Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bisnis pariwisata memberikan kecerahan bagi pergerakan roda ekonomi
nasional. Multiplier effect dari bisnis ini secara signifikan memberikan gairah
investasi yang cukup menjanjikan. Investasi pada bisnis penyedia jasa diantaranya,
traveling, bisnis perhotelan, souvenir, panti pijat, transportasi darat, laut dan udara,
sampai dunia perbankan pun turut terimbasi bisnis pariwisata ini. Dampak lain dari
maraknya industri pariwisata ini adalah terserapnya tenaga kerja lokal, baik skilled
labor maupun unskilled labor. Bisnis pariwisata cukup memberikan angin segar bagi
ekonomi nasional, terlebih pengeluaran pemerintah sangat tergantung pada
penyediaan devisa melalui pajak dalam negeri. Dapat diprediksi dampak yang
ditimbulkan bilamana sektor riil, termasuk bisnis pariwisata ini lumpuh, bahwa
sebagian besar roda ekonomi nasional pun terkena dampaknya.
Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kinerja kepariwisataan
Indonesia sebagai sektor andalan pembangunan nasional terus dilakukan, antara lain
dengan menyelenggarakan program Visit Indonesia Year yang terakhir ini
dilaksanakan pada tahun 2009 dengan tema “Marine & MICE”. Penyelenggaraan
MICE diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara,
domestik dan mancanegara ke Indonesia untuk mengejar target jumlah kunjungan
yang telah ditetapkan. Dalam rangka mendukung program tersebut, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata telah menetapkan 13 destinasi MICE (meeting, incentive,
convention, and exhibition) unggulan, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali,
Balikpapan, Medan, Batam-Bintan, Padang-Bukittinggi, Makassar, Manado,
Palembang, Mataram, dan Bandung.
Industri MICE merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu
negara di mana pada tiap penyelenggaraan sebuah event baik yang bertaraf nasional
maupun bertaraf internasional memerlukan dukungan perangkat keras berupa
infrastruktur fisik, dan perangkat lunak yang meliputi dukungan sumber daya manusia
yang ahli yang memiliki mentalitas pelayanan kelas utama. Agar Indonesia dapat lebih
diperhitungkan oleh pasar wisata MICE maka dukungan infrastruktur seperti akses
udara, jalan atau rel kereta api, convention center serta sarana akomodasi yang

Gowa Convention Center 1


berkualitas sangatlah penting. Selain dukungan infrastruktur yang memadai faktor-
faktor lain yang perlu diperhatikan karena dapat meningkatkan nilai tambah suatu
destinasi adalah keatraktifan destinasi itu sendiri, adanya jaringan pemasaran yang
baik serta terdapat professional conference organizer (PCO) nasional/lokal yang ahli
dan berkualitas.
Dalam kurun waktu 2001 – 2010 tersebut Indonesia telah mengalami
pertumbuhan jumlah pertemuan (meeting) sebesar 10,57%, yaitu dari 24 meeting pada
tahun 2001 menjadi 64 meeting pada tahun 2010. Dari tabel tersebut juga terlihat
bawah trend pertumbuhan meeting di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan jika dibandingkan dengan negara-
negara yang sudah berkembang seperti Amerika Serikat (Lampiran I). (DitjenPen,
2011:8). Selama tahun 2013-2014 jumlah peserta yang mengikuti pertemuan di
Indonesia berada diurutan ke-39 dengan jumlah mencapai 40.793 orang. Masih lebih
kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan
Thailand. Sedangkan bulan-bulan favorit penyelenggaraan kegiatan pertemuan adalah
pertengahan tahun seperti bulan Mei dan Juni serta bulan September dan Oktober.
Tempat penyelenggaraan pertemuan pada umumnya masih di dominasi di
hotel yang mecapai 43%, sedangkan di conference hall mencapai 26%. Sedangkan
dari subjek pertemuan, didominasi oleh ilmu medis, teknologi dan ilmu pengetahuan.
Rata-rata jumlah uang yang dikeluarkan peserta untuk biaya pertemuan US$ 736.
(http://iccaworld.com, diakses 11 September 2015) 3 Tabel I.1 Presentase Jenis
Tempat Pertemuan Sumber : ICCA Statistics Report,2014 Perkembangan kegiatan
konvensi merupakan bagian dari industri pariwisata MICE (Meeting, Incentive,
Conference, Exhibition) masa kini telah memberikan "warna dalam kegiatan bisnis
industri pariwisata dunia", kegiatan konvensi memberikan beragam konstribusi
terhadap kegiatan pariwisata, yang sangat menonjol adalah identik dengan pemberian
pelayan/services. MICE dan bisnis pariwisata merupakan bisnis dengan high- quality
dan high-income, yang memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi terlebih bagi
negara berkembang karena dalam pelaksanaannya banyak sekali menggunakan
fasilitas pariwisata.
Perkembangan kegiatan konvensi merupakan bagian dari industri pariwisata
MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) masa kini telah memberikan
"warna dalam kegiatan bisnis industri pariwisata dunia", kegiatan konvensi
memberikan beragam konstribusi terhadap kegiatan pariwisata, yang sangat menonjol

Gowa Convention Center 2


adalah identik dengan pemberian pelayan/services. MICE dan bisnis pariwisata
merupakan bisnis dengan high- quality dan high-income, yang memberikan kontribusi
tinggi secara ekonomi terlebih bagi negara berkembang karena dalam pelaksanaannya
banyak sekali menggunakan fasilitas pariwisata.
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan
budaya, sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan, baik dalam hal
material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun
sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat tanpa memperhatikan aspek
lingkungan untuk jangka panjang, sehingga timbul masalah baru yang membawa
dampak negatif kepada lingkungan. Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim
yang semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini.
Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam kawasan
Kota Metropolitan, yang mencakup 11 (sebelas) wilayah kecamatan, meliputi
Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Pallangga,
Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Barombong, Kecamatan
Manuju, Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Parangloe, Kecamatan Bontonompo,
dan Kecamatan Bontonompo Selatan.
Dilihat dari potensi pengembangannya ke depan, Kabupaten Gowa memiliki
prospek pembangunan dan komersial yang sangat potensial untuk pembangunan pusat
pertemuan di Sulawesi Selatan. Untuk mewadahi kegiatan tersebut perlu adanya
gedung konvensi yang memadai dan dikelolah secara profesional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencenakan suatu wadah yang dapat mengakomodasi kegiatan
konvensi dengan mengadakan Gowa Convention Center?
2. Bagaimana mendesain Gowa Convention Center yang sesuai dengan fungsinya?
C. Tujuan
1. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan ini adalah :

a. Untuk merencanakan suatu wadah yang dapat mengakomodasi kegiatan


konvensi dengan mengadakan Gowa Convention Center
b. Untuk mendesain Gowa Convention Center yang sesuai dengan fungsinya
2. Sasaran Pembahasan
Adapun sasaran pembahasannya adalah mentransformasikan konsep perancangan
ke dalam desain Convention Center di Kabupaten Gowa-Sulawesi Selatan. Secara

Gowa Convention Center 3


spesifik objek pembahasannya yaitu meninjau hal-hal yang spesifik dari
Convention Center di Kabupaten Gowa yang merupakan syarat- syarat
perencanaan yang meliputi:
a. Lokasi dan site
b. Material dan struktur
c. Sirkulasi dan lingkungan
d. Penampilan bangunan
e. Penataan ruang luar
D. Batasan Pembahasan
Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah perencanaan desain fisik bangunan
yang dibatasi pada disiplin ilmu arsitektur serta ilmu lainnya yang dianggap
menunjang atau mempengaruhi faktor perencanaan Convention Center di Kabupaten
Gowa – Sulawesi Selatan.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode pembahasan
Dalam penulisan ini digunakan analisis sintesa data-data yang didapat dari
studi literatur yang berkesan dengan pokok permasalahan data dan menggunakan
metode survey yaitu pengumpulan data melalui wawancara dan peninjauan
langsung ke lapangan.
2. Sistematika pembahasan
Pembahasan diuraikan dalam beberapa tahap dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan

Pengenalan masalah dengan mengemukakan latar belakang masalah,


rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, serta metode dan
sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan pustaka

Membahas tentang studi literatur yang bersangkutan dengan judul dan


menganalisa kasus studi sehingga memberikan rancangan yang sesuai
dengan desain Convention Center.

BAB III :Analisis

Gowa Convention Center 4


Membahas mengenai pendekatan fisik makro (pendekatan penentuan
lokasi, site dan pengolahan tapak) serta pendekatan fisik mikro
(identifikasi kegiatan dan tata ruang, pendekatan kebutuhan ruang,
besaran ruang serta perlengkapan bangunan.

BAB IV : Kesimpulan dan acuan dasar perencanaan.

Gowa Convention Center 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Convention Center


Gedung adalah bangunan, tembok dan sebagainya yang berukuran besar
sebagai tempat kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,
olahraga, dan sebagainya. (http://kbbi.web.id/gedung, diakses 20 Maret 2019)
Menurut Fred Lawson 1981 Convention didefinisikan sebagai pertemuan oleh
orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat
dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah
kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas
dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya.
(Lawson, Fred, Confernce, Convention and Exhibition Facilities, The Architecture
press, London, 1981, hal. 2. Dalam Mahendra 2014).
Centre menurut Oxford Dictionary diartikan sebagai titik tengah dari tempat
atau sekelompok bangunan sehingga membentuk poin inti dari sebuah jalan atau
area; bagian inti untuk beraktifitas; pusat konsentrasi atau titik dari penyebaran.
(Oxford Learner’s Dictionary, 1991 dalam Mahendra 2014)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Convention Centre adalah suatu tempat atau
wadah yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan khusus atau sebagai pusat
kegiatan pertemuan dan juga tempat pameran guna mengakomodir para pelaku
kegiatan. Pertemuan atau meeting itu dapat berupa rapat, seminar, workshop, dan
lain sebagainya. Namun didalamnya juga terdapat wadah untuk melakukan
kegiatan pameran sebagai kegiatan untuk mempromosikan barang/jasa maupun
pameran berupa pameran karya dan semacamnya. (Mahendra 2014)
B. Fungsi dan Tujuan Convention Center
1. Fungsi Convention Center menurut Mahendra 2014:
a. Sebagai media komunikasi untuk sebuah kelompok untuk membahas
permasalahan, memprensentasikan karya/ produk, untuk bertukar pikiran
dan saling tukar menukar informasi.
b. Memberi kemudahan dalam segala pihak dalam melakukan kegiatan
konvensi dengan memberikan wadah untuk kegiatan konvensi.
2. Tujuan Convention Center menurut Mahendra 2014:

Gowa Convention Center 6


a. Memecahkan masalah dalam organisasi dalam bentuk pertemuan agar
saling berbagi pendapat.
b. Memberi wadah kegiatan komunikasi untuk setiap kelompok atau pelaku
yang membutuhkannya.
c. Tempat untuk berbagi ilmu dalam kegiatan seminar ataupun workshop.
d. Meningkatkan kualitas pariwisata di suatu daerah dengan menarik atau
mengundang banyak pengunjung dari luar kota sehingga juga sebagai
ajang promosi kota setempat.
C. Pelaku Kegiatan Konvensi
Menurut Mahendra 2014 mengingat bahwa Convention Center adalah wadah
untuk kegiatan pertemuan dan pameran. Pelaku kegiatan Convention Centre dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Peserta
a. Pejabat Pemerintah meliputi delegasi pemerintah baik dalam maupun luar
negeri yang mengunjungi suatu konvensi dan pameran. Biasanya tujuan
mereka datang adalah untuk membahas masalah negara. Untuk tujuan di
eksibisi biasanya untuk melihat – lihat karya seperti produk pameran
sayembara arsitektur dan lain – lain.
b. Usahawan di bidang konvensi biasanya datang dalam bentuk seminar
produk. Dan dalam bidang eksibisi datang dalam pameran promosi produk.
Tujuannya tak lain untuk memperluas koneksi antar pengusaha dengan
konsumen dan masyarakat umum serta pengusaha lainnya.
c. Cendekiawan dan profesional meliputi ilmuan dan sebagainya, dalam acara
konvensi mereka datang guna membahas suatu permasalah sains dan atau
membagi ilmu mereka dalam seminar dan sejenisnya. Apabila dalam
kegiatan pameran, tak terlalu sering mereka melakukan pameran, namun
biasanya pameran dilakukan berupa memamerkan karya nya seperti
pameran desain arsitektur
d. Peserta umum peserta ini biasanya datang dalam acara berupa konser
pertunjukan musik maupun kebudayaan. Dalam bidang eksibisi, mereka
datang untuk sekedar melihat pameran.
2. Masyarakat umum

Gowa Convention Center 7


a. Penyelenggara disebut Organizing Comitee yang merupakan induk atau
sponsor dari penyelenggara acara beserta kepanitiaannya. Semarang
Convention and Exhibition Centre.
b. Pengelola pada umumnya bangunan seperti ini dikelola oleh pihak swasta.
Mereka mengelola dalam bidang perawatan bangunan, kelancaran
operasional, dan administrasi.
D. Jenis Kegiatan Konvensi
Jenis kegiatan konvensi dapat ditinjau berdasarkan (Lawson, 1981, hal. 2):
1. Bentuk Pertemuan
a. Konferensi
Konferensi merupakan kegiatan pertemuan formal antara suatu
kelompok organisasi/profesi yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi terbaru, membahas rencana serta fakta, dan untuk bertukar
pikiran mengenai suatu masalah. Kegiatan pertemuan bersifat interaktif
dengan lama kegiatan minimal 6 jam. Kegiatan konferensi diikuti
setidaknya 30 - 150 orang dalam satu pertemuan.
b. Kongres
Kongres merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk
menyelesaikan beberapa permasalahan. Peserta yang mengikuti kongres
biasanya dalam jumlah besar.
c. Seminar
Seminar merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah
memiliki pengalaman pada bidang tertentu di bawah seorang pemimpin
diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas fakta, masalah, dan
pengalaman yang diikuti lebih dari 30 orang.
d. Workshop
Workshop merupakan kegiatan sesi umum dengan tatap muka antar
kelompok peserta serta melatih satu sama lain dengan tujuan mendapatkan
pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal baru. Peserta workshop
tidak lebih dari 35 orang.
e. Simposium
Simposium merupakan kegiatan diskusi panel untuk membahas suatu
persoalan dengan pemaparan para ahli, setelah itu dilanjutkan dengan sesi

Gowa Convention Center 8


tanya jawab kepada audiens. Partisipasi audiens rendah dibandingkan
dengan forum.
f. Forum
Forum merupakan kegiatan diskusi panel dengan pemaparan ahli yang
bertolak belakang dengan sebuah isu/pendapat yang disampaikan. Forum
memberikan kebebasan audiens untuk berpartisipasi.
g. Panel
Panel merupakan kegiatan tanya jawab atau diskusi antara dua atau lebih
pembicara dengan penyampaian pendapat dari sudut pandang yang berbeda
serta dipimpin oleh seorang moderator.
h. Lecture
Lecture merupakan kegiatan presentasi bersifat formal yang dibawakan
oleh seorang ahli yang kemudian diikuti dengan sesi tanya jawab.
i. Institusi/lembaga
Institusi merupakan kegiatan sesi bersama dan tatap muka antara beberapa
kelompok untuk mendiskusikan persoalan dari berbagai sudut pandang.
Kegiatan ini dapat dijadikan pengganti pendidikan formal (training) untuk
para staff perusahaan.
j. Kolokium
Kolokium merupakan sebuah program di mana peserta menentukan sendiri
topik diskusi, kemudian pembimbing akan memberi gagasan mengenai
topik tersebut. Kegiatan ini menekankan pada intruksi dan diskusi dengan
jumlah peserta mencapai 35 orang.
k. Lokakarya
Lokakarya merupakan kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh sekelompok
orang untuk mengadakan penelitian, pembahasan, dan bertukar pendapat
mengenai masalah tertentu.
2. Karakteristik Kegiatan
a. Pertemuan Manajemen/Profesional/Teknis (Sales Force Meetings)
Kegiatan ini diadakan secara rutin di dalam sebuah kelompok/organisasi
tertentu. Peserta kegiatan 20-40 orang dengan durasi singkat (kurang dari
satu hari). Pertemuan bersifat informal dengan tipe presentasi. Lokasi yang
dipilih biasanya tidak jauh dari tempat penginapan/hotel.

Gowa Convention Center 9


b. Pertemuan Penjualan (Sales Meetings) Pertemuan dengan peserta antara
50-200 orang dengan durasi waktu antara 2-5 hari. Kegiatan ini sangat
rutin diadakan dengan tipe pertemuan informal. Biasanya dilanjutkan
dengan workshopdan dilengkapi dengan fasilitas presentasi yang baik.
c. Peluncuran Produk (Product Launches) Kegiatan ini biasanya mengundang
perwakilan orang dari sebuah produk yang akan diluncurkan. Pertemuan
ini dihadiri oleh 50-200 peserta dan dilengkapi dengan perlengkapan
penting seperti alat presentasi, pameran, servis, keamanan, dll.
d. Pertemuan Pelatihan (Training Meetings) Kegiatan pelatihan untuk
membahas mengenai teknik manajemen yang baru, perubahan kinerja, dan
perluasan bisnis. Kegiatan ini dapat berlangung dalam selang waktu 3 hari
dan diikuti oleh 15-35 peserta saja. Ruang yang dibutuhkan yaitu ruang
pertemuan besar dan kecil. Kegiatan rekreasi dapat ditambahkan sebagai
fasilitas penunjang.
e. Pertemuan Pemegang Saham (Stockholders’ Meetings) Pertemuan yang
diadakan dua kali dalam setahun, dapat dihadiri oleh 100-200 orang.
Terdiri atas para pengusaha dan pemegang saham sehingga biasanya
dilanjutkan dengan perjamuan makan yang bersifat formal.
f. Konvensi Perusahaan Besar (Major Company Conventions) Pertemuan
perusahaan besar biasanya diikuti oleh kegiatan perjalanan insentif dan
penghargaan terhadap kinerja pekerjanya. Kegiatan perjalanan diadakan
dalam satu minggu dengan pemilihan lokasi yang atraktif seperti di luar
negeri. Rekreasi dan program sosial diperlukan, begitu juga dengan
perjamuan makan bersama. Pertemuan ini bersifat semi-formal dengan
peserta yang cukup banyak.
E. Ruang dan Fasilitas
Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia dalam ruangan Convention and
Exhibition Centre menurut Fred Lawson (1981; hal. 91) dalam Mahendra 2014
adalah sebagai berikut :
1. Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua dengan
kapasitas antara 1000 – 3000 tempat duduk.
2. Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah dengan
kapasitas 200 – 500 tempat duduk.

Gowa Convention Center 10


3. Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan kapasitas
antara 20 – 50 tempat duduk.
4. Exhibition hall. e) Servis food untuk peserta konvensi. f) Monitor televisi dan
broadcasting.
5. Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi.
6. Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa.
7. Pelayanan recording, filming, dan publisitas.
8. Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.
F. Akustik Ruang (Pada Convention Room)
Penyelesaian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara menurut
Mediastika (2005; hal.122), yaitu :
1. Penyelesaian kebisingan secara outdoor yaitu dengan memperpanjang medium
yang dilalui gelombang bunyi agar intensitasnya menurun. Caranya adalah
menjauhkan posisi ruangan dari jalan yang dilalui kendaraan atau benda bising
lainnya.
2. Penyelesaian kebisingan pada selubung bangunan yaitu dengan mengatur
lubang – lubang udara pada dinding yang gunanya menyerap suara dari dalam
maupun luar.
3. Penyelesaian kebisingan ruangan dengan interior yaitu dengan menambahkan
lapisan pada dinding dan langit – langit bangunan yang dapat menyerap pada
beberapa sisi dan dapat memantulkan di sisi yang lainnya.
G. Tinjauan Kerja Ruang Konvensi

Menurut Lawson (1901; hal 106-146), kinerja persyaratan ruang untuk elemen –
elemen ruang pada konvensi dan eksibisi hall adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Auditorium
Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan,
seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya menampung peserta yang
banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain auditorium
adalah:
a. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.

Gowa Convention Center 11


b. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal dapat
digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain waktu
dapat digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
c. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; perjamuan,
cofee bar, dan service.
d. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
e. Aksen dan persyaratan sirkulasi.
f. Bentuk auditorium yang direncanakan. Menurut Roderick Ham (1974;
hal. 17-23) bentuk auditorium dan hubungannya dengan panggung
adalah sebagai berikut:
1) 360 o Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di
semua sudutnya. Pintu masuknya berada di bawah atau sejajar
panggung. Bentuk ini di Indonesia diaplikasikan pada panggung –
panggung tradisional seperti pendopo yang berada di tengah.

Gambar 2.1 Bentuk Theatre 360 Encirclement

Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

Gowa Convention Center 12


2) 210 – 220 Encirclement
Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 dari panggung.

Gambar2.2 Bentuk Theathre 210-220 Encirclement

Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

3) 180 Encirclement
Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi audience berada
tepat di depan panggung. Bentuk ini dikenal dengan sebutan “thrust
stages”
4) 90 Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience terfokus
pada panggung. Bentuk ini fleksibel dengan back ground screen.
5) Zero Encirclement
Bentuk ini biasa disebut “End Stages” yang memiliki stages dikelilingi
posisi audience. Bentuk ini muncul karena pilihan struktur shell.

Gowa Convention Center 13


Gambar2.3 bentuk Theatre Zero Encirclement

Sumber: Theatre Planning, Roderick Ham, 1972

g. Penataan tempat duduk auditorium yang direncanakan


Menurut Lawson (1981; hal. 142) hal yang perlu diperhatikan adalah
estetika pengaturan tempat duduk, perawatan, pembersihan, jarak pandang,
dan orientasi pada audio visual, kapasitas, dan lamanya evakuasi ketika
terjadi bencana. Ada 2 sistem penataan tempat duduk yaitu:
1) Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur
sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.

Gambar2.4 Sistem Penataran Auditorium Tradisional

Sumber: Conference, Convention, and Exhibition Facilities, Fred Lawson, 1981

2) Sistem Kontinenta

Gowa Convention Center 14


Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga dapat di
masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.

Gambar 2.5 Sistem Penataran Auditorium Continental

Sumber : Conference, Convention, and Exhibition Facilities, Fred Lawson, 1981

2. Perencanaan Banquet Hall dan Ballroom


Pada gedung Convention dan Exhibition harus ada suatu ruangan ini. Banquet
hall adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan lain dalam suatu acara.
Misal untuk rapat, untuk ruang VIP atau untuk menjamu tamu – tamu penting
dalam event. Dalam mendesain Banquet hall dan Ballroom perlu
memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
a. Lokasi

Perletakan banquett hall harus dekat dengan dapur untuk pelayanan banquet
serta dapat dilalui untuk pelayanan lobbi. Hal ini dimaksudkan agar
mengurangi keramaian dalam ruangan hall serta dapat mendukung
pelayanan untuk kebutuhan makanan dan minuman. Bentuk dari koridor
servis harus memanjang sehingga mudah dalam mengakses makanan atau
minuman.

b. Desain Banquet Hall

Gowa Convention Center 15


Desain bangquet hall dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan. Desain
banquet hall harus menciptakan suasana menyenangkan. Untuk itu
disarankan untuk meninggikan langit – langit 4 – 6 meter agar hawa di
dalam ruangan sejuk, dan untuk dinding dan lantai diberi hiasan – hiasan
sesuai dengan tema atau kebudayaan setempat.

3. Perencanaan Exhibition Hall

Menurut Lawson (1981; hal. 76-78), persyaratan perencanaan exhibition hall


antara lain:

a. Persyaratan Ruang
Dalam perhitungan luas satu stand pameran membutuhkan 15m2. Jika
peserta pameran sebanyak 100 peserta, maka kebutuhan ruang yang
dibutuhkan adlan 1500 m2. Pada perencanaan Exhibition Centre disini
membutuhkan ruang yang sangat besar. Dalam gedung eksibisi besar
biasanya memiliki ruang yang besar. Seperti pada contohnya yaitu gedung
eksibisi di dallas. Area ruangan eksibisi di Dallas Convention Centre seluas
20.000m2 atau dapat menampung sekitar 700-1000 peserta dalam satu
gedung.
b. Lantai
Muatan spesifik untuk lantai permanen berkisar antara 14 sampai 17
KN/m2 (300 – 350 LBS/FT2). Kemudian seperti kebanyakan gedung
eksibisi, lantai harus menggunakan karpet karena karpet berguna dalam
menutup rangkaian kabel dan sebagai isolator, sehingga mengurangi
bahaya tersetrum.
c. Dinding
Beberapa tipe bahan dinding yang dapat dipakai di ruangan eksibisi antara
lain:
1) Beton dengan tekstur.
2) Beton datar dengan dinding plester yang di finising cat atau vynil.
3) Dilapisi dengan lembaran – lembaran logam yang dipadu dengan
struktur beton, balok – balok atau dengan pengisian tembok.
4) Tembok dengan hiasan lampu dan peredam suara.

Gowa Convention Center 16


5) Langit – Langit
Langit – langit pada hall eksibisi harus mempunyai ketinggian minimal
5 meter.hal ini dikarenakan pengunjung yang banyak akan
menimbulkan kepengapan dalam ruangan, sehingga butuh sirkulasi
udara yang baik.
4. Perencanaan sistem Air Conditioning(AC)
Menurut Lawson (1981; hal. 204), sistem AC pada gedung konvensi dan
eksibisi tergantung dari beberapa faktor antara lain:

a. Skala dan Luasan


Untuk pusat kongres atau pameran yang sangat besar yang memungkinkan
adanya bukaan dalam ruangan tersebut. Luasan ruangan akan menjadi
pertimbangan dalam memilih AC dan kekuatan AC itu. Bisa menggunakan
AC split maupun Non-split.
b. Ketentuan yang Digunakan
Ketentuan yang ada biasanya digunakan untuk menentukan jumlah
minimal udara bersih yang harus dikeluarkan. Pada ruangan mechanikal,
dapur dan ruangan lain diperlukan ventilasi yang sesuai agar menjaga
ruangan tersebut tetap fresh.
c. Biaya Operasional
Biaya dalam hal ini adalah biasa pengoprasian AC. Sebisa mungkin
menggunakan AC dengan efektif. Disarankan untuk menggunakan AC
dengan sistem ducting karena penggunaannya lebih efisien dan hemat
energi serta biaya daripada AC split biasa.
5. Perencanaan Pencahayaan
Dalam pencahayaan ada beberapa pertimbangan. Seperti pada contohnya di
area konvensi. Fungsi ruang yang menggunakan proyektor di dalamnya
mengharuskan intensitas cahaya yang redup. Sehingga kurang disarankan
untuk memakai pencahayaan alami. Namun pada area eksibisi, sangat
disarankan untuk pencahayaan alami karena ruangannya memang luas dan

Gowa Convention Center 17


untuk efisiensi penggunaan energi. Menurut Lawson (1981;hal. 201), sistem
pencahayaan dapat dibagi dua yaitu:
a. Pencahayaan Langsung
Pemasangan pencahayaan pada langit – langit auditorium yang berukuran
besar. Umumnya menggunakan pencahayaan vertikal dengan sudut
maksimal 10 derajat.
b. Pencahayaan Tak Langsung
Bentuk pencahayaan ini biasanya melingkar juga digunakan untuk
memecah pencahayaan di daerah khusus. Pencahayaan yang melingkar
dapat mengurangi tingkat kekontrasan.

6. Perencanaan Simultaneus Interpretation System (SIS)


a. Jenis SIS
Menurut Lawson (1981; hal. 229), SIS pada Convention Centre dibagi tiga
jenis antara lain:
1) Cable on hired-wired system
Merupakan jenis instalasi permanen yang diperlukan dengan kabel
pemilah bahasa yang dipasang pada terminal dan diletakkan sesuai
dengan letak tangan masing – masing peserta konvensi.
2) Induction Loop system
Sistem induksi yang menggunakan transmisi dengan pembangkit yang
berasal dari medan magnet dengan kabel yang diputar mengelilingi
auditorium
3) Infrared System
Menggunakan radiasi infra merah dari berbagai sumber di dalam
ruangan dan menggunakan frekuensi yang berbeda (dapat mencapai 9
frekuensi)
4) Lokasi Ruang SIS
Ruangan ini biasanya terletak di bagian atas dan di belakan atau
samping hall. Perletakan ruangan ini tidak boleh menghalangi stage.
Ruangan ini harus dikelompokkan menjadi satu agar penerjemah dapat
berkomunikasi secara visual melalui jendela yang berada disamping

Gowa Convention Center 18


ruangan. Ruang SIS harus memiliki pintu masuk yang berada di luar
area hal
7. Parkir Kendaraan.
Banyak contoh konfigurasi kendaraan dalam ruang parkir, namun tekanan
desain adalah 1) efisiensi penggunaan lahan, 2) pola sirkulasi yang lancar dan
aman 3) ketertiban dan keteraturan. Pola konfigurasi kendaraan yang dicatat
efisien, adalah sebagai berikut: Ukuran dasar ruang kendaraan dalam areal
parkir adalah 2.30 x 5,5 m/ per kendaraan. Pola konfigurasi dengan berbaris,
berbanjar, miring 45o berhadapan dan miring 45o bertolak belakang, akan
menghasilkan beberapa dimensi ruang seperti dibawah.
Konfigurasi Parkir Roda 4, Berbaris, Berbanjar Dan Sudut

Gambar 2.6 Posisi Parkir pilihan

Sumber : Mahendra 2014

Gowa Convention Center 19


Gowa Convention Center 20

Anda mungkin juga menyukai