I
Juni 2022
ABSTRAK
Kabupaten sambas adalah salah satu wilayah administrasi di provinsi Kalimantan barat yang
letaknya dekat dengan perbatasan RI-Malaysia, kebutuhan pelayanan public dan ruang publik di
sambas masih cenderung tidak terlalu lengkap salah satunya fasilitas public utuk pusat
Pendidikan, pengembangan dan kegiatan agama islam di daerah tersebut yang mayoritas
memeluk agama islam. Islamic Centre dibangun sebagai pusat aktivitas agama islam seperti
Pendidikan, pengembangan dan aktivitas ruang publik pada area tersebut. Arsitektur metafora
dipilih sebagai prinsip dalam mendesain karena bisa merefleksikan pesan dalam bentuk
arsitektur yang menggambarkan tentang area sekitar site.artsitektur metafora akan membuat
tema yang diangkat menjadi lebih terasa secara visual maupun suasana dalam kawasan Islamic
centre karena suatu pesan yang tersirat dalam visual akan lebih mudah ditangkap. Kawasan
diharapkan bisa menjadi pusat kegiatan masyarakat karena area diolah untuk kebutuhan
aktivitas indoor dan outdoor.
Kata kunci: Arsitektur Metafora, Islamic Centre, Kabupaten Sambas, Ruang Publik
ABSTRACT
Sambas Regency is one of the administrative areas in the province of West Kalimantan which is
located close to the RI-Malaysia border, the need for public services and public spaces in Sambas
still tends to be incomplete, one of which is public facilities for the center of education,
development and Islamic religious activities in the area. majority embraced Islam. The Islamic
Center was built as a center for Islamic religious activities such as education, development and
public space activities in the area. Metaphoric architecture was chosen as a design principle
because it can reflect messages in the form of architecture that describes the area around the site.
Metaphoric architecture will make the themes raised more visually and feel more visually
pleasing in the Islamic center area because a message implied in the visual will be easier to
capture. . The area is expected to become a center for community activities because the area is
processed for the needs of indoor and outdoor activities.
Keywords: Metaphoric Architecture,Islamic Centre, Sambas Regency, Public Space
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat akan fasilitas publik adalah hal primer yang harus ada di setiap daerah salah
satunya fasilitas untuk kebutuhan ibadah dan pengembangan agama, kawasan yang mewadahi semua itu
sangat dibutuhkan di kawasan kabupaten sambas mengingat tidak ada fasilitas yanmg memadai untuk
aktivitas tersebut.
Sebetulnya, ada satu masjid di pusat kota yang digunakan sejak lama namun karena perkembangan
wilayah yang semakin maju membuat fasilitas itu pun tidak bisa menampung lagi jemaat yang semakin
banyak.
Dengan begitu, Islamic centre sangat diperlukan untuk mewadahi aktivitas keagamaan dan aktivitas
masyarakat. Selain untuk kegiatan keagamaan kawasan dijadikan area berkumpul outdoor untuk rekreasi
keluarga maupun rekreasi agama.
Sementara itu, dikutip dari pernyataan Victor Gruen (1973), shopping center atau pusat perbelanjaan
adalah suatu bangunan yang dapat mewadahi kegiatan pertukaran serta distribusi barang dan jasa dengan
dilengkapi berbagai macam jenis dan ukuran toko, koridor, pedestrian, area komunal serta fasilitas
penunjang lainnya [3].
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Creative Industry Shopping Center merupakan bangunan yang
berfungsi untuk mewadahi kegiatan pertukaran serta distribusi barang dan jasa dengan dilengkapi
fasilitas penunjang yang dapat berperan untuk mendukung dan memajukan sektor industri kreatif.
Wilayah sekitar tapak didominasi oleh perkebunan sawit, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Hal
tersebut dapat memberikan peluang yang baik untuk membangun sebuah bangunan pertama yang
bersifat ruang public yang bisa digunakan oleh masyarakat, mengingat belum adanya area publik yang
memadai di area sambas.
Metafora merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang memiliki konsep sebagai idenya dab hasilnya
adalah berupa makna yang terungkap secara konkrit maupun abstrak dari perancang kepada pengguna atau
pelaku bangunan sehingga bermakna konotatif di samping sebagai fungsi utamanya sebagai bangunan.
Menurut Anthony C Antoniades dalam bukunya Poetic of Architecture, terdapat tiga jenis kategori dari
pendekatan metafora dalam arsitektur. Ketiga jenis itu adalah:
a. Metafora Konkrit
Metafora yang berasal dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah
rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.
b. Metafora Abstrak
Metafora yang berasal dari sebuah konsep, hakikat manusia, nilai-nilaim dan ide seperti: individualisme,
naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. Ide dari metafora jenis ini berasal dari sebuah konsep yang
abstrak.
c. Metafora Kombinasi
Merupakan penggabungan antara metafora konkrit dan metafora abstrak dengan membandingkan suatu
objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Metafora
kombinasi dapat dipakai sebagai sarana dan acuan kreativitas perancangan.
Karakteristik alam dan hutan akan digabungkan mejadi satu kesatuan dalam bentuk bangunan post modern
menggunakan pendekatan metafora sebagai dasar perancangannya. Kombinasi arsitektur dan karakteristik
hutan hujan yang rindang, cenderung tertutup dan sejuk menjadi titik penting pada konsep desain.
3. HASIL RANCANGAN
Zona service dan zona privat ditempatkan di lantai basement. Zona service dikelompokan pada salah
satu sisi massa bangunan guna menjamin keamanan, kenyamanan dan kemudahan akses. Sementara itu,
zona privat ditempatkan dekat dengan zona service. Hal tersebut terlihat pada Gambar 4.
Sementara itu, pengguna kendaraan umum dan transportasi online dapat masuk ke area tapak dari pintu
sebelah utara dan keluar pada pintu sebelah timur. Untuk kendaraan logistik dapat masuk ke area tapak
dari pintu sebelah selatan dan keluar pada pintu utara, hal ini dilakukan untuk memangkas jarak menuju
area service. Hal tersebut terlihat pada Gambar 6.
Area food court merupakan salah satu program ruang yang berperan sebagai magnet pada bangunan
pusat perbelanjaan. Sebagian besar area tersebut biasanya dikelola oleh pengelola bangunan. Oleh
karena itu, bagian interior pada area food court dapat dirancang bersamaan dengan area yang lain.
Penggunaan material yang dipilih lebih bervariatif mulai dari penggunaan material semen ekspos, metal,
glass box hingga lantai terrazzo. Hal tersebut terlihat pada Gambar 11.
Pada bagian eksterior bangunan, terdapat suatu area yang akan sering dilalui oleh para pengunjung pusat
perbelanjaan yaitu pintu masuk dan keluar utama. Area tersebut ditandai dengan gubahan massa
berbentuk tabung yang diarahkan ke sumber datangnya pengunjung, lihat Gambar 12. Hal ini diadopsi
dari penggunaan rotunda pada bangunan-bangunan yang mengusung konsep Arsitektur Klasik.
Terdapat juga pintu masuk dan keluar sebagai akses langsung menuju supermarket seperti yang terlihat
pada Gambar 13. Hal tersebut dapat memudahkan para pengunjung yang membawa belajaan cukup
banyak tanpa harus mengakses pintu masuk dan keluar utama yang jaraknya cukup jauh dari area
supermarket.
Di sebelah barat tapak terdapat area yang cukup potensial berupa green spine yang berfungsi sebagai
area terbuka sekaligus pedestrian untuk masyarakat yang melintas. Hal tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menempatkan area plaza di dekat green spine seperti yang terlihat pada Gambar 14. Plaza dapat
difungsikan untuk menggelar berbagai macam acara, area makan terbuka, titik pertemuan atau sebatas
tempat duduk-duduk.
4. SIMPULAN
Creative Industry Shopping Center merupakan bangunan pusat perbelanjaan yang berlokasi di Kota
Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat. Dengan menerapkan tema Arsitektur Post-Modern,
Creative Industry Shopping Center akan menampilkan kesan permainan (play), gembira (pleasure) serta
rasa nyaman (enjoyment) baik secara visual maupun spasial. Terdapat keragaman bentuk dan interpretasi
makna yang dapat dilihat pada bangunan tersebut diantaranya yaitu terdapat pola-pola geometris pada
bagian fasad, penggunaan beberapa warna cerah yang cukup mencolok serta penggabungan beberapa
elemen Arsitektur Klasik dan Arsitektur Modern. Selain berfungsi sebagai wadah untuk melakukan
kegiatan jual-beli. dan berekreasi, bangunan tersebut juga memiliki wadah untuk berkumpul,
berinteraksi bahkan bereksplorasi melalui beberapa fasilitas penunjung yang disediakan diantaranya
yaitu plaza, atrium, coworking space serta beberapa sarana hiburan. Hal tersebut diharapkan dapat lebih
mudah untuk diterima oleh masyarakat dan pelaku industri kreatif sebagai pengguna utamanya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2009). Studi Industri Kreatif Indonesia 2009.
Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
[2] Arsip Nasional Indonesia. (2015). Naskah Sumber Arsip Kreativitas Bangsa. Jakarta: Arsip
Nasional RI.
[3] Gruen, Victor. (1973). Centers for The Urban Environment: Survival of The Cities. New York:
Van Nostraand Reinhold Co.
[4] Jencks, Charles, (1984). The Language of Post-Modern Architecture. New York: Rizzoli.
[5] Ikhwanuddin, (2005). Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
[6] Kurokawa, Kisho (1991). Intercultural Architecture (The Philosophy of Symbiosis). New York:
The American Institude of Architects Press 1735.