Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karya seni bisa menjadi cermin suatu bangsa. Standar nilai
suatu bangsa tidak hanya diukur dari tingkat perkembangan dan
kemajuan politik dan ekonominya, tetapi juga dilihat dari tingkat
perkembangan nilai seninya. Seni juga menjadi salah satu alat
penanda pernyataan tingkatan budaya satu bangsa, dimana musik
menjadi salah satu elemen parameternya yang cukup penting. 1
Sejak awal peradaban kehidupan, seni tidak dapat lepas dari
kehidupan manusia. Seni merupakan ungkapan nilai-nilai kebudayaan
yang tertuang dalam bentuk objek maupun subyek yang mendukung
dan mempengaruhi kehidupan manusia. Seni memiliki beberapa
bentuk/jenis yang dapat dituangkan dan dihasilkan dan dapat
dinikmati, baik secara visual maupun non visual. Terciptanya berbagai
bentuk/jenis seni itu sendiri tidak terlepas dari perilaku dan kebutuhan
manusia sebagai penghasil seni. Inipun didukung oleh kondisi jiwa dan
lingkungan yang dialami dan dirasakan sehingga terwujudlah berbagai
ide dan bentuk-bentuk seni.
Seiring dengan perkembangan zaman disertai dengan
peningkatan kebutuhan hidup, lingkungan dan pemikiran, manusia
menciptakan berbagai bentuk seni dalam menjawab kebutuhan
mereka baik secara lahiriah maupun secara batiniah.
Sebagai salah satu bagian seni, seni musik terus mengalami
perkembangan sejalan dengan kebudayaan dan tuntutan hidup
manusia yang terus meningkat. Jika pada awalnya musik hanya
merupakan ekspresi perasaan manusia, kini apresiasi terhadap musik
tidak hanya sebatas itu tetapi musik telah menjadi produk industri dan
komoditas dagang. Kita tidak dapat menutup mata bahwa seni musik
telah begitu sangat berkembang dan hidup di tengah-tengah

1
S uk a H a rdja na, E sa i & K ritik M u sik, (Ja ka rta, 20 03 ), h al.9.
1
peradaban manusia, bahkan hal itu sudah menjadi kebutuhan hidup
dari tiap individu untuk menjadi pelaku atau setidak-tidaknya menjadi
penikmat dari seni musik itu sendiri.
Sampai saat ini, Kota Makassar belum memiliki tempat yang
representatif bagi konser musik (indoor/outdoor). Konser musik
indoor pada umumnya dilangsungkan pada tempat-tempat seperti:
Gedung Olah Raga Mattoanging, Hotel Sahid Makassar, Balai M.
Jusuf, diskotik M Club, dan tempat-tempat lain yang tidak memberi
rasa nyaman optimal bagi musisi dan pengunjung. Sedangkan konser
musik outdoor sering dilangsungkan di tempat-tempat publik seperti di
Lapangan Karebosi atau Monumen Mandala. Kondisi tempat-tempat
tersebut jelas tidak dapat mewadahi suatu konser musik secara utuh
dan maksimal, misalnya dari segi akustik ruang, pencahayaan,
kapasitas pengunjung, dan keamanan. Meskipun demikian, minat
musisi dan sponsor untuk menggelar konser musik tidak pernah absen
dalam setahun. Bahkan animo masyarakat, dari tahun ke tahun, untuk
menyaksikan konser musik menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Keberadaan suatu tempat konser yang representatif,
secara otomatis akan mendorong para musisi, promotor, sponsor,
untuk lebih giat lagi mengadakan konser di Makassar.
Kota Makassar sebagai pintu gerbang Kawasan Indonesia
Timur, merupakan wilayah yang memiliki potensi untuk menjadi tempat
berkembangnya musik (seni musik dan industri musik). Potensi ini
perlu didukung oleh fasilitas-fasilitas yang memadai. Saat ini, yang
dibutuhkan tidak hanya sebatas tempat manggung bagi para musisi,
namun lebih dari itu, dibutuhkan sebuah tempat yang dapat memberi
ruang bagi keberadaan komunitas musik. Sebuah tempat kumpul,
tempat latihan, tempat rekaman, yang terintegrasi dalam sebuah
gedung konser, akan lebih membuka ruang bagi komunitas musik
untuk berkreasi. Hal ini tentunya akan memberikan nilai positif dalam
pertumbuhan dan perkembangan Kota Makassar, khususnya

2
perkembangan musik sebagai seni, maupun musik sebagai industri
dan komoditas dagang.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam merencanakan suatu gedung konser di Kota Makassar
ada beberapa masalah mendasar yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Bagaimana menentukan lokasi dan tapak yang sesuai dengan
fungsi Gedung Konser?
2. Bagaimana menata site sehingga konser indoor dan konser
outdoor dapat diwadahi dengan optimal?
3. Bagaimana menghasilkan penataan akustik dan visualisasi yang
optimal, sehingga tiap penonton memperoleh kualitas bunyi yang
sama?
4. Bagaimana menghasilkan ruang-ruang yang memberi rasa nyaman
dan aman bagi pengunjung? menentukan besaran ruang yang
sesuai fungsi dan persyaratan ruang pada gedung konser?
5. Bagaimana menghasilkan ruang-ruang yang optimal untuk konser
dan juga bisa mewadahi kegiatan lain?

C. TUJUAN DAN SASARAN PEMBAHASAN


1. Tujuan
Tujuan pembahasan ialah untuk mewujudkan perancangan fisik
Gedung Konser di Makassar sebagai pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan sarana konser yang memenuhi persyaratan
fungsi, struktur, dan estetika.
2. Sasaran Pembahasan
Sasaran pembahasan yang ingin dicapai adalah :
 Mengungkapkan acuan perancangan Gedung Konser dikaitkan
dengan arah perkembangan dan perencanaan kota Makassar
ke depan.

3
 Menentukan lokasi site yang dapat mendukung fungsi
bangunan.
 Sistem sirkulasi eksternal dan internal, yang mendukung
aktifitas.
 Mendapatkan besaran ruang berdasarkan sifat, bentuk macam
kegiatan, bentuk pelayanan dan persyaratan ruang yang
dibutuhkan secara keseluruhan.

D. POLA PEMBAHASAN
1. Lingkup Pembahasan
 Lingkup pembahasan berkisar kepada masalah-masalah yang
diharapkan dapat menghasilkan acuan perancangan sesuai
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
 Pembahasan pada umumnya dilakukan melalui pendekatan dari
disiplin ilmu Arsitektur dan disiplin ilmu yang lain, khususnya
seni, namun tidak akan dibahas secara terperinci, kecuali hal-
hal sebagai pengarah ke sasaran fisik.
 Penekanan masalah dititikberatkan pada masalah arsitektural
yang meliputi penentuan lokasi dan site, pola tata ruang makro
dan mikro, sistem struktur dan utilitas bangunan, bentuk dan
penampilan bangunan secara keseluruhan serta pertimbangan
non arsitektural mengenai jenis/karakteristik musik yang
diwadahi.
 Program perencanaan diproyeksikan untuk masa 15 tahun yang
akan datang serta pengembangannya sehingga semua asumsi
yang memenuhi segala kebutuhan ruang dan prospeknya di
masa yang akan datang dapat diwadahi.

2. Metode Pembahasan
Dalam pembahasan ini digunakan metode analisa sintesa.
Data-data yang diperoleh mengenai musik diolah dan dianalisa

4
untuk mendapatkan identifikasi masalah dan usulan strategis
penyelesaian masalah, kemudian diolah kembali dalam bentuk
sintesa yang menghasilkan kesimpulan, yang pada tahap
selanjutnya diolah untuk menuju penentuan konsep dasar
perencanaan yang siap dituangkan ke dalam bentuk rencana fisik
sebagai sasaran akhir. Sumber data diharapkan dilakukan melalui
studi literatur, wawancara dengan pihak yang bersangkutan dan
observasi langsung pada lembaga atau tempat yang sejenis yang
dianggap potensial untuk dijadikan bahan studi. Dalam hal ini
disiplin ilmu Arsitektur tetap dijadikan patokan.

3. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar penulisan ini terbagi dalam lima bagian
yang masing-masing bagian disebut bab. Sistematika pembahasan
adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Mengemukakan garis besar mengenai isi penulisan.
Bagian ini membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, pola pembahasan yang berupa
lingkup pembahasan, metode dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Tinjauan Umum Gedung Konser
Membahas mengenai studi pustaka, meliputi: sejarah
perkembangan musik, tinjauan seni musik dan
pertunjukan, fungsi dan peranan, maksud dan tujuan,
tinjauan akustik, serta studi banding terhadap beberapa
gedung konser.
BAB III : Tinjauan Khusus Gedung Konser di Makassar
Membahas tinjauan umum Kota Makassar, tinjauan
terhadap gedung konser di Makassar, kegiatan-kegiatan
yang diwadahi di dalamnya, pendekatan khusus dan

5
spesifikasi ruang pertunjukan serta sistem pengelolaan
dari gedung konser.
BAB IV : Pendekatan Konsep Perencanaan
Membahas mengenai analisa pendekatan yang
digunakan dalam menyusun acuan perancangan gedung
konser di Makassar
BAB V : Konsep Perancangan Gedung Konser
Mengantarkan permasalahan dari aspek fungsional ke
arah pemecahan teknis arsitektural berdasarkan hasil
pembahasan sebelumnya yang akan menjadi pedoman
pendekatan desain fisik.

Anda mungkin juga menyukai