Anda di halaman 1dari 5

PERENCANAAN CONVENTION CENTER DENGAN

PENDEKATAN GREEN BUILDING


DI KOTA KENDARI

Oleh:
I MADE RAY AGUS SUPRIATNA
E1B1 17 037

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
1. KATEGORI, JUDUL & TEMA

Kategori : Fasilitas Perkotaan


Topik : Arsitektur Bentang Lebar
Tema : Green Building
Judul : Perencanaan Convention & Exhibition Center

2. LATAR BELAKANG
Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara sering kali menjadi
tuan rumah berbagai acara-acara ataupun kegiatan-kegiatan terkait dalam
bidang kebudayaan, kesenian, pameran, atau pun berbagai kegiatan komunitas
lain yang setingkat provinsi. Namun, berbagai kegiatan tersebut banyak yang
terselenggara tidak di tempat yang seharusnya ataupun tidak memenuhi kapasitas
yang diinginkan. Hal ini disebabkan, kota Kendari tidak banyak memiliki gedung
dengan fungsi tunggal untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat konvensi dalam
lingkup Provinsi. Beberapa kegiatan tersebut terkadang malah
menggunakan hotel sebagai tempat pertemuan, dengan kapasitas yang tidak
besar.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah bangunan yang dapat memiliki fungsi
tunggal sebagai wadah atau tempat diselenggarakannya kegiatan/aktifitas seperti
pertemuan, pameran seni, konser atau kegiatan lain yang berskala besar. Dengan
demikian diperlukan sebuah perencanaan pembangunan sebuah gedung
Convention and Exhibition Center di Kota Kendari.
Bangunan Convention Center dengan Kapasitas ribuan orang tentu
saja pada saat pembangunan, penggunaan dan perawatannya menggunakan
energi yang tidak sedikit. Penggunaan Energi yang begitu besar dapat
ditekan dan diminimalisir apabila memiliki perencanaan yang baik terkait
dengan aspek fisika bangunannya. Tujuannya adalah agar gedung ini setelah
dibangun tidak menjadi beban besar bagi lingkungan yang pada masa ini sedang
mengalami krisis yang pelik. untuk mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Convention Center yang
memiliki penekanan Green Design.
3. PERMASALAHAN
 Bagaimana peran gedung konvensi sebagai fasilitas pendukung
perkembangan kota?
 Bagaimana merenencanakan bangunan konvensi yang memiliki fungsi
kompleks namun tetap ramah terhadap lingkungan?
 Apa saja kebutuhan ruang untuk gedung konvensi?

4. TUJUAN
 Merencanakan gedung konvensi sebagai fasilitas yang dapat mendukung
perkembangan kota
 Menjadikan gedung konvensi yang direncanakan tetap ramah terhadap
lingkungan dengan menerapkan pendekatan green building
 Menyususn kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam merencanakan sebuah
gedung konvensi

5. TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan
penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin.
Bangunan bentang lebar biasanya digunakan untuk mewadahi kegiatan yang
membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk kegiatan
olahraga berupa gedung stadion, gedung pertunjukan, auditorium, dan kegiatan
pameran atau gedung exhibition.
“Convention atau konvensi” adalah kata benda yang mempunyai arti
jamak antara lain dapat diartikan sebagai “rapat / pertemuan” atau “adat /
kebiasaan / hukum tak tertulis” atau “perjanjian / persetujuan” atau
“kaidah / ketentuan”. Perkembangan dunia usaha kepariwisataan internasional
mengartikan konvensi sebagai bentuk kegiatan yang ada hubungannya
dengan kegiatan rapat / pertemuan yang dikelola dalam pengorganisasian
secara profesional dengan melibatkan beberapa unsur-unsur industri pariwisata
(perjalanan, hotel dll).
Negara-negara kawasan kontinental Eropa mengenal kegiatan
konvensi sebagai “Meeting Industries” sedangkan di Amerika Serikat lebih
dikenal sebagai “MICE Industries”. Negara kawasan Asia Pacific mengadopsi
istilah MICE sebagai bagian usaha kepariwisataan dalam mengembangkan
industri konvensi karena didasarkan pada pengamatan terhadap praktek
penyelenggaraan kegiatan konvensi dari tahun ke tahun banyak terjadi keterkaitan
antar unsur yaitu Meeting - Incentive Travel - Conference dan Exhibhition. Untuk
menetapkan definisi dan pengertian dasar tentang kovensi dalam dunia pariwisata
tidak semudah yang diperkirakan banyak orang, karena industri konvensi selalu
berkembang lebih kompleks sehingga para ahli dalam mengartikan kegiatan
konvensi sangat dipengaruhi dan
dibatasi dengan ruang, gerak dan waktu sudut pengamatannya.
Leonard H. Hoyle, David C. Dorf dan Thomas J.A.dalam bukunya
Conventions mengartikan Convention Industries sebagai berikut : Industri
konvensi merupakan pengembangan dari kegiatan “meeting” dan dikatagorikan
sama dengan industri jasa “hospitality” artinya yang menitik beratkan pada bisnis
manusia “a people business”. Dengan demikian industri konvensi tidak mungkin
dinilai keberhasilannya dengan melihat pada indikator tertentu tetapi harus dilihat
dari keseluruhan siklus operasional dari tahap awal sampai akhir konvensi.
Richard A. Hildreth dalam bukunya The Essential of Meeting
Management mengartikan konvensi sama dengan meeting professional yang
merupakan media komunikasi intelektual dan emosional dari dua orang atau lebih
yang didesain untuk menjamin keamanan agar tercapai tujuan untuk kepentingan
bersama.
Pengertian diatas lebih menitik beratkan pada aspek komunikasi
intelektual dan emosional antar manusia agar setiap orang yang terlibat
didalamnya selalu berperan secara aktif.
Direktorat Jenderal Pariwisata dalam buku Petunjuk Penyelenggaraan
Konvensi di Indonesia 1997 - 1998 mengartikan konvensi adalah suatu rangkaian
kegiatan berkumpulnya sekelompok orang / negarawan / usahawan /
cendikiawan / kalangan profesional dalam suatu pertemuan di suatu tempat yang
terkondisikan oleh suatu permasalahan dan pembahasan yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
6. STUDI BANDING
Vancouver Convention Centre (Canada)

Gambar 2.1 Vancouver Convention Centre (Canada)


(Sumber: http://www.vancouverconventioncentre.com/)

Convention center yang dibangun pada tahun 2009 ini dikenal dunia
karena konsep green architecturenya. Terlihat dari penggunaan selubung
kaca untuk memaksimalkan potensi cahaya alami, atap green roof untuk
mendinginkan suhu didalamnya sekaligus sebagai bentuk kepedulian mereka
untuk mengganti betapa luasnya lahan hijau yang mereka ambil untuk
membangun bangunan ini. Dari skema potongan kita juga dapat melihat
bagaimana arsitek mencoba memanfaatkan cahaya alami sebagai sumber
pencahayaan pada ruang utama konvensi, padahal biasanya ruang utama
konvensi dibuat tertutup sehingga sepenuhnya harus menggunakan sumber
pencahayaan buatan.

Anda mungkin juga menyukai