Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan seni berawal dimana manusia menggunakan seni
untuk menggambarkan pengalaman hidup yang ditorehkan pada dinding
gua, dan dijadikan sebagai media pemujaan ,sehingga seni sangat erat
kaitannya dengan hal-hal magis. Sampai dewasa ini, seni menjadi media
ekspresi dalam bentuk karya seni, dan setiap kegiatan berseni berupa
kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang
baru, unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya
posisi karya seni menjadi individualistis.
Indonesia memiliki keragaman budaya, dimana budaya sangat erat
kaitannya dengan seni yang lahir dari budi daya manusia dengan segala
keindahan dan kebebasan berekspresi, seperti seni rupa seni tari, dan seni
musik yang semakin berkembang dan bertambah menjadi seni teater, seni
kerajinan tangan, seni sastra, seni grafiti dan masih banyak lagi.
Seni besar kaitannya dengan generasi muda, generasi muda di
jadikan sebagai salah satu pelaku utama yang dapat melestarikan seni- seni,
melalui para generasi muda yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan
harapan yang besar untuk membangun suatu daerah lebih baik, dan
bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama
meningkatkan potensi yang ada di suatu daerah. Generasi muda sebagai
elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apapun
dalam melestarikan seni dan kebudayaan yang ada di Indonesia dan
sekaligus berkontribusi sangat besar dalam pembangunan bangsa dan
negara Indonesia.
Kendari merupakan salah satu daerah dengan banyak generasi
muda yang mempunyai ketertarikan besar terhadap seni. Mulai dari tari,
musik, teater, grafity,lukis. Dapat dilihat berdasarkan data yang didapatkan
banyak animo atau minat generasi muda maupun masyarakat umum
terhadapa seni di kota kendari. Terlihat dari beberapa komunitas-

1
komunitas di kota Kendari seperti komunitas sastra muda, komunitas seni
rupa Kendari, UK seni Kendari, sanggar tari 28 dan masih banyak lagi.
Selain komunitas regional yang terdapat di Kota Kendari, ada juga event-
event seni, baik dalam skala regional maupun nasional, yaitu pameran seni
rupa, pentas seni kedewasaan berfikir, event Pasparawi dimana kendari
menjadi tuan rumah, juga akan menjadi tuan rumah pada event Peskismas
mendatang.
Tetapi, bagaimana jika di daerah tersebut tidak memiliki wadah
untuk melestarikan seni, akan timbul kurangnya apresiasi terhadap seni,
mengapresiasikan seni di tempat yang tidak semestinya dan menganggap
seni sebatas media hiburan bukan sebagai media pembelajaran. Salah satu
contohnya seperti anak muda yang memiliki ketertarikan akan seni grafity,
mengapresiasikannya ke monumen persatuan yang ada di Kendari, dan
dinding- dinding sekitar jalan, sedangkan tertulis pada kepres no. 84 tahun
1999 pasal 7, yang membahas tentang pemanfaatan seni dan budaya
dilakukan dengan dukungan sarana dan prasarana, kemudahan, dan
sumber daya manusia.
Dalam perancangan ruang seni diwadahi aktifitas seni modern
maupun tradisional yang terdiri dari seni teater, musik, tari, lukis,
kerajinan tangan, dan grafiti. Sehingga diterapkan pendekatan
neovernakular yang membahas tentang tradisonal dan non tradsional untuk
menyelaraskan aktifitas dan pendekatan pada bangunan.
Jadi dengan adanya wadah ruang seni, generasi muda maupun
masyrakat luas tidak lagi susah untuk mengapreisasikan seni, lebih
mengenal budaya, bukan hanya mengetahui hasil akhir seni, tapi juga
proses dimana seni itu berasal dan mampu membantu tumbuhnya
masyarakat yang saling menghargai, kreatif, inovatif, dan kopetitif di masa
depan.
Sehubungan dengan penyediaan wadah bagi kegiatan seni maupun
promosi kesenian budaya kota kendari, terdapat sebuah kawasan potensial
di kota Kendari yang dapat dijadikan lokasi perencanaan ruang seni di
kota kendari. Kawasan yang dimaksud adalah lapangan lakidende,

2
tepatnya terletak di kelurahan Bende, kawasan tersebut merupakan
lapangan sepakbola tetapi pemerintah merencanakan untuk memindahkan
lapangan tersebut ke daerah (desa) nanga- nanga, dimana nanga-nanga
merupakan lokasi perencanaan sarana olahraga terpadu. Disinilah muncul
gagasan untuk merencanakan sarana baru dalam kawasan tersebut berupa
perencanaan ruang seni dengan pendekatan neovernakular di kota Kendari .
hal ini akan menjadi versi baru terhadap kawasan tersebut, maka
diharapkan dapat menghidupkan vitalitas kawasan tersebut sebagai
vitalitas ekonomi, vitalitas sosial serta budaya dan seni di kota kendari.
Melihat dari uraian tersebut maka dibutuhkan suatu wadah yang
dapat mengakomodasi segala aktifitas dengan berbagai fasilitas yang
lengkap untuk mewadahi aktifitas seni sebagai ruang seni masyrakat
Kendari. Ruang Seni di Kota Kendari yang mempunyai fasilitas yang
layak dan representatif diharapkan dapat menjadi landmark baru di kota
Kendari. Juga dengan adanya ruang seni di kota Kendari ini, diharapkan
dapat meningkatkan upaya pengembangan kepariwisataan, yang
pemanfaatannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota
Kendari dan juga menumbuhkembangkan jati diri bangsa, meningkatkan
kualitas, harkat dan martabat bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memilih lokasi yang dapat menunjang ruang seni dengan
pendekatan Neo-vernakular di Kendari?
2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang dan besaran ruang terhadap
ruang seni ?
3. Bagaimana menyelaraskan wujud dan bentuk bangunan ruang seni pada
pendektan Neo-vernakular?

C. Tujuan dan Sasaran


Tujuan :
1. Untuk memilih lokasi yang dapat menunjang ruang seni dengan
pendekatan Neo-vernakular di Kendari

3
2. Untuk menentukan kebutuhan ruang dan besaran ruang terhadap ruang
seni.
3. Untuk menyelaraskan wujud dan bentuk bangunan ruang seni pada
pendektan Neo-vernakular.
Sasaran :
Sasaran yang ingin dicapai pada perencanaan Ruang Seni dengan Pendekatan
Neo-vernakular di Kota Kendari ini, dapat menjadi fasilitas bagi individu,
organisasi, maupun masyarakat Kendari dalam melaksanakan kegiatan seni
yang bersifat regional, nasional, maupun internasional.

D. Batasan dan Lingkup Pembahasan


Batasan:
Batasan pembahasan hanya ditekankan pada permasalahan yang terkait
dengan perencanaan dan perancangan Ruang Seni yang mengakomodasi
aktifitas latihan, ruang pamer, area penjualan hasil seni,dan aula pentas,
dimana seni yang di akomodasi adalah seni lukis, seni musik,seni tari, seni
teater, seni grafiti,dan seni kerajninan tangan. Serta tentang penerapan konsep
arsitektur Neo-vernakular pada bangunan ruang seni di kota Kendari.
Lingkup pembahasan:
Lingkup pembahasann mengenai permasalahn pemilihan lokasi dan site tapak
yang dapat menunjang ruang seni, bagaimana menentukan kebutuhan dan
besaran ruang pada ruang seni, juga bagaimana menyelaraskan wujud dan
bentuk bangunan ruang seni pada pendekatan Neo-vernakular, sehingga ruang
seni ini dapat menjadi fasilitas bagi individu, organisasi maupun masyarakat
Kendari dalam melaksanakan kegiatan seni yang bersifat regional, nasional
maupun internasional.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan


1. Metode
Metode pembahasan yang dilakukan dalam perancangan ini adalah :

4
a. Metode pengumpulan data, yaitu melakukan pengamatan terhadap
Studi Literatur, yaitu mengumpulkan teori teori yang berhubungan
dengan bangunan seni.
b. Studi Banding, yaitu mencari bangunan yang sesuai dengan judul
perancangan dalam hal ini ruang seni dengan pendekatan neo-
vernakular.
c. Melakukan wawancara dengan pihak terkait yang mengerti masalah
seni.
d. Melakukan studi komparis, yaitu membandingkan atau menguji
perbedaan dua kelompok atau lebih, dalam hal ini yang berhubungan
dengan bangunan ruang seni.

2. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran bembahasan, lingkup dan pembatasan
pembahasan serta metode dan sistematika penulisan yang akan
digunakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab tinjauan pustaka berisi uraian alur pikir dan perkembangan
keilmuan dari judul yang dipilih dan dibatasi pada teori teori
arsitektural yang akan mendukung dalam pembuatan acuan
perancangan. Tinjauan pustaka memuat standar standar dan
peraturan ruang/fasilitas yang diperuntukan dengan
mempertimbangkan arah kebijakan perkembangan kota sesuai
judul yang dipilih. Pada bab ini memuat studi banding (minimal
3 buah) untuk jenis bangunan yang sama seperti judulmyang
dipilih.
BAB III TINJAUAN TEMPAT PERENCANAAN
Bab ini mencakup tinjauan makro dan mikro dari tempat
perencanaan sesuai judul yang dipilih. Pada bab ini juga
mencakup proyek pengadaan/perencanaan sesuai dengan judul

5
yang dipilih baik itu berupa data data pendukung dan
ketersediaan fasilitas penunjang.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN
Membahas tentang konsep dasar pendekatan acuan yang
merupakan gagasan awal dari proses perancangan. Pendekatan
konsep perancangan berupa pendekatan fisik makro dan
pendekatan fisik mikro.
BAB V ACUAN PERANCANGAN
Mengemukakan acuan perancangan yang dipilih untuk
mengembangkan desain yang terdiri dari acuan perancangan
makro, acuan perancangan mikro, acuan perancangan fisik
bangunan dan acuan perancangan perlengkapan bangunan.
BAB VI PENUTUP
Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh tahapan
sebelumnya yang bertitik tolak dari sasaran dan tujuan penulisan
serta saran-saran yang mendukung dasar perencanaan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang (Space)
1. Pengertian Ruang
Ruang mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia.
Semua kegiatan manusia sangat berkaitan dengan aspek ruang. Adanya
hubungan antara manusia dengan suatu objek, baik secara visual maupun
secara indra pendengar ,indra perasa, indra penciuman akan selalu
menimbulkan kesan ruang. Para pakar mencoba menafsirkan ruang,
memberikan pandangan yang berbeda-beda. Filsuf Plato berpendapat
bahwa ruang adalah suatu kerangka atau wadah di mana objek dan
kejadian tertentu berada. Sedangkan, Menurut Josef Prijotomo Ruang
adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak
diantara dua obyek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkup
kita.
Sumber : Rustam. 2012. Kompnen Perancangan Arsitektur Lansekap.
Jakarta PT Bumi Aksara
Secara umum, ruang dibentuk oleh tiga elemen pembentuk ruang yaitu :
a. Bidang alas/lantai (the base plane). Oleh karena lantai merupakan
pendukung kegiatan kita dalam suatu bangunan, sudah tentu secara
struktural harus kuat dan awet.
b. Bidang dinding/pembatas (the vertical space devider). Sebagai unsur
perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau
dibuat sebagai bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar
belakang yang netral untuk unsur-unsur lain di dalam ruang atau
sebagai unsur visual yang aktif didalamnya. Bidang dinding ini dapat
juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau suatu
pemandangan.
c. Bidang langit-langit/atap (the overhead plane). Bidang atap adalah
unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk
melindungi bagian dalam dari pengaruh iklim. Bentuknya ditentukan

7
oleh geometris dan jenis material yang digunakan pada strukturnya
serta cara meletakannya dan cara melintasi ruang.

B. Seni (Art)
1. Pengertian Seni (Art)
Seni berasal dari kata sanskerta dari kata sani yang diartikan
pemujaan, persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara
keagamaan yang disebut kesenian Menurut Padmapusphita dimana seni
berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa latin disebut dengan
genius yang artinya kemampuan luar biasa dibawa sejak lahir. Sedangkan
menurut Ilmu Eropa bahwa seni berasal dari kata art yang berarti
artivisual yaitu suatu media yang melakukan kegiatan tertentu. Sumber :
Anwar. Pengertian atau Devinisi Kesenian. www. rausan26.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 9 Agustus 2016.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari
ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan
juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa
dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium,
dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set
nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi
lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan,
sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.
Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain
masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk
mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk
Dari banyak arti seni, dan semakin berkembangnya zaman
membuat banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai
definisi seni.

8
a. Aristoteles: Pengertian seni menurut aristoteles adalah bentuk yang
pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang
dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
b. Alexander Baum Garton: Pengertian seni menurut Alexander
Baum Garton bahwa arti seni adalah keindahan dan seni adalah
tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
c. Ki Hajar Dewantara: Pengertian seni menurut Ki Hajar Dewantara
adalah hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah
orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang
dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
d. James Murko: Pengertian seni menurut James Murko adalah
penjelasan rasa indah yang terkandung dalam jiwa setiap manusia,
dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat dianggap oleh indra pendengar (seni suara), penglihatan
(seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari,
drama).
e. Eric Ariyanto: Pengertian seni menurut Eric Aryanto adalah
kegiatan rohani atau aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk
karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain yang melihat
atau mendengarkannya.

2. Macam-Macam Seni
Secara umum, segala sesuatu yang indah dan berkesan adalah seni.
Cara menangkap kesan dan menghasilkan kesan tersebut yang
membedakan seni itu sendiri dan membuat beberapa macam seni yaitu:
a. Seni rupa
Pengertian seni rupa adalah hasil ciptaan kualitas, hasil ekspresi,
atau alam keindahan atau segala hal yang melebihi keasliannya serta
klasifikasi objek-subjek terhadap kriteria tertentu yang diciptakan
menjadi suatu struktur sehingga dapat dinikmati menggunakan indera
mata dan peraba. Seni rupa intinya adalah sebuah karya seni rupa yang
membuat bentuk sehingga dapat dinikmati oleh indera mata atau

9
secara visual. Sumber : Fattahillah, Halim. Pengertian Seni Rupa ,Unsur,
dan Macam-Macam Seni . Diakses 9 Agustus 2016.
Seni rupa menurut fungsinya :
1) Seni Rupa Murni (Fine Art) :
Yaitu karya seni yang hanya untuk dinikmati nilai
keindahannya saja. Karya seni ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan batiniah. Seni rupa murni banyak ditemukan pada
cabang seni. Contoh : seni lukis, seni patung, seni grafika dll.
a) Seni lukis
Karya seni dua demensi yang bisa mengungkapkan
pengalaman atau perasaan si pencipta.

Gambar 2.1 Seni Lukis


Sumber : Seni Lukis www.carajuki.com. Diakses tanggal 9
Agustus 2016
b) Seni Kriya
Karya seni terapan yang mengutamakan kegunaan
dan keindahan (estetis) yang bisa menarik konsumen. Seni
kriya/kerajinan (handy Craff) ini biasanya untuk hiasan dan
cenderamata.

10
Gambar 2.2 Seni Kriya
Sumber : Seni Kriya . www.nationalgeographic.co.id.
Diakses tanggal 9 Agustus 2016
2) Seni Rupa Terapan/pakai (Applied Art):
Yaitu seni rupa yang memiliki nilai kegunaan
(fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi
kebutuhan seharihari secara materi, misalnya tekstil, keramik,
dll.
a) Seni Tekstil
merupakan sebuah karya seni yang dibuat
menggunakan bahan tekstil. Tekstil merupakan bahan yang
berasal dari serat yang diolah dari bahan benang atau kain.

Gambar 2.3 Seni Tekstil


Sumber : Seni Tekstil. www. ara.pro. Diakses tanggal 9
Agustus 2016

11
b) Kramik
Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah
material keramik untuk membuat karya seni dari yang
bersifat tradisional sampai kontemporer

Gambar 2.4 Seni Kramik


Sumber : Kramik. www.solusiproperti.com. Diakses
tanggal 9Agustus 2016

b. Seni musik/vocal/suara
Seni musik adalah hasil ciptaan manusia yang menghasilkan
bunyi ritme dan harmoni yang indah bagi pendengar. Bunyi yang
dihasilkan oleh seni musik dapat merupakan hasil dari suara manusia
contohnya menyanyi, atau akapela atau dapat dihasilkan dari alat
bantu seperti alat musik contohnya gitar, piano dan alat musik lainnya.
Macam-Macam Seni Suara/Musik : Sumber : Anisa Zulca.
2016 .Pengertian Seni dan Macam-Macam seni
http://zulqaannisa01.blogspot.co.id . Diakses tanggal 10 agustus 2016.
1) Musik klasik
Musik klasik adalah musik yang diproduksi dalam seni,
atau berakar dalam, tradisi musik liturgi Barat dan sekuler,
yang mencakup periode yang luas dari sekitar abad ke-9 untuk
menyajikan norma-norma sentral times.

12
Gambar 2.5 Musik Klasik
Sumber : http://infomusiklopedia.blogspot.co.id
2) Musik jazz
Music jazz adalah salah satu ikon musik dan budaya
budaya musik abad 20 yang lahir di Amerika Serikat dari
proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika Barat)
dengan unsur musik Eropa. Jazz lahir dari suatu komunitas
negro di New Orleans (selatan Amerika Serikat) terutama
setelah berakhirnya perang saudara Amerika Serikat 1886.

Gambar 2.6 Musik Jazz


Sumber : www.angelinacecilia.wordpress.com

3) Musik pop
Adalah musik dengan irama yang sederhana sehingga
mudah dikenal dan disukai orang banyak.
4) Musik rock
Adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara
umum pada pertengahan tahun '50-an. Akarnya berasal dari

13
rhythm and blues, musik country dari tahun '40 dan '50-an
serta berbagai pengaruh lainnya.

Gambar 2.7 Musik Rock


Sumber : www.musikcipluk.blogspot.co.id
5) Musik tradisional
Adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu
daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan
bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.

Gambar 2.8 Musik Tradisional


Sumber : www.suararakyatindonesia.org

c. Seni tari/gerak
Seni tari adalah hasil ciptaan manusia yang mengkreasikan
gerakan tubuh dalam menghasilkan keindahan bagi yang melihatnya.
Dengan seni tari, manusia menggunakan bagian bagian tubuh mereka
seperti tangan, kaki, mata, badan dan lainnya dalam
mengkomunikasikan ekspresi rasa dan bentuk keindahan. Seni tari

14
sering digabungkan dengan seni musik dan seni rupa untuk
melengkapi penyampaian rasa yang ada.

Gambar 2.9. Seni Tari


Sumber : artikelkomputer2014.blogspot.co.id

d. Seni teater/drama
Seni teater adalah hasil ciptaan manusia dalam menvisualisasikan
imajinasi atau gambaran gambaran yang ada dalam pikirannya yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia baik sebagai individu,
kelompok ataupun bermasyarakat. Seni teater, layaknya seni tari sering
diisi oleh seni rupa dan seni musik dan bahkan juga memasukkan seni tari
sehingga pesan yang diinginkan dapat tersampaikan kepada penikmat seni
itu sendiri.

Gambar 2.10 Seni Teater


Sumber : id.wordpress.com

15
e. Seni Grafiti
Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi
warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di
atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng
(PILOX).Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana,
konsep tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk
mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.
Istilah graffiti sendiri diambil dari bahasa latin, graphium yang
artinya menulis. Awalnya istilah itu dipakai oleh para arkeolog untuk
mendefinisikan tulisan-tulisan di bangunan kuno bangsa Mesir dan
Romawi kuno. Graffiti itu sendiri merupakan : Suatu kreasi seni yang di
ekspresikan oleh seniman lewat media tembok beton atau media dinding
kayu serta beton yang dapat di lukis dalam bentuk huruf,gambar yang
mempunyai makna tertentu sebagai curahan hati yang membuat nya di
tuangkan dalam bentuk tulisan dan gambar sedemikian rupa yang
biasanya memakai cat pilox sebagai cairan pewarna atau juga memakai
kompressor air bruss.

Gambar 2.11 Seni Teater


Sumber : www. novasuardika.blogspot.co.id/

3. Fungsi Seni
Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia
terutama fungsi pemenuhan kebutuhan. Secara umum fungsi seni dapat
dibagi menajdi 2 yakni fungsi individual dan fungsi sosial.Fungsi
individual memiliki fungsi sebagai berikut: Sumber : Widayati sri. 2015.

16
Tujuan dan Fungsi Seni. http://www.g-excess.com . Diakses tanggal 10
agustus 2016.
a. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik
Pada hakekatnya manusia adalah mahkluk homofaber yang
mempunyai kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian
benda-benda. Seni terapan memang mengacu pada pemuasan
kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting.
Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture, seni pakaian/ textile,
seni kerajinan dlll.
b. Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional.
Seseorang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia dimana
pengalaman hidup seseorang akan mempengaruhi sisi emosional/
perasaaanya. Contoh perasaan sedih, letih-lelah, gembira, iba, kasihan,
benci, cinta dlll. Manusia dapat merasakan semua itu dikarenakan di
dalam dirinya terkandung dorongan emosional yang merupakan
situasi kejiwaan pada setiap manusia normal.
c. Fungsi sosial memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagai pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi,
busana muslim/muslimah, dan lagu-lagu rohani. seni juga sering
digunakan untuk sebuah upacara kelahiran, kematian, pernikahan
dsb. contohnya : gamelan dalam upacara Ngaben di Bali (gamelan
luwang, angklung dan gambang).
2) Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan dapat dilihat dalam musik,
misalkan Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, atau
Angklung dan gamelan pun ada nilai pendidikannya karena
kesenian tersebut terdapat nilai sosial, kerjasama dan disiplin.
karya seni yang sering digunakan untuk pelajaran/pendidikan
seperti : gambar ilustrasi buku pelajaran, film ilmiah/dokumenter,
poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA, dsb.

17
3) Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti, kritik sosial,
gagasan, kebijakan dan memperkenalkan produk kepada
masyarakat. bisa dilihat dalam pagelaran wayang kulit, wayang
orang dan seni teater ataupun poster, drama komedi dan reklame.
4) Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau
mengurangi kesedihan yang khusus pertunjukan untuk berekspresi
ataupun hiburan.
5) Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam
menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, seperti :
musik kontenporer, tari kontenporer, dan seni rupa kontenporer.
(seni pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung,
hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya)
6) Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya,
kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam
proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya,
seperti : perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dari
gerabah ataupun rotan.
7) Fungsi Kesehatan (terapi)
Seni sebagai fungsi untuk kesehatan, seperti pengobatan penderita
gangguan physic ataupun medis distimulasi melalui terapi musik
(disesuaikan dengan latar belakang pasien). terbukti musik telah
terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang
autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian dsb.

4. Sejarah Seni
Seperti halnya kehidupan manusia yang selalu tumbuh dan
berkembang, kesenian sebagai salah satu wujud karya manusia pun
mengalami hal yang sama. Dalam perjalanannya, kesenian dapat

18
dibedakan berdasarkan dasar waktu, yaitu pergantian teknik seni dari
waktu ke waktu. Sumber : Pitaloka Diane. Seni lintas zaman
perkembangannya dari masa ke masa.
https://kulturartonline.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Agustus 2016.
Perkembangan seni dari masa ke masa bisa kita lihat dari
pembatasan zaman, yaitu zaman kuno hingga zaman modern. Zaman
kuno, memiliki sifat-sifat tradisional dan primitif. Seni pada zaman ini
sangat mimetic atau meniru alam, sehingga karyanya pun sangat
dipengaruhi oleh alam. Kesenian pada zaman ini juga memperlihatkan
adanya keselarasan yang bersifat statis, yaitu keselarasan dengan alam
sebagai lingkungannya. Semboyan seni pada zaman ini umumnya lart
pour lart, berarti seni untuk seni. Maksudnya adalah bahwa seni tidak
boleh dikorbankan untuk kepentingan lain, misalnya untuk
dikomersialkan. Zaman tengah, memiliki sifat-sifat peralihan antara
zaman kuno ke zaman modern, sehingga mencakupi kedua zaman
tersebut. Misalnya antara tiruan alam dan ciptaan manusia, antara statis
dan dinamis, dan diantara lart pour lart dan seni untuk kepentingan
tertentu.
Pada zaman ini seni sudah mulai dijadikan benda komersial yang
bisa diperjual-belikan, meskipun masih sangat eksklusif. Zaman modern,
sering disebut kontemporer. Zaman ini menekankan pada ekspresi
manusia sebagai homo creator, bebas untuk menciptakan sesuatu sesuai
dengan keinginan dirinya, dan mungkin lepas dari pengaruh alam.
Semboyan seni pada zaman modern ini adalah lart pour lhomme, yaitu
seni untuk manusia. Karenanya, seni secara bebas diciptakan untuk
kepentingan manusia. Dalam perkembangannya, secara umum, sejarah
budaya dan seni bersifat maju atau berkembang dari wujud sederhana ke
wujud kompleks, bahkan megah (progresif). Namun ada kalanya seni
berbalik regrasif, bersifat primitif dan sederhana, yang kemudian dikenal
sebagai seni modern minimalis.

19
C. Studio
1. Pengertian Studio
Studio adalah suatu tempat di mana seorang seniman bekerja.
Studio bisa digunakan untuk banyak hal, seperti membuat foto, film,
acaraTV, kartun, atau musik. Kata ini berasal dari bahasa Latin studium,
yang berarti amat menginginkan sesuatu. Sumber : Studio.
id.wikipedia.org. diakses tanggal 10 agustus 2016
2. Jenis-Jenis Studio
a. Studio Musik
Pengertian studio musik dapat di tinjau dari arti secara umum
dan dapat di tinjau secara khusus dari sudut pandang seorang musisi,
sebagai berikut:
1) Secara Umum
Studio musik dapat berarti sebagai ruangan untuk menikmati
musik, dimana dalam ruangan tersebut seseorang tidak perlu
kuatir bahwa apa yang dia dengarkan akan mengganggu tetangga
dan suara-suara dari luar tidak mengganggu.
2) Secara Khusus
Musik adalah sebuah tempat untuk merekam suara. Studio musik
terdiri dari 3 ruangan yaitu : studio itu sendiri, tempat dimana
suara untuk direkam itu dibuat, ruang kontrol, ruang untuk
merekam dan memanipulasi atau mengontrol suara dari ruang
rekaman dan ruang mesin, ruang untuk menyimpan mesin-mesin
yang dimana surannya dapat mengganggu proses rekaman.
b. Studio Tari
Sebuah studio di mana keterampilan menari dapat dipraktekkan
dan dilatih.
c. Studio Teaater
Tempat bermain peran (acting) dengan lingkup peralatan dan
perlengkapan dekorasi yang dihadirkan di atas pentas. Tempat
bermain peran dapat dilakukan di lapang, di dalam kelas atau khusus
diciptakan di atas panggung pertunjukan. Ruangan ini oleh pemeran

20
wajib diisi dan dihidupkan menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga
mendukung peran yang dibawakan. Teknik di dalam mengisi dan
menghidupkan ruang untuk seorang pemeran adalah kemampuan
merespons kepekaan; blocking, moving, businees, dan leveling pada
ruang dan lawan main.
d. Studio Kerajinan Tangan
Tempat untuk menciptakan suatu produk atau barang yang
dilakukan oleh tangan dan memiliki fungsi pakai atau keindahan
e. Studio Lukis
Ruang untuk mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, dan papan.dll.

D. Ruang Pamer
Ruang pamer merupakan tempat yang digunakan untuk mengadakan
pertunjukan atau memamerkan suatu barang dengan tujuan untuk
memberikan informasi, dan mempromosikan sesuatu kepada orang yang
datang ke tempat tersebut. Sumber : Muhammd. 2015. Pameran Seni rupa.
http://modernbahri.blogspot.co.id . Diakses 9 agustus 2016.
Pameran yang merupakan kegiatan memamerkan karya-karya atau produk
dari produsen memiliki banyak macam, seperti : expo show, pekan raya,
bazaar, fair, exhibition dan pasar murah. Selain itu ada beberapa pamean
yang kita kenal sebagai berikut :
1. Temporary Exhbition
Temporary Exhibition atau pameran temporer merupakan salah
satu kegiatan pameran dengan menampilkan aneka karya berupa seni
rupa pada waktu tertentu. Biasanya pameran jenis ini diselenggarakan
oleh pihak Galeri Nasional Indonesia. Umumnya waktu diselenggarakan
pameran ini bisa berlangsung 10 hari. Adapun waktu maksimal
berlangsungnya kegiatan ini adalah 1 bulan.

21
2. Permanent Exhibition
Merupakan pameran tetap yang biasanya menampilkan sejumlah
karya berupa koneksi dan Galeri Nasional Indonesia yang berlangsung
secara periodik penaatan sesuai konsel kuratorial. Jenis pameran ini
umumnya diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia. Sementara
peneyelenggaraan dari pameran tetap atau permanent exhbition ini
biasanay diselenggaraka minimal 1 kali setahun.
3. Traveling Exhbition
Merupakan pameran keliling yang biasanya menyajikan atau
menampilkan semua karya yang berupa koleksi dari Galeri Seni
Indonesia ataupun berupa karya dari luar pihak GNI yang
diselenggarakan hingga ke berbagai wilayah yang di indonesia

E. Pendekatan Pelaku
Pelaku kegiatan dalam Pusat Seni Budaya dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu :
1. Pengunjung
a. Pengunjung Umum
Pengunjung yang datang untuk menikmati berbagai atraksi dan
fasilitas yang telah disediakan baik secara perorangan maupun
kelompok.
b. Pengunjung Khusus
Pengunjung yang datang untuk suatu urusan / kepentingan dengan
pihak pengelola, seperti pengurus perizinan,survey,mencari data, dsb.
2. Seniman
Seniman yang ada di pusat seni, yaitu :
a. Pengisi seni tari dan musik,dan teater.
b. Pengrajin
c. Seniman yang mengadakan pameran
3. Pengelola
Kelompok pengelola merupakan organisasi yang menangani segala
sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan pusat seni.

22
F. Standar Ruang
Tabel 2.1 Standar Ruang

No Ruang Keterangan Ruang dan Persyaratannya

1. Foyer Swbagai tempat mengantri tiket disediakan tempat


menunggu
2. Lobby untuk teater komersial, luas foyer = 1 sq ft (0.093m)
tia[ penonton
3. WC Lounge dicapai dari lobby
untuk teater komersial, luas lobbu = 1.8sq ft (0.16
m2) tiap penonton
Kebutuhan WC untuk penonton pria : 2bh wc tiap
100-400 org (> 400, ditambah 1 bh untuk 250 tiap
org)
Kebutuhan wc untuk penonton wanita 2bh wc tiap
100-200 org ( >200, ditambah 1 bh untuk tiap 100
4. Auditorium org)
Panggung Kebutuhan wc untuk pegawai pria : 1 bh tiap 1-15
org, 2 bh tiap 16-35 org
Kebutuhan wc untuk pegawai wanita : 1 bh tiap 1-12
org, 2 bh tiap 13-25 org
Persyartan untuk kenyamanan pandangan
penonton :
Derajat bukaan panggung secara vertiakl = 30 derajat
pandangan penonton tidak lebih dari 100 derajat dari
garis yengah ruang
Ketinggian tangga tempat duduk penonton 5 (15
cm ) jarak pandang terjauh 75 ft (22,5m) dari
panggung (agar masih dapat melihat ekspresi aktor)
Lebar auditorium tergantung pada bukaan panggung
untuk pertunjukan revue (tontonan tari-tarian musik)
min bkaan 30 ft ( 9.162 m). Luas panggung
maksimal yang dapat diterima 700 sq ft.
Untuk pengamanan terhadapa kebakaran, jumlah
tempat duduk dibagian tengah maksimal 14

23
kursi/baris, di bagian samping 7 kursi /baris.Ruang
antar kursi depan belakang : 36- 45 inch. (91.44-1143
cm)
Akustik :
Harus dapat menampung pertunjukan musik klasik
sampai tradisional
Tingkat pendengaran optimum ruang konser musik
klasik 70-80 dBA
Bentuk audiotorium yang cocok untuk orkestra
5. Perlinfungan adalah kotak dengan penyempitan dibagian
Terhadap panggung.
Bising Dinding belakang : menghindari bentul lengkung
6. sebagai pemusat bunyi , ( penyelesaian dinding
Material penyerap bunyi, bergerigi untuk difusi, dengan
menciptakan bif=dang pantul di bagian atas yang
7. memantulkan bunyi sampai ke pononton bagian
ME belakang)
Dinding samping : tidak sejajar, ketidakteraturan
permukaan (bergerigi) untuk difusi bunyi langit
langit di bagian auditorium dan panggung :
suspended acoustic panel, yang dapat digerakkan
untuk mengakomodasi beragam pertunjukan balkon :
jarak kantilever balkon tidak boleh lebih besar
daripada tinggi balkon (D<H)
Tinggi bukaan panggung : 20 (6.5m) (PH)
Tinggi di bagian panggung : 2 1/3 PH (15.1m)
Noise yang datang dari luar site: di selesaikan dengan
membuat penghalang dapat berupa vegetasi yang
dapat membuat bayangan suara.
Didnding velakang penyerap (resonator celah kisi-
kisi kayu belajar untuk melindungi bahan penyerap
bunyi)
Didnding samping pemantul, langit-langit pemantul
(plaster board)
Listrik lokasi peralatan generator (transformer,genet)

24
di sudut basement di bawah stage.
Teknologi panggung : di lantai table elevator,
menaik-turunkan lantai secara mekanis. Memerlukan
ruang di bawah panggung untuk ruang mesin
panggung
Teknologi panggung : di atas panggung gridion :
ruang di bawah atap, terdapat tali-tali untuk
menggantung latar panggung, perlengkapan lighting
atau apapun yang diperlukan tergantung saat
pertunjukan.
Ketinggian gradion > 7 = 2.1m
Memakai doble purchase counterwight system,
menambah lebar panggung 10-20%.
Motor mesin terletak di bawah atau di atas panggung
Pencahayaan :
Penempatan lampu dia tasa panggunf dapat di mana
saja seperlunya. Rangka penempatan lampu terletak
di langit-langit, pada flying bridge. Digunakan
catwalk untuk akses. Memerlukan ruang untuk
pergerakan instrumen pencahayaan akses ke semua
posisi lampu tanpa mengganggu penonton.
Luas :
Orchestra pit : unyuk pertunjukan revue, ruang yang
disediakan untuk 15-30 org. Ruang untuk 1 pemusik
10 sq ft (0,9 m) ditambah 100 sq ft (9,3 m) untuk
grand piano dan 50 sq ft (4,6 m) untuk timpani.
Panggung : untuk menampung beragam pertunjukan,
diambil bukaan panggung 40 ft (12m), luas panggung
1000 sq ft, maka ukuran panggung 25 x 40 ft (7,5 x 12m),
auditorium : volume tiap orang 0.65 m/org asusmsi h =
12m
Sumber : Chihara, J.D., J.H. Callender. 1937 Time Saver
Standards for Building Types. McGraw-Hill Company: USA.

25
G. Akustik
1. Pengertian Akustik
Akustika (acoustics) adalah ilmu tentang bunyi. Akustika sering
dibagi menjadi akustika ruang (room acoustics) yang menangani bunyi-
bunyi yang dikehendaki dan kebisingan (noise control) yang mengani
bunyi-bunyi yang tak dikehendaki.
Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda
padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan
rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia
terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan
umur.
Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau
mengganggu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat duadaptasi
oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu.
Tabel 2.2Tingkat kebisingan yang diperbolehkan
Ruangan (dBA)
Kantor Pribadi 35-45
Ruang Konferensi 40-45
Restoran 40-60
Kafetaria 50-60
Hall Konser 25-35
Studio Rekaman 20-25
Studio Radio 20-30
Teater Drama 30-40
Sumber : Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta. Andi Ofset

Tabel 2.3 Pengaruh kekerasan bunyi pada manusia


Kebisingan (dBA) Efek
30-65 Bila berlangsung terus-menerus akan
mengganggu selaput telinga dan
menyebabkan gelisah
65-90 Bila berlangsung terus menerus akan

26
merusak lapisan vegetatif manusia
(jantung,peredaran darah, dan lain-lain).
90-130 Bila berlangsung terus-menerus akan
merusak telinga.
Sumber : Prasasto. 2008. Fisika Bangunan. Yogyakarta. Andi Ofset

Kekerasa bunyi dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan


manusia. Disamping frekuensi yang terdengar, frekuensi yang tidak
terdengarpun dapat menjadi efek negatif. Getaran oeralatan listrik yang
tidak terdenga, bila cukup keras akan menyebabkan tubuh bereaksi dengan
gejala gelisah,berkeringat, dan sebagainya.

2. Gejala Akustik Dalam Ruang Tertutup


a. Pemantulan Bunyi
Permukaan yang keras,tegar,dan rata seperti beton,
baja,batu,plester, atau gelas, memantulkan hampir semua energi bunyi
yang jatuh padanya. Gejala pemantulan ini hampir sama dengan
pemantulan cahaya. Karenya sinar bunyu datang dan pantul terletak
dalam bidang datar sama dan sudut gelombang bunyi pantul (hukum
pemantulan). Namun harus diingat bahwa panjang gelombang bunyi
jauh lebih panjang dari gelombang sinar cahaya, dan hukum
pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi kecil
dibandingkan ukuran permukaan pemantulan. Inii berarti bahwa
penggunaan hukum ini harus dipirkan dengan cermat untuk bunyi
berfrekuensi rendah.

27
Gambar 2.13. Pemantulan bunyi dari permukaan-permukaan dengan
bentuk berbeda : (1) pemantulan merata ; (2) penyebaran bunyi (3)
pemusatan bunyi
Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga
b. Penyerapan Bunyi
Bahan lembut, berpori dan kain serta juga manusia, menyerap
sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuk mereka, dengan
perkataan lain, mereka adalah penyerap bunyi. Dari defenisi,
penyerapan bunyi adlah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk
lain, biasanya panas, ketika smelewati suatu bahan atau ketika
menumbuk suatu permukaan. Jumlah panas yang dihasilkan pada
perubahan energi adalah sangat kecil, sedang kecepatan perambatan
gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan. Dalam akustik
lingkungan unsur-unsur berikut dapat menunjan penyerapan bunyi :
1) Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap.
2) Isi ruang seperti penonto, bahan tirai, tempat duduk dengan
lapisan lunak dan karpet.
3) Udara dalam ruang.
c. Difusi Bunyi
Bila tekanan di setiap bagian suatu auditorium sama dengan
gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan
bunyi dikatakan serba sama atau homogen; dengan perkataan lain,
difusi bunyi atau pentebaran bunyi terjadi dalam ruang. Difusi bunyi
yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang
tertentu (ruang konser, studio radio dan rekaman, dan ruang-ruang

28
musik), karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi yang
merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicraan aslinya, dan
menghalangi terjadinya cacat akustik yang tidak diinginkan. Difusi
bunyi dapat diciptakan dengan beberapa cara.
1) Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur
dalam jumlah yag banyak sekali, seperti pilaster, pier, balok-
balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon
yabg dipahat dan dinfing-dinding yang bergerigi.
2) Penggunaan lapisan permukaan pemnatul bunyi dan penyerapan
bunyi secara bergantia.
3) Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara teratur dan
acak.

Gambar 2. 14. Difusi bunyi (penyebaran), atau distribusi energi


bunyi yang merata dalam auditorium
Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga
d. Difraksi bunyi
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang
bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut
(corner), kolom, tembok, dan balok. Difraksi, yaitu pembelokan dan
penghamburan gelombang bunyi sekeliling penghalang, lebih nyata
pada frekuensi rendah daripada frekuensi tinggi, ini membuktukan
bahwa hukum akustik geometri tidak sesuai untuk meramalkan
dengan tepat kelakuan bunyi dalam ruang tertutup karena penghalang

29
yang biasanya ada dalama akustik ruang adalah terlampau kecil
dibandingkan dengan panjang gelombang bunyi yang dapat di dengar.
e. Dengung
Bila bunyi tunak (steady) dihasilkan dalam suatu ruang,
tekanan bunyi membesar secara bertahap, dan dibutuhkan beebarapa
waktu (dalam kebanyakan ruang sekitar 2 sekon) bagi bunyi untuk
mencapai nilai keadaan tunaknya. Dengan cara sama, bila sumber
bunyi telah berhenti, suatu waktu yang cukup lama akan berlalu
sebelum bunyi hilang (meluruh) dan tak dapat di dengar. Bunyi yang
berkepanjangan ini sebgai akibat pemantulan yang berturut-turut
dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan disebut
dengung.
3. Persyaratan akustik dalam rancangan auditorium
Rancangan macam-macam jenis auditorium (teater, ruang kuliah,
gereja, ruang konser,rumah opera dan gedung bioskop) telah merupakan
masalah yang kompelks dalam praktek arsitek masa kini, karena
disamping persyaratan keindahan, fungsional, teknik, seni dan ekonomi
yang bemacam-macam serta kadang-kadang bertentangan, suatu
auditorium seringkali harus menyediakan tempat bagi banyak pengunjung
yang sebelumnya belum pernah terjadi. Lebih lanjut, standar-standar
sekarang sering berarti bahwa ruang sama harus digunakan untuk
bermacam-macam jenis acara (auditorium aneka fungsi) dan bahwa
kapasitas ruang harus secara mudah disesuaikan dengan kebutuhan sesaat
(auditorium aneka bentuk). Ini adalah persyaratan penting, dam harus
diingat bahwa jika penonton memasuki suatu auditorium maka ia
mempunyai hak untuk mengharapkan, disamping kualitas acaranya sendiri,
kenyamanan, keamanan, lingkungan yang menyenangkan, penerangan
yang cukup, pemandangan (viewing) yang memadai dan bunyi yang baik.
Kondisi mendengar dalam tiap auditorium sangat dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan arsitektur murni, seperti bentuk ruang,
dimensi, dan volume, letak batas-batas permukaan, pengaturan tempat
duduk, kapasitas penonton, lapisan permukaan dan bahan-bahan untuk

30
dekorasi interior. Hampir tiap rinci (detai) dalam ruang tertutup sedikit
banyak akan menentukan penampilan akustik ruang tersebut. Garis besar
persyaratan akustik :
a) Harus ada kekerasan loudness) yang cukup dalam tiap bagian
auditorium terutama di tempat-tempat duduk yang jauh.
b) Energi bunyi harus di distribusi secara merata (terdifusi) dalam ruang.
c) Karaterisrik dengan optimum harus disediakan dalam auditorium untu
memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai oleh
penonton dan penampilan acara yang paling efisien oelh pemain.
d) Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan
yang berkepanjangan (long-dekayed reflection), gaung, pemusatan
bunyi, distorsi, bayangan bunyi dan resonansi ruang.
e) Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau
pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak
dalam tiap bagian ruang.
4. Teater
Masalah-masalah akustik dalam rancangan arsitektur teater
sandiwara bertambah terus-menerus karena perubahan-perubahan
mendasar terjadi pada rancangan teater. Aktor, penyanyi tunggal, pemusik,
pencipta tarian, produser, penata panggung, dan teknisi teater, semua
mengharapkam perubahan besar-besaran atau paling sedikit perubahan
yang sungguh-sungguh dari seorang arsitek agar dapat memenuhi konsep-
konsep baru tersebut. Penilaian persyratan pernyataan individual yang
kadang-kadang bertentangan selama masa perancangan, menyebabkan
lebih banyak tanggung jawab berada pada arsitek.
Dalam denah suatu auditorium teater pertimbangan perancangan dan
fungsi berikut ini akan mempengaruhi kondisi akustik :
a) Bentuk daerah penonton dan kapasitas tempat duduk.
b) Ukuran daerah pentas
c) Jenis dan skala produksi yang sipertimbangkan dan prioritas
penggunaan.
d) Hubungan penonton pementas

31
Kapasitas tempat duduk auditorium biasanya ditetapkan dari hasil
perundingan antara faktor ekonomi yang menekankan tempat duduk yang
banyak, dan kepuasan penonton pwmwntas yang menempatkan keakraban
di atas kapasitas yang besar. Makin besar kapsitas penonton, makin jauh
antara daerah pentas dan tempat duduk yang jauh sehingga makin sulit
menyediakan kekerasan yang cukup bagi pidato tanpa sistem penguat
untuk mencapai tempat duduk yang jauh ini.

5. Pengaruh Akustik Ruang pada Musik


Sifat-sifat akustik ruang mempunyai pengaruh yang jelas paa
berbagai tahap proses musik yaitu, pada komposisi, pada pagelaran
(produksi) dan pada pendengaran. Pencipta musik pada mulanya sangat
dipengaruhi oleh pengaturan akustik ruang di mana pekerjaan mereka
dikomposisikan atau dimainkan. Sepanjang abada, pencipta musik gereja
ini memanfaatkan pengaruh kepenuhan nada yang menguntungkan pada
musik mereka, sautu karateristik akustik ruang gereja yang istimewa.
6. Ruang konser
Dalam ruang konser yang baik penonton dan pemusik berada dalam
ruang yang sama tanpa bangunanan pemisah (tembok prosenium) anatsa
mereka. Tidak ada bentuk ruang khusus yang dapat dianggap ideal untuk
suatu ruang konser. Saat ini, bentuk kipas dan denah yang tak teratur
tampaknya lenih disukai, asalkan perhatian yang cuckup diberikan pada
persyaratan-persyaratan akustik.
Penggunaan balkon (atau balkon-balkon) dalam ruang konser yang besar
sering menguntungkan karena hak tersebut membawa penonton lebih
dekat dengan panggung. Adalah relatif mudah untuk menyediakan
pemantulan dengan waktu tunda singkat bagi tempat duduk yang
dimiringkan dengan tajam di balkon-balkon, dan gelombang bunyi tidak
mencapai barisan-barisan di balkon dengan sudut datang miring seperti
terjadi pada daerah tempat duduk utama.
7. Eliminasi Cacat Akustik Ruang
Disamping menyediakan sifat-sifat akustik yang positif, seperti
kekerasan yang cukup, distribusi energi bunyi yang merata, dan waktu

32
dengung optimum, cacat-cacat akustik ruang yang potensial perlu
ditiadakan. Cacat akustik yang paling sering dijumpai dan yang dapat
merusak bahkan kadang-kadang menghancurkan kondisi akustik yang
sebenarnya baik, seperti :
a) Gema
Gema yang mungkin merupakam cacat akustik ruang yang
paling berat, dapat diamati bila bunyi dipantulkan oleh suatu
permukaan batas dalam jumlah yang cukup dan tertunda cukup lama
untuk dapat diterima sebagai bunyi yang berbeda dari bunyi yang
merambat langsung dari sumber ke pendengar.

Gambar 2.15 Gema


Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga

b) Pemantulan yang berkepanjangan (Long-delayed)


Adalah cacat dengan gema, penundaan waktu antara penerima
bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat.

33
Gambar 2.16 Cavat-cacat akustik dalalam auditorium .
1 gema ; 2 pemantulan ; 3 bayang-bayang bunyi ; 4
pemustan bunyi.
Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga
c) Gaung
Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang berurutan dengan
cepat dan dapat dicatat serta diamati bila ledakan bunyi singkat seperti
tepukan tangan atau tembakan, dilakukan di antara permukaan-
permukaan pemantul bunyi yang sejajar, wlaupun kedua pasang
dinding lain yang berhadapan tidak sejajar, menyerap atau merupakan
permukaan-permukaan difus. Eliminasi permukaan-permukaan
pemantulan yang berhadapan dan saling sejajar adalah salah satu cara
untuk menghindari gaung.

Gambar 2.17 Gaung dapat terjadi antara permukaan-permukaan


bunyi yang tidak sejajajr, bila sumber bunyi S diletakkan di antaranya.
Gaung juga dapat terjadi antara permukaan-permukaan
pemantul bunyi yang tidak sejajar
Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga

34
d) Pemusatan Bunyi
Pemusatan bunyi, yang kadang-kadang dinyatakan sebagai
titik panas (hot spots), disebabkan oleh pemantulan bunyi pada
permukaan-permukaan cekung intensitas bunyi di titik panas sangat
tinggi dan selalu terjadi kerugian pada daerah dengar lain atau titi mati
(dead spot), di mana kondisi mendengar adalah buruk.
e) Ruang Gandeng (Couple Spaces)
Bila suatu auditorium dihubungkan dengan ruang disapingnya
yang dengung (seperti ruang depan, ruang tempat tangga, serambi,
menara panggung atau tempat pembatisan) lewat saran pintu keluar-
masuk yang terbuka, maka kedua ruang itu membentuk ruang gandeng.
Selama rongga udara ruang yang bergandengan itu saling
berhubungan, maka masuknya bunyi dengugn dari ruang tetangga ke
dalam auditorium akan terasa, walaupun dengung dalam auditorium
tersebut telah diatur dengan baik. Gejala ini akan mengganggu orang-
orang yang duduk dekat dengan pintu ke luasr-masuk yang terbuka,
tidak peduli berapapun usaha telah dilakukan dalam pengendalian
dengung ruang.
f) Distorsi
Adalah perubahan kualitas bunyi musik yang tidak
dikehendaki dan terjadi karena ketidak seimbangan atau penyerapan
bunyi yang sangat banyak oleh permukaan-permukaan batas pada
frekuensi-frekuensi yang berbeda. Ini dapat dihindari bila lapisan-
lapisan akustik yang digunakan mempunyai karateristik penyerapan
yang seimbang pada seluruh jangkauan frekuensi audio.
g) Resonansi Ruang
Resonansi ruang, kadang-kadang disebut kolorasi terjadi bila
bunyi tertentu dalam pita frekuensi yang sempit mempunyai
kecenderungan berbunyi lebih keras dibandingkan frekuensi-frekuensi
lain. Cacat akustik ini lebih rawan dalam ruang kecil dibandingkan
dengan ruang besar. Eliminasinya penting, terutama dalam rancangan
studio radio, rekaman, di mana bunyi ditangkap oleh mikrofon.

35
h) Bayangan Bunyi
Gaya bayangan bunyi dapat diamati di bawah balkon yang
menonjol terlalu jauh ke dalam ruang udara suatu auditorium

Gambar 2.18 Bayang bunyi pada no. 3


Sumber : Doelle.1972. Akustik Lingkungan.Jakarta. Erlangga

bawah balkon macam itu , dengan kedalaman yang melebihi dua kali
tinggi harus dihindari. Karena merek akan menghalangi tempat duduk
yang jauh, yang berada di bawah balokon, untuk menerima bunyi
langsung dan bunyi pantul dalam jumlah yang cukup. Dengan
demikian menciptakan audibilitas yang buruk di bagian ini.
i) Serambi Bisikan (Whispering Gallery)
Frekuensi bunyi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk
merangkak sepanjang permukaan-permukaan cekung yang besar,
seperti kubah setengah bola.

8. Prosedur Perancangan
Dalam merancang akustik ruang, arsitek harus selalu kembali
mengingat keempat elemen akustik (sumber,penerima,media.dan
gelombang bunyi). Prosdur perancangan akustik sebgai berikut :
a. Mengenli fungsi utama ruangan
Menjadi titik tolak pertimbangan akustik. Bisa saja sebuah
ruangan tidak memerlukan penaatan akustik sama sekali, misalnya
gudang. Sebaliknya, sebuah ruang dapat membutuhkan pertimbangan
akustik yang sangat rumit (ruangan konser musik klasik besar),

36
apalagi bila akan dipakai untuk pertunjukan musik yang berbeda-beda
karakter. Mengenali fungsi utama ruangan akan sekaligus
memudahkan untuk memperkirakan karakter audiensnya.
b. Mengenali lingkungan sekitar ruangan
Bila akan merancang ruangan untuk musik serius semacam
musik klasik, maka gangguan bunyi dari luar akan sangat
mengganggu. Bisa juga sebaliknya, lingkungan perumahan yang
tenang akan sangat terganggu oleh suara band cadas dari dalam
ruangan. Denagn mengenali karakter lingkungan maka dapat
menentukan seberapa jauh ruagan harus kedap suara.
c. Merancang detail
Bila kondisi lingkungan sudah dipahami, maka dapat dirancang
bahan-bahan penutup ruangan yang pas. Bila yang dibutuhkan adalah
penyerapan frekuensi tinggi, tentunya yang diperlukan adalah bahan
yang mempunyai koefisien serapan bunyi frekuensi tinggi lebih
banyak. Perlu dipikirkan pula bahwa elemen akustik harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus menjadi elemen sestetik
arsitektural.

H. Lokasi dan Tapak


21 Lokasi
Lokasi adalah letak atau tempat dimana fenomena geografi terjadi.
Konsep lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
Lokasi absolut adalah letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang dan
garis garis bujur (garis astronomis). Lokasi relatif adalah letak atau
tempat yang dilihat dari daerah lain di sekitarnya. Lokasi relatif dapat
berganti-ganti sesuai dengan objek yang ada di sekitarnya.Sumber :
perencanaan-tapak-dalam-ilmu-arsitektur
www. muhammadsyahreza12.blogspot.co.id
Faktor kemudahan lokasi untuk bangunan komersial antaralain :
Aksebilitas ke lokasi mudah, dalam arti dilewati transportasi umum, dan
konsdisi jalan disekitar lokasi baik.

37
a. Lokasi bangunan tidak jauh dari kawasan pemukiman.
b. Lokasi bangunan berdekatan dengan fasilitas publik yang lain.
22 Tapak
Tapak dalam peerspektif Ilmu Arsitetur adalah lahan atau tempat
dimana bangunan yang direncanakan akan didirikan. Perencanaan tapak
dimaksudkan untuk meletakkan bangunan atau kelompok bangunan pada
tapak yang ditentukan dengan tepat, maka perlu dilakukan analisis
terhadap kondisi rona awal tapak dalam kelebihan dan kekurangannya.
Perencanaan tapak dalam ilmu Arsitektur lebih diprioritaskan kedalam
keindahan, keserasian dan keestetikaan objek bangunan yang akan
menempati jarak.
Untuk mendapatkan hasil yng diinginkan dalam proses pengerjaan
tapak dilakukan sebuah proses yang dinamakan analisis tapak. Titik
fokus perencanaan tapak dalam ilmu arsitektur antara lain lebih
berproporsi pada lokasi objek bangunan yang akan menempati tapak,
sirkulasi dan pencapaian, zoning, KDB (Koefisien Dasar Bangunan),
KLB (Koefisien Lantai Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan)
dan GSP (Garis Sempadan Pagar). Sumber : perencanaan-tapak-dalam-
ilmu-arsitektur www. muhammadsyahreza12.blogspot.co.id
1. Lokasi Sekitar Objek Bangunan Yang Menempati Jarak, Lokasi
merupakan hal paling utama diidentifikasi oleh arsitek sebelum
melakukan pengkoderasian bangunan. Lokasi memegang peranan
penting dalam terpenuhinya beberapa syarat pembuatan bangunan
hunian yang memuaskan dan nyaman
2. Sirkulasi dan Pencapaian, Sirkulasi yang dimaksud adalah
kemudahan orang-orang di dalamnya mengakses baik bagi pejalan
kaki atau kendaraan.
3. Orientasi Arah Angin, mencakup Ventilasi udara baik dengan
pengudaraan alami ataupun buatan.
4. Orientasi Matahari, mempengaruhi suhu dalam bangunan.
5. Tautan Lingkungan, lingkungan sekeliling tapak juga berpengaruh
pada perletakan bangunan.

38
6. Kontur, kontur menantang arsitek untuk membuat bangunan yang
menyesuaikan dengan kondisi tanah. Perbaikan kontur dan tanah
harus dilakukan sesedikit mungkin. Perataran tanah besar-
besaransebaiknya dihindari.
7. KDB (Koefisien Dasar Bangunan), adalah angka yang digunakan
untuk menghitung luas lantai dasar bangunan maksimum yang
didirikan diatas lahan.
8. KLB (Koefisien Lantai Bangunan), adalah angka yang digunakan
untuk menghitung luas maksimum lantai bangunan yang didirikan
pada lahan.
9. GSB (Garis Sempadan Jalan), adalah batas dinding terluar bangunan
yang didirikan.
10. Kenampakan Bangunan.
11. Kebisingan.

I. Neo Vernakular
1. Pengertian Neo Vernakular
Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang
berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di
ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu
penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk,
konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang) dengan
tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk
secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya
mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju
tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Arsitektur Neo-
Vernacular juga salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era
Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun
1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes
dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan
berbentuk kotak-kotak). Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post
Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, Historiscism, Straight

39
Revivalism, Neo Vernakular, Contextualism, Methapor dan Post Modern
Space. Dimana, menurut (Sukada, 1988) dari semua aliran yang
berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri
arsitektur sebagai berikut :
1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
2. Membangkitkan kembali kenangan historik.
3. Berkonteks urban.
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi.
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10. Bersifat ekletik.
Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham sebagai respon
dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan
fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri.
Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada
prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis,
peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan
antara bangunan, alam, dan lingkungan. Sumber :Landsan Teori
Arsitektur Neo-vernakular www. library.binus.ac.id/
Arsitektur neo-vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik
yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti
budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan
adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari
jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim
lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier).
Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-
ciri diatas sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur Post Modern
(Neo-Vernakular). Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post

40
modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era Post
Modern, yaitu :
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya
tiru manusia.
2.Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat
pribadi.
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional
atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke
belakang.
2. Ciri-Ciri Neo Vernakular
a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk
iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata
letak denah, detail, struktur dan ornamen).
b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya , pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya
menjadi konsep dan kriteria perancangan.
c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan
penampilan visualnya).
Tabel 2.2 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular, dan
Neo-vernakular

Perbandi Neo-
No Tradisional Vernakular
ngan vernakular
1. Ideologi Terbentuk Terbentuk oleh Penerapan
oleh tradisi tradisi turun elemen
yang temurun tetapi arsitektur yang
diwariskan terdapat sudah ada dan
secara pengaruh dari kemudian
turuntemuru luar baik fisik sedikit atau

41
n,berdasarka maupun non- banyaknya
n fisik, bentuk mengalami
kultur dan perkembangan pembaruan
kondisi arsitektur menuju suatu
lokal. tradisional. karya yang
modern.
2. Prinsip Tertutup dari Berkembang Arsitektur
perubahan setiap waktu yang bertujuan
zaman, untuk melestarikan
terpaut pada merefleksikan unsur-unsur
satu kultur lingkungan, lokal yang
kedaerahan, budaya dan telah terbentuk
dan sejarah dari secara empiris
mempunyai daerah dimana oleh tradisi
peraturan arsitektur dan
dan norma- tersebut berada. mengembang-
norma Transformasi kannya
keagamaan dari situasi menjadi suatu
yang kental kultur homogen langgam yang
ke situasi yang modern.
lebih Kelanjutan
heterogen. dari arsitektur
Vernacular.
3. Ide Lebih Ornamen Bentuk desain
desain mementingk sebagai lebih
an fasade pelengkap, modern.
atau bentuk, tidak
ornamen meninggalkan
sebagai suatu nilai- nilai
keharusan. setempat tetapi
dapat melayani
aktifitas

42
masyarakat
didalam

Sumber : Susanto, Triyono, Sumalyo, 2015. Neo-vernakular.


http://arsitektur-neo-vernakular-fazil.blogspot.com/. Diakses
tanggal 6 agustus 2016.
Berdasarkan tabel, dapat disimpulkan bahwa arsitektur Post
Modern dan aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan
antara tradisional dengan non-tradisional, modern dengan setengah non-
modern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timeline
arsitektur modern, Vernacular berada pada posisi arsitektur modern awal
dan berkembang menjadi Neo-Vernacular pada masa modern akhir
setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur
modern.

3. Metode Eksplorasi untuk Pembaharuan dalam Arsitektur Neo-


Vernakular
Neo Vernacular berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai
fonim yang berarti baru. Jadi Neo-Vernacular berarti bahasa setempat
yang diucapkan dengan cara baru, arsitektur Neo-Vernacular adalah
suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk,
konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosofi, tata ruang) dengan tujuan
melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh
sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami
pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa
mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Pembaharuan ini dapat
dilakukan dengan upaya eksplorasi yang tepat. (Tjok Pradnya Putra
dalam jurnal berjudul Pengertian Arsitektur Neo-Vernacular). Dalam
proses eksplorasi gedung-gedung Modern-Vernacular di Indonesia,
menurut Deddy Erdiono dalam Jurnal Sabua Vol. 3, No.3:32-39,
November 2011 berjudul Arsitektur Modern (Neo) Vernacular di
Indonesia, menyatakan bahwa ada empat model pendekatan yang harus
diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan

43
memodernisir bangunan tradisional dalam konteks kekini-an, yaitu
kecenderungan terjadinya perubahan- perubahan dengan paradigma,
yaitu:
a. Bentuk dan maknanya tetap.
b. Bentuk tetap dengan makna baru .
c. Bentuk baru dengan makna tetap .
d. Bentuk dan maknanya baru. Pada pendekatan
e. Bentuk baru dengan makna tetap,
Penampilan bentukan arsitektur Neo-Vernacular dapat
menghadirkan bentuk baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang
diperbaharui, jadi tidak lepas sama sekali karena terjadi interpretasi baru
terhadap bentuk lama yang kemudian diberi makna yang lama untuk
menghindari kejutan budaya (culture shock).
a. Bentuk Dan Maknanya Tetap
Penampilan bentukan arsitekturnya tetap mengadopsi dan
menduplikasi bentuk lama (walaupun dengan beberapa perubahan
material bangunan) dan makna yang ada (kosmologi,mitologi dan
genealogi) tetaplah Lama. Hal ini masih dimungkinkan terjadi pada
masyarakat yang masih homogen, kuat struktur sosialnya dan
masih berpegang teguh pada nilai-nilai/norma-norma yang dianut
sehingga dalam proses akulturasi desain, nilai-nilai lokal masih
cukup dominan. Secara arsitektural tidak terjadi perubahan
signifikan yang mendasar. Perancang masih memegang teguh
kultur masyarakat secara ketat lengkap dengan atribut-
atributnya.Transformasi bentukan arsitekturnya nyaris tidak terjadi,
kecuali pemakaian bahan bangunan saja yang menggunakan
produk terkini dengan spesifikasi yang lebih modern. Pemaknaan
pada konteks bentukan arsitekturnya masih tetap sebagaimana
adanya,seperti: bagian-bagian kaki, badan dan kepala bangunan,
geometrik, hirarki, susunan danhubungan antar massa lengkap
dengan penerapan skala dan proporsinya. Barangkali yang agak
berbeda adalah implementasi makna pada pengolahan

44
ruang ,akulturasi desain ruang yang terjadi lebih disebabkan oleh
tuntutan perubahan kebutuhan fungs- fungsi baru di dalam rumah
tinggal yang lebih kompleks macam, susunan dan hubungan
ruangnya, namun secara hirarkis pada umumnya pemaknaannya
masih tetap sama.
b. Bentuk Tetap Dengan Makna Baru
Penampilan bentukan arsitekturnya tetap mengadopsi dan
menduplikasi bentuk lama tetapi diberi makna baru. Hal ini
dimungkinkan terjadi pada masyarakat yang baru mengalami masa
transisi akibat pengadopsian nilai-nilai kebudayaan asing.
Masyarakat masih enggan meninggalkan kebudayaan masa
lalunya, atau kalaupun terpaksa harus meninggalkannya,
dibutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengakomodasi
kebudayaan baru serta menghindari terjadinyakejutan budaya
(culture shock), maka diberilah makna baru. Sebagai contoh,
makna yang bersifat sakral diubah menjadi profan dan sekaligus
berupaya untuk menghilangkan mitos-mitos yang ada (tidak
memberlakukan mito syang ada di dalam masyarakat).Upaya-
upaya desakralisasi dan demitisasi yang dilakukan oleh perancang
ini mengajak masyarakat untuk membentuk dirinya sendiri dengan
sederetan penyangkalan dan penolakan, sekalipun mereka masih
dihantui oleh realitas-realitas atas pengingkaran nilai-nilai luhur
warisan nenek moyang itu sendiri.Sikap ini selalu muncul dan
diwujudkan kembali dalam bentuk-bentuk tertentu yang
direpresentasikan melalui simbol-simbol ornamentasi atau dekorasi
bangunan.
c. Bentuk Baru Dengan Makna Tetap
Penampilan bentukan arsitekturnya menghadirkan bentuk
baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang diperbarui,jadi tidak
lepas sama sekali karena terjadi interpretasi baru terhadap bentuk
lama yang kemudian diberi makna yang lama untuk menghindari
kejutan budaya (culture shock). Hal demikian ini juga dapat terjadi

45
pada masyarakat transisi, dimanadalam proses akulturasi dengan
kebudayaan asing masih menyadari tidak bisa menghilangkan
sama sekali sikap religius sebagai warisan leluhurnya.Menurut
Eliade (1959), sebagian besar eksistensi tentang hal ini seringkali
diperoleh dari inspirasi alam bawah sadar mereka.Spiritual arkhais
ini tetap hidup dengan caranya sendiri tanpa tindakan yang efektif,
selain romantisme nilai-nilai yang berarti bagi diri mereka.
Semangat untuk mencitrakan tradisi arsitektur vernakular dalam
konteks kekinian dengan paradigma tersebut di atas terasa lebih
sulit dilakukan oleh perancang, karena pemaknaan pada bentukan
arsitektural yang baru harus tetap mewarisi nilai-nilai luhur
warisan budaya masyarakat. Implementasi makna-makna tersebut
secara konseptual akan menginspirasi adanya temuan-temuan baru
dalam bentukan arsitekturalnya yang akan diperoleh melaluiupaya-
upaya eksplorasi secara terus menerus pada setiap elemen dan
komponen bentuk.
d. Bentuk Dan Maknanya Baru(Berubah)
Penampilan bentukan arsitekturnya menghadirkan bentuk
baru dengan disertai makna yang baru pula, karena terjadi
perubahan paradigma berarsitektur secara total. Dalam
berakulturasi desain, kebudayaan lama sudah ditinggalkan atau
tetap dipakai hanya sebagai tempelan atau sebatas untuk
ornamen/dekorasisaja. Hal ini dapat terjadi hanya pada masyarakat
pasca transisi yang mempunyai kebebasan untuk mengolah bentuk
dan makna tanpa batasan- batasan konservatif yang mengikat.
Telah terjadi perubahan konsep pemikiran yang mendasar dalam
masyarakat tentang kosmologi, mitologidan genealogi. Adanya
proses demitisasi secara menyeluruh ini dinamakan Alegorisasi,
dimanamitos dianggap sebagai dunia imajiner, dapat disejajarkan
dengan rasionalisme elementer dan psikologi yang simplistik.
Demitisasi dan desakralisasi di sini tidak hanya berarti sekedar
kemenangan Logos terhadap Mitos, tetapi lebih dari itu

46
merupakan kemenangan bahasa tekstual ketimbang bahasa lisan,
kemenangan dokumen-dokumen tertulis terhadap pengalaman
hidup yang hanya dapat diungkapkan secara pra-literal. Kosmologi,
mitologi dan genealogihanya menjadi milik masyarakat arkhais
yang dianggap sebagai dokumen literal dan artistik, bukan lagi
sebagai sumber-sumber atau ungkapan-ungkapan pengalaman
religius yang dikaitkan dengan ritus. Sekalipun telah mengalami
proses demitisasi dan desakralisasi yang panjang, mitos-mitos
danhal-hal yang dianggap sakral masih berperan dalam kehidupan
manusia modern tetapi dalam bentuk yang berbeda.
4. Prinsip Design Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci, yaitu :
a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan
adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-
nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan
yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan
arsitektur.
c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.
e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi
kondisi yang akan datang.

J. Studi Banding
1. Preseden Bangunan yang Menerapkan Neo Vernakular
a. Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9
juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian
besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang

47
diekspose. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar
terbuka yang sangat tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan
udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan
arsitektur Joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk
maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari soko guru dan
usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa.
Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti
kayu yang diterapkan pada kolom- kolom di ruang tunggu
memberikan kesan yang modern namun natural.

Gambar 2.19 Bandara Soekarno Hatta


Sumber: www.eprints.uns.ac.id

Bangunan Soekarno Hatta Airport ini merupakan bangunan


neo-vernakular yang dengan sangat jelas memperlihatkan konsep
asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap
joglo dan atap-atap pelana (lipat) yang banyak digunakan pada
bangunan tradisional Indonesia. Penggunaan material modern yang
berkesan natural pada kolom-kolom bangunan ini dapat diterapkan
pada bangunan Pasar Tradisional agar terlihat kesan mendaerah
namun modern.
Selain itu penerapan konsep arsitektur setempat dalam
penggunaan tata ruang yang linear yang dipadu dengan teknologi
modern cocok diterapkan pada Pasar Tradisional, agar dapat
terciptanya suatu bangunan modern yang masih memiliki image
daerah, seperti ulee gajah pada sambungan balok-kolom yang
saling menembus yang banyak terdapat pada bangunan tradisional
Aceh

48
b. National Theatre Malaysia
Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu
bangunan neo-vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur,
dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung pertunjukan,
dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat
balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah
satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan
budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti
konsep bangunan tradisional melayu Malaysia yang menggunakan
atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular
yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan
Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap
memiliki ciri khas Malaysia.

Gambar 2.20 National Theater Malaysia


Sumber : Ahlul. 2012. National Theater Malaysaia.
http://www.ahluldesigners.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 2
September 2016

Gedung Teater Nasional Malaysia ini mengambil konsep


Neovernakular dari rumah tradisional melayu Malaysia dengan
sangat jelas dan memberikan pengulangan-pengulangan pada
bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya
digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat tepat
diaplikasikan ke gedung teater ini karena gedung teater

49
membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah
tradisional yang menggunakan atap yang besar dan tinggi.
2. Lincoln Center For The performing Arts

Gambar 2.21.Lincoln Art Center


Sumber : www. id.wikipedia.org
Lincoln Center for the Performing Arts adalah sebuah
komplek bangunan seluas 16.3-acre (6.6 ha) di Lincoln Square,
Upper West Side, New York City. Reynold Levy menjabat sebagai
presiden sejak 2002.
Fasilitas pertunjukan Lincoln Center For The Performing Art:
a. Alice Tully Hall
b. Avery Fisher Hall
c. David H. Koch Theater
d. Vivian Beaumont Theater
e. Mitzi E. Newhouse Theater (aslinya bernama the Forum)
f. The Walter Reade Theater
g. Jazz at Lincoln Center
h. The Allen Room
i. Dizzy's Club Coca-Cola
j. Rose Theater
k. rene Diamond Education Center

Lincoln Center berperan sebagai pusat dari 12 organisasi seni:

a. The Chamber Music Society of Lincoln Center

50
b. Film Society of Lincoln Center (sponsor New York Film
Festival)
c. Jazz at Lincoln Center
d. The Juilliard School
e. Lincoln Center for the Performing Arts, Inc., juga disebut
"Lincoln Center Presents"
f. Lincoln Center Theater
g. Metropolitan Opera
h. New York City Ballet
3. Seoul Art Center
Seoul Arts Center (Pusat Kesenian Seoul) adalah sebuah
gedung untuk pementasan kesenian yang terletak di Seoul, Korea
Selatan. Bangunan ini didirikan mulai tahun 1984 dan diselesaikan
pada bulan Februari 1993 dengan rancangan desainer Kim Seok-
chul. Seoul Arts Center merupakan komplek yang terdiri dari
banyak bangunan yang berbeda-beda fungsinya. Keseluruhannya
mencapai 9 buah bangunan, antara lain: Opera House, Music
House, Hangaram Art Gallery, Seoul Calligraphy Art Museum,
Arts Library, Opera Theater, Towol Theater, Jayu Theater dan Hill
Stage. Pusat Seni ini menyelenggarakan berbagai pertunjukkan
seni budaya dan pameran, mulai dari musik, tari, opera, teater, film
dan sebagainya. Seoul Arts Center merupakan markas besar dari
beberapa organsisasi kesenian dan kebudayaan penting Korea
Selatan, antara lain National Ballet Company, National Chorus of
Korea, Seoul Performing Arts Company, Korean Symphony
Orchestra, Korean Film Archive, Korean Culture and Arts
Foundation dan Korean National University of Arts. Gedung Seoul
Arts Center bersebelahan dengan gedung NCKTPA, organisasi
yang dikenal dalam pelestarian dan pementasan musik dan tari
tradisional Korea.
Berlokasi di ibu kota negara Korea Selatan, Seoul Arts
Center merupakan rumah bagi banyak pementasan kesenian seperti

51
Opera House, Music Hall, the Hangaram Art Museum, the
Hangaram Design Museum dan the Seoul Calligraphy Museum.
Awalnya tempat ini didirikan untuk mengembangkan dan
mempromosikan seni dan budaya Korea dan untuk membangun
hubungan dengan International art scene, namun saat ini Seoul Art
Center dianggap sebagai salah satu dari sepuluh pusat seni
terkemuka di dunia.
Bangunan ini dibagi menjadi beberapa bagian.
a. Opera House
Ini merupakan gedung pusat tempat pertunjukan opera
digelar. Gedung ini didesain dengan bentuk gat (topi
tradisional Korea terbuat dari bambu dan bulu kuda), selesai
dibangun pada 1993 dengan fasilitas kelas dunia. Terdiri dari 3
tempat teater. Bangunan ini juga dilengkapi dengan air mancur
dan kafe luar ruangan yang nyaman dan menyenangkan.

Gambar 2.22 Opera House


Sumber : www.ceritakorea.com
b. The Music Hall
Selesai dibangun pada 1998, ini adalah gedung konser
eksklusif pertama di Korea. Ditujukan untuk pertunjukan
musik klasik, dan saat ini adalah tempat bermain para musisi
kelas dunia. Didesain dengan bangunan modern dan dilengkapi
dengan sound system dan peralatan panggung terbaru yang
akan menciptakan kesan alat musik raksasa.

52
Gambar 2.23 The Music Hall
Sumber : www.ceritakorea.com
c. The World Music Fountain
Dibuka pada tahun 2002, The Concert Hall adalah
tempat menikmati konser musik yang sempurna. Plus, air
mancur di bagian ini adalah daya tarik tersendiri bagi anak-
anak.

Gambar 2.24 The World Music Fountain


Sumber : www.ceritakorea.com

Gambar 2.25 The World Music Fountain


Sumber : www.ceritakorea.com

53
d. Seoul Calligraphy Museum
Tidak hanya pertunjukan musik dan opera, Seoul Arts
Center juga punya museum kaligrafi. Dibuka pada 1988,
tempat ini menjadi daya tarik bagi para peminat sejarah dan
karakter cina. Terdiri dari 10 galeri yang tersebar dalam 2
lantai dan merupakan satu-satunya museum di dunia yang
didedikasikan untuk bentuk seni tradisional. Memamerkan
keindahan kaligrafi klasik yang diambil di era modern.

Gambar 2.26 Seoul Calligraphy Museum


Sumber :www.ceritakorea.com

4. Studio Of Art

Gambar 2.27 Studio Kerajinan Tangan


Sumber : remodelista.com

54
Gambar 2.28 Studio Lukis
Sumber : wendywallsartist.com/2010/11

Gambar 2.29 Studio Musik


Sumber : usaharentalstudiomusikmurah.blogspot.co.id/

Gambar 2.30 Studio Tari


Sumber : mmdg.us

55
Gambar 2.31 Studio Teater
Sumber : bonstra.com

5. Exhibition

Gambar 2.32 Ruang Pamer Lukis


Sumber : arts.unl.edu

56
Gambar 2.33 Ruang Pamer Kerajinan Tangan
Sumber : museumbatikpekalongan.info

Gambar 2.34 Ruang Grafity


Sumber : fajarriono.blogspot.co.id/2013_06

Gambar 2.35 Panggung Seni


Sumber : cineteatrolaprovvidenza.it

6. Public Art Space

57
Gambar 2.36 Haluan Art Space
Sumber : calenderart.com

Gambar 2.37

58
BAB III

TINJAUAN RUANG SENI DENGAN PENDEKATAN


NEOVERNAKULAR DI KOTA KENDARI

A. Tinjauan Makro Lokasi


1. Tinjauna Terhadap Kota Kendari
a. Letak Geografis
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan
sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara
geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada di
antara 30 54` 30``- 40 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara 1220 23`- 1220 39` Bujur Timur. (Sumber:
Presentasi RTRW Kota Kendari 2010 2030)

Gambar 3.1 Peta Provinsi Sulawesi Tenggara


Sumber: Presentasi RTRW Kota Kendari 2010 2030

Berdasarkan data Presentasi RTRW kota Kendari 2010 2030


menjelaskan letak wilayah dan batas-batas Kota Kendari adalah
sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe

59
b. Sebelah Timur : Laut Kendari
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda,
Kabupaten Konawe Selatan
d. Sebelah Barat : Kecamatan Ranomeeto Konawe Selatan dan
Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe

Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 6 Tahun 1995 yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 1995
dengan status Kotamadya Daerah Tk. II Kendari.
b. Luas Wilayah
Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau
Sulawesi. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau
Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu
Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2
atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.
(Sumber: Presentasi RTRW Kota Kendari 2010 2030)

Gambar 3.2 Peta RTRW Kota kendari


Sumber: Presentasi RTRW Kota Kendari 2010 - 2030

Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam secara


berturut-turut, Kecamatan Abeli merupakan wilayah kecamatan yang
paling luas yaitu 49,61 km2, menyusul Kecamatan Baruga 49,58 km2,
Kecamatan Poasia yaitu 43,52 km2, Kecamatan Puuwatu yaitu 42,71
km2, Kecamatan Mandonga yaitu 23,36 km2, Kecamatan Kambu yaitu
23,13 km2, Kecamatan Kendari Barat yaitu 22,98 km2, Kecamatan

60
Kendari yaitu 19,55 km2, Kecamatan Wua-Wua yaitu 12,35 km2, dan
Kecamatan Kadia yaitu 9,10 km2. (Sumber: Presentasi RTRW Kota
Kendari 2010 2030)

c. Tinggi Wilayah
Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah kota Kendari di atas
permukaan laut, kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi
yang berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut,
selanjutnya wilayah kecamatan Abeli dan Kecamatan Kendari Barat
berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.
d. Keadaan Iklim (Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan)
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, di kota Kendari
hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di
atas wilayahnya. Menurut data yang diperoleh dari badan meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari 2010
terjadi 258 dari hujan dengan curah hujan 2,859,33 mm.
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan
ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunugan dan pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit berbeda untuk masing-
masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah kota
kendari merupakan daerah bersuhu tropis.
1) Musim
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari
hanya dikenal dua musim kemarau dan musim hujan. Keadaan
musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas
wilayahnya. Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu
dengan curah hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai
musim pancaroba atau musim peralihan araea musim hujan dan
musim kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus,
angin bertiup dari arah timur berasal dari benua Australia yang
kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya
curah hujan didaerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan

61
bulan Oktober terjadi musim kemarau. Kemudian pada bulan
November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup
mengandung banyak uap air yang berasal dari benua Asia dan
Samudra Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-
bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya terjadi
musim hujan. Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa
di Kota Kendari tahun 2009 terjadi 137 h dengan curah hujan
1.419 mm.
2) Suhu Udara
Suhu udara juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan
dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda
untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara
keseluruhan, wilayah kota kendari merupakan daerah bersuhu
tropis. Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Maritim Kendari, selama tiga bulan pertama tahun
2015 sehu udara maksimum 27,4C dan minimum 26,8C.
Tekanan udara rata-rata 1.011,3 milibar dengan kelembaban udara
rata-rata 85,5 persen. Kecepatan angin di Kota Kendari selama
tiga bulan pertama pada tahun 2015 umumnya berjalan normal,
mencapar 6,40 knt.
2. Aspek Sosial Kota Kendari
a. Jumlah penduduk
Penduduk Kota Kendari pada tahun 2013 sebesar 314.146
jiwa, pada tahun 2014 sebesar 335.889 jiwa, dan pada tahun 2015
sebesar 347.496 jiwa, sedangkan pada tahun 2016 berdasarkan hasil
pencatatan terakhir, melalui Proyeksi Survei Penduduk Antar Sensus
(Supas) 2011, penduduk Kota Kendari telah mencapai 359.371 jiwa.
Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa laju pertumbuhan
penduduk Kota selama kurun waktu tahun 2013-2016 sebesar 1,87
persen per tahun. (sumber: BPS Kota Kendari)

62
Grafik 3.1 Proyeksi Penduduk Kota Kendari 2010-2020
Sumber: BPS Kota Kendari

Untuk laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan, laju


pertumbuhan penduduk Kecamatan Kadia mempunyai laju
pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1,95 persen disusul
Kecamatan Kendari, Kendari Barat dan Kambu masing-masing
sebesar 1,89 persen, 1,87 persen dan 1,87 persen.

Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan, 2014


Kepadatan Penduduk Kota Kendari menurut Kecamatan, 2014
Jumlah Kepadatan
Luas wilayah
Kecamatan Penduduk Penduduk
(km2)
(jiwa) (jiwa/km2)
1 Mandonga 20,77 41 891 2 017
2 Baruga 48,00 22 437 467
3 Puuwatu 39,72 32 143 809
4 Kadia 6,71 45 460 6 775
5 Wua-wua 11,16 28 272 2 533
6 Poasia 37,74 28 932 767
7 Abeli 43,85 25 991 593
8 Kambu 24,63 31 433 1 276
9 Kendari 15,68 29 605 1 888
10 Kendari 19,11 49 725 2 602

63
Barat
Total 267,37 335 889 1 256
(Sumber: BPS Kota Kendari)

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan kadia


disebabkan karena bertambahnya kegiatan ekonomi di kecamatan ini
seperti pembangunan Toko/ruko, rumah makan dan hotel sehingga
penduduk cenderung memilih untuk tinggal di kecamatan Kadia.

b. Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk kota Kendari dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.2 Persebaran Penduduk Kota Kendari menurut Kecamatan, 2015
Persebaran Penduduk Kota Kendari menurut Kecamatan, 2015
Kecamatan Penduduk % Persebaran
(1) (2) (3)
1. Mandonga 43,338 12,47
2. Baruga 23,213 6,68
3. Puuwatu 33,254 9,57
4. Kadia 47,031 13,53
5. Wua-wua 29,249 8,42
6. Poasia 29,982 8,61
7. Abeli 26,890 7,74
8. Kambu 32,519 9,36
9. Kendari 30,627 8,81
10. Kendari Barat 51,443 14,80
Kota Kendari 347,496 100,00
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia, KKDA 2016

Persebaran penduduk Kota Kendari berdasarkan hasil


proyeksi sensus penduduk Indonesia 2010-2035 terpusat di
Kecamatan Kadia dengan tinggi persebaran 13,53% dengan jumlah
penduduk 42.515 Jiwa. Tingginya persebaran di Kecamatan Kadia

64
disebabkan karena meningkatnya kegiatan ekonomi dengan
dibangunnya toko, mall, dan hotel.

3. Pola Umum Tata Ruang Kota Kendari

Gambar III.1. Peta Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Kota 2010-2030


(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari)
a. Rencana Tata Guna Lahan
Sebagai suatu sistem wilayah, kota terbentuk oleh adanya
interaksi antara bagian wilayah kota (BWK) ataupun pembagian
zona wilah tertentu yang direncakan oleh Dinas Tata Kota dan
Pemukiman Kota Kendari 2010-2030. Sehubungan dengan
perkembangan kebutuhan lahan kegiatan-kegiatan perkotaan, maka
fungsi eksisting BWK di Kota Kendari di masa mendatang
mengalami perubahan sebagaimana yang telah di lakukan oleh Dinas
Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari yang telah membuat
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari 2010-2030
yakni membagi wilayh-wilayah Kota Kendari melalui penzoningan
wilayah/zonasi.
b. Fungsi dan Peran Kota
Berdasarkan potensi yang dimiliki Kota Kendari, maka
kemaampuan pelayanan seluruh kegiatan potensial yang ada secara

65
internal dan eksternal akan dapat menentukan fungsi dan peran kota.
Kota Kendari dalam masa yang akan datang berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota kendari 2010-2030 dalam peta sistem
pusat-pusat pelayanan kota akan berfungsi sebagai:
c. Pusat pelayanan kota:
1) Pusat Pemerintahan Kota
2) Perdagangan dan Jasa
3) Pariwisata
4) Pendidikan
5) Transportasi
6) Industri
7) Kesehatan
d. Sub Pusat Pelayanan Kota
e. Pusat Lingkungan
4. Rencana Pola Ruang
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari tahun
2010 2030, pembagian pola ruang Kota Kendari terbagi atas beberapa
zona peruntukan, yakni :
a. Kawasan Pertanahan
b. Pertanian Tanaman Hortikultura
c. Kawasan Hutan Lindung
d. RTH
e. Sempadan Pantai
f. Kawasan Resapan Air
g. Sempadan Sungai
h. Taman Wisata Alam
i. Kebun Raya
j. Hutan Kota
k. Taman Kota
l. Perumahan Kepadatan Tinggi
m. Perumahan Kepadatan Sedang
n. Perumahann Kepadatan Rendah

66
o. Perkantoran Pemerintah
p. Kawasan Pendidikan Tinggi
q. Pelayanan Kesehatan
r. Perdagangan dan Jasa
s. Sector Informal
t. Pelayanan Pendidikan
u. Kawasan Pelayannan Umum
v. Kawasan Industri Terbatas
w. Kawasan Industri & Pergudangan
x. Kawasan Pelabuhan
y. Kawasan Pariwisata
z. Terminal Type A
aa. TPA
bb. Pertanian Taman Pangan
cc. Pertanian Hortikultura
dd. Zona Kepentingan Pariwisata
ee. Zona Kepentingan Pariwisata & Nelayan
ff. Zona Kepentingan Pelabuhan

5. Rencana Kawasan Pariwisata


Berdasarkan Rencana Pola Ruang yang telah dibuat oleh Dinas
Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari berdasarkan penzonningan pada
wilayah-wilayah Kota Kendari tahun 2010 sampai tahun 2030. Hal
tersebut diatas dapat dilihat pada peta berikut ini:

67
6. Ketentuan Teknis Site Perancangan
Dalam perancanga suatu site ada beberapa ketentuan teknis yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Arah Intensitas Penggunaan Ruang
Intensitas penggunaan ruang lebih memberikan pengertian
secara kuantitatif dari pemanfaatan ruang. Tolak ukur kuantitatif
dari pemanfaatan ruang adalah berupa koefisien pemanfaatan ruang
yang lebih bersifat horizontal (KDB) dan koefisien yang lebih
menunjukan dimensi vertikal/ ketinggian (KLB). Kota yang tidak
terencana intensitas bangunannya akan menimbulkan adanya
daerah-daerah yang mempunyai kepadatan bangunan tinggi yang
mengakibatkan memburuknya kualitas lingkungan pada daerah-
daerah tersebut. Oleh karena itu masalah kepadatan bangunan perlu
mendapatkan perhatian serius. Dengan lebih teraturnya kepadatan
bangunan diharapkan akan memperoleh kualitas lingkungan yang
baik.

Tabel III.2. Klasifikasi Kepadatan Bangunan

No. Klasifikasi Kepadatan Bangunan

68
1 2 3
1 Sangat Rendah < 10 bangunan/ha
2 Rendah 11 40 bangunan/ha
3 Sedang 41 60 bangunan /ha
4 Tinggi 61 80 bangunan/ha
5 Sangat Tinggi >81 bangunan/ha

Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987

Beberapa strategi untuk pengaturan kepadatan dan ketinggian


bangunan antara lain:
1) Penataan ketinggian yang dicerminkan dari jumlah lantai
bangunan, disesuaikan dengan daya dukung lahan dan fungsi
lahan yang telah ditetapkan.
2) Untuk kawasan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
(pusat pelayanan, jalan utama dan lain-lain) dimungkinkan
untuk memiliki KLB yang lebih tinggi dari kawasan lainnya.
3) Dalam kaitannya denga ketinggian bangunan, kontruksi
bangunan harus didukung oleh teknologi konstruksi yang tepat.

Luas KDB Lantai Tinggi Keterangan


Bangunan
Kavling (m) (%) Min Max KLB Min Max

1 2 3 4 5 6 7 8
50-100 40 1 2 2 x KDB - 12 Standar
umum yang
200 40 - 3 3 x KDB - 18 digunakan
200-300 40 3 4 4 x KDB 12 20 pada daerah-
daerah
600-1200 40 5 8 8 x KDB 24 36 yang sudah
berkembang
1200-2400 40 9 11 9 x KDB 40 48 menjadi
2400-4800 40 20 25 9 x KDB 84 100 kawasan
permukiman
300-600 40 1 2 2 x KDB - 12 (perkotaan)
1200 40 - 3 3 x KDB - 18 Standar kota
dalam taman
1200-1800 40 3 4 4 x KDB 12 20 yang

69
3600-7200 40 5 8 8 x KDB 24 36 dikembangka
n pada
7200-14400 40 9 11 9 x KDB 40 48 daerah yang
14400- 40 20 25 9 x KDB 84 100 masih kosong
atau daerah
28400 baru untuk
pengembang
3600 30 5 8 8 x KDB 24 36 an kawasan
2000 20 - 2 2 x KDB - 12 perkotaan

5000 20 - 2 2 x KDB - 12

Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987

b. Ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Selain kepadatan dan ketinggian bangunan, ketentuan garis
sempadan juga bertujuan mewujudkan keteraturan bangunan,
memperkecil resiko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran
udara segar dan penentuan cahaya matahari. Garis Sempadan
bangunan (GSB) dan Garis Sempadan (GSP) berdasarkan status
jalan:
a. Jalan Arteri GSP : > 20 Meter dari As Jalan
: > 25 Meter dari As jalan
b. Jalan Kolektor GSP : > 15 Meter dari As jalan
: > 20 Meter dari As jalan
c. Jalan Lokal I GSP : > 10 Meter dari As jalan
: > 15 Meter dari As jalan
d. Jalan Lokal II GSP : > 7 Meter dari As jalan
: > 12 Meter dari As jalan
Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987

7. Perencanaan Ruang Seni di Kota Kendari


a. Potensi Seni dan Budaya
Kesenian dan kebudayaan di Sulawesi Tenggara telah
menunjukan perkembangan yang pesat, ini terlihat dari tingkat
apresiasi masyarakat terhadap seni pertunjukan, seni murni, dan
kebudayaan yang tinggi. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan
survey yang dilakukan pada beberapa tempat atau sanggar seni di
Kota Kendari dan berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan

70
Pariwisata Sulawesi Tenggara tentang jumlah sanggar yang
mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat.
Tabel III.4. Sanggar kesenian dan budaya yang ada di Sulawesi Tenggara
No. Kab/Kota Nama Sanggar Alamat
1 2 3 4
1 Kendari HIMKOT Kota Kendari Jl.A.Yani Lrg.Pemuda No.2
Kendari
2 DISPORABDUPAR Jl.Budi Utomo Komp.P2ID
3 Jl.Lumba-Lumba
Kota Kendari
4
Sanggar Sorume
5
6 Sanggar KCBT
7
SanggarInuanggi Art
8
UK Seni UHO
9 Kampus Lama
19 Studio 28
11 Jl.Sao-sao
IQO Art Management
Jl.Made Sabara
Sanggar Eksis

Konawe Sanggar Ana Sepu Jl. P. Diponegoro


Sanggar Anaway Kel.Tuoy
Sanggar Seni Teater Ana
Molepo Kom. Perkantoran
Karang Taruna Inowa Kel. Lambuya
Sanggar Tombuno Kelurahan Uepay
Sanggar Asaki Kel. Nohu-Nohu
Kelompok Grup Gambus
Lapulu Desa Lapulu
FKT Kec. Wawonii Tengah Laempepi
Sanggar Waipode SMA 1 Andoolo
Lainea
Konawe Sanggar Oheo Komp. Perkantoran Kec.
Selatan Sanggar Tari Sangua SMA 1 Lainea
Angata
Sanggar Tari Wulele Andoolo
Sorumba Ranomeeto
Konawe Sanggar Tari Wulele Andoolo
Utara Sanggula Jl. Poros Trans Sulawesi

71
Sanggar Weorima Desa Punggomosi
Sanggar Oheo Kel. Wanggudu
Dinas Bipdar Konawe Utara Jl. Lowamo
Sanggar Seni Ikesma Jl. Abd. Majid
Sanggar Seni Wonua Morini Kel. Watu Bangga
Sanggar Seni Tina Orima Jl. Poros Kolaka Pomalaa
Sanggar Seni Anawai Jl. Pemuda
Sanggar Seni Wono Sorume Jl. Made Sabara
RSP Lrg. Sinar Lass
Sahabat Ringha Jon Jl Basuki Ahmad
SPARTA Jl. Kenaro no. 35
Sanggar Jati
Sanngar Mayapasta Komp. Keraton Buton
Sanggar Keraton
Sanggar Wisjayanti
Studio 31
Sanggar Almondo
Sanggar Alfarisi
Sanggar Wakatobi
Sanggar Wolio
Sanggar Alionda
Sanggar Paligamata
Sanggar Haji Yipada

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, Daftar


Sanggar
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara 201

B. Tinajaun Mikro Lokasi


1. Tinjuan Terhadap Lokasi
Lokasi perencanaan berada di kawasan Kecamatan Kadia
kelurahan Bende. Ada beberapa point yang dapat dianalisi dari kondisi
lingkungan di sekitar tapak. Luas wilayah daratan Kecamatan Kadia
sebesar 6,721 km2 atau 2,50 % dari luas daratan Kota Kendari. dengan
fungsi wilayah dominan kawasan perumahan kepadatan tinggiDengan
batas-batas wilayah yakni:

72
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Puuwatu dan Kecamatan
Mandonga.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kambu dan
Kecamatan Wua - Wua.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mandonga dan
Kecamatan Kambu.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua - Wua.

3.1 Lokasi Kec. Kadia


Sumber : google.earth.com
2. Tapak
Letak tapak terpilih berada di Jl.Ahmad Yani , Kelurahan Bende.
Spesifikasi lokasi tapak merupakan kawasan perdagangan dan jasa
berdasarkan RTRW Kota Kendari. Lokasi ini sangat strategis, berada pada
jalan arteri primer, dilewati transportasi umum dan tersedianya
infrastruktur yang lengkap.

73

Anda mungkin juga menyukai