Anda di halaman 1dari 141

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang dan mengalami

perubahan atau reformasi yang diakibatkan oleh paradigma baru, berusaha sedapat

mungkin menjaga kelangsungan pembangunan untuk memasuki era globalisasi

dan pasar bebas. Sejalan dengan hal tersebut kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah telah dioptimasikan untuk menunjang

pengembangan sektor ekonomi yang berorientasi global, dan dapat digali sebagai

sumber dana dalam rangka pembiayaan pembangunan Negara.

Salah satu aspek yang dapat dikembangkan adalah sektor perdagangan dan

bisnis yang mana sangat potensial karena Indonesia kaya akan hasil budaya dan

hasil bumi. Dengan penggalangan aspek tersebut diatas sudah barang tentu sangat

tergantung pada keberadaan fasilitas-fasilitas penunjang.

Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara

melalui kebijakan-kebijakan untuk mendukung program pengembangan nasional

di sektor pembangunan dan minat investasi yang sedang tumbuh subur sebagai

upaya mencapai sasaran struktur ekonomi yang berskala lokal maupun nasional.

Kota Kendari cukup layak dijadikan salah satu tempat untuk

pengembangan hal tersebut diatas, karena dengan melihat kedudukan kota

Kendari sebagai Ibu kota Propinsi Sulawesi Tenggara yang mulai berkembang

baik dari sisi infrastruktur maupun manusianya, dalam hal ini cukup besar dalam

1
kegiatan sosial ekonominya, terutama sebagai pusat bisnis terbuka, perdagangan

yang ditunjang letak strategis.

Salah satu faktor utama yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di

negara kita khususnya Kota Kendari berjalan dengan lambat adalah kurang

tersedianya sarana dan prasarana penunjang aktifitas ekonomi yang memadai.

Dalam hal ini, dibutuhkan suatu wadah yang menunjang kegiatan ekonomi

tersebut.

Hotel merupakan salah satu unsur pokok dalam menunjang pelayanan

dengan pelaksanaan berbagai kegiatan, serta pemenuhan kebutuhan akan fasilitas

akomodasi yang merupakan tempat melepas kepenatan setelah mengadakan

perjalanan atau sebelum melanjutkan perjalanan. Apabila kita mengamati hotel di

Kota Kendari masih kurang fasilitasnya sehingga perlunya pengadaan suatu

wadah sebagai sarana akomodasi yang dilengakapi fasilitas penunjang dalam

melakukan kegiatan konferensi baik yang berskala nasional maupun internasional.

Hal tersebut mengindikasikan perlu adanya pengadaan wadah perencanaan

Hotel Konvensi di Kota Kendari sebagai fasilitas untuk hunian yang digunakan

tempat istrahat dan bisnis sebagai daya tarik dalam perencanaan hotel tersebut

dijadikan sebagai landasan untuk meningkatkan kebijaksanaan dalam

pembangunan perhotelan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Maka

semakin terasa betapa perlunya pengadaan sebuah hotel konvensi atau sarana

akomodasi sebagai suatu wadah yang dapat menampung segala kegiatan sebagai

unit hunian, bisnis perdagangan yang juga dapat meningkatkan devisa Negara,

Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan

yang pada gilirannya akan mempengaruhi sektor-sektor lain yang terkait. Upaya

2
yang terencana, terpadu, dan efektif perlu dilakukan untuk menunjang kebijakan

pemerintah dalam meningkatkan kegiatan ekonomi dan pengolahan sumber daya

alam.

B. Permasalahan

Proses langkah suatu perencanaan dan perancangan hotel ini akan

menimbulkan permasalahan-permasalahan terhadap kondisi dan hotel itu sendiri.

Adapun permasalahan yang akan timbul :

1. Bagaimana pemilihan lokasi dan site yang sesuai dengan konsep

perencanaan Hotel Konvensi di Kota Kendari ?

2. Bagaimana konsep perencanaan Hotel Konvensi dengan pendekatan

arsitektur hijau ?

3. Bagaimana desain fisik bangunan yang sesuai dengan konsep pendekatan

arsitektur hijau ?

C. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembangunan

hotel ini yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga interaksi

antara pengunjung dengan lingkungan sekitar dapat tercipta dengan baik. Maksud

dan tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lokasi dan site yang sesuai dengan konsep perencanaan

Hotel Konvensi di Kota Kendari?

2. Untuk mengetahui konsep perencanaan yang diterapkan pada perencanaan

Hotel Konvensi di Kota Kendari?

3
3. Untuk memberikan desain fisik bangunan yang sesuai dengan konsep

arsitektur hijau?

D. Sasaran Pembahasan

Untuk mendapatkan perencanaan fisik bangunan hotel yang memenuhi

persyaratan sesuai fungsinya sebagai wadah hunian yang komersial, nyaman dan

rekreatif bagi pengunjung dengan lingkungan sekitar dapat tercipta dengan baik.

E. Lingkup Pembahasan

Secara garis besar ruang lingkup dalam studi ini adalah perancangan

Hotel Konvensi memfasilitasi segala kebutuhan ruang untuk berkonverensi. Hal

tersebut dilakukan dengan menyusun evaluasi untuk bahan perencanaan meliputi

penataan dan pengakomodasian fungsi fisik bangunan dan lingkungan yang

dibutuhkan, serta pembahasan ditekankan pada aspek-aspek perancangan yang

berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur.

Lingkup permasalahan-permasalahan yang ada dan gagasan yang

direncanakan maka ditetapkan ruang lingkup permasalahan pada perencanaan dan

perancangan Hotel Konvensi ini adalah sebagai berikut :

1) Dengan fasilitas penunjang sarana maupun prasarana hotel.

2) Pemilihan/penentuan site bangunan.

3) Luas area Hotel Konvensi dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

4
F. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan penjelasan latar belakang, maksud dan tujuan,

permasalahan, lingkup pembahasan, serta sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan mengenai Tinjauan Umum Hotel Konvensi, jenis hotel,

klasifikasi hotel, penjelasan tentang tema serta aplikasi tema dalam

proyek, dan studi banding.

BAB III TINJAUAN KHUSUS PENGADAAN HOTEL KONVENSI DI

KOTA KENDARI

Pada tahap ini dikemukakan tinjauan lokasi penelitian terhadap Kota

Kendari, Data mengenai tapak, Metode perancangan, Metode

pengumpulan data, Hasil data, Rencana Tata Ruang Kota Kendari.

BAB IV PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

Merupakan pendekatan konsep perancangan yang mengacu pada

gembaran umum, data-data perancangan, standarisasi bangunan

maupun lingkungan, bentuk pola aktifitas umum perencanaan dan

gambaran umum konsep yang digunakan pada perencanaan hotel ini.

BAB V ANALISA PERANCANGAN

Menjelaskan tentang beberapa acuan tentang faktor-faktor

perencanaan dan perancangan antara lain analisa perancangan yang

terdiri dari analisa tapak, analisa bangunan, analisa fungsi/aktifitas

serta analisa pembagian zoning.

5
BAB VII PENUTUP

Beriisi kesimpulan dari perancangan dan menjawab dari


permasalahan yang telah diajukan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hotel Konvensi


1. Definisi Hotel Konvensi
Pengertian Hotel di Indonesia, adalah suatu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa

penginapan, makan dan minum serta jasa penunjang lainnya bagi umum

yang dikelola secara komersial.

Ada beberapa pengertian hotel yang pada dasarnya mempunyai

makna yang sama, yaitu:

a) Secara terminology

Menurut pandangan Bagiono (dalam Budianto Agus, 2000 : 9) kata hotel

berasal dari kata yunani, yaitu “hoteis” yang berarti member tempat

perlindungan kepada pengunjung dengan member upah atau hadiah kepada

pemilik.

b) Hotel merupakan bangunan umum yang memberi jasa kepada orang yang

melakukan perjalanan dengan dua pelayanan utama yaitu akomodsasi serta

makan dan minuman (Sambono Agus dan Bagiono, 2006 : 3).

c) Berdasarkan SK menteri perhubungan No.241/H/70 yang dimaksud dengan

hotel adalah dimana tersedia penginapan, makanan dan minuman serta dapat

diperolehnya pelayanan dan fasilitas-fasilitas lainnya, dimana setiap orang

dapat memeanfaatkan dengan suatu pembayaran.

d) Berdasarkan SK mentri perhubungan No.PM.10/PW 301/PHB 77 tentang

peraturan usaha dan klasifikasi hotel, yang dimaksud hotel adalah suatu

7
bentuk akomondasi yang dikelola secara komersial disediakan bagi setiap

orang untuk memperoleh pelayanan menginap berikut makanan dan

minuman.

e) Berdasarkan SK menteri perhubungan No. KM 37/PW 340/MPPT-87,

tentang usaha dan pengolahan hotel. Menyebutkan bahwa hotel adalah suatu

jenis akomondasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan

untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa

penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

f) (Menurut hotel propietors act,1956), adalah : suatu perusahaan yang di

kelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makan, minuman

dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan

perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan

pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hotel

mencakup arti sebagai suatu wadah yang menyediakan jasa bentuk

akomodasi, penyediaan makanan dan minuman. Serta fasilitas lainnya untuk

umum, diutamakan bagi mereka yang melakukan perjalanan atau kunjungan,

yang untuk kesemuanya itu pengunjung dipungut bayaran.

Sedangkan pengertian dari konvensi menurut beberapa ahli ialah :

1. Poerwadarminta WJS :

“Konvensi merupakan suatu pertemuan atau konferensi dari segolongan

tokoh-tokoh masyarakat atau partai politik dengan tujuan tertentu yang

biasanya menyangkut tatakrama, kebiasaan dan adat”.

8
2. Badan Pariwisata Inggris :

“Konvensi adalah sesuatu kejadian pertemuan yang terorganisasi yang

diadakan di suatu tempat yang sudah ditentukan, berlangsung paling cepat 6

jam dihadiri oleh sedikitnya 250-1000 orang, mempunyai perencanaan dan

jadwal tersendiri”.

3. keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK. 85/07.001/phb-78

“Konvensi adalah forum pertemuan dengan peserta-peserta baik dari dalam

maupun luar negeri untuk aneka ragam keperluan yang diselenggarakan oleh

suatu instansi, lembaga, asosiasi, perhimpunan, perkumpulan, kelompok,

organisasi lainnya sebagai rangkaian kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi

yang bersangkutan”.

Perkembangan kegiatan konvensi diawali dengan berkembangnya

teknologi dan inovasi-inovasi baru dalam bidang sains dan sosial hal

tersebut menumbuhkan suatu kebutuhan untuk menginformasikan

penemuan-penemuan baru itu kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Perkembangan situasi politik dunia juga menuntut diadakannya pertemuan-

pertemuan antar negara untuk mencapai sesuatu permufakatan dan kerja

sama diantar mereka.

Melihat perkembangan yang ada pada saat ini kegiatan konvensi

bukan lagi merupakan sekedar bentuk pertemuan biasa tapi sudah mengarah

menjadi suatu gabungan dengan kegiatan perjalan dan rekreasi, sehingga

lazim diistilahkan sebagai “wisata konvensi”.

9
Jenis kegiatan yang dilaksanakan dewasa ini penekanannya lebih

pada pertemuan bisnis, pengenalan penemuan baru, training dan lain-lain.

Para peserta konvensi yang terdiri dari para usahawan datau kalangan

eksekutif tersebut umumnya membawa serta keluarganya. Para pendamping

ini umumnya mempunyai kegiatan sendiri yang dapat dimasukkan kedalam

kegiatan sampingan dari kegiatan konvensi yang utama.

Perkembangan konvensi bukan hanya sekedar menunjang

berlangsungnya pertemuan saja, melainkan juga melibatkan kegiatan-

kegiatan yang memberikan keuntungan bagi sektor-sektor seperti

transportasi, akomodasi dan hiburan. Kegiatan ini selain merupakan suatu

sumber devisa yang potensial bagi negara juga dapat menggiatkan sektor

pariwisata tanah air.

Maka Hotel Konvensi adalah sarana akomodasi yang tidak hanya memberikan
pelayanan penginapan, makanan dan minuman tetapi juga menyediakan
fasilitas untuk menunjang kegiatan konvensi yang digelar di hotel tersebut
baik itu yang digelar organisasi yang bersifat nasional maupun internasional.
2. Sifat Dan Ukuran Wisata Konvensi

a. Konvensi Lokal

Pertemuan ini bersifat lokal dn diselenggarakan oleh kelompok

kecil yang potensial. Kelompok tersebut bisa saja sebagai kelompok

mandiri yang mempunyai organisasi dengan pedoman kerja (Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), namun bersifat lokal, yakni untuk

memajukan masyarakat lokal itu sendiri.

b. Konvensi Daerah

10
Pertemuan yang lebih besar dari konvensi lokal adalah

konvensi daerah. Seperti halnya konvensi lokal, konvensi daerah ini juga

bisa merupakan suatu konvensi yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah daerah atau organisasi swasta daerah yang mandiri dengan

pedoman kerja (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) yang

kegiatan usahanya ditujukan untuk memajukan daerah setempat.

c. Konvensi Nasional

Kegiatan penyelenggaraan konvensi nasional menjadi penting

karena dihadiri oleh sejumlah besar dari konvensi-konvensi diatas.

Konvensi nasional ini bisa diselenggarakan oleh pemerintah, bisa pula

oleh swasta, atau bersama-sama oleh pemerintah dan swasta. Kegiatan

penyelenggaraan ini membawa karakteristik yang berbeda dengan

konvensi-konvensi tersebut diatas karena menyangkut program

pertemuan yang lebih luas, membutuhkan staf pelaksana lebih banyak,

peralatan fasilitas lebih lengkap, dan logistik yang berlipat ganda.

d. Konvensi Regional

Konvensi ini didasarkan pada letak geografis yakni negara-

negara bertetangga yang sepakat membentuk wilayah untuk kepentingan

bersama dalam banyak hal. Misalnya negara-negara di Eropa sepakat

membentuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan dikawasan asia

tenggara membentuk Association of the South East Asian Nation

(ASEAN). Dalam konteks industri pariwisata, khususnya wisata

konvensi, penyelenggaraan kegiatan konvensi regional memiliki

11
karakteristik dan warna tersendiri. Namun dalam hal-hal yang bersifat

substansial mempunyai persamaan berwatak yang universal.

e. Konvensi Internasional

Sesuai dengan sifatnya yang mengglobal, konvensi

internasional memang bersifat mendunia. Cakupannya adalah negara-

negara yang terletak di semua benua dalam peta bumi ini.

3. Ukuran Konvensi

Ukuran suatu konvensi dilihat dari segi jumlah peserta yang hadir

dalam persidangan konvensi. Besar kecilnya jumlah peserta dalam

persidangan konvensi ini menentukan ukuran konvensi besar, sedang, atau

kecil.

a. Konvensi ukuran kecil

Para perencana suatu konvensi sebaiknya harus ingat perbedaan

antara suatu konvensi yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan atau

korporasi dengan suatu konvensi yang diselenggarakan oleh sebuah

organisasi atau asosiasi. Apabila perusahaan atau korporasi mengadakan

pertemuan para eksekutifnya juga organisasi atau asosiasi

menyelenggarakan pertemuan para anggota dewan pimpinannya, maka

persidangan ini akan dihadiri oleh jumlah peserta yang terbatas. Karena

itu konvensi ukuran kecil dihadiri oleh 20-25 orang.

b. Konvensi Ukuran Sedang

Disebut ukuran sedang karena jumlah peserta yang hadir dalam

persidangan tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Daya

tampung konvensi jenis ini ialah 60 sampai 200 orang. Untuk konvensi

12
ukuran sedang masalah ruang sidang dengan perlengkapannya sudah

mulai diperhatikan secara tehnis.

c. Konvensi Ukuran Besar

Jelas sekali perbedaan antara konvensi ukuran besar dengan

konvensi ukuran kecil atau sedang. Konvensi ukuran besar memiliki

kebutuhan dengan skala ukuran lebih besar, lebih luas, dan lebih

menyeluruh. Konvensi ukuran besar berkapasitas 200-20.000 orang atau

lebih

B. Jenis Hotel

Menurut pandangan Bagiono (dalam Budianto Agus, 2000:9)

Berdasarkan lokasi, hotel dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Beach hotel (resort), yaitu hotel yang barlokasi di kawasan pantai. Hotel ini

umumnya mengandalkan pemandangan kamar sebagai keunggulam kamar

2. City hotel, adalah hotel yang terletak di jantung kota atau di tengah kota.

Jenis hotel ini lebih fleksibel menarik tamu-tamu dengan berbagai macam

tujuan kunjungan, mulai dari tamu-tamu konvensi, keluarga, hingga tamu-

tamu bisnis.

3. Suburban hotel, adalah hotel yang terletak di pinggiran kota. Hotel tipe ini

dapat menarik tamu-tamu jarak jauh untuk singgah.

4. Airport hotel, yaitu hotel yang terletak di lokasi bandar udara. Segmentasi

pasar hotel ini adalah tamu-tamu yang transit untuk selanjutnya meneruskan

perjalanan dengan pesawat udara.

13
5. Highway hotel, adalah hotel yang berlokasi di tepi jalan raya ataupun di

jalan bebas hambatan. Tamu-tamu yang membawa kendaraan sendiri, sales

person yang membawa mobil, ataupun para sopir umumnya lebih suka

menginap di hotel jenis ini, di samping area parkirnya yang luas, highway

hotel juga menyediakan layanan makan pagi dalam kamar.

6. Downtown hotel, adalah hotel yang berlokasi di luar kota.

7. Resort hotel, adalah hotel yang terletak di kawasan wisata air ataupun wisata

darat/pegunungan.

Berdasarkan Lamanya Beroperasi, hotel di bedakan menjadi :

a. All Year Around, yaitu hotel yang beroperasi sepanjang tahun. Tidak ada

sela untuk berhenti, sebagian hotel di Indonesia masuk dalam klasifikasi

buka sepanjang tahun. Karyawannya pun bekerja sepanjang tahun

dengan mendapatkan cuti sesuai ketentuan. (www.hotel & resort,indonesia

desigh.com) ,

b. Seasonal hotel, yaitu hotel-hotel yang beroperasi pada waktu-waktu

tertentu. Di Eropa, hotel musiman muncul pada musim salju dan musim

panas. Hotel hanya buka selama tiga bulan dalam satu tahun. Karyawan

yang dipekerjakan menggunakan sistem kontrak.(www.hotel & resort,indonesia

desigh.com) ,

14
C. Klasifikasi Hotel

Jenis hotel ini merupakan hotel yang menyediakan akomodasi untuk para

tamu yang datang dengan tujuan berbisnis, tidak hanya dikhususkan sebagai

tempat untuk penyelenggaraan konfensi dan rapat saja, melainkan penyewaan

bagi pengunjung menengah keatas. Penggolongan Hotel ditetapkan dalam 5 kelas,

dinyatakan dengan tanda bintang. Golongan hotel dengan kelas tertinggi dan

tanda bintang lima dan golongan kelas terendah dengan bintang 1. Penentuan

golongan kelas hotel dinyatakan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Dirjen

pariwisata dan dilakukan penilaian sekali dalam tiga tahun.

Hotel yang direncanakan disini adalah hotel berbintang 5 yang memiliki

paling sedikit 100 kamar, terdiri dari 84 kamar ganda dan 10 kamar tunggal serta

4 kamar suite room (Luas kamar ganda minimal 24 m2 dan luas kamar tunggal

minimum 18 m2).

1. Berdasarkan Kelas Dan Fasilitas Hotel

a) Hotel Berbintang

Hotel berbintang adalah suatu badan usaha yang menggunakan

suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus,

dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan

menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan telah memenuhi

persyaratan sebagai hotel berbintang.

Adapun persyaratan tersebut adalah :

(1) Persyaratan fisik seperti lokasi hotel dan kondisi bangunan.

(2) Bentuk pelayanan yang diberikan.

(3) Kualifikasi tenaga kerja seperti pendidikan, kesejahtraan karyawan.

15
(4) Fasilitas-fasilitas pelengkap yang menunjang keberadaan hotel

tersebut.

Klasifikasi hotel ditetapkan Direktorat Jenderal Pariwisata dengan

keputusan No. Kep. 22 /U/VI/1978 dengan tanda bintang yaitu dari

bintang satu sampai lima (Dirjen Pariwisata No. KM. 14/U/I/88).

Menurut Bagiono (2005 : 63), secara menyeluruh persyaratan bagi

jumlah kamar untuk masing-masing kelas hotel adalah sebagai berikut :

(a) Hotel berbintang satu

Paling sedikit memiliki 10 kamar tamu, terderi dari sembilan kamar

ganda dan 2 kamar tunggal (luas kamar ganda minimum 20m2 dan

luas kamar tunggal minimum 14m2).

(b) Hotel berbintang dua

Paling sedikit memiliki 15 kamar tamu, terdiri dari 13 kamar ganda

dan 2 kamar tunggal (luas kamar ganda minimum 22m2 dan luas

kamar tunggal minimum 16m2).

(c) Hotel berbintang tiga

Paling sedikit memiliki 30 kamar tamu, terdiri dari 27 kamar ganda

dan 3 kamar tunggal (luas kamar ganda minimum 24m2 dan luas

kamar tunggal minimum 18m2).

(d) Hotel berbintang empat

Paling sedikit memiliki 50 kamar tamu, terdiri dari 43 kamar ganda

dan 7 kamar tunggal serta 3 kamar suite (luas kamar ganda minimum

24m2 dan luas kamar tunggal minimum 18m2)

16
(e) Hotel berbintang lima

Paling sedikit memiliki 100 kamar tamu, terdiri dari 86 kamar ganda,

10 kamar tunggal serta 4 kamar suite ( luas kamar ganda minimum

26m2 dan luas kamar tunggal minimum 20m2, dalam hal ini kamar

single dapat berupa kamar single rate pula).

Untuk menjadikan hotel ini berbeda dari hotel-hotel yang ada pada

setiap daerah, maka direncanakan dibuat suatu tempat pagelaran seni

terbuka (amphiteater) dengan latar belakang alam yang di letakan di

tempat terbuka (Outdoor).

b). Hotel Melati

Hotel melati adalah usaha penyediaan sarana akomodasi bagi

umum yang dikelola secara komersil, dengan menggunakan sebagian atau

seluruh bagian bangunan.

c). Hotel Bisnis

Hotel bisnis adalah hotel yang dirancang untuk orang-orang yang

mempunyai kepentingan usaha atau dagang. Biasanya, hotel jenis ini

terletak di pusat kota atau pusat perdagangan, dan lama tamu tinggal satu

atau dua hari saja.

2. Berdasarkan jumlah kamar

a) Hotel kecil memiliki kurang dari 25 kamar.

b) Hotel menengah memiliki antara 25-100 kamar.

c) Hotel sedang memiliki kamar antara 100-300 kamar.

d) Hotel besar memiliki lebih dari 300 kamar.

17
D. Pembahasan Tema
Tema yang di ambil adalah “ Green Architectur”.

1. Pengertian Tema
Pengambilan tema dilatar belakangi oleh Gejala yang dikenal

dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan

akibat dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur,

transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar besaran pada

semua sektor untuk menunjang kehidupan modern manusia. Mengingat

50% konsumsi energi fosil dunia adalah berhubungan dengan kebutuhan

energi bangunan, bearti 50% gas buang karbon dioksida yang

menimbulkan kontaminasi udara, atau 25% dari seluruh gas greenhouse

berasal dari bangunan. Keprihatinan ini yang mendorong timbulnya

pemikiran baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal

sebagai arsitektur hijau.

Arsitektur :

a) Suatu lingkungan binaan yang memenuhi kenyamanan, kekuatan dan

keindahan (vitruvius).

b) Suatu ungkapan rona bangunan yang selaras dengan kondisi-kondisi

keberadaannya, tidak dapat diterapkan begitu saja, tetapi terkendali

dalam sifat-sifat bahannya yang terpadu dalam elemen-elemen yang

ada.

Arsitektur Hemat Energi (Energy-Efficient Architecture)

Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan

energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan

18
maupun produktivitas penghuninya “dengan memanfaatkan sains dan

teknologi mutakhir secara aktif.

Arsitektur Hijau (Green Architecture)


Arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian

tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada

efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan

pendekatan holistik (holistic approach).

2. Konsep Dasar

Green Architecture pada dasarnya yaitu respect for site, yaitu

memanfaatkan elemen-elemen alam untuk menunjang fungsi bangunan.

a. Elemen Udara, merupakan elemen yang dibutuhkan untuk menciptakan

udara yang sejuk dan segar serta memasukan udara kedalam bangunan

dengan ventilasi silang.

b. Elemen Air, pemanfaatan secara visual melalui kolam dan aliran air

sebagai elemen alam serta memanfaatkan bunyi air ke dalam bangunan

sehingga menimbulkan suasana tenang.

c. Elemen Bumi, dengan mengolah bentuk tapak, mempertahankan dan

mengolah kontur pada ruang luar, missalnya jalur pedestrian dan taman

(sculptural garden) dengan memanfaatkan kontur.

d. Elemen Matahari, dengan memanfaatkan cahaya matahari sebagai

alternatif pencahayaannya disiang hari atau pencahayaan secara alami,

selain itu cahaya matahari dapat mencegah kelembaban dalam ruang.

19
Jadi Green Architecture diambil dengan pertimbangan pada

pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia, khususnya di kota Kendari yang

julukannya sebagai Kota Dalam Taman Yang Bertakwa, Maju, Demokratis

dan Sejahtera, dimana terjadi keselarasan unsur alam, manusia dan

kebudayaan dengan kebanggaan dan harapan masyarakat Kota Kendari yang

sedang berkembang agar dalam membangun hotel ini dapat sesuai dengan

fungsi dasar yang optimal, yaitu menyediakan ruang-ruang untuk istirahat

dan berbisnis secara efektif dan efisien.

3. Penekanan Terhadap Tema Green Architecture

Tema yang dipilih dalam perencanaan dan perancangan arsitektur ini

adalah Green Architecture, ini dipilih untuk mengoptimalkan dari bentuk

bangunan hotel, pada salah satu konsepnya adalah “Green Architecture”

yaitu dikarenakan banyak sekali bangunan-bangunan yang tidak menghargai

lingkungan dan alam yang meminimalisir lahan hijau. Pelestarian alam

harus dilakukan oleh semua pihak secara sinambung. Tidak bisa hanya

mengandalkan satu pihak saja. Dalam hal ini, sejak beberapa tahun

belakangan sudah digaungkan tentang arsitektur hijau. Jadi dalam membuat

bangunan harus tetap memperhatikan aspek ekologis dan lingkungan.

Sebuah konsep bangunan yang dilandasi kesadaran maksimal atas

kondisi bumi saat ini. Kebijaksanaan memperlakukan bangunan seperti

menyelamatkan bumi. Dalam dunia arsitektur, aliran ini disebut sebagai

“arsitektur hijau” (green architecture). Di dunia barat, catatan mengenai

20
gerakan ini diawali oleh Ian McHarg, seorang arsitek lansekap asal

Skotlandia pada 1969 lewat bukunya berjudul Design with Nature.

a. Ciri Bangunan Green Architecture :

1) Penataan cahaya alami

2) Sirkulasi udara alami

3) Beralih ke material non kayu atau meminimalisir penggunaan kayu.

4) Optimalkan vegetasi pada site (Taati kaidah arsitektur dalam

perbandingan minimal untuk 40 % ruang luar dan 60 % ruang

dalam).

b. Arsitektur Hijau

Arsitektur hijau (Green Architecture) adalah suatu pendekatan

pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh

membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur

hijau meliputi lebuh dari hanya sekedar bangunan tempat bernaung

manusia dengan segala fungsinya.

Munculnya konsep arsitektur hijau yang saat ini terus bergaung

diseluruh dunia dipicu oleh adanya kerusakan lingkungan yang semakain

mengkhawatirkan. Hal tersebut tersebut di perkuat lagi dengan adanya

fakta yang di ungkapkan oleh Department of Environmental Services of

US yang menyebutkan bahwa bangunan ( termasuk proses didalamnya)

merupakan penyumbang kerusakan alam terbesar dibumi.

Green dapat diinterprestasikan sebagai berkelanjutan

(sustainable), ramah lingkungan (earthfriedly) dan bangunan dengan

21
performa sangat baik (High Performance Building). Ukuran Green

ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk

pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau.

Indikasi arsitektur disebut sebagai ‘green’ jika dikaitkan praktek

arsitektur antara lain penggunaan sumber-sumber yang dapat

diperbaharui (Renewable Resources), sel surya pembangkit listrik

(Passive-active solar Photovoltaic), tehnik menggunakan tanaman untuk

atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk

area perkerasan dan sebagainya.

Konsep ‘green’ juga bias diaplikasikan pada pengurangan

penggunaan energi, misalnya energy listrik. Building dengan

memaksimalkan penutup bangunan (Building Envelope). Penggunaan

energy terbarukan seperti energy matahari, air, biomassa, dan

pengolahan limbah menjadi energy juga patut diperhitungkan. Arsitektur

hijau tentunya lebih sekedar menanam rumput atau menambah tanaman

lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya

memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi

lingkungan, menciptakan ruang-ruang public baru, menciptakan alat

pemberdayaan masyarakat dan sebagainya. Contoh-contoh banguan

arsitektur hijau dengan konteks green architecture :

1. The Wave (Apartemen Indonesia)

Konsep Green Building tergambar dari ventilasi alami yang

digunakan di seluruh area koridor dengan penerapan sistem ventilasi

silang sehingga berdampak pada penghematan konsumsi energy

22
dalam penggunaan AC. The Wave juga dirancang menjadi Green

arcihitecture yang memperlihatkan dominasi ruang terbuka hijau dan

ruang public yang mencapai 70 % dari total area lansekap, bahkan

sekitar 25 % lahan murni digunakan untuk menjadi resapan air.

The Wave adalah apartment berkonsep hijau yang didesain

sedemikian rupa agar pemanasan global yang saat ini menjadi

ancaman bagi umat manusia tidak berdampak secara drastis.

Apartment ini terdiri dari 9 tower dengan investasi sekitar 1,35

triliun.

Apartemen ’gelombang’ The Wave, menawarkan kehidupan

yang berselimutkan kemewahan, kenyamanan, kreatifitas,

keuntungan dan kepedulian lingkungan di segitiga emas Jakarta

Selatan. Jagoan baru di mega superblok Rasuna Epicentrum,

Kuningan ini, menyajikan hampir semua impian warga metropolitan

yang sibuk, penuh ambisi dan memiliki mobilitas tinggi, agar tetap

prima tanpa larut dalam keletihan dan rutinitas.

Gambar II.1. The Wave Rasuna Epicentrum


(Sumber :Laporan SKL ‘06’D3Teknik Unhalu,2009 )

23
2. Green Rings City of Gwanggyo (Seoul, Korea Selatan)

Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan

kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk

Gwanggyo, sebuah kota baru yang akan dibangun di selatan Seoul,

Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000

jiwa penduduk korea.

Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota

akan desain seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah

luar, setiap bagian dari bangunan akan menerima teras untuk

kehidupan diluar ruangan.”

Gambar II.2. Bangunan - bangunan dengan konteks green architecture,


Seoul,Korea Selatan
(sumber :www.Green Architecture.com)

3. Giant Eco-Egg Skyscraper: A Conceptual Luxury Hotel (USA)

Green Hotel masa depan yang dirancang oleh Arsitektur

Richard Moreta (yang didirikan oleh mitra kerja GMZ-Desain)

dengan interior dari Miami berbasis MRA Desain untuk kompetisi

Inovasi Desain Radikal Ramah Lingkungan.

24
Gambar II.3. Bangunan - Bangunan Dengan Konteks green architecture, USA
(sumber :www.Green Architecture.com)

Dengan bentuk seperti telur raksasa bangunan ini akan

beroperasi seperti organisme hidup, dengan menerapkan sistem

saluran udara langsung melalui angin dan konversi sistem

atmospheric, yang memungkinkan masuknya aliran udara alam ke

bagian dalam bangunan tanpa intervensi mekanis.

Di dalam hotel, kamar akan dirancang senyaman mungkin

dengan mengikuti beberapa ukuran standar untuk bahan konstruksi

dan mengurangi limbah. Efisiensi sistem LED (Light Emitting

Diode/Pancaran Cahaya Diode) yang tinggi akan menerangi interior

sehingga bangunan akan nampak bercahaya dari luar.

25
E. Studi Banding

Studi banding dilakukan dengan maksud untuk mempelajari hal yang

penting pada sebuah Hotel Konvensi yang telah ada atau sedang beroperasi.

Pertimbangan pemilihan kasus proyek adalah yang memiliki permasalahan

yang serupa atau pendekatan desain yang berkaitan dengan fungsi bangunan

dan arsitektur. Dari studi banding ini dapat ditarik kesimpulan yang nantinya

dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan.

1. Studi banding di Sheraton Doha Resort dan Hotel Konvensi

Aksen berbentuk piramidal di tepi laut Teluk Doha yang terbentuk

oleh sabit, Sheraton Doha Resort & Hotel Konvensi adalah pilihan tepat

untuk bisnis dan berlibur. Jarak yang hanya 15 menit dari Doha

International Airport, tiga menit dari Qatar International Exhibition

Center, dekat pemerintah utama dan jabatan bisnis, dan dekat dengan Souq

Emas tradisional dan pusat perbelanjaan lainnya.

Gambar II.4. Site Seraton Doha Resort dan Convention Hotel


(sumber :www.google Resort Convention.com)

26
Penataan landscape pada area resort pantai merupakan harga jual

unyuk menarik para wisatawan (pengunjung hotel) yang tidak hanya

menjual view laut saja.

Gambar II.5. Penataan landscape area resort pantai


(sumber :www. Resort Convention.com)

Bangunan yang berbentuk pyramid yang merupakan konsep dasar

bangunan dimana pyramid merupakan bangunan kebanggaan bagi mesir.

Gambar II.6. Bentuk Seraton Doha Resort dan Convention Hotel


(sumber :www. Resort Convention.com)

Beragam keindahan dalam pengaturan furnitur, matrial dan suasana

masih kental dirasakan pada interior, ditambah denagn tanaman yang

memberi kesan lebih dinamis.

27
Gambar II.7. Interior Lobby
(sumber :www. Resort Convention.com)

Dikenal sebagai “Pyramid Gulf”, hotel ini memiliki 371

guestrooms, serta 64 suiteroom. Kami juga memfasilitasi Club Level

akomodasi utama dengan keuntungan eksklusif.

Gambar II.8. Interior Kamar Hotel


(sumber :www. Resort Convention.com)

Fasilitas-fasilitas konferensi dan pertemuan yang dapat

menampung rapat-rapat kecil dan kelompok-kelompok besar kurang lebih

untuk 5,000 orang, dengan satu kuadrat additional 10,000 m2 ruang rapat

pleno. Desain interior dihiasi dengan tempat-tempat lilin Swarovski,

28
dengan furnitur kayu Kanada dan perlengkapan Eropa, sehingga memberi

kesan nyaman dan elegan.

Gambar II.9. Interior Convention Hall


(sumber :www.Resort Convention.com)

2. Studi banding di Grend Hotel Bernardin (Gedung Konfensi)

Terletak di samping gereja biara Santo Bernardin, setelah yang

kompleks telah bernama, adalah Hotel Histrion. Setatus Hotel Bintang

Empat didapat pada tahun 2002, yang memiliki 276 kamar yang nyaman

dan kamar suite dengan balkon yang menghadap ke laut atau laguna

dengan akses langsung ke taman air Laguna Bernardin, Wellness Histrion

dan Casino Bernardin.

Gambar II.10. Grend Hotel Bernardin (gedung konfensi)


(sumber :www.Green Hotel Bernardin.com)

29
Gedung konfensi ini secara keseluruhan memiliki kapasitas 1.100

tempat duduk. Dapat di bagi menjadi 4 bagian dengan masing-masik

kapasitas dari 600, 540, 490, 275 dan 250 peserta. Gedung ini memiliki

letak yang strategis dengan pemanndangan utama laut Adriatic yang

mempesona. Gedung ini memiliki beberapa fasilitas di antaranya ruang

audio Visual, ruang peralatan, cafetaria, ruang pameran, ruang tunggu yang

luas, dan restoran yang dapat menampung 800 orang.

Denah lantai dasar

Pembagian ruang

Ruang Konferensi

Gambar II.11. Interior Convention Hall


(sumber :www.Green Hotel Bernardin.com)

30
3. Marbella Hotel, Convention & Spa ( Anyer-Banten)

Marbella Hotel, Convention & Spa, yang terletak di Jalan Raya

Karang Bolong Desa Bandulu Km 135, Desa Bandulu, Anyer, Provinsi

Banten menjadi satu–satunya ikon pilihan untuk bermalam di daerah

Pantai Wisata Anyer. Terbukti bahwa hotel yang telah mandiri dan sejak

Mei 2009 telah menyandang Hotel Bintang 5, menjadi pilihan bagi turis

mancanegara, terlebih exspatriate (tenaga ahli luar negeri) untuk tinggal

serta memanjakan diri dengan berbagai pelayana yang disuguhkan

Management Hotel Marbella.

Marbella Hotel, Convention & Spa bisa diakses dalam waktu 90 menit

dari Jakarta melalui tol Jakarta – Merak. Hotel yang telah menyandang gelar

Hotel Berbintang 5 dan dekat dengan banyak tempat wisata ini ternyata telah

memiliki 580 kamar.

Gambar II.12. Peta Lokasi dan Tampak Marbella Convention dan SPA,Anyer
Banten
(sumber :www.Green Hotel Bernardin.com)

Sejumlah fasilitas hotel yang selalu bernuansa berbeda tersebut,

Management Marbella Hotel, Convention & Spa ini dibekali ilmu

perhotelan oleh ahli yang memang sengaja didatangkan dari dalam negeri

31
dan manca negara untuk mampu memberi sentuhan pelayanan yang

memuaskan bagi reservator maupun pengunjung.

Vice President Marbella, Bernhard Kammerlohr menjelaskan,

hotel bertaraf internasional ini merupakan hotel yang lebih terbuka dan

tetap mengedepankan etika kultural maupun etika religiusnya. Terbukti,

bahwa tidak hanya Hari Raya Natal hotel yang dipimpinnya tersebut

mendekorasi menyesuaikan momentum tersebut. Namun pada hari besar

seperti Imlek, Tahun Baru, Ramadhan, Idul Fitri maupun momentum

peringatan lainnya, Marbella Hotel, Convention & Spa ini ikut

berpatisipasi dalam rangka menjunjung tinggi kultural dan religius

masyarakat Indonesia.

Bernhard menambahkan, dalam tahun 2011 mendatang akan ada

pengembangan Marbella yang lebih modern dan elegan sebagai jawaban

atas tuntutan publik dan tentunya akan lebih memanjakan pengunjung.

Marbella Hotel, Convention & Spa, Anyer, yang secara geografis

terletak di ujung barat Pulau Jawa merupakan hotel dan resor terbaik, satu-

satunya hotel berbintang 5 di Anyer yang mampu menawarkan fasilitas

kelas satu yang padukan dengan keramah-tamahan rakyat Banten yang

terkenal. Ketenangan, keanggunan serta keramah-tamahan Marbella

Hotel, Convention & Spa, membuat sebuah kombinasi sempurna untuk

bisnis dan liburan.

32
a. Restoran & Bar

1. El Patio Restaurant: menyajikan makanan Indonesia, Asia dan

Internasional

2. Seafood Terrace Restaurant: restoran denan pemandangan kolam

renang yang menyajikan aneka hidangan laut dan panggangan khas

Mongolia

3. Campo Del Sol dan Mc Bella: bar yang terpetak di area kolam

renang, menawarkan berbagai panganan dan minuman segar

4. Lobby Bar: tempat untuk bersantau sambil menikmati panganan

ringan dan menyaksikan pertandingan olah raga favorit melalui

layar lebar

5. Sahara Discotheque: Diskotik dengan hiburan live band setiap hari

Sabtu malam

6. Layanan kamar (Room Service) selama 24 jam

b. Fasilitas Banquet & Konvensi

Selain kamar, Marbella Hotel, Convention & Spa juga

dilengkapi dengan fasilits ruang pertemuan yang bisa mengakomodasi

kebutuhan para tamu untuk mengadakan pertemuan mulai dari sakala

kecil (10 orang) sampai dengan skala besar (1,200 orang).

33
Gambar II.13. Restaurant
(sumber :www.Marbella Hotel,Convention dan SPA.com)

Dining Room Hall

Gambar II.14. Interior Marbella Hotel


(sumber :www.Marbella Hotel,Convention dan SPA.com)

34
Tabel II. 1 Studi Banding
No. Lokasi Hasil
1. Aksen berbentuk piramida di tepi laut  Bangunan yang berbentuk piramida
Teluk Doha yang terbentuk oleh sabit, yang merupakan konsep dasar
Sheraton Doha Resort & Convention bangunan dimana piramid merupakan
Hotel.
bangunan kebanggaan bagi Mesir.
(Qatar International Exhibition
 Beragam keindahan dalam pengaturan
Center)
furnitur, matrial dan suasana masih
kental dirasakan pada interior,
ditambah dengan tanaman yang
memberi kesan lebih dinamis.
 Fasilitas-fasilitas konferensi dan
pertemuan yang dapat menampung
rapat-rapat kecil dan kelompok-
kelompok besar

2. Terletak di samping gereja biara Santo  Hotel yang memiliki 276 kamar yang
Bernardin, setelah yang kompleks nyaman dan kamar suite dengan balkon
telah bernama, adalah Hotel Histrion. yang menghadap ke laut atau laguna
dengan akses langsung ke taman air
Laguna Bernardin, Wellness Histrion
dan Casino Bernardin.
 Gedung konfensi ini secara keseluruhan
memiliki kapasitas 1.100 tempat duduk.
Dapat di bagi menjadi 4 bagian dengan
masing-masik kapasitas dari 600, 540,
490, 275 dan 250 peserta.
 Serta memiliki beberapa fasilitas di
antaranya ruang audio Visual, ruang
peralatan, cafetaria, ruang pameran,
ruang tunggu yang luas, dan restoran

35
yang dapat menampung 800 orang.

3. Marbella Hotel, Convention dan SPA  Sejumlah fasilitas hotel yang selalu
bernuansa berbeda tersebut,
Management Marbella Hotel,
Convention & Spa ini dibekali ilmu
perhotelan oleh ahli yang memang
sengaja didatangkan dari dalam negeri
dan manca negara untuk mampu
memberi sentuhan pelayanan yang
memuaskan bagi reservator maupun
pengunjung.
 Marbella Hotel Convention dan SPA
ini merupakan hotel bertaraf
internasional ini merupakan hotel yang
lebih terbuka dan tetap mengedepankan
etika kultural maupun etika religiusnya.
 Marbella Hotel, Konvensi & SPA
adalah salah satu yang terbaik Hotel
Resort di pantai barat Jawa. Serenity,
keanggunan dan keramahtamahan
Marbella Hotel, Konvensi & SPA
membuat kombinasi sempurna untuk
bisnis dan liburan dengan kenangan
kekal.

36
BAB III
TINJAUAN HOTEL KONVENSI DI KOTA KENDARI

A. Tinjauan Lokasi Penelitian

1. Kondisi dan Potensi

Kota Kendari yang secara administratif berkedudukan sebagai

Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara terbentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun1995. Secara geografis Kota Kendari terletak

membujur dari Barat ke Timur antara 122°,55° - 122°,39° Bujur Timur

dan 03°,55°- 4°,05° Lintang Selatan yang membentang mengelilingi Teluk

Kendari.

Secara administratif Kota Kendari berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia dan Kecamatan

Sampara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara, Kecamatan

Ranomeeto dan Kecamatan Konda.

37
Gambar III.1Peta Kota Kendari
(Sumber : www.google kdi.com)

Luas Wilayah Kota Kendari yaitu 295,89 Km2 atau 29,589 Ha

yang terdiri dari wilayah daratan kota Kendari, yaitu 295.89 km² atau 0,70

% dari luas daratan propinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah

laut (perairan) kota Kendari sekitar 110.000 km² atau 11.000.000 Ha, yang

terdiri dari pulau-pulau kecil yang tersebar di beberapa wilayah

Kabupaten. Luas daratan Sulawesi Tenggara ini sekitar 2,02 % dari luas

daratan Indonesia, yang mencapai 1.890.754 km².

2. Keadaan Iklim

Kota Kendari mempunyai curah hujan yang cukup tinggi yaitu

rata-rata 2,504 mm pertahun dengan curah hujan 175 hari pertahun.

Musim kemarau berlangsung dari bulan Juli sampai dengan bulan

Nopember dengan curah hujan rata-rata relatif rendah, yakni sekitar 10

mm perbulan.

a. Keadaan suhu

Secara umum, kota Kendari merupakan daerah yang besuhu

tropis dengan suhu udara maksimum 31° C dan minimum 22° C,

38
sedang suhu rata-ratanya 25° C. Kelembaban udara rata-rata 7 m'/detik

serta tekanan udara rata-rata 1008,3 milibar.

b. Musim

Kota Kendari memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan

musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai

bulan Maret pada bulan berikutnya.musim kemarau terjadi pada bulan

Juni sampai bulan September, sedangkan musim pancaroba (peralihan)

terjadi pada bulan awal dan akhir setiap musim hujan dan kemarau.

c. Curah hujan

Data curah hujan yang ada, menunjukkan banyaknya curah

hujan rata-rata berkisar antara 2517 mm/tahun dengan rata-rata hari

hujan 174 hari per tahun dan curah hujan tertinggi sekitar pada bulan

Juni.

3. Kondisi Penduduk dan sosial budaya

a. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan Penduduk Kota Kendari selama sepuluh tahun

terakhir dari tahun 2000 s.d 2010 adalah sebesar 3,52 persen per

tahun, Lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 2,07 persen.

Laju pertumbuhan Penduduk Kecamatan Wua-wua merupakan

yang tertinggi di bandingkan dengan Kecamatan Lainnya yakni

sebesar 8,22 persen per tahun, diikuti Kecamatan Baruga dan

Kambu , masing- masing sebesar 7,38 persen dan 6,78 persen per

tahun. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Kendari Barat yakni

39
sebesar 1,00 persen per tahun.

Diagram III. 1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kendari 2000-2010

(Data Kota Kendari Dalam Angka BPS, 2010)

Tabel III.2 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kecamatan Kota Kendari
2010
Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Sex Ratio
Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Mandonga 18.113 18.049 36.162 100
Baruga 9.607 9.555 19.162 101
Puwatu 14.204 13.445 27.649 106
Kadia 19.469 19.805 39.274 98
Wua-Wua 12.370 12.032 24.402 103
Poasia 12.701 12.265 24.966 104
Abeli 11.445 10.843 22.288 106
Kambu 13.704 13.448 27.152 102
Kendari 12.844 12.718 25.562 101
Kendari Barat 21.483 21.368 42.851 101
KOTA KENDARI 145.940 143.528 289.468 102
SULTRA 1.120.225 1.110.344 2.230.569 101
(Data Kota Kendari Dalam Angka BPS, 2010)

40
Sex ratio Penduduk Kota Kendari adalah sebesar 102,

artinya bahwa tiap 100 Penduduk Perempuan terdapat 102 penduduk

laki-laki. Lebih tinggi jika dibandingkan dengan sex ratio

Sulawesi Tenggara yakni sebesar 101.

Terdapat beberapa Kecamatan memiliki sex ratio yang sama.

Puwatu dan Abeli adalah dua Kecamatan yang memiliki sex ratio

tertinggi di Kota Kendari sebesar 106 persen. Sedangkan Kadia

adalah Kecamatan yang memiliki sex ratio terkecil dari Kecamatan

lainnya yakni sebesar 98 persen, artinya bahwa tiap 100 Penduduk

perempuan terdapat 98 Penduduk Laki-laki.

b. Sosial budaya

Pada umumnya masyarakat kota kendari memiliki tingkatan

yang heterogen. Baik di timgkat pendidikan, pekerjaan, maupun asal

penduduk. Walaupun demikian dalam kehidupan sehari-hari prilaku

masyarakat tetap menunjukkan sikap kegotong-royongan dalam

kehidupan sehari-hari yang sangat akrab, sehingga hal ini sangat

menunjang pelaksanaan pembangunan yang di canangkan oleh

pemerintah daerah khususnya dalam pembangunan fasilitas-fasilitas

penunjang kegiatan masyarakat.

c. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk Kota Kendari tahun 2008 terpusat

dikecamatan Kendari Barat berkisar 43.360 jiwa atau 14,49 persen.

Penyebab terjadinya persebaran penduduk di dua kecamatan karena

41
terjadi pergeseran kegiatan prekonomian Kota Kendari dengan

semakin banyaknya sarana prekonomian yang dibangun, untuk

penduduk kecamatan Baruga sebesar 13.126 jiwa, Poasia 19.717 jiwa,

Abeli 21.618 jiwa, Kendari 26.179 jiwa, Puwatu 23.450 jiwa, Wua-

wua 20.343 jiwa, Kadia 29.189 jiwa dan Kambu 20.246 jiwa masing-

masing mengalami peningkatan jumlah penduduk dengan persebaran

penduduk yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

Gambar III.2. Persebaran Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan


(Sumber : Data Kota Kendari Dalam Angka BPS, 2010)

B. Pembangunan

Kota Kendari sebagai Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki

peran strategis sebagai pusat akumulasi penduduk, industri, perdagangan dan

jasa. Sebagai kota yang baru berkembang Kota Kendari, terus memanfaatkan

potensi dan peluang sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya alam,

manusia, maupun sumberdaya lainnya termasuk dalam pemanfaatan

sumberdaya alam yang berasal dari daerah kabupaten lainnya yang ada di

Sulawesi Tenggara. Perkembangan dan pembangunan Kota Kendari

42
didasarkan pada Visi Mewujudkan Kota Kendari Tahun 2020 sebagai Kota

Dalam Taman Yang Bertakwa, Maju, Demokratis dan Sejahtera, dimana

terjadi keselarasan unsur alam, manusia dan kebudayaan dengan kebanggaan

dan harapan masyarakat Kota Kendari.

“Kota Dalam Taman” adalah ungkapan yang mereflesikan sekaligus

mengabadikan kebanggaan, potensi dan kekhasan Kota Kendari, yakni hutan

dan teluk yang laksana sabuk-hijau (green belt) melingkari Kota Kendari juga

sebagai jati diri kota.

Secara administratif, Kota Kendari terbagi atas sepuluh Kecamatan,

yaitu :

a. Kecamatan Kendari terdiri dari 9 kelurahan yaitu Gunung Jati, Kandai,

Kessilampe, Mangga Dua, Mata, Kendari Caddi, Purirano, Kampung Salo,

dan Jati Mekar.

b. Kecamatan Kendari Barat terdiri dari 9 kelurahan yaitu, Benu-benua,

Kemaraya, Sodoha, Tipulu, Watu-watu, Dapu-dapura, Punggaloba,

Lahundape, dan Sanua.

c. Kecamatan Poasia yang terdiri dari 4 Kelurahan, yaitu: Andounohu,

Anggoeya, Rahandouna, dan Matabubu.

d. Kecamatan Baruga, yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu Lepo-lepo, Baruga,

Watubangga, dan Wundudopi.

e. Kecamatan Mandonga yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Mandonga,

Wawombalata, Anggilowu, Labibia, Korumba, dan Alolama.

f. Kecamatan Kambu terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kambu, Mokoau,

Padaleu, dan Lalolara.

43
g. Kecamatan Kendari yang terdiri dari 9 kelurahan, yaitu: Mata, Kendari

Caddi, Benu-Benua, Tipulu, Kemaraya, Kasilampe, Mangga Dua, Gunung

Jati dan Sodoha.

h. Kecamatan Abeli terdiri dari 13 kelurahan yaitu Abeli, Tondonggeu,

Lapulu, Nambo, Talia, Tobimeita, Sambuli, Puday, Benua Nirae, Petoaha,

Anggalomelai, Poasia, dan Bungkutoko.

i. Kecamatan Kadia terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kadia, Bende, Pondambea,

Anaiwoi, dan Wowawanggu.

j. Kecamatan Wua-wua terdiri dari 4 kelurahan yaitu Wua – wua,

Bonggoeya, Anawai, dan Mataiwoi.

Demikian pula pada tingkat kelurahan yang semula terdiri dari 48

kelurahan, saat ini telah mengalami pemekaran menjadi 51 kelurahan.

Tabel III.3 Luas Kota Kendari Menurut Kecamatan 2010

Kecamatan Luas
Km2 %
Mandonga 22,65 7,65
Baruga 41,68 14,09
Poasia 52,52 17,75
Abeli 50,49 17,06
Kendari 14,19 4,80
Kendari Barat 21,31 7,20
Puwatu 42,70 14,43
Wua-wua 11,63 3,93
Kadia 9,97 3,37
Kambu 28,75 9,72
Kota Kendari 295,89 100,00
(Sumber : BPS Kota Kendari. Kota Kendari dalam Angka 2010)

44
Kota Kendari secara geografis terletak dibagian selatan khatulistiwa,

yaitu berada diantara 3°.00 - 4°.25 Lintang Selatan dan diantara 1210.73 -

1230.15 Bujur Timur dengan 13 aliran Sungai yang semuanya bermuara di

Teluk Kendari. Selanjutnya secara fisik Kota Kendari terletak di Teluk

Kendari yang menghadap langsung ke Laut Banda dan kecamatannya berada

di sepanjang tepi Teluk Kendari. Selain itu wilayah Kota Kendari secara

keseluruhan dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Kendari

dan Laut Banda dengan batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan

Sampara

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Laut Banda

Gambar III.3. Peta Kota Kendari


(Sumber : www.kendari.com )

Secara Topografi Wilayah Kota Kendari pada dasarnya bervariasi

antara datar dan berbukit, dimana untuk daerah datar hanya terdapat dibagian

barat dan selatan Teluk Kendari sedangkan daerah perbukitan terletak

45
disebelah utara Teluk Kendari yang dikenal dengan pegunungan Nipa-Nipa.

Ketinggian pegunungan tersebut mencapai kurang lebih 459 m dari garis

pantai, sedangkan kearah selatan tingkat kemiringan antara 5% sampai 30%

yang wilayah tersebut berada di Kecamatan Kendari. Selanjutnya pada bagian

barat yaitu di Kecamatan Mandonga dan pada bagian Selatan Kota yaitu di

Kecamatan Poasia memiliki karakteristik wilayah yang berbukit

bergelombang rendah dengan kemiringan kearah Teluk Kendari.

C. Rencana Tata Ruang Kota Kendari

1. Pola Umum Tata Wilayah Kota Kendari

Rencana struktur tata ruang pada dasarnya merupakan arahan tata

jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam kota yang merupakan rumusan

kebijaksanaan tentang pusat-pusat kegiatan fungsional kota berdasarkan jenis,

intensitas, kapasitas dan lokasi pelayanannya. Jenjang kegiatan tersebut secara

keseluruhan disusun sesuai dengan fungsi kota yang telah dirinci dalam skala

pelayanan kota, regional, nasional dan internasional.

Konsep Dasar Pengembangan Kota Kendari yang sudah dirumuskan,

secara keseluruhan merupakan arahan bagi penyusunan struktur pelayanan

kegiatan kota dan konsep tersebut telah disusun dengan mempertimbangkan

aspek-aspek :

a. Potensi lokasi dalam menampung kegiatan-kegiatan fungsional

berdasarkan jenis kegiatan dan skalanya.

b. Keterkaitan antar jenjang kegiatan-kegiatan fungsional.

c. Sifat fleksibilitas kegiatan fungsional perkotaan bersangkutan.

46
Adapun pengelompokan kegiatan-kegiatan fungsional tersebut

disesuaikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh

seperti kegiatan fungsional yang ada, aksesibilitas, ketersediaan lahan, sebaran

dan jarak antar pusat-pusat kegiatan fungsional skala pelayanan kegiatan, pola

pemanfaatan ruang yang ada dan kecenderungan perkembangannya dan

sebaran dari pusat-pusat kegiatan yang direncanakan.

Berdasarkan semua hal tersebut, maka perincian kegiatan-kegiatan

fungsional perkotaan pada masing-masing Bagian Wilayah Kota (BWK)

selain telah mempunyai fungsi yang dominan juga setiap BWK tersebut telah

diupayakan merupakan satu kesatuan fungsional dan mempunyai karakteristik

tertentu yang mendukung pembangunan Kota Kendari, baik dibidang

ekonomi, sosial, fisik maupun lingkungan.

Pada tabel di bawah dapat dilihat arahan fungsi tiap Bagian Wilayah

Kota (BWK) sebagai hasil penjabaran dari konsep dasar pengembangan Kota

Kendari yang secara keseluruhan memperhatikan struktur kegiatan utama

masing-masing BWK dalam mendukung arah pengembangan dan

pembangunan Kota Kendari.

47
2. Fungsi dan Peran Kota Kendari

Berdasarkan potensi yang dimiliki Kota Kendari, maka

kemampuan pelayanan seluruh kegiatan potensial yang ada secara internal

dan eksternal akan dapat menentukan fungsi dan peran kota. Kota Kendari

dalam masa-masa yang akan datang tetap akan berfungsi sebagai :

a) Pusat Pertumbuhan Wilayah Pengembangan

b) Pusat Perdagangan

c) Pusat Pendidikan

d) Pusat Pemerintahan

e) Pusat Industri

f) Pusat Kebudayaan dan Pariwisata.

D. Metode Perancangan

Metode yang diambil adalah metode Diskriptif evaluatif yaitu metode

perancangan denga cara mengumpulkan data dan kondisi existing serta

melakukan kajian pustaka kemudian dilakukan analisis dengan melakukan

sintesa sehingga dapat diperoleh solusi untuk penyelesaian permasalahan.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu

dengan cara :

• Observasi ( Pengamatan)

• Survey lapangan

• Studi banding proyek sejenis

48
2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari Instansi terkait yang

berhubungan dengan Hotel Convention, yaitu:

 Peta Digital Udara dari BAPEDA Kota Kendari

 Data RTRW dari BAPEDA Kota Kendari

 Literatur.

F. Hasil Data

a. Gambar Peta Digital

RS.Abunawas

Lahan Kosong

Lahan Kosong
Lahan Kosong

Lahan Kosong Lahan Kosong

Gambar III.4. Foto Lokasi


(Sumber : Sketsa Pribadi)

49
b. Gambar Foto Lokasi

Gambar III.5. Existing Condition


(Sumber : Sketsa Pribadi)

50
BAB IV

PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

A. Titik Tolak Pendekatan Acuan

Gagasan awal dari suatu konsep perencanaan adalah titik tolak

pendekatan acuan, dimana konsep-konsep tersebut merupakan alat untuk

mengubah pernyataan masalah non-fisik menjadi produk bangunan fisik.

Konsep-konsep pada tahap perencanaan diarahkan pada pengembangan

rancangan. Adapun kategori konsep pendekatan acuan berupa pendekatan

fisik makro dan pendekatan fisik mikro.

Pendekatan fisik makro merupakan langkah penyelesaian konsep

dalam wadah fisik terhadap perkembangan kota, khususnya perkembangan

dibidang pariwisata. Hotel Konvensi di Kota Kendari diharapkan mampu

menjadi salah satu fasilitas akomodasi yang memberikan pelayanan kelas

hotel terbaik dan modern di Kota Kendari. Melihat fungsi Hotel Konvensi

lebih menekankan pada kegiatan pengunjung yang tidak hanya untuk

menginap dan makan tetapi juga untuk memfasilitasi organisasi-organisasi

nasional maupun organisasi-organisasi internasional dalam berkonverensi di

hotel ini. Pada tahap selanjutnya menciptakan suasana lingkungan yang

nyaman untuk berkonferensi dengan fasilitas-fasilitas yang di perlukan dalam

berkonverensi. Serta fisik bangunan hotel hendaknya memiliki bentuk yang

mampu mencerminkan suatu hunian komersial dengan ciri khas tersendiri

tanpa mengabaikan sisi estetika yang menarik..

51
Konsep pendekatan fisik mikro mencakup pada kebutuhan yang dapat

mendukung fungsi dalam bangunan, diantaranya kapasitas serta fasilitas hotel

dan memfasilitasi organisasi-organisasi nasional maupun organisasi-organisasi

internasional dalam berkonverensi di hotel ini. Mengingat itu semua maka

rancangan bangunan pun harus memperhatikan kenyamanan dan kesehatan

pengguna, kemudahan akses serta memperoleh pencahayaan dan sirkulasi

udara yang cukup efektif dan nyaman. Dan jika hendak dibuat lebih dari satu

tingkat maka dasar gedung dan lantai tingkat kedua dan seterusnya harus

memiliki konstruksi yang kuat agar mendukung dan memperlancar segala

ruang lingkup dan aktivitas dari penggunaan hotel itu sendiri.

B. Pendekatan Fisik Makro

1. Pendekatan Penentuan Lokasi

Pendekatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat

keberhasilan desain. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

kaitannya dengan perencanaan Hotel Konvensi di antaranya:

a. Sesuai RUTRK kota Kendari dan merupakan daerah pengembangan.

b. Aksesibilitas.

c. Adaptability, yaitu lokasi hendaknya dapat disesuaikan dengan

kebutuhan masa depan. Karena itu area hotel harus luas, sehingga cukup

untuk taman parkir.

d. Lokasi di tunjang dengan kelengkapan infrastruktur.

e. Sirkulasi lalu-lintas menyangkut kemudahan dan keamanan pencapaian.

52
2. Pendekatan Penentuan Site

Tujuan penentuan site adalah untuk mendapatkan site yang sesuai

dengan kebutuhan dengan fungsi bangunan dengan memperhatikan kondisi

fisik lingkungan.

Dalam penentuan site dipergunakan pendekatan yang diuraikan

untuk memperoleh suatu area yang mampu memberikan suatu fungsi yang

maksimal terhadap pengguna terutama dari segi pencapaian. Dalam

menentukan site harus didasarkan pada beberapa dasar pertimbangan

sebagai berikut :

1) Sesuai dengan peruntukan lahan khsususnya perencanaan Hotel

Konvensi.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang.

3) Pencapaian yang mudah menuju tapak.

4) Luas lahan yang mencukupi.

5) Letak site yang strategis yang dapat memberikan penampilan visual

kedalam dan keluar site yang baik bagi penampilan bangunan.

Berdasarkan penentuan lokasi faktor yang perlu di perhatikan

dalam penentuan lokasi antara lain :

a. Faktor Lingkungan

1) Faktor lingkungan dari pengaruh kebisingan masih

memungkinkan untuk di atasi secara arsitektural.

2) Sedapat mungkin orientasi diarahkan pada area hijau yang sesuai

dengan tema dalam perencanaan Hotel Konvensi.

53
b. Faktor Pengembangan

1) Sesuai dengan program pemerintah dalam pengembangan pusat-

pusat kegiatan, baik yang telah ada maupun perencanaan

pengembangan di masa yang akan datang.

2) Memiliki daya tarik dari luar sehingga dapat berkembang sesuai

dengan perkembangan kota.

c. Faktor Pencapaian dan Sirkulasi

1) Dapat dijangkau dengan berbagai jalur transportasi kota dengan

sistem sirkulasi yang mendukung.

2) Kemungkinan pembuatan prasarana pendukung yang lebih

menunjang untuk kelokasi dengan berbagai terhadap pusat kota.

3) Orientasi dari dan kelokasi terhadap pusat kota.

3. Pendekatan Orientasi Tapak

Orientasi bangunan ditentukan dengan berbagai pertimbangan

kondisi lingkungan terutama iklim mikro. Berdasarkan pertimbangan

tersebut diantaranya adalah :

a. Existing

Berdasarkan atas dasar pertimbangan dan kriteria pendekatan

penentuan lokasi dimana eksisting condition site yang akan terpilih

dalam perencanaan Hotel Konvensi di Kota Kendari yaitu lokasinya

yang terletak di kawasan penghijauan.

b. View

View merupakan salah satu faktor dalam penentuan orientasi

bangunan, dimana view mempengaruhi terhadap penentuan bukaan

54
ruang dan penentuan orientasi bangunan. Dalam bentuk tanggapan

view terdiri dari view kearah tapak dan view dari arah tapak.

c. Kebisingan (Noise)

Tingkat kebisingan dari luar dan dalam site dapat direndam

dengan penataan landscape. Penataan landscape disesuaikan dengan

tingkat kebisingan yang ada pada areal site.

Kebisingan dapat diatasi dengan mempertimbangkan :

1) Arah datangnya kebisingan

2) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan

3) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu

dipisahkan menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan

4) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang

hotel yang membutuhkan ketenangan

5) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang

yang jauh dari sumber kebisingan

6) Membuat buffer di sekitar tapak guna meredam kebisingan di

sekitar tapak seperti vegetasi tanaman sebagai elemen.

d. Orientasi

Beberapa pertimbangan menyangkut penentuan arah orientasi

bangunan adalah sebagai berikut :

1) Kondisi lingkungan, berdasar pola keseimbangan dan orientasi

bangunan sekitarnya yang dapat mendukung keselarasan lingkungan

dalam satu kawasan.

55
2) Kondisi klimatologis

(a). Sirkulasi dan penyinaran sinar matahari

Sirkulasi dan penyinaran sinar matahari didasarkan pada sirkulasi

dan penyinaran matahari. Orientasi ideal banguanan terhadap

sinar matahari adalah arah utara atau selatan serta

menghindarkan pembukaan ruang ke arah timur dan barat. Untuk

ruang-ruang yang tidak sesuai tuntutan fleksibilitas ruang dengan

orientasi klimatologis dapat diantisipasi melalui pemasangan

kaca tabirsurya dan pengurangan sudut datang sinar matahari.

(b) Hujan

Pada bulan November–Maret, angin bertiup banyak mengandung

uap air yang berasal dari benua Asia dan Samudera Pasifik,

setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bula tersebut di

wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim

hujan. Menurut data indikasi Kota Kendari tahun 2010 terjadi

242 hh dengan curah hujan 2.301 mm sehingga wilayah Kota

Kendari Beriklim tropis.

(1) Penggunaan atap yang cocok untuk daerah tropis dengan

curah hujan yang tinggi yaitu atap miring ataupun atap dak

yang diberikan kemiringan menuju floordrain.

(2) Untuk penanganan terhadap air hujan maka dilakukan

berbagai alternatif terhadap bentuk atap yaitu :

56
BANGUNAN
Gambar IV.1 Alternatif Penahan Air Hujan
(Skripsi : Firman.UNLA BANDUNG. 2009 Jurusan Arsitektur)

Zoning dianalisa untuk mendapatkan kemungkinan terbaik bagi

pengelompokkan aktivitas agar masing-masing mempunyai tingkat

privasi yang sesuai dengan hierarki ruang yang jelas. Penentuan

pengelompokkan kegiatan pendaerahan pada tapak ini atas dasar

beberapa pertimbangan yaitu :

1) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak

2) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat

kegiatan.

3) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan

aman.

f. Topografi

Bentuk tapak tempat berdirinya bangunan diperhitungkan

untuk beberapa aspek seperti kelandaian, pengaturan trotoar dan jalan,

pedestrian pohon dan bangunan serta biaya konstruksi.

57
g. Keamanan tapak

Menciptakan ruang terlindung yaitu istilah yang digunakan

untuk menjelaskan serangkaian sifat khas rancangan fisik yang

mengutamakan pengawasan terhadap perilaku terutama kejahatan.

4. Pendekatan Tata Ruang Luar

Ruang terbuka adalah ruang luar, dalam hal ini adalah ruang yang

membatasi alam. Fungsi ruang terbuka antara lain :

a. Sebagai unsur pendukung keharmonisan bangunan pembatas lokasi

bangunan.

b. Sebagai tempat terbuka untuk mendapatkan udara segar dari lingkungan

c. Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain.

d. Sebagai Pelindung dan peneduh terhadap isolasi suara dan polusi udara

e. Penyejuk penunjang view dari luar tapak

Perencanaan ruang luar harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dapat mencerminkan keterbukaan atau menggunakan elemen-elemen

ruang luar yang menunjukan kesederhanaan dan tidak memberikan

perasaan tertekan bagi pemakai bangunan.

b. Pengolahan taman dan elemen ruang luar dapat memberikan orientasi

dan arah kebangunan.

Unsur-unsur ruang luar tersebut, yaitu:


1) Area parkir

2) Taman Hijau

3) Fasilitas penunjang

58
Taman hijau adalah bagian dari ruang luar yang terdapat tumbuh-

tumbuhan/vegetasi. Vegetasi/tumbuhan dalam perencanaan serta

perancangan tapak, dibagi dalam dua kategori.

a). Pohon

(1) Besar dengan ketinggian lebih dari 12,5 m.

(2) Sedang dengan ketinggian 7,5 m- 12,5 m.

(3) Kecil dengan ketinggian 4,5 m – 7,5 m.

(4) Siluet dari bayangan pohon.

Melebar Melingkar Kotak

Pipih Kerucut Kolom

Gambar IV.2 Karakter Pohon


(Sumber :Virochsir, 1977)
(5). Konfigurasi percabangan

Bergelombang Mendatar Angular

Menyebar Berlubang Meruncing

Gambar IV.3 Konfigurasi Pencahayaan


(Sumber : Virochsir, 1977)

59
b). Perdu, ground cover dan rumput

(1). Sedang sampai dengan ketinggian 1,5 m 4,5 m.

(2). Rendah dengan ketinggiankurang dari 1,5 m.

(3). Terendah berupa vegetasi ground cover

(4). Karakteristik perdu


Batang terlihat Semak tersebar Membentuk lengkungan

Pictureque
Mengkolom Memecah
Berdaun lebar

Batang yang berkarakter Prostraire Berbunga besar

Gambar IV.4 Perdu, Groun Cover dan Rumput


(Virochsir, 1977)

Prinsip penataan ruang luar ditentukan oleh fungsi-fungsi yang

digunakan, sebagai berikut :

a. Tempat parkir berfungsi untuk menyimpan kendaraan untuk

menghindari crossing dengan pengendara lain.

b. Taman berfungsi memberikan keindahan pada suatu bangunan agar

terlihat lebih indah sehingga tidak merasa jenuh.

60
5. Pendekatan Sistem Sirkulasi

Pola sirkulasi yang umum :

a. Linear
a. Bersifat dinamis
b. Pola sirkulasi yang umum digunakan
c. Menjadi unsur pengorganisir bagi
sederetan fungsi

b. Radial

Pola yang sering diterapkan pada


bangunan atau monument yang menjadi
tengaran atau pusat kota

c. Spiral

Diterapkan pada daerah perbukitan atau


daerah Berkontur dan daerah luas

d. Grid

Menciptakan keteraturan pada suatu


daerah

e. Network
1. Sangat kompleks
2. Jaringan jalan menghubungkan Titik-titik
pusat kegiatan sautu fungsi

61
f. Komposit/gabungan
Merupakan kombinasi dari pola-pola di
atas Pola sirkulasi di dalam tapak maupun
menuju tapak dipilih pola sirkulasi linear
karena mudah dalam pengaturannya.

Pola sirkulasi komposit adalah penggabungan dari beberapa atau

keseluruhan konfigurasi di atas. Hal terpenting dari penggabungan ini

adalah pusat kegiatan. Semua bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan

jalur pergerakan melalui bangunan dan menyediakan kesempatan untuk

berhenti sejenak, beristirahat dan menentukan orientasi. Untuk

menghindari timbulnya kebingungan atau kekacauan, suatu susunan

hierarki diantarajalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan

membedakan skala,bentuk, panjang dan penempatannya.

a. Prinsip-prinsip dan dasar sirkulasi

Sirkulasi merupakan hal yang sangat penting dalam bangunan

karena memberikan pengalaman/pemandangan yang akan muncul melalui

satu kesan yang berturut-turut dan mengalir dalam pemahaman suatu

obyek/ruang. Nilai dan derajat pemahaman dapat dicapai melalui

pengendalian desain di mana sebagian pengendalian desain ini berasal dari

pola sirkulasi ynag direncanakan. (John Orsbe Simon, landscape In

Architecture).

Beberapa perubahan bentuk pergerakan yang terjadi karena

pengolahan elemen sirkulasi yang nantinya dapat diterapkan dalam Hotel

62
Bintang Lima di Kawasan Teluk Kendari guna mendapatkan nilai-nilai

keamanan dan kelancaran sirkulasi, antara lain :

1) Melakukan perubahan hubungan jalur sirkulasi

 Lurus : mempertegas tujuan, memperlaju gerak, memperjelas point

interest, proses klimaks kurang tercapai.

 Berbelok : merangsang dan untuk mengetahui, memperkecil

kejenuhan, proses klimaks tercapai.

2) Melakukan perubahan bentuk jalur sirkulasi

 Melebar/menyebar : suasana lebih terbuka, memperlambat arus

gerak, memperbebas gerak.

 Menyempit/menyatu : mengarah ke tujuan tertentu, merangsang

bergerak lebih cepat, memberi nilai lebih di ruang selanjutnya.

 Mendatar/tetap : kebebasan dalam gerak, pengontrolan mudah,

cenderung memperlambat gerak, menyebabkan kejenuhan,

pergerakan lebih stabil.

 Naik : mengontrol pergerakan di bawahnya, peningkatan privasi,

memperlambat arus, menambah pandangan.

 Turun : mendorong gerak ke bawah, control gerak tinggi, menuju

tempat lebih public, orientasi pandangan ke bidang datar.

3) Merubah letak jalur sirkulasi dalam skala ruang vertical

 Pada alas bidang ruang : memungkinkan keleluasaan, tidak saling

mengganggu, menunjang pembagian fungsi ruang.

63
 Pada ketinggian ruang : mengamati obyek dengan jelas,

memperlihatkan suasana keseluruhan, menambah suasana santai,

mempertinggi fungsi, cenderung mengawasi obyek di bawahnya.

b. Jenis-jenis sirkulasi

Jenis-jenis sirkulasi digolongkan dalam dua macam jenis dasar,

yaitu :

1. Sirkulasi horizontal

Pola pergerakan secara horizontal bersifat bebas sehingga

pengunjung dapat memilih alur geraknya.

a). Sirkulasi vertikal

(1). Tangga

Tangga merupakan salah satu jalur penghubung atau

vertical line dari suatu bangunan berlantai banyak. Penggunaan

tangga sebagai penghubung lantai kelantai dianggap tidak

efektif tidak lebih dari 3 lantai, oleh karena itu pada bangunan

berlantai banyak umumnya tangga diletakkan berdekatan

dengan lift (elevator).

(2). Ramp

Ramp merupakan salah satu alat transportasi vertical

berupa tanjakan/turuna pada kemiringan tertentu. Ramp ini

biasanya digunakan sebagai jalur khusus untuk penyandang

cacat dan untuk sirkulasi kendaraan di basement.

Pendekatan pencapaian untuk memperoleh arahan penentuan pintu

masuk dan keluar. Segi pencapaian ini disamping dipengaruhi oleh letak

64
zone penerima, juga dipengaruhi kesan yang ingin disampaikan oleh

bangunan terutama dari segi kemudahan, view atau tingkat aktivitas.

a. Main enterance

Pencapaian umum bagi pengunjung yang difungsikan sebagai jalan

masuk dari luar ke dalam tapak.

Persyaratan main enterance adalah :

1) Kemungkinan arah masuk terbesar

2) Kemudahan pencapaian ke tapak bangunan

3) Kelancaran arus lalu lintas disekitarnya

4) Berpotensi menarik pengunjung

b. Side enterance

Side enterance merupakan alternatif pencapaian bagi pengunjung

yang difungsikan sebagai jalan dari dalam keluar site.

Penentuan side enterance dipertimbangkan agar :

1) Kejelasan dan kemudahan arus masuk dan keluar

2) Menghindari terjadinya crossing sirkulasi dalam site

3) Memudahkan pengawasan (segi keamanan)

c. Service enterance

Service Entrance adalah jalan alternatif yang difungsikan untuk

jalur kegiatan Service seperti pelayanan bangunan, kegiatan persiapan,

sirkulasi pemadam kebakaran, dan sebagainya.

65
6. Pendekatan Vegetasi dan Lanscape
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan lansekap/ruang

luar adalah sebagai berikut :

a. Penyesuaian perencanaan ruang luar dengan lingkungan dan elemen

yang ada.

b. Pola sirkulasi yang mendukung integritas dan koordinasi antara masing-

masing fungsi kegiatan.

c. Pola sirkulasi yang jelas dan terarah.

d. Pengelolaan taman dan elemen ruang luar harus dapat memberi arah

dan orientasi ke bangunan.

e. Pohon pelindung dan tanaman yang ada direncanakan perletakannya

sehingga dapat menyaring debu, meredam suara, pelindung dari sinar

matahari/panas dan mengurangi kecepatan angin serta sebagai sarana

istirahat dan komunikasi disamping sebagai unsur estetis.

f. Penataan ruang luar/elemen lansekap untuk memberi penyempurnaan

dan keharmonisan pada bangunan, disamping sebagai pembatas dan

pengarah juga berfungsi sebagai pelindung dan penyejuk.

Material lansekap / ruang luar dibedakan atas 2 jenis, yaitu :

1) Material Lunak (Soft Materials)

Elemen ruang luar yang bersifat lunak, misalnya pohon

atau tanaman dan air yang dipergunakan untuk penataan lansekap.

Elemen lunak ini berfungsi :

a) Sebagai penutup permukaan (rumput).

66
b) Sebagai tanaman peneduh dan pengarah (pohon kelapa, palem

dan cemara).

c) Sebagai tanaman pembatas

d) Tanaman sebagai filter, dapat mengurangi kecepatan angin dan

kebisingan, menyaring debu dan bau, serta memberikan udara

segar.

Gambar IV. 5. Tanaman Dapat Mengurangi Kecepatan Angin Sekitar 40-50%


(Sumber: Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, 2004)

Gambar IV. 6. Tanaman dapat menyaring debu, bau dan memberikan udara segar
(Sumber: Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, 2004)

2) Material Keras (Hard Materials)

Elemen ruang luar yang bersifat keras yang digunakan

untuk sirkulasi manusia dan kendaraan, juga berfungsi sebagai

elemen dekoratif, terdiri dari :

a) Lampu untuk taman, parkir, dan pedestrian.

67
b) Paving blok digunakan pada pedestrian sebagai jalan sirkulasi

pejalan kaki karena sifat material tersebut dapat mengabsorbsi

panas matahari, maka perlu dipadukan dengan soft material agar

tercipta suasana yang sejuk.

7. Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan

a. Pendekatan bentuk

1). Arsitektur Perilaku

Dikarenakan prilaku remaja yang dinamis maka arsitektur

prilaku dapat dinamakan arsitektur dinamis.

Beberapa pengertian teori kedinamisan bentuk dan ruang

diantaranya yaitu (Francis D. K. Ching,Arsitektur; Bentuk, Ruang,

dan Tatanan, Jakarta : Erlangga, 1993) :

a) Inherent expression

Memiliki karakteristik yang sama walaupun terdiri dari gabungan

bentuk geometri yang berbeda. Terdapat karakteristik yang

menonjol yang tercermin dari setiap masa bangunan.

b) Bentuk lengkung

Bentuk dinamis dapat dibentuk dari bentuk masa, tetapi dengan

perlakuan khusus, misalnya dengan bentuk menumpuk, memaju

mundurkan bangunan ataupun dengan substraktif atau aditif

bangunan. Tetapi cara termudah dan tercepat untuk

menghasilkan kesan bentuk yang dinamis adalah dengan

menggunakan bentuk-bentuk lengkung. Bentuk lengkung yang

68
dibuat harus tidak monoton namun tetap memiliki irama dan

karakteristik yang jelas.

c) Artifact nature

Arsitek dinamis dapat tercermin juga dengan bentuk ruang luas

dan elemen arsitektur yang organik dan tidak formal.

Perwujudannya dapat berupa ruang luas yang nyaman, bebas dan

ternaungi oleh pepohonan, penempatan patung alam atau batuan

dan sebagainya.

d) Bangunan yang memberikan kontinuitas visual ruang

Arsitektur dinamis dapat diwujudkan pula dengan adanya

kontinuitas visual ruang dengan ruang luas di dekatnya,

perwujudannya misalnya dapat dibentuk dengan bangunan yang

memiliki selasar bangunan yang terbuka disalah satu sisinya

sehingga memungkinkan hubungan visual langsung dengan

ruang luas atau dengan penempatan masa-masa dalam bentuk

cluster dengan ruang-ruang luas diantaranya.

e) Gradient permainan ketinggian

Permainan ketinggian bangunan dengan adanya tempat-tempat

untuk melihat dan dilihat seperti jembatan, balkon ataupun ruang

terbuka di lantai atas sehinggga dapat memperkaya bentuk

bengunan dan lebih atraktif dan dinamis.

69
2) Bentuk Dasar Bangunan

Dasar pertimbangan dalam penentuan bentuk dasar bangunan

adalah sebagai berikut:

a) Optimalisasi pemanfaatan luasan lantai pada bangunan.

b) Kemudahan dalam perawatan bangunan.

c) Fleksibilitas penataan elemen ruang dalam.

d) Sesuai dengan kondisi dan bentuk tapak.

e) Memiliki efesiensi yang tinggi terhadap lingkungan.

f) Unsur-unsur estetika.

g) Kesesuaian bentuk dengan fungsi bangunan serta kegiatan yang

akan diwadahi.

Tabel IV. 1 Pemilihan Bentuk Massa Bangunan


Kriteria Segi Empat Segi Tiga Lingkaran

Penyesuaian terhadap Sesuai Kurang stabil Sesuai


bentuk atap

Sifat formil Formil, tegas Stabil Stabil


dan sederhana

Efisiensi ruang Tinggi Kurang Sedang

Visual bangunan 4 arah 3 arah Dari segala arah


Pengembangan Mudah Sukar Agak sukar
Pelaksanaan Lebih mudah Agak sukar Cukup
Fleksibilitas ruang Tinggi Kurang Cukup
Teori arsitektur post modern Sesuai Sesuai Sesuai

(Sumber: Francis D. K. Ching, 1984)

70
3) Tinjauan Ruang dan Bentuk

a) Pengalaman Ruang

Pengalaman ruang dapat diperoleh dengan superimposisi

pola geometri tata letak bangunan.

Pengalaman ruang dinamis dapat dicapai dengan

menciptakan kompeksitas ruang melalui superimposisi tata letak

bangunan dengan tujuan agar orientasi pengamat tidak hilang.

Bentuk ruang yang aneh dapat dipakai untuk memberikan

pengalaman ruang yang unik, menyenangkan. Bentuk-bentuk

ruang ini biasanya dipakai pada perancangan bangunan-bangunan

rekreasi, dimana orang mencari sesuatu yang lain dari yang lain

dari pada biasanya mereka jumpai atau alami.

Contoh-contoh bentuk ruang seperti ini adalah ruang-ruang

bentuk oval, segi banyak, tak beraturan, peralihan ruang yang

kontras dengan skala ruang yang tidak biasa dan ruang-ruang yang

saling tumpang tindih, diputar dan digeser.

b) Pengalaman Bentuk

Bentuk menciptakan ruang, bentuk menciptakan expresi

arsitektur suatu bangunan, bentuk dapat dikenali dari bentuk

visualnya yaitu wujud, dimensi, warna, tekstur, posisi dan

orientasi. Jadi bentuk bukaan hanya tercipta dari wujudnya saja

tetapi juga dapat ditentukan oleh warnanya, teksturnya, dimensinya

dan sebagainya.

71
Bentuk dapat berupa bentuk yang beraturan, selesai, statis,

bentuk dapat juga berupa bentuk yang tidak beraturan, kompleks

dan dinamis.

Bentuk dinamis dapat diciptakan dari susunan atau

komposisi masa dari bentuk geometri yang sama yang tidak

monoton seperti diputar, digeser ataupun ditumpang tindih.

Persenyawaan bentuk-bentuk geometri, jika dua buah

bentuk yang berbeda geometri atau perbenturan orientasinya dan

saling menembus batas masing-masing, maka masing-masing

bentuk akan bersaing untuk mendapatkan supremasi dan dominasi

visual. Pada situasi semacam ini dapat terjadi :

(1). Kedua bentuk dapat saling menunjang identitas masing-masing

dan menyatu menciptakan bentuk terpusat baru.

(2). Salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat menerima bentuk

yang lain secara keseluruhan didalam ruangannya.

(3). Kedua bentuk tersebut dapat dipertahankan identitas masing-

masing dan bersama-sama memiliki bagian volume yang saling

berkaitan.

(4). Kedua bentuk dapat saling dan dihubungkan oleh unsur ketiga

yang serupa geometrinya dengan salah satu dari bentuknya.

72
Bentuk-bentuk yang berbeda geometrinya atau orientasinya

dapat digabungkan menjadi satu organisasi berdasarkan keinginan-

keinginan sebagai berikut:

(1). Untuk menampung dan menekankan kebutuhan berbeda dari

ruang luar dan ruang dalam, untuk menjelaskan keutamaan

fungsional atau simbolis suatu bentuk atau ruang didalam

lingkungan, untuk menciptakan bentuk yang komposit yang

terdiri dari bentuk-bentuk geometri yang sangat berbeda

menjadi organisasi yang terpusat.

(2). Untuk mengarahkan suatu ruang menuju bentuk-bentuk tertentu

tampak bangunan, untuk membentuk volume ruang yang tegas

dari suatu bentuk gabungan.

(3). Untuk memperkuat kondisi lokasi yang simetris pada suatu

bentuk bangunan, untuk menampung bentuk-bentuk geometri

topografi lapangan, tumbuh-tumbuhan, sisi-sisi atau struktur-

struktur yang berdekatan, untuk memanfaatkan alur gerak yang

telah ada pada suatu bagian bangunan.

c) Komposisi Bentuk-bentuk tak Beraturan

Bentuk-bentuk tak beraturan adalah bentuk-bentuk yang

bagian-bagian tidak serupa dan hubungan antara bagian-bagiannya

tidak konsisten, pada unmumnya bentuk-bentuk ini tidak simetris

dan lebih dinamis jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk

beraturan.

73
b. Penampilan Bangunan

Penampilan bangunan merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan suatu perencanaan. Dalam hal ini, penampilan

bangunan dari luar maupun tata ruang dalam bangunan harus

menunjukan ciri dan karakter, serta aktivitas yang terjadi dalam

bangunan.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pendekatan

penampilan bangunan adalah sebagai berikut:

1) Tuntutan fungsi dari unit-unit kegiatan dalam bangunan.

2) Karakter filosofi bangunan yang menuntut penampilan bangunan dan

kenyamanan, di mana penataan massa bangunan sangat berpengaruh.

3) Keserasian serta proporsi bangunan terhadap lingkungan di

sekitarnya.

4) Efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan ruang.

C. Pendekatan Tata Massa Bangunan

Pendekatan tata massa bangunan berkaitan erat dengan organisasi

massa bangunan untuk menciptakan suatu kesatuan dalam suatu tapak.

1. Bentuk Terpusat

Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi suatu

bentuk dominan yang berada tepat di pusatnya. Bentuk pusat menuntut

adanya dominasi secara visual dalam keteraturan geometris.

74
2. Bentuk linear

Terdiri atas bentuk-bentuk yang di atur serangkaian pada sebuah

baris. Bentuk linear dapat dperoleh dari perubahan proporsional dalam

dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk sepanjang

garis.

3. Bentuk radial

Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linear yang

berkembang ke arah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial. Lengan

radial dapat berhubungan atau mengikatkan diri dengan sesuatu yang

khusus di suatu tempat.

4. Bentuk cluster

Sekumpulan bentuk-bentuk tergabung bersama-sama karena saling

berdekatan atau saling kesamaan bentuk visual.

5. Bentuk grid

Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur

oleh grid-grid tiga dimensi.

75
D. Pendekatan Konsep Mikro

1. Pendekatan Kebutuhan dan Besaran Ruang

a) Pendekatan kebutuhan ruang

Setiap jenis dan kegiatan tertentu membutuhkan ruang yang

bermacam-macam dengan karakteristik yang berbeda, sesuai lingkup

pelayanan fungsi masing-masing kegiatan. Pendekatan kebutuhan ruang

didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :

(1) Jenis kegiatan yang terjadi yaitu kegiatan menyediakan jasa dalam

bentuk akomodasi makanan dan minuman serta fasilitas rekreasi

lainnya untuk umum yang bersifat komersil, tempat istrahat, tempat

berkonferensi, kegiatan penunjang seperti kegiatan pelayanan

(servis) dan kegiatan penunjang lainnya.

(2) Pelaku kegiatan

(3) Jenis perabot dan peralatan. Setiap jenis kegiatan mempunyai

peralatan atau perabot yang spesifik dan dapat dijadikan standar.

(4) Hubungan fungsional antar kegiatan dalam bangunan.

Adapun pengelompokkan kegiatan pada Hotel Convention dapat

dibagi sebagai berikut :

1) Kelompok kegiatan utama

Kelompok kegiatan utama yang dilakukan menyediakan jasa

dalam bentuk akomodasi, penyediaan makanan dan minuman serta

fasilitas rekreasi lainnya untuk umum yang bersifat komersil, yang

dipergunakan untuk tempat berkonferensi serta peristirahatan.

Akomodasi merupakan fungsi utama didalam sebuah hotel, adapun

76
fungsi tersebut didalam sebuah tapak menampung aktifitas seperti

tidur, mandi dan makan.

2) Kelompok kegiatan pelengkap

Kelompok kegiatan pelengkap dilaksanakan oleh seluruh

pemakai bangunan meliputi berbagai aktivitas/kegiatan.

3) Kelompok kegiatan penunjang

Kelompok kegiatan penunjang dilaksanakan oleh seluruh

pengguna bangunan dengan meliputi berbagai kegiatan yang sifatnya

melengkapi kegiatan utama dan kegiatan pelengkap untuk

menambah kemudahan dan kelancaran aktivitas pengguna bangunan.

4) Kelompok kegiatan servis

Pengelokkan kegiatan servis dilakukan bedasarkan aktivitas

servis yang malakukan teknik operasional bangunan meliputi

kegiatan seperti perawatan bangunan (maintenence) dan

pelengkapnya, mengawasi dan mengontrol sistem bangunan,

menjaga keamanan dan kenyamanan pemakai bangunan dalam hal

ini pihak penyewa bangunan dan pengelola.

b) Besaran ruang

Pendekatan terhadap besaran ruang yang dilaksanakan dengan

mempertimbangkan berbagai hal yang mendukung terwujudnya suatu

besaran yang optimal dan efektif, antara lain :

1) Menjamin kemungkinan ruang gerak bagi aktivitas yang diwadahi

2) Memungkinkan terhadap sirkulasi dan pencapaian yang efisisen

77
3) Memungkinkan untuk pengaturan perabot dan peralatan penunjang

lainnya.

4) Modul ruang

Kebutuhan besaran ruang dapat diasumsikan dengan

menggunakan pertimbangan kebutuhan gerak pada bangunan. Acuan

untuk mendapatkan besaran ruang pada perencanaan Hotel Konvensi

ini adalah sebagai berikut :

1) Macam dan fungsi ruang yang dibutuhkan

2) Kapasitas dan pelaku kegiatan

3) Jenis dan ukuran perabot yang digunakan

4) Standar-standar yang digunakan, antara lain berpedoman pada :

a) Data Arsitek (NAD)

b) Studi Literatur (SL)

c) Studi Banding (SB)

2. Pendekatan Pola Organisasi Ruang dan Hubungan Ruang

a. Pendekatan pola organisasi ruang

Organisasi ruang menunjukkan keterkaitan antara

ruang/kelompok ruang yang terbentuk oleh keterkaitan kegiatan

ataupun fungsi dari ruang/kelompok ruang tersebut juga membentuk

sirkulasi. Organisasi ruang dapat berbentuk, yaitu :

1) Organisasi terpusat

Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil

yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan

mengelilingi sebuah ruang pusat yang dominan.

78
Gambar IV.7. Organisasi Terpusat
(Sumber : ARSITEKTUR ; Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000)

2) Linear

Organisasi linear pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang.

Ruang-ruang itu dapat berhubungan secara langsung satu dengan

yang lain atau dihubungkan melalui ruang besar yang berbeda dan

terpisah.

Gambar IV.8. Organisasi Linear


(Sumber : ARSITEKTUR ; Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000)

3) Radial

Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur baik

organisasi terpusat maupun linear. Organisasi ini terdiri dari ruang

terpusat yang dominan dimana sejumlah organisasi linear

berkembang menurut arah jari-jarinya.

79
Gambar IV.9. Organisasi Radial
(Sumber : ARSITEKTUR ; Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000)

4) Cluster

Ruang-ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir

terhadapsatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang

alur gerak yang melaluinya. Atau kelompok ruang berdasarkan

kedekatan hubungan/bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau

hubungan visual.

(a) (b) (c)


Ruang-ruang Pemilikan Organisasi
berulan bersam suatu
g a suatu wujud
wujud
Gambar IV.10. Organisasi Cluster
(Sumber : ARSITEKTUR ; Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000)

5) Grid

Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang

dimana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh

pola atau bidang grid tiga dimensi. Dalam daerah grid ini, ruang-

ruang dapat terbentuk sebagai pengulangan modul grid.

80
Gambar IV.11. Organisasi Grid
(Sumber : ARSITEKTUR ; Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000)

Untuk menentukan pola organisasi ruang berdasarkan

pertimbangan sebaga berikut :

a) Pola sirkulasi dari masing-masing kegiatan pada bangunan

b) Pengelompokkan dan keterkaitan masing-masing kegiatan pada

bangunan.

c) Pertimbangan dari segi fleksibilitas peruangan.

b. Pendekatan pola hubungan ruang

Pendekatan terhadap hubungan ruang pada Hotel Konvensi

dilakukan dengan dasar pertimbangan :

1) Jenis kegiatan : kelompok kegiatan utama, kelompok kegiatan

penunjang, kelompok kegiatan pelengkap dan kegiatan

servis/pelayanan.

2) Sifat ruang : publik, semi publik, privat, semi privat dan servis.

3) Tingkat kebisisngan : area bising, agak bising dan area tenang.

Pola hubungan ruang dalam arsitektur sebagai salah satu unsur

dan dalam penerimaan hubungan ruang. Hubungan ruang ini

merupakan perwujudan dari adanya hubungan antar kegiatan yang ada

81
didalam ruang. Berdasarkan frekuensi hubungan, tingkat ruang dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Hubungan erat

2) Hubungan kurang erat

3) Tidak ada hubungan.

3. Pendekatan Bentuk Fisik dan Perlengkapan Bangunan

a. Pendekatan bentuk dasar ruang

Secara umum ruang-ruang yang menjadi wadah kegiatan dalam

bangunan dengan mengambil bentuk-bentuk dasar dengan

mempertimbangkan :

1) Pola kegaiatan

2) Pola pengguna ruang

3) Kesan ruang bagi pemakai

4) Fungsi ruang

5) Pola sirkulasi

Dasar pertimbangan dalam penentuan bentuk dasar ruang adalah :

1) Kesesuaian dengan bentuk lahan/site

2) Mencerminkan kesan yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi

bangunan

3) Fleksibilitas ruang

4) Orientasi ruang yang jelas

5) Faktor estetika

6) Jenis perabot

82
7) Dapat dikombinasikan dengan bentuk-bentuk dasar lainnya untuk

menciptakan variasi.

Dari dasar pertimbangan diatas pendekatan bentuk dasar ruang

dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel IV. 2. Pendekatan Bentuk Dasar Ruang


Bentuk Dasar Kesan yang
Pelaksanaan Pengembangan
Ruang Ditampilkan
- Tegas
- Statis
- Non formal Agak sukar Sukar
Segitiga
- Kurang efekif
terhadap ruang
- Tegas
- Dinamis
- Non formal Sukar Agak sukar
Lingkaran
- Efektif terhadap
ruang
- Tegas
- Dinamis
Persegi panjang - Formal Lebih mudah Mudah
- Efektif terhadap
ruang

(Sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan,2000 )

b. Pendekatan bentuk peruangan

Bentuk peruangan yang umum diterapkan adalah bentuk

peruang secara terbuka dan secara tertutup. Pendekatan penetapan

bentuk peruangan terbuka dan bentuk peruangan tertutup yaitu

didasarkan pada beberapa pertimbangan :

1. Karakteristik masing-masing kegaiatan dalam ruang

2. Fleksibilitas terhadap fungsi dan besaran ruang

3. Efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan.

83
Karakteristik bentuk peruangan terbuka yaitu :

1) Mempertinggi fleksibilitas ruang

2) Mempermudah komunikasi dan pengawasan langsung

3) Menekan biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi

4) Pemanfaatan energi secara maksimal

Karakteristik bentuk peruangan tertutup yaitu :

1) Fleksibilitas ruang terbatas

2) Menulitkan komunikasi dan pengawasan langsung

3) Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi lebih besar

4) Membuat tingkat privacy (ketenangan dan keamanan pribadi) yang

lebih tinggi bagi pemakai ruang.

84
BAB V
ACUAN PERANCANGAN
HOTEL KONVENSI DI KOTA KENDARI

A. Acuan Perancangan Makro

1. Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi Hotel Konvensi di Kota Kendari Didasarkan pada

pertimbangan pertimbangan sebagai berikut :

a) Lokasi berada pada kawasan/Zona Pemerintahan Walikota Kendari

sesuai dengan rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari.

b) Tersedia sarana utilitas yang memadai seperti: jaringan listrik, jaringan

air bersih, jaringan telpon, dan sanitasi kota.

c) Sirkulasi lalu lintas menyangkut kemudahan dan keamanan pencapaian

d) Mudah dicapai dari seluruh jaringan kota.

e) Luas dan kondisi lokasi yang ditentukan cukup memenuhi persyaratan

kebutuhan tanah dengan bangunan, area parkir dan open speace.

Selain itu terdapat beberapa tolak ukur yang mendukung pemilihan

lokasi yaitu :

a. Lokasi berada pada daerah yang tenang dan nyaman dikarenakan lokasi

terpilih jauh dari kebisingan aktifitas pada pusat kota.

b. Lokasi mempunyai kondisi lingkungan yang sehat dikarenakan tingkat

polusi udara pada lokasi sangat kecil, serta terpeliharanya lingkungan

dengan baik.

85
c. Lokasi memenuhi syarat sebagai sebuah sarana akomodasi yang

menyediakan fasilitas untuk menunjang kegiatan konvensi yang digelar

di hotel tersebut.

KEC. POASIA

Gambar V.1 Peta Lokasi


(Sumber :www.Kendari.com)

Berdasarkan analisa kelayakan suatu daerah yang dapat dijadikan

lokasi maka keadaan Hotel Konvensi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Peruntukan lahan pada daerah ini adalah sebagai daerah hijau yang

sesuai dengan tema arsitektur hijau.

b. Tersedianya sarana dan prasarana infrastruktur yang mendukung

bangunan tersebut.

c. Berada pada lokasi yang nyaman, damai, dan tentram.

86
2. Penentuan Site

Analisis penentuan site ditentukan berdasarkan keterkaitan yang

erat antara site / tapak dengan fasilitas yang dapat mendukung keberadaan

hotel Konvensi serta menggunakan tolak ukur sebagai berikut :

a. Luas tanah proporsional dengan hunian yang akan di bangun.

b. Dapat menampung dan menyediakan jasa bentuk akomodasi serta

menyediakan fasilitas penunjang kegiatan konvensi yang digelar dihotel

tersebut baik itu di gelar organisasi yang bersifat nasional maupun

internasional.

c. Lingkungan site harus mendukung keberadaan bangunan.

d. Tersedianya sarana transportasi untuk kemudahan pencapaian.

e. Tersedianya jaringan utilitas kota.

Berdasarkan teori diatas maka penjelasan alternatif tapak sebagai berikut :

KEC. POASIA
Alt. 01

Kec.Poasia,Kel.K
ambu

Alt. 02

Kec.Poasia,Kel.K
ambu
Gambar V.2. Alternatif Tapak
(Sumber :Www.Kendari.Com)

87
1) Kriteria penentu

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut di atas maka ditentukan

beberapa kriteria sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap kelayakan

suatu site, antara lain :

a. Peruntukan lahan sesuai dengan fungsi bangunan sebagai bangunan

hunian sementara.

b. Lokasi mudah dijangkau.

c. Tersedia sarana infrastruktur utama kota.

d. Memiliki view yang baik, dari segala arah.

2) Alternatif lokasi

a. Lokasi tapak perencanaan Kelurahan Kambu Jl.Madusila

b. Lokasi tapak perencanaan Kelurahan Kambu Jl.Malaka

Tabel V.1 Kriteria Pemilihan Tapak


Kriteria Alternatif 01 Alternatif 02

Jl. Madusila Jl. Malaka

Peruntukan Sarana komersil Sarana komersil


Sirkulasi dan Pencapaian dengan kendaraan Pencapaian dengan kendaraan
pencapaian umum dan pribadi mudah dan umum dan pribadi mudah dan
dapat dicapai dari berbagai dapat dicapai dari berbagai
arah. Sirkulasi relatif lancar. arah. Sirkulasi relatif lancar.

Potensi di sekitar Dekat dengan industri Dekat dengan industri


tapak perikanan dan jasa sosial, perikanan dan jasa sosial,
perumahan dan kebun. perumahan, kebun, dan View
Menghadap pemukiman
penduduk.
Luas Lahan Tidak Mencukupi,berkontur Mencukupi
dan berawa

88
Lingkungan Bangunan tidak terlalu padat
Bangunan tidak terlalu padat dan belum terdapat bangunan
dan belum terdapat bangunan tinggi.
tinggi.

Agar dalam pemilihan didapat lokasi yang tepat, maka dilakukan

penilaian yang lebih spesifik, yaitu dengan membuat tabel pemilihan lokasi

tapak dan penilaiannya dengan memberi angka pada kriteria yang telah

disusun.

Tabel. V.2 Penilaian Pembobotan Lokasi Tapak


Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2

Bobot Nilai BXN Bobot Nilai BXN

Peruntukan 2 2 4 2 3 6
Luas Tapak 1 3 3 2 3 6
Sarana dan Prasarana 2 2 4 3 2 6
Potensi di sekitar tapak 2 2 4 2 3 6
Lingkungan 1 2 2 2 2 4
Pencapaian 2 2 4 3 2 6
Sirkulasi 2 1 2 2 2 4
JUMLAH TOTAL 23 TOTAL 38

Keterangan : 4 = Sangat Baik 3 = Sedang 2= Kurang


Dari tabel penilaian pembobotan di atas diketahui bahwa alternatif

dengan penilaian tertinggi adalah alternatif 2 yang berada di Jl. Malaka.

89
Jl. Malaka

Gambar V.3. Tapak Terpilih


(Sumber :Sketsa Pribadi)

3. Pengolahan Tapak

a. Existing Site

Atas kriteria penilaian di atas maka lokasi yang dinilai memadai

untuk Hotel Konvensi adalah lokasi yang terletak di Jl. Malaka. Lahan

tersebut terletak di kawasan strategis yang mudah dilalui dari segala

arah.

90
Gambar V.4. Existing Condition
(Sumber : Sketsa Pribadi)

b. Data-data mengenai tapak :

Peruntukan : Sarana Komersil, pariwisata,pertanian,perumahan.

Luas Lahan :  5,6 ha

Pemilik : Swasta

KDB : 60%

Kondisi Site : Relatif datar

Lokasi : Kelurahan Kambu, Kecamatan Poasia

91
Letak Geografis : Terletak membujur dari Barat ke Timur antara

122°,55° - 122°,39° Bujur Timur dan 03°,55°- 4°,05° Lintang Selatan

yang membentang mengelilingi Teluk Kendari.

c. Batasan Tapak

Utara : Lahan kosong

Timur : Lahan Kosong

Selatan : Pemukiman Penduduk

Barat : Lahan kosong

d. Orientasi matahari dan angin

Orientasi bangunan lebih ditekankan pada view utama yaitu area

terbuka (lapangan gasibu), kemudian untuk orientasi bangunan terhadap

matahari bangunan tidak harus selalu menghadap utara dan selatan,

untuk mengurangi pengaruh dari sisi negatif yang ditimbulkan dari sinar

matahari maka digunakan sunshading buatan atau alami berupa vegetasi

(tanaman). Orientasi angin, pembukaan bukaan secara maksimal pada

arah utara dan selatan dengan jendela ataupun dengan ventilasi sehingga

tidak terjadi crossing ventilation.

92
U

Ta
pa
k

JL.
Ma
lak
a

Gambar V.5. Analisa Lintasan Matahari dan Angin


(Sumber : Sketsa Pribadi)

e. View (Arah Pandang Dari Dalam dan Luar Tapak)

1. View kedalam U
4
3
Ta
pa
k

1
JL.
Ma
lak
a

2
Gambar V.6. Analisa View Ke Dalam
(Sumber : Sketsa Pribadi)
Penjelasan :
a) Pandangan dari arah sudut barat site memungkinkan terjadinya

pandangan satu arah sehingga kurang menguntungkan jika dari

arah ini.

b) Keindahan bangunan yang direncanakan dalam site ini sangat

besar terjadi jika dipandang dari arah selatan. Hal ini

93
disebabkan oleh bangunan dapat dilihat dari sudut ini dari dua

sisi.

c) Dua sisi yang berbeda akan terlihat dari arah ini, karena

pandangan dari timur site.

d) Arah pandangan kedalam dari arah belakang kurang baik

karena hanya di nikmati oleh beberapa orang saja.

2. View keluar
U
4
3
Ta
pa
k

JL.
Ma
1
lak
a

Gambar V.7. Analisa View Keluar


(Sumber : Sketsa Pribadi)

Penjelasan :
a) Point 1, terlihat lahan kosong dari arah ini.

b) Point 2, terlihat pemukiman dan lahan kosong yang dapat dari

arah ini.

c) Point 3, terlihat arah menuju ke kota dari arah ini.

d) Point 4, dapat terlihat lahan kososng dari arah ini.

94
f. Sirkulasi dan Pencapaian

1. Sirkulasi

Sirkulasi dalam tapak harus memperhatikan dasar pertimbangan

berikut:

a) Sirkulasi Kendaraan

(1) Menuntut kejelasan dan kemudahan.

(2) Membutuhkan penampungan kendaraan dalam bentuk kantong

parkir, yaitu khusus parkir kendaraan hotel dan kendaraan

umum atau pribadi.

(3) Tidak mengganggu pejalan kaki dan penyandang cacat.

(4) Mudah menaikkan dan menurunkan penumpang (kendaraan

umum).

b) Sirkulasi Manusia

(1) Hindari cross sirkulasi kendaraan umum atau pribadi dengan

kendaraan servis.

(2) Kemungkinan pejalan kaki untuk menikmati pemandangan.

(3) Mempertahankan kelancaran, keamanan dan kenyamanan

pejalan kaki, seperti batas kelelahan berjalan kaki maksimum

30imeter.

(4) Perlunya memasukan aksessibilitas ke dalam design awal dari

bangunan, khusus bagi para penyandang cacat seperti pengguna

kursi roda, pengguna kruk dan orang dengan kesulitan

pengelihatan. Untuk mengatasi perbedaan jalan digunakan ramp

dan jalur pemandu.

95
U
Serv
is en
tran
ce

Ta
pa
Mai
k
n en
tra
nce

JL.
Ma
lak
a Side
en tr
a nce

Gambar V.8. Analisa Sirkulasi Tapak


(Sumber : Sketsa Pribadi)

2. Pencapaian

Sistem pencapaian dalam tapak harus direncanakan untuk

menghindari resiko sirkulasi kendaraan yang terhalang. Pedestrian dan

akses angkutan (mobil, bus, dan lain-lain) harus diperhitungkan pada

tahap awal. Posisi entrance hotel Konvensi kebakaran biasanya

menentukan lokasi dari penempatan bangunan.

a) Main entrance

Main Entrance dipusatkan pada jalan yang mudah dijangkau

berbatasan langsung dengan jalan utama, Main Entrance pada

memisahkan antara pintu masuk dan keluar untuk memudahkan

sirkulasi pada tapak.

b) Side entrance

Side entrance sebagai jalan alternatif ke site bagi karyawan

ataupun pengunjung yang berjalan kaki. Side entrance ditempatkan

pada jalan yang aksesnya sedang.

96
c) Servis entrance

Service entrance sebagai alternatif untuk kegiatan servis seperti

pelayanan bangunan, sirkulasi mobil sampah.

d) Parkir

Perencanaan setiap kebutuhan parkir bervariasi berdasarkan

ukuran, tipe kendaraan, fungsi dan situasinya. Tempat parkir

hampir selalu dicapai melewati sebuah entrance yang terpisah dan

sering berada dekat dengan area resepsionis/pelayanan.

Tempat parkir kendaraan berdasarkan sifat pelayanannya

dibedakan atas:

(1) Parkir untuk tamu/pengunjung bangunan (public parking).

(2) Parkir karyawan/pengelola (private parking).

(3) Parkir kendaraan /servis (service parking)

Penempatan main entrance (pintu masuk utama) dan side entrance

(pintu keluar utama) ditempatkan pada jalan dengan pertimbangan:

1) Orientasi bangunan

2) Sirkulasi kendaraan tamu, karyawan dan kendaraan hotel.

g. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan diatasi dengan mempertimbangkan:

1) Arah datangnya kebisingan.

2) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan.

3) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu

dipisahkan menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan.

97
4) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang

kantor yang membutuhkan ketenangan.

5) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh

dari sumber kebisingan.

6) Membuat buffer di sekitar tapak guna meredam kebisingan disekitar

tapak seperti vegetasi berupa tanaman sebagai elemen.

Kebisingan di sekitar tapak, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

berasal dari:

1) Kebisingan dengan tingkat frekuensi tinggi terdapat di Jl. Malaka

karena merupakan jalur utama kendaraan.

2) Kebisingan dengan tingkat frekuensi rendah dan sedang terdapat di

arah utara site dimana area tersebut merupakan area lahan kosong.

Ta
pa
Ma
k
in e
ntr
ance

JL.
Ma
lak
a

Gambar V.9. Analisa Kebisingan


(Sumber : Sketsa Pribadi)

98
h. Penzoningan

Penentuan pengelompokan kegiatan pendaerahan pada tapak ini atas

dasar beberapa pertimbangan, yaitu:

1) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak.

2) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat

kegiatan.

3) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan

aman.

Analisa zoning :

1) Zona Hotel

Zona hotel merupakan titik pusat dari zona-zona lainnya, diletakan

pada daerah yang mudah terlihat oleh pengunjung pada saat

mendatangi lokasi dan berdekatan dengan main entrance tapak untuk

memudahkan pencapaian ke hotel serta tidak terlalu jauh dari

arboretum dan hutan observasi sebagai view utama.

2) Zona Konvensi Hall

Zona Konvensi hall, memiliki akses langsung dari hotel dan site,

sehingga dapat mempermudah pencapaian pengunjung atau pun

pengelola menuju Konvensi hall baik dalam hotel maupun dari luar

site.

3) Zona Service

Sirkulasi zona service harus terpisah dari sirkulasi utama

dikarenakan agar tidak mengganggu aktifitas yang ada di dalam

tapak, perletakannya pun terdapat pada area yang tidak harus terlihat

99
jelas oleh pengunjung, akan tetapi zona service ini harus dapat

melayani dari kegiatan yang ada di dalam tapak.

4) Zona Parkir

Zona parkir diletakan pada bagaian yang dekat dengan jalan utama

dan harus berdekatan dengan zona hotel dengan tujuan agar mudah

dalam pencapaian.

4. Bentuk Massa dan Penampilan Bangunan

a. Masa Bangunan/eksterior

1. Massa bangunan

(a) View terhadap lapangan terbuka

(b) Penyesuaian terhadap kontur tanah

2) Eksterior Hotel
(a) Bentuk dasar bangunan menggunakan persegi yang disusun

terpusat.

(b) Bangunan yang berbentuk huruf ’Y’, memiliki 3 orientasi yaitu

menuju jalan utama.

(c) Tidak bertentangan dengan kondisi lingkungan.

(d) Gubahan massa satu sama lain berhubungan dan mempunyai

kesinambungan hal ini dikarenakan adanya fungsi yang sama

antara fungsi kegiatan utama dengan fungsi kegiatan penunjang

sebagai bangunan komersil dan massa yang dibuat harus dapat

menyatu dengan alam sekitar.

(e) Bentuk bangunan mengikuti bentuk tapak yang ada.

100
(f) Bentuk mencerminkan kegiatan komersil yang rekreatif.

Dengan menggunakan bentuk dasar persegi, konsep desain dari

bagunan utama/hotel yaitu:

Gambar V.10. Bentuk Dasar Bangunan


(Sumber : Sketsa Pribadi)
2) Konvensi Hall

(a) Bentuk dasar lingkaran.

(b) Bahan material bangunan menggunakan bahan ramah lingkungan,

cocok dengan tema yaitu green architecture yang merupakan

bangunan yang ramah lingkungan.

(c) Bentuk penutup atap kubah sangat cocok digunakan dengan struktur

bentang lebar.

Gambar V.11. Bentuk Konvensi Hall


(Sumber : Sketsa Pribadi)

101
Kesimpulan dari beberapa bentuk eksterior yang dibuat yaitu:

 Mengutamakan kesesuaian dengan lingkungan.

 Perpaduan diantara bangunan diupayakan mempunyai hubungan satu sama

lain

 Mempunyai orientasi dan view terhadap ruang terbuka.

 Perletakan bangunan tidak merusak lingkungan sekitar.

b. Penampilan Bangunan

Dalam perencanaan penampilan bangunan yang hendak dicapai,

perlu ditinjau dari segi filosofinya sebagai bangunan tepi danau yaitu:

1. Bersifat mengundang, menarik, dan fungsional.

2. Memiliki interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

3. Memiliki ciri-ciri arsirtektur di daerah tersebut, yaitu seperti:

a) Mencerminkan ketenangan.

b) Kesan ringan → Penggunaan bahan

Membuat bagian bangunan yang dapat berinteraksi langsung dengan

alam seperti pembuatan teras-teras dan memberikan bukaan yang cukup

untuk menikmati pemandangan.

102
B. Acuan Perancangan Mikro

1. Analisa Kebutuhan Ruang

a. Ruang Dalam Bangunan

 Ruang kantor pengelola

 General Manager Office

 Ass Manager office

 Acounting

 Personal Dept

 House Keeping

 Front office

 Security Office

 Loundry Office

 Chief Office

 Engineer Office

 Ruang servis

 Toilet

 Ruang karyawan

 Ruang ME

o R. Operator

o R. Genset

o R. AHU

o R. Pompa air

o R. PHBX

o R. Sampah

103
o R. Pemanas air

 Ruang gudang

 Ruang pantry

 Ruang bell boy

 Cashier

 Ruang pos keamanan

 Ruang Utama

 Kamar Hotel

 Entrance hall

 Lobby

 Meeting Room

 Function Room

 Convention Hall

 Ruang Pelengkap

 Bank

 Moneychanger

 Caffe Resto

 Biro trafel

 Ruang pos

 Ruang Penunjang

 Restaurant

 Bar

 Caffe

 Retail

104
 Ruang Salon & Spa

 Masagge Room

 Ruang Fitnes

 Ruang Telepon Umum

 Ruang mushola

 Pool dack

 Ruang sirkulasi

 Lift

 Tangga

 Koridor

 Water dump

b. Ruang Luar Bangunan

Untuk luar bangunan terdiri atas bangunan-bangunan yang tidak

menyatu dengan bangunan ini yaitu:

 Mini Market

 Coffee shop

 Side entrance

 R. Genset

 R. Pompa air

 Parkir

 Taman

 Sirkulasi jalan kendaraan

 Sirkulasi pejalan kaki

 Pagelaran seni
105
2. Analisa Diagram Program Ruang

PELAKU KEGIATAN KEBUTUHAN


KEGIATAN RUANG
Tamu hotel yang Masuk Hotel / Konvensi Hall Entrance Hall
menginap Chek in & chek out Receptionist
Menunggu / duduk Lobby
Pembawa Koper Room bell boy
Menuju Kamar Lift/ tangga
Istirahat /tidur Ruang tidur
Membersihkan badan K. mandi / toilet
Titipan kunci kamar Key’s rak
Minum dan makan besar Coffe shop / restoran
Minum dan makan kecil Bar / coctail
Beli buku, souvenir Kios
Belanja Retail, mini market
Tukar uang Money Changer
Menelfon Telpon box
Olahraga Pooldack, fitnes
Pesan tiket Travel agent
Bayar penginapan Cashir
Menitipkan bayi / anak Baby care
Olah raga Gym, tenis
Berenang Pooldack
Pijat Massages
Terapi Spa
Tamu tidak Masuk hotel Entrance hall
menginap Tunggu / duduk-duduk Lobby
Maksud Berkonverensi Konvensi hall
berkunjung Makan dan minum kecil Coffe shop
Makan dan minum besar Restoran

106
Berbelanja Mini market
Pertemuan Function room
Menelpon Telpon box
Kunjungi rekan menginap K. tidur
Menitipkan bayi / anak Baby care
Olah raga Gym, tenis
Berenang Pooldack
Pijat Massages
Terapi Spa
Karyawan hotel Menerima tamu Receptation / regislation
Memberi informasi Informasi desk
Menjaga keamanan Ruang security
Mengawasi & menerima barang Receving room
Mengawasi masuk/out pegawai Tire keeper
Pembayaran Tamu Cashier
Mengurus Kepegawaian Personalia
Mengurus administrasi Front office
Membawa koper tamu Bell boy
Menyimpan koper gudang
Bersihkan kamar House keeping
Bawa makanan & minuman Bell boy station
Menerima public Publik relation room
R. kamar kecil Toilet
Menitipkan barang Locker
Ganti pakaian seragam R. ganti
Mengurus dapur R. chief kitchen
Mengurus perhotelan R. sales manages
Memasak Dapur
Simpan makanan Pantry
Simpan bahan makanan Gudang basah/kering
Karyawan hotel Simpan bahan baker Gudang bahan bakar

107
Mendinginkan daging Gudang pendingin
Makan dan minum R. makan / kanatin
Istirahat R. istirahat
Sholat Mushola
Simpan pakaian L. lemari
Mencuci,mengeringkan Loundry
Melayani makan / minum Restaurant,coffe shop
Memperbaiki kerusakan Work Shop / gudang
Mengontrol AC R. AHU
Memasang diesel R. generator
Pemanas air R. boiler
Mengatur bangunan R. Enginering
Pertolongan pertama R. P3K

3. Analisa Standarisasi Besaran Ruang

a. Kelompok Ruang Utama

No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 ) Total ( M2 )

1 Entrance Da 2 ruang 128 258


2 Lobby Sb 1 ruang 128 128
3 Meeting room Sb 8 ruang 64 512
4 Konvensi hall Sb 1 ruang 1,388 1,388
5 R. Rapat Pleno Sb 2 ruang 64 128
6 Kamar hotel
 Std. Single bed room Da 23 ruang 16.6 381.8
 Std. Double bed room Da 51 ruang 16.6 846.6
 Standar room Da 38 ruang 77.6 2,948.8

 Suite room Da 10 ruang 33.2 332

 Exekutive room Da 36 ruang 52.4 1,886.4


Da 3 ruang 92 276
 Presiden suit room
Jumlah A 7,688.188

108
b. Kelompok Ruang Penunjang
No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 ) Total ( M2 )
1 Restaurant Sl 1 1,134 1,134
2 Cafe Sb 2 64 128
3 bar Sb 2 160 320
4 Coffe shop Sb 1 210 210
5 Spa Sb 1 306 306
6 Gym Sb 1 194 194
7 massages Sb 1 306 306
8 R. Mushola Sb 6 36 216
9 Pool Dack & cafe Sb 1 135 135
Jumlah B 2,949

c. Kelompok Ruang Pelengkap

No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 ) Total ( M2 )


1 Moneychanger Sb 1 35.3 35.3
2 Cafe & resto Sb 1 272 272
3 Biro travel Sb 1 35.3 35.3
4 Ruang pos Sb 1 35.3 35.3
5 Minimarket Sb 1 292 292
Jumlah C 669.9

d. Kelompok Ruang Pengelola

No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 Total ( M2 )


)
1 General manager Sl 1 31.6 31.6
2 Ass General manager Sb 1 11.75 11.75
3 Acounting Sb 1 5 5

109
4 Personal dept Sb 1 93 93
5 Front office Sb 1 90.3 90.3
6 House keeping Sb 1 150.4 150.4
7 Security office Sb 1 105 105
8 Loundry office Sb 1 79.5 79.5
9 Chief office Sb 1 8.4 8.4
10 Engineer office Sb 1 105 105
Jumlah D 679.95

e. Kelompok Ruang Service

No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 ) Total ( M2 )


1 Ruang karyawan
 R. Istirahat Sb 1 40 40
 R. Locker Da 2 26.4 52.8
 R. Makan Da 1 72.75 72.75

 Kamar mandi
- Pria Sb 1 6.6 6.6

- Wanita Sb 1 6.6 6.6

2 Ruang M & E
 R. Operator Sl 1 20 20
 R. AHU Da 1 12 12
 R. PHBX Sl 1 15 15

 R. Genset Da 1 48 48

 R. Sampah Sl 1 16 16

 R. Pemanas air Sl 1 48 48
Sl 1 30 30
 R. Pompa air
3 Gudang
 Gd. Makanan kering Da 1 12.33 12.33
 Gd. Makanan segar Da 1 10.75 10.75

110
 Gd. Pendingin makanan Da 1 16.8 16.8
 Gd. Minuman Da 1 7.85 7.85
 Gd. Pendingin Da 1 10.75 10.75
minuman
 Gd. Brng. Bekas Sl 1 6 6

 Gd. Alat & Da 1 6 6

perlengkapan
 Gd. Engineer sl 1 6.25 6.25

4 R. Pantry Sb 1 35 35
5 R. Bell boy Sb 1 11.22 11.22
6 Kasir Sb 2 7.5 15
7 R. Pos keamanan Sb 2 6.25 12.5
Jumlah E 518.2

f. Kelompok Ruang Sirkulasi


No Jenis Ruang Sumber Jumlah Luas ( M2 ) Total ( M2 )
1 Lift public Da 10 6 60
2 Lift service Da 3 8 24
3 Tangga Da 5 15.5 77.5
Jumlah F 239.5

Jumlah keseluruhan

A + B + C + D + E + F = Jumlah Luas Bangunan

7,688.188 + 2,949+ 669.9+ 679.95+ 518.2 + 239.5 = 12,744.738 M2.

Keterangan :

a. Data Arsitek ( Da )

b. Study Literatur ( Sl )

c. Study Banding ( Sb )

111
4. Analisa Pola Hubungan Ruang

a. Hubungan ruang

Untuk menetukan hubungan ruang, perlu diperhatikan pertimbangan :

1) Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung.

2) Adanya persamaa sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi.

3) Adanya kontinuitas hubungan antara kegiatan, maka hubungan ruang

dapat dikemukakan sebagai berikut :

(a) Organisasi dan Pola Hubungan Ruang Makro :

1 Ruang kantor pengelola


2 Ruang utama
3 Ruang Pelengkap
4 Ruang Penunjang
5 Ruang servis
Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

A Ruang kantor pengelola


1 General master office
2 Asisten manager office
3 Accounting
4 Personal Dept.
5 House keeping
6 Front office
7 Security office
8 Loundry office
9 Chief office
10 Engineer office

Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

112
B Ruang servis
1 Toilet karyawan
2 Ruang karyawan
3 Ruang ME
4 Gudang
5 Pantry
6 Ruang bell boy
7 kasir
8 Ruang pos keamanan

Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan
C Ruang utama
1 Kamar hotel
2 Entrance hall
3 Lobby
4 Meeting room
5 Function room
6 Convention hall

Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

D Ruang Pelengkap
1 Bank
2 Moneychanger
3 Caffe resto
4 Biro trafel
5 Ruang pos

Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

113
E Ruang Penunjang
1 Restaurant
2 Bar
3 Caffe
4 Retail
5 Ruang salon dan SPA
6 Masagge room
7 Ruang fitness
8 Ruang telepon umum
9 Musholla
10 Pool dack
Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

1 Ruang Luar
2 Area parkir
3 Open space
4 Pos jaga

Keterangan :
Hubungan Erat
Hubungan Kurang Erat
Tidak Ada Hubungan

b. Analisa Pengelompokan ruang

1) Zona Hotel

Zona hotel merupakan titik pusat dari zona-zona lainnya, diletakan

pada daerah yang mudah terlihat oleh pengunjung pada saat

mendatangi lokasi dan berdekatan dengan main entrance tapak untuk

memudahkan pencapaian ke hotel serta tidak terlalu jauh dari

arboretum dan hutan observasi sebagai view utama.

114
2) Zona Konvensi Hall

Zona Konvensi hall, memiliki akses langsung dari hotel dan site,

sehingga dapat mempermudah pencapaian pengunjung atau pun

pengelola menuju Konvensi hall baik dalam hotel maupun dari luar

site.

3) Zona Service

Sirkulasi zona service harus terpisah dari sirkulasi utama

dikarenakan agar tidak mengganggu aktifitas yang ada di dalam

tapak, perletakannya pun terdapat pada area yang tidak harus terlihat

jelas oleh pengunjung, akan tetapi zona service ini harus dapat

melayani dari kegiatan yang ada di dalam tapak.

4) Zona Parkir

Zona parkir diletakan pada bagaian yang dekat dengan jalan utama

dan harus berdekatan dengan zona hotel dengan tujuan agar mudah

dalam pencapaian.

115
5. Analisa Skema Organisasi Ruang

Gambar V.12. Skema Organisasi Ruang


(Sumber : Sketsa Pribadi)

C. Sistem Material Dan Struktur

1. Sistem Material

a. Sifat Bahan Bangunan

Untuk mendirikan suatu bangunan diperlukan pertimbangan dalam

memilih sifat dari bahan bangunan yang akan di gunakan, yaitu:

Tabel V.3. Sifat Bahan Bangunan

(Sumber : Skripsi Bahan Dan Material, Firman. Bandung)

116
b. Material bangunan

Faktor utama sebagai pertimbangan dalam pemilihan bahan atau

material dalam pembangunan Hotel Konvensi meliputi faktor-faktor :

1. Fungsi

(a) Penyesuaian jenis bahan terhadap fungsi bangunan.

(b) Penyesuaian terhadap iklim setempat.

(c) Interior dan eksterior.

(d) Estetika.

(e) Sifat dan tekstur bahan.

(f) Warna.

(g) Bahan.

(h) Efek visual yang ditimbulkan.

2. Ekonomi

Biaya pemeliharaan yang relatif murah dan mudah pengerjaannya.

Kekuatan atau daya tahan material terhadap iklim dan pemakaian

serta waktu.

a. Bahan penutup atap

Pemilihan bahan penutup atap mempertimbangkan pada hal berikut :

1. keserasian dengan lingkungan alami dan buatan.

2. Tidak menimbulkan kebisingan.

3. Tidak mengreflesikan cahaya.

117
b. Dinding bangunan

Pemilihan bahan dinding bangunan (kulit bangunan) dengan

mempertimbangkan sebagai berikut :

1. Berfungsi sebagai dinding pengisi.

2. Mudah dalam pemeliharaan.

3. Tidak menjalarkan api atau mudah terbakar.

4. Dapat meredam suara.

5. Tidak merambatkan panas.

c. Lantai

Pemilihan bahan lantai bangunan (kulit bangunan) dengan

mempertimbangkan sebagai berikut :

1. Menimbulkan kesan tersendiri.

2. Tidak mudah tergores.

3. Tidak mudah terbakar.

Table V.4 Material Bahan Bangunan

(Sumber : Skripsi Bahan Dan Material, Firman. Bandung)

118
2. Struktur

Pemakaian sistem struktur dan material bangunan dipertimbangkan atas

dasar :

a. Sesuai denga sifat-sifat alam.

b. Bahan bangunan mudah didapat.

c. Faktor ekonomis, kuat, kokoh dan kekekuan

d. Ekspresi yang ditampilkan dari bentuk bangunan

e. Pemakaian bahan bangunan, warna, tekstur yang sesuai ikllim

dan penampilan.

1. Struktur bawah (sub struktur)

Pemilihan sub struktur suatu bangunan selalu dikaitkan dengan

kondisi tanah dan kedalaman tanah keras. Selain itu dengan adanya

masalah gempa, pemilihan struktur pondasi juga harus diperhatikan

karena gempa pertama kali langsung mengenai pondasi bangunan.

Faktor Pertimbangan dalam pemilihan untuk lokasi : Lahan relatif

datar.

a. Keadaan tanah yang gembur dan subur sehingga cocok untuk

daerah pertanian.

b. Kedalaman tanah keras antara 1 - 8 m.

c. Berdasarkan pertimbangan diatas maka untuk struktur bawah

menggunakan pondasi tiang pancang.

119
2. Struktur bagian atas (upper structure)

Akibat angin, struktur bagian atas bangunan mengalami tekan

dan hisap oleh angin. Sedangkan akibat gempa, struktur bagian atas

bangunan dirancang harus mampu menjalani perubahan elastisitas

untuk menahan gempa. Untuk perancangan Hotel Konvensi ini

digunakan struktur Rigid Frame.

Konvensi Hall merupakan ruangan bebas kolom, yang

merupakan bangunan bentang lebar maka dipilih kontruksi space

frame.

D. Konsep Sistem Pengkondisian Ruang

1. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada perencanaan Hotel

Konvensi ini merupakan gabungan dari sistem pencahayaan alami dan

sistem pencahayaan buatan dimana diolah ke dalam nilai-nilai arsitektural

dalam arti mempunyai nilai-nilai :

a) Kesejukan penglihatan

b) Kenikmatan

c) Kepuasan

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sistem pencahayaan yang

digunakan pada Hotel Konvensi Kota Kendari adalah :

1) Pencahayaan alami

Pencahayaan alami diperoleh secara langsung dari sinar matahari

melalui buka-bukaan pada sisi bangunan (dinding), dimana besar

120
disesuaikan dengan fungsi ruang dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a) Sudut sinar matahari 45º perlu dihindari

b) Penyinaran maksimum 2 jam/hari diwaktu pagi

c) Elemen yang memantulkan sinar kedalam ruang dihindari, antara

lain dengan memanfaatkan pohon pelindung.

Bukaan

Gambar V.13. Pencahayaan Alami

2) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan digunakan pada malam hari dan pada ruang-ruang

yang tidak terjangkau oleh sinar matahari yang masuk ke dalam

bangunan. Pencahayaan buatan menggunakan penerangan lampu.

Penggunaan lampu dan kebutuhan penerangan disesuaikan dengan

kebutuhan penerangan pada fasilitas-fasilitas ataupun unit-unit hunian.

Kebutuhan penerangan pada unit hunian berbeda dengan penerangan

pada fasilitas-fasilitas penunjangnya.

121
PLAFOND

½a a a ½a

PLAFOND Penempatan lampu (pencahayaan buatan)


menempel di plafond untuk mengurangi
bayangan dan memanfaatkan langit
H h sebagai reflector
Jarak lampu, a x 1,5 h
Di mana :h : = H - t
BIDANG KERJA t

Gambar V.14 Pencahayaan Buatan

2. Sistem Penghawaan

a. Penghawaan Alami

Yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan penghawaan alami, yaitu:

1. Aliran dan pengendapan udara

Diusahan untuk selalu terjadi ventilasi silang (cross ventilation)

sehingga udara dalam ruangan terus mengalir dan tetap sehat.

Gambar V.15 Sistem Penghawaan Alami


Sumber: Anatomi Utilitas 1997

122
2. Polusi bau dan debu

Harus dipertimbangkan kondisi lingkungan bangunan agar polusi

dan debu dapat dihilangkan atau disaring dengan memanfaatkan

lansekap dan vegetasi.

3. Sistem Akustik

Penyelesaian akustik pada kompleks perumahan ini

dipertimbangkan terhadap :

a) Fungsinya sebagai sarana akomodasi pada perumahan

b) Tingkat kebutuhan, dengan tinjauan kenyamanan, keamanan dan

privasi.

c) Sumber-sumber yang dapat menimbulkan bunyi seperti percakapan

antar rumah atau lalu lintas kendaraan.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penggunaan sistem akustik

pada hotel Konvensi dikhususkan pada pemakaian sistem akustik yang

dapat mereduksi kebisisngan yang terjadi, sehingga para penghuni atau

pengunjung dapat beristirahat dengan santai tanpa dibebani oleh gangguan

bunyi.

Untuk meredam kebisingan yang timbul dari luar bangunan dapat

menggunakan elemen vegetasi atau dengan memodifikasi ketinggian

tanah.

123
B T
BUPPER

BANGUNAN

BANGUNAN
BALCON E SEBAGAI
Vegetasi BUPPER

BUPPER
Sumber Kebisingan
FILTER

Gambar V.16. Reduksi Kebisingan dengan Menggunakan Vegetasi

E. Konsep Utilitas dan Kelengkapan Bangunan

1. Sistem Kelistrikan Dengan Menggunakan Tenaga Surya

Penyediaan listrik pada Hotel Konvensi harus mempertimbangkan

kebutuhan pada kegiatan, kenyamanan serta keamanan. Dengan

pertimbangan tersebut, maka supply listrik yang dipergunakan adalah

menggunakan pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana.

Yaitu mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari

merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya

alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di

satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan

energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari

matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan

bakar. Sistem listrik yang digunakan pada Hotel Konvensi dengan

menggunakan tenaga surya sebagai sumber utama, sehingga sistem sel

surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.

124
Sistem sel surya yang digunakan terdiri dari panel sel surya,

rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt

yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri

beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel

tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan

adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu

menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan

panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian kontroler pengisian aki

dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian elektronik yang mengatur

proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki dalam

selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai

10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya sebagai

sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila

berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu

terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi

listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam,

tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka

kontroler akan menghentikan proses pengisian aki itu.

125
Berikut ini pembagian sistem tenaga surya pada penggunaanya :

Gambar V.17. Contoh PLTS Aplikasi Mandiri


(Sumber : Www.PLTS.Com)

2. System kelistrikan (PLN)

Untuk pemakaian listrik dipakai dua sumber yaitu dari perusahaan

listrik Negara(PLN) dan genset. Genset disini berfungsi sebagai

pendukung, jika listrik dari PLN mati, maka dengan sendirinya genset

memberikan listrik lalu didistribusikan.

SDP DISTIRBUSI
PLN LT. DASAR

CONECTOR / GARDU MDP SDP DISTIRBUSI


LT. I
GENSET
SDP DISTIRBUSI
LT. II
MDP : MAIN DISTRIBUSI PANEL
SDP : SUB DISTRIBUSI PANEL

Gambar V.18. Gambar Skema Kelistrikan/PLN


(Sumber : Materi Utilitas)

126
3. Sistem Plumbing

Sistem peralatan perpipaan yang akan digunakan pada Hotel

Konvensi ini terdiri dari :

a) Sistem peralatan untuk penyediaan air bersih

b) Sistem peralatan untuk pembuangan air kotor

c) Sistem peralatan-peralatan lain yang ada hubungannya terhadap

perencanaan pemipaan.

Jenis pipa yang akan digunakan beragam jenisnya. Air bersih

dialirkan melalui pipa besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa

Poly Vinyl Chloride (PVC) atau pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang

digunakan untuk keperluan pencegahan dan penanggulangan bahaya

kebakaran (hidran dan sprinkler), dituntut untuk mampu menahan tekanan

tertentu.

Untuk membedakan antara pipa yang satu dengan yang lainnya,

maka pipa-pipa tersebut diberi warna yang berbeda antara satu dengan

lainnya Berikut merupakan tabel warna pipa yang dibutuhkan :

Tabel V.5. Warna pipa


Fungsi Pipa Warna Pipa
Air bersih Biru
Air buangan Kuning
Air limbah Coklat
Air untuk sprinkler Merah
(Sumber : Juwana, 2005)

127
4. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sumber utama dari penyediaan air bersih yaitu dari PDAM,

kemudian menggunakan sistem daur ulang sedangkan sumur pompa (Deep

Weel) dipergunakan sebagai cadangan penyediaan air. Kondisi air sumur

berasal dari air dalam tanah didapatkan dengan menggunakan mesin

pompa air. Sebelum disalurkan pada area pelayanan, terlebih dahulu

dilakukan pengawasan terhadap kualitas air. Sedangkan untuk air kotor

pembuangan diusahakan dilakukan treatment sebelum disalurkan pada

rembesan.

Gambar V.19. Pendistribusian Air Bersih dan Air Kotor


(Sumber : Materi Utilitas)

5. Sampah

Sampah dari hotel dikumpulkan pada bak penampung sampah yang

dilengkapi teknologi yang bias menjaga supaya sampah tidak membusuk

kemudian diambil oleh truk pengangkut sampah dan dibuang ketempat

pembuangan akhir (TPA).

128
Gambar V.20. Ilustrasi Sistem Pembuangan Sampah
(Sumber : Materi Utilitas)

Gambar V.21. Pembuangan Sampah Pada Shaft


(Sumber : Materi Utilitas)

6. Sistem Komunikasi

Konsep dasar penggunaan sistem komunikasi dijabarkan sebagai berikut :

a) Komunikasi ke luar dan kedalam bangunan menggunakan telepon

dengan sistem Private Automatic Branch Exchange (PABX) tanpa

operator dan sistem Private Manual Branch Exchange (PMBX)

melalui operator dengan layanan komunikasi dari pusat telepon

129
(TELKOM) yang dapat mengirim dan menerima pembicaraan pada

bangunan.

b) Sistem Inter Comunication (Intercom), dimana sistem ini khusus

melayani percakapan antar ruang dalam bangunan melalui airphone

dan intercom.

c) Untuk kepentingan informasi/pengumuman atau komunikasi satu arah

digunakan speaker pengeras suara melalui sistem suara dari ruang

operator.

d) Untuk akses internet kawasan ini menyediakan jasa internet nir kabel

(LAN).

Gambar V. 22. Sistem komunikasi dari telkom

7. Sistem keamanan

a) Sistem pencegahan dan penanggulan bahaya kebakaran

1) Pencegahan pasif

Alat Bantu evakuasi merupakan sarana penunjang dalam

upaya penyelamatan pelaku kegiatan, sehingga mempermudah

evakuasi serta meningkatkan keamanan terhadap bahaya

kebakaran. Sarana penunjang tersebut terdiri dari :

(a) Penerangan darurat

Pemasangan lampu diletakkan pada tangga darurat, jalan

130
penghubung atau jalan yang dipergunakan oleh manusia pada

saat kebakaran.

(b) Sumber daya listrik darurat

Sumber listrik ini dipergunakan untuk mengaktifkan semua


peralatan bantu evakuasi.

2) Pencegahan aktif

Pencegahan bahaya kebakaran yang terjadi di luar bangunan

menggunakan Pilar Hydrant yang diletakkan pada halaman.

Gambar V. 23. Pencegahan kebakaran dari luar bangunan


( Sumber : Juwana, 2005)

a) Fire Alarm system

Penggunaan alat ini untuk memberitahukan apabila terjadi

kebakaran.

Gambar V. 24. Alarm kebakaran


( Sumber : Marhama, 2004)

131
b) Fire Hidrant System

Yaitu sebuah kotak yang berisi selang dengan jarak maksimal

35 m satu dengan yang lainnya, dengan panjang selang 30 m

dan jarak semprotan air 5 m.

c) Alat pemadam kebakaran ringan

Alat ini berupa tabung-tabung gas zat arang atau serbuk anti

api dan dilengkapi dengan alat penyemprot. Untuk setiap area

seluas 100 m2 disediakan satu alat tersebut.

1) Sistem keamanan terhadap bahaya kejahatan

Sistem keamanan dalam bangunan ini dilakukan dengan

menyediakan fasilitas pengamatan dan pencegahan, antara lain:

a) Sistem CCTV (Central Circuit Television), untuk memonitor

segala penjuru bangunan yang diperkirakan dapat menjadi tempat

terjadinya kriminalitas, seperti pencurian dan sebagainya.

b) Sistem alarm, yang diaktifkan pada waktu-waktu tertentu untuk

melindungi hasil karya yang dipajang atau dipamerkan dalam

bangunan.

c) Satuan pengamanan (Satpam) yang bertugas 24 jam.

132
8. Sistem Penangkal Petir

System penangkal petir yang digunakan pada bangunan perumahan

adalah system penangkal petir tongkat franklin.

Antena
Elektroda Pertahanan

Daerah Pertahanan

Terminal Tanah
Gambar V.25. Sistem Penangkal Petir Tongkat Franklin
(Sumber: M’ said dalam Faradina 2010)

9. Sistem transportasi vertikal

Untuk mempermudah aksesibilitas bagi setiap kamar di setiap

kamar, terutama pada lantai atas maka bangunan ini dilengkapi dengan

tangga lift. Selain itu untuk mempermudah pengangkutan barang-barang

service disediakan lift service barang untuk mengangkutnya.

Gambar V.26. Bentuk dan Dimensi Lift


(Sumber : Materi Utilitas)

133
Tabel V.6. Sistem Transportasi Vertikal

KRITERIA TANGGA RAMP LIFT

Penggunaan pada Relatif kecil hanya Relatif kecil Relatif kecil, hanya
orang dan barang, untuk servis, untuk pengunjung
pemanfaatan dan keadaan darurat, dan dan pengangkatan
pengoperasian sebagian kecil barang.
pengunjung
Waktu menunggu Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
menunggu menunggu menunggu jika tidak
ada pemakaian lift
Kapasitas Kapasitas besar Kapasitas besar Kapasitas kecil
Waktu Perjalanan dan Perjalanan sedang Perjalanan cepat
melelahkan
Suasana Kurang dapat Dapat menikmati Kurang dapat
menikmati suasana suasana menikmati suasana
Pemakaian ruang Besar Besar kecil
Daya angkut Relatif kecil Relatif kecil Relatif kecil
Hubungan antar Terasa Terasa Tidak terasa
lantai
Apabila aliran Dapat digunakan Dapat digunakan Tidak dapat
listrik terputus digunakan
Ketinggian lantai Efektif 4-5 lantai Efektif 1-3 lantai Efektif bagi lantai
banyak

(Sumber : Materi Utilitas)

134
10. Sistem Parkir
Jenis pola parkir yang di rancanakan :
Tabel V.7. Pola Parkir
Sikap Terhadap
Pola Parkir Potensi
Proyek
Menyatu - pemanfaatan parkir lebih mudah Orientasi pemakai
- Pengawasan parkir lebih mudah parkir diperjelas dengan
- Jarak dengan kegiatan bisa jauh adanya perbedaan warna
Menyebar - Setiap kegiatan mempunyai parkir
sendiri
- Sulit memanfaatkan parkir

Adapun lokasi parkir kendaraan terletak di luar bangunan, dengan

pertimbangan tidak mengganggu kegiatan yang ada di dalam maupun di

luar bangunan maka letak parkiran di buat khusus agak jauh dari sumber

kegiatan. Sistem parkir yang digunakan pada perencanaan Hotel Konvensi

di Kota Kendari.

a) Sistem parkir 90o

Sistem parkir 90o digunakan untuk parkir kendaraan roda dua dan roda

empat di luar bangunan.

Gambar V.26. Sistem Parkir 90º


(Sumber : Neufert Data Arsitektur)

135
b) Sistem parkir 60o

Sistem parkir 60o digunakan untuk parkir kendaraan roda empat di luar

bangunan.

2,
50
m 2, 2, 2,
50 50 50
m m m

Gambar V.27. Sistem Parkir 60º


(Sumber : Neufert Data Arsitektur)

Gambar V.28. Penataan Parkir


(Sumber : Koleksi Pribadi)

136
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Hasil pembahasan atau uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya dengan tetap berdasarkan atas pokok-pokok permasalahan yang

diangkat dari pembahsan ini, maka dapat ditarik ksimpulan sebagai berikut :

1. Hotel Konvention di Kota Kendari berfungsi sebagai wadah perencanaan

fasilitas untuk hunian yang digunakan tempat istrahat, tempat

melangsungkan kegiatan pertemuan yang berstandar internasional, serta

sebagai bisnis daya tarik dalam perencanaan hotel tersebut dijadikan

sebagai landasan untuk meningkatkan kebijaksanaan dalam pembangunan

perhotelan baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Kota

yang mempunyai tugas dan fungsi.

2. Dengan adanya Hotel Konvention ini juga sebagai sarana akomodasi yang

memiliki fasilitas penunjang yang lengkap perlu diperhatikan adalah :

a. Titik tolak perancangan yang dimaksudkan sebagai langkah

transformasi untuk mengungkapkan fisik dasar perencanaan Hotel

Konvention yang diturunkan berdasrkan fungsi operasionalnya.

b. Konsep dasar perencanaan yang meliputi :

1) Konsep tata ruang makro

2) Konsep tata ruang mikro

c. Konsep dasar utilitas bangunan

d. Konsep struktur bangunan dan material

137
B. Saran

Dengan adanya penulisan tugas akhir ini, penulis dapat memberikan

beberapa saran dan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan arsitektur di

Sulawesi Tenggara khususnya di Kota Kendari :

1. Dalam merancang suatu bangunan marilah berpatok pada iklim dan

budaya kita, janganlah mengikuti desain-desain arsitektur yang berasal

dari luar, yang dengan jelasnya mempunyai iklim dan budaya yang

berbeda. Pada akhirnya jika desain itu di tempatkan pada daerah kita

tentunya tidak akan memberikan rasa nyaman, walaupun dari bentuk

fascadenya bagus ataupun kren banget dalam istilah kininya, selain itu

budaya kita akan hilang tanpa identitas yang jelas. Arsitektur bukan hanya

tentang gaya, warna, garis dan beragam bentuk menjadi sebuah bangunan

semata. Arsitektur adalah hidup itu sendiri. Ia mewakili budaya dan cara

kita melihat dunia ini. Masalah datang ketika globalisasi mengambil alih

keberagaman menjadi keseragaman. Globalisasi seharusnya tidak

mengambil nilai-nilai keberagaman budaya untuk diarahkan kepada sistem

nilai dari satu kebudayaan tertentu, tetapi mempersatukan keberagaman

budaya tersebut ke dalam suatu sistem nilai yang mengakomodasi semua

kebudayaan. Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan juga terpengaruh

oleh globalisasi. Arsitektur yang dapat dikatakan “baik” pada kebudayaan

Eropa misalnya, belum tentu cocok dengan kebudayaan Indonesia. Tetapi

orang sering salah kaprah memahami ini. Arsitektur yang “laku dijual”

adalah yang baik, tidak peduli apakah berakar dari kebudayaan lokal

ataupun tidak.

138
2. Dalam mendesain bangunan kita terkadang dihadang masalah dana dan

anggaran yang tidak cukup. Kurangnya dana membuat kita mendesain

kurang maksimal, akan tetapi kurangnya dana harus menjadi motivasi

kreativitas kita sebagai calon-calon arsitek dalam mendesain. Penggunaan

bahan material yang mahal bukan suatu jaminan untuk sebuah desain yang

baik, akan tetapi bagaimana kita “bermain” dengan material yang ada,

meminimalisi unsur-unsur yang tidak penting dan memaksimalkan unsur-

unsur yang penting.

139
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.,2005. Hotel & Resort, Indonesia Design, Jakarta

Bagiono, 2005., Pariwisata Dan Perhotelan, Penerbit alfabeta, Bandung

Bagiono, 2006., Manajemen Housekeeping Hotel, Penerbit alfabeta, Bandung

Bagiono, Budianto Agus, Sambono Agus 2006. Defenisi Hotel Convention.

Bandung

Budianto Agus, Sambono Agus 2009. Defenisi Hotel Convention. Bandung

C snyder, 1985., Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga, Jakarta

D.K. Ching, Francis. 1993. Arsitektur: Bentuk Ruang dan Susunannya, Erlangga:
Jakarta.
Firman, 2009.Universitas Langlang Buana. Skripsi Hotel Convention Dengan

Konsep Green Architecture. Bandung

Francis D. K. Ching, 1984. Arsitektur; Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Erlangga,

Jakarta

Francis D. K. Ching, 1993. Arsitektur; Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Erlangga,

Jakarta

Francis D. K. Ching, 2000. Arsitektur; Bentuk, Ruang, dan Tatanan, Erlangga,

Jakarta

Jhon Orsbe Simon, 2004., Perancangan Komponen Landscape In Architecture.

Penerbit alfabeta, Bandung

Heirnz, F, 1988. Arsitektur Lingkungan, Penerbit kanisius, yogyakarta

Ma’ruf, Annas, 2007. Materi Mata Kuliah Utilitas. Kendari :Universitas Haluoleo.

Neuvert, 1978. Data arsitek.Penerbit Erlangga, Jakarta

Ohira Yoshio,1990. Leisure & Resort Space, Design book center, Jakarta

140
Sambono Agus dan Bagiono, 2006.,Kantor Depan Hotel, Penerbit C.V Andi,

Yoyakarta

Sugiatro Endar, 1996. Administrasi Kantor Depan Hotel, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Snyder, James C. And Anthony, J. Catanese. 1984. Pengantar Arsitektur,

Erlangga: Jakarta

Virochsir, 1977. Literatur Vegetasi Dalam Perencanaan Tapak. Bandung

W.J.S. Purwadarminto, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta.

141

Anda mungkin juga menyukai