinding , sehingga terbentuk
pola gambar yang diinginkan . Setelah itu bangsa Mesir menggunakan pecahan material keras atau batuan berwarna warni untuk menghias
dinding dan perabotan atau barang-barang lain supaya tampil lebih indah dan banyak juga yang menggunakan aneka warna batu-batu
permata sebagai material Mozaik. Bangsa Yunani adalah yang pertama menggunakan aneka warna batu alam atau kerikil yang dijadikan
gambar Mozaik dengan tujuan memperoleh gambar dengan warna alami yang permanen. Sementara orang romawi mengembangkan teknik
pembuatan Mozaik dengan membuat standarisasi bentuk kepingan Mozaik , yaitu berbentuk kotak atau kubus dengan ukuran kecil-kecil
kurang dari 2cmx2cm . Mereka juga menggunakan tanah liat bakar / keramik dan kaca yang digabungkan pada gambar di point-point
tertentu untuk memperoleh efek khusus.
Orang Romawi juga telah menggunakan semen dan mortar sebagai bahan perekat dan pengisi spasi , sehingga gambar Mozaik lebih
tahan lama dibandingkan dengan perekat sebelumnya. Hasilnya, kita dapat menemukan Mozaik hiasan lantai dan dinding pada bangunan
bangunan kuno di seluruh negeri yang merupakan bagian dari kekaisaran Romawi . Gaya dan corak luar biasa dari motif-motif Mozaik
zaman itu dapat dilihat mulai dari hiasan taman yang sederhana namun indah, sampai ke lukisan-lukisan Mozaik yang rumit pembuatannya .
Perkembangan Agama Kristen juga mempengaruhi corak-corak gambar Mozaik tetapi dalam hal teknik dan warna-warna yang digunakan
masih tetap sama sampai ke era Byzantium .

9
Kira-kira tahun 530 M, adalah zaman yang kaya akan inovasi dalam sejarah Mozaik . Ini bisa dilihat didalam gereja-gereja zaman
Byzantium yang banyak dihiasi karya Mozaik yang sangat indah dengan kreasi yang mengagumkan . Pada zaman itu , Bizantium
merupakan pertemuan perdagangan timur dan barat . Hal ini ternyata mempengaruhi corak gambar Mozaik zaman itu , seperti pengaruh
Mesir dimana selalu menampilkan gambar mata yang lebar .
Pada zaman kepingan kaca merupakan komponen utama Mozaik . Untuk memperoleh penampilan efek kaca yang lebih variatif, kaca
tersebut dibakar dengan membubuhkan Oksida Metal , Tembaga , Besi , Emas dan Perak . Sehingga terjadilah warna-warni kepingan yang
unik dan ini menjadikan bertambah indahnya motif gambar Mozaik .
Trapisi Mozaik gaya Bizantium ini diteruskan dan dipertahankan di sekolah Mozaik di Venesia sejak tahun 979 sampai mengalami
puncaknya pada abad ke XIII di Constantinopel sebagai pusat Kristen Ortodox .Pada abad ke XVI , Mozaik meniru detail gambar cat yang
menggunakan kuas , contohnya dapat dilihat di BASILICA SANTO PETRUS di Roma dan LUKISAN Mozaik yang menyerupai detailnya
lukisan cat ini , terus berlangsung populair sampai awal abad ke XX .
Mozaik terus berkembang bebas sebagai permulaan modernisasi . Eksponen terbaik Mozaik yang pernah dikenal adalah pada era
ANTONIO GAUDI ( 1852 1926 ). Ia menutup seluruh bagian luar bangunannya , yang rata maupun yang tidak rata dengan motif Mozaik
yang tersusun dari pecahan keramik yang tidak beraturan bentuknya dengan warna-warni yang bervariasi .
Tetapi sejarah Mozaik tidak terbatas hanya di Eropa barat saja , Jauh disana di Amerika , lama sebelum orang Eropa menjajah
Amerika , Bangsa AZTEC dan Bangsa MAYA telah mengembangkan teknik Mozaik yang mana mereka tidak menggunakan Pattern yang
systematic seperti tradisi Eropa , tetapi hanya semata mata untuk menghias formasi 3 dimensi dan bahan-bahan yang digunakan adalah
bahan-bahan alami seperti Turquosis / Permata Biru dan karang .
Mozaik adalah komponen penting dalam seni Islam, dimana designnya sangat erat kaitannya dengan arsitektur tradisi Islam. Contoh
yang sangat indah dari Mozaik tradisi Islam dapat dilihat di Istana abad XIV dari ALHAMRA di Granada Spanyol .
Banyak Kebudayaan yang menggunakan Mozaik sebagai assesori gedung dan objek lainnya. Misalnya di Afrika , seringkali bangunan
dipaku dengan paku yang memiliki kepala pakunya dengan susunan manik-manik yang berwarna warni . Mozaik masih tetap diminati dan

10
terus dibuat oleh para pengrajin diseluruh dunia . Seiring dengan perkembangan zaman , maka motif-motif dan design gambarnya lebih
beragam , dengan hamparan ukuran gambar yang beragam pula .
Dahulu kerajinan Mozaik selalu menggunakan kepingan berbentuk bujur sangkar kecil-kecil dan motif gambar kebanyakan gambar
orang atau binatang dan jika Mozaik itu dibuat oleh kaum muslim , maka cenderung bermotif Kaligrafi atau corak-corak Islamic . Bahan
yang digunakan juga terpaku pada material keras, seperti Keramik , batu alam yang berwarna warni .
2.2.2 Bahan dan Peralatan Pembuatan Mosaik
Bahan dan peralatan membuat mozaik (Sumanto, 2005: 88-89) sebagai berikut:
a. Bahan
Bahan untuk berkreasi mozaik dapat memanfaatkan bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam jenisnya dapat menggunakan
biji-bijian kering misalnya kacang hijau, kulit kacang, padi, jagung dan lainnya sedangkan untuk bahan buatan jenisnya dapat
menggunakan aneka kertas berwarna, monte, manik-manik, dan lainnya. Jenis bahan buatan/alam yang masih berupa lembaran pada
waktu akan ditempelkan dipotong atau disobek menjadi ukuran kecil-kecil. Bentuk potongannya bisa beraturan atau bebas sesuai
kreasi yang dibuat. Misalnyaberbagai macam bentuk bangun, antara lain dapat berupa bangun bujur sangkar,segitiga, lingkaran, empat
persegi dan sebagainya. Bidang dasarannya antara lain karton, kertas gambar, benda fungsional atau benda bekas yang akan dihias.
Semuanya tentu disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dipilih.
b. Peralatan
Peralatan kerja yang digunakan yaitu: gunting atau alat pemotong lainnya. Bahan pembantu yaitu lem/perekat untuk bahan
kertas atau jenis bahan yang lainnya. Misalnya lem glukol, takcol, dan castol. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pola gambar yang sudah disiapkan oleh guru, lem, gunting, pensil, lepek, potonganpotongan kertas dan biji-bijian seperti
biji jagung, kedelai, kacang hijau, dan kwaci.

11
2.2.3 Langkah Kerja Membuat Mosaik
Langkah-langkah kerja membuat mozaik (Sumanto, 2005: 89) sebagai berikut:
a. Persiapkan bahan, alat, bahan pembantu dan bidang dasaran atau benda yang akan dihias.
b. Pelaksanaan kerja yang meliputi: (1) membuat rencana gambar di atas bidang dasaran, (2) menempelkan teserae di atas rencana
gambar sampai menutup dengan rapat keseluruhan rencana gambar, dan (3) penyelesaian yaitu dengan merapikan bagian-bagian
hasil mozaik. Khusus untuk mozaik biji-bijian dan bahan alam penyelesaiannya dengan dicat atau diwarna.

Gambar 1. Seni Mozaik


Sumber http://thunder.gmedia.net.id/

2.3 Studi Banding


2.4 Kajian Tema
2.4.1 Pengertian Arsitektur Futuristik
Futuristik mempunyai arti yang bersifat mengarah atau menuju masa depan. Citra futuristik pada bangunan berarti citra yang
mengesankan bahwa bangunan itu berorientasi ke masa depan atau citra bahwa bangunan itu selalu mengikuti perkembangan zaman yang
ditunjukan melalui ekspresi bangunan.
Fleksibilitas dan kapabilitas bangunan adalah salah satu aspek futuristik bangunan. Fleksibilitas dan kapabilitas sendiri adalah
kemampuan bangunan untuk melayani dan mengikuti perkembangan tuntutan dan persyaratan pada bangunan itu sendiri. Sedangkan

12
kemampuan untuk melayani dan mengikuti perkembangan jaman hanya bisa wujudkan atau diimplementasikan dalam penampilan yang
matang.
Menurut Haines (1950) dan Chiara dkk (1980) criteria diatas adalah : bangunan itu dapat mengikuti dan menampung tuntutan
kegiatan yang senantiasa berkembang . Bangunan tersebut senantiasa dapat melayani perubahan perwadahan kegiatan, disini perlu
dipikirkan kelengkapan yang menunjang proses berlangsungnya kegiatan. Adanya kemungkinan penambahan ataupun perubahan tanpa
mengganggu bangunan yang ada dengan jalamperencanaan yang matang.
Futuristik sebagai core values atau nilai-nilai dasar BMW mengandung nilai-nilai yaitu: dinamis, estetis dan inovatif terutama dari
segi teknologi yang dipakai (dinamis, canggih, dan ramah lingkungan dengan mengadopsi bentuk-bentuk bebas yang tidak terikat oleh
bentuk-bentuk tertentu. Dalam futuristik juga perlu dipikirkan mengenai estimasi atau perkiraaan pengenalan penambahan ataupun
perubahan pada bangunan yang ada jalan perncanaan yang matang dengan mengadopsi bentuk-bentuk bebas yang tidak terikat oleh bentuk-
bentuk tertentu.
Dalam futuristik juga perlu dipikirkan mengenai estimasi atau perkiraan pengenalan akan bangunan futuristik dapat dilakukan
dengan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. Salah satu cara untuk memprediksi tentang arsitektur masa
depan adalah dengan mengikuti perkembangan arsitektur teknologi tinggi yang berkembang setalah tahun 1960-an dengan ciri-ciri :
1. Kebenaran struktur
2. Bentuk bebas cendrung yang berhubungan dengan alam
3. Proyeksi yang berupa hasil perhitungan menghasilkan sesuatu yang lebih baik
4. Pendekatan dengan penemuan hal-hal baru.

Futuristik adalah lambang perubahan, dinamis, dan menembus ruang tidak nampak. Dalam ilmu arsitektur, terminologi arsitektur
futuristik masih rancu atau belum dapat digolongkan ke dalam kriteria arsitektur modern, late modern maupun post modern. Late modern itu
sendiri adalah mengambil ide dan bentuk dari modern movement, yang ditampilkan secara ekstrim, berlebihan dan tidak natural. Imajinasi

13
tentang teknologi bangunan menggambarkan usaha untuk mencapai kesenangan dan keindahan semata, sedangkan post modern
menyelesaikan kemonotonan arsitektur modern dengan menggabungkan unsur-unsur modern dengan lainnya sehingga bersifat ganda.

2.4.2 Pedoman Perencanaan Berdasarkan Arsitektur Futuristik


Dengan melihat pengertian futuristik yang ada, maka diambil kesimpulan pedoman dalam perenanaan berdasarkan ungkapan
futuristik , yaitu :
1. Mempunyai konsep masa depan terutama sesuai dengan paradigma perkembangan arsitektur
2. Bentu yang didapat bukan bentuk bentuk tertentu saja, tetapi bebas yang dekonstruksi
3. Memanfaatkan kemajuan era teknologi melalui struktur dan konstruksi menggunakan struktur yang dekonstruktif
4. Memakai bahan-bahan pre-fabrikasi dan bahan-bahan baru, seperti kaca musim, maksudnya adalah bentuk yang tidak biasa diduga
sebelumnya, dinamis sebagai konsekuensi dari perubahan.
2.4.3 Studi Banding Pusat Seni dengan Arsitektur Futuristik
2.4.4 Pengertian Arsitektur Melayu
Rumah memiliki arti penting bagi orang melayu. Rumah bukan saja sebagai tempat tinggal dimana kegiatan kehidupan dilakukan
dengan sebaik-baiknya, tetapi juga menjadi lambang kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan tradisional melayu menyebutkan rumah
sebagai cahaya hidup dibumi, tempat beradat keturunan, tempat berlabuh kaum beradat, tempat singgah dagang lalu, hutang orang tua
kepada anak . Orang melayu juga mendambakan rumah kediaman yang baik dan sempurna, yaitu yang bangunan fisiknya memenuhi
ketentuan adat dan keperluan penghuninya, sedangkan dari sisi spiritualnya rumah itu dapat mendatangkan kebahagiaan, kenyamanan,
kedamaian, dan ketentraman. Bangunan tradisional melayu adalah suatu bangunan yang utuh, yang dapat dijadikan tempat kediaman
keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan, tempat berlindung siapa saja yang memerlukannya ( Al Mudra,2004).
Pada umumnya rumah melayu memiliki halaman yang luas dan ditumbuhi dengan pepohonan dan buah-buahan. Sirkulasi udara dan
cahaya matahari harus cukup memasuki setiap ruangan rumah, sehingga penghuni merasa segar dan nyaman. Berdasarkan iklim, maka

14
bentuk arsitektur melayu baik di darat maupun dekat sungai dan pantai pada dasarnya berkolong atau berpanggung dan bertiang tinggi.
Bentuk rumah panggung ini snagat berguna untuk penyelamatan dari banjir dan ancaman binatang buas, mengatasi kelembaban udara, dan
merupakan tempat kerja darurat serta menyimpan perkakas kerja.Selain itu, sebutan lain yang digunakan untuk rumah adalah berdasarkan
bentuk kecuraman dan variasi atap. Rumah dengan atap curam disebut rumah lipat pandan. Jika atapnya agak mendatar disebut rumah lipat
kajang , dan bila atapnya diberi tambahan pada bagianbawah ( kaki atap) dengan atap lain maka disebut atap layar atau rumah ampar labu.
2.4.5 Pedoman Perencanaan Berdasarkan Arsitektur Melayu
Rumah melayu kajang memiliki karakteristik tampilan visual yang sama dengan tradisional melayu pada umumnya yaitu rumah
berpanggung atau berkolong dan memiliki tiang-tiang tinggi, memiliki bukaan yang lebar sebagai sirkulasi udara dan masuknya cahaya
matahari disetiap ruang rumah serta memiliki ragam hias melayu pada beberapa bagian rumah sebagai penghias rumah.
Yang membedakan rumah melayu Kajang dengan rumah tradisional lainnya hanya pada bentuk atapnya yaitu bentuk atap yang
disebut atap kajang dikaitkan dengan fungsi kajang yakni sebagai tempat ber teduh dari hujan maupun panas. Hendaknya sikap hidup orang
melayu dapat pula menjadi naungan bagi keluarga dan masyarakat (Al Mudra, 2004).
Rumah Melayu kajang memiliki atap yang landai dan disebut sebagai atap lipat kajang (Tim Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi
Kebudayaan,1984). Atap lipat kajang biasanya tidak lebih dari 45o.
2.4.6 Studi Banding Pusat Seni dengan Arsitektur Melayu

15
BAB III
KEBUTUHAN RUANG DAN ANALISA TAPAK

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

17

Anda mungkin juga menyukai