PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak pilihan destinasi MICE
yang potensial. Sampai pertengahan tahun 2008, sepuluh kota/daerah di Indonesia dijadikan
atau lebih tepatnya dipromosikan sebagai destinasi MICE unggulan. Sebagai standar
destinasi
MICE
adalah
kota/daerah tersebut mempunyai kapasitas dan fasilitas
penyelenggaraan
kegiatan
tersebut
secara internasional. Pada
Desember 2012,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Destinasi
Pariwisata menyatakan ada 16 destinasi MICE, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali,
Lombok, Makassar, Medan, Batam, Bintan, Solo, Manado, Bandung, Semarang,
Palembang, Balikpapan, dan Padang. Menurut data statistik ICCA (International Congress
and Convention Association), untuk penyelenggaraan Association meeting tahun 2010,
PEMBAHASAN
Identifikasi Infrastruktur Kota-Kota Destinasi Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition (MICE) di Indonesia Saat Ini
Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah
peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata perhari sebesar US$ 210 untuk setiap
peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk
berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari (Pendit, 1999). Akan
tetapi dalam pengembangan industri MICE di Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, diantaranya:
1.
Masih rendahnya awareness destinasi akan pentingnya MICE dan perlunya dilakukan
promosi MICE;
2.
Kurangnya database MICE yang online and komprehensif;
3.
Masih terbatasnya infrastsruktur dan fasilitas pendukung kegiatan MICE khususnya
aksesibilitas.
Infrastruktur adalah jantung untuk berjalannya penyelenggaraan MICE. Potensi MICE di
Indonesia yang tidak dibarengi dengan infrastruktur yang memadai akan menyulitkan
Indonesia untuk sukses dalam merebut pasar MICE, bahkan hanya di ASEAN. Posisi MICE
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, bahkan berada di bawah posisi Singapura dan
Malaysia yang memiliki ukuran jauh lebih kecil. Pertengahan tahun 2008, sepuluh
kota/daerah di Indonesia dipromosikan sebagai destinasi MICE unggulan oleh Depbudpar.
Sebagai standar destinasi MICE adalah kota/daerah tersebut mempunyai kapasitas dan
2
Aksesibilitas
DIMENSI
Biaya
KRITERIA
Jumlah uang yang harus
disediakan
untuk
transportasi dan akses
menuju destinasi
Frekwensi
Jumlah
penerbangan
internasional dari dan
menuju destinasi
Kemudahan
atau
kenyamanan
jadwal
tranportasi ke tempat
tujuan/destinasi
Kemudahan
Convention
bureau
Kesempatan
ekstra selama
konferensi
Hiburan/
entertaiment
Berbelanja/S
hopping
Jalanjalan/Sightse
eing
Memiliki
Destination
Marketing Organization
seperti
Convention
Bureau
Tersedianya
restaurant,
bar, theater, night club,
dll
Tersedianya
mall,
departement store utama,
harga barang-barang yang
murah
Tersedianya
gedung
dengan arsitektur unik,
museum,
monument,
atraksi wisata, taman,
tempat bersejarah, tur
lokal, dll
Lombok
Biaya cenderung murah
karena memiliki bandara
tetapi transportasi umum
dan akses sulit
Frekwensi
penerbangan
internasional masih kurang
Jadwal
penerbangan
internasional
menuju
Lombok masih kurang,
rata-rata harus ke Jakarta
terlebih dahulu
Tidak memiliki DMO
ataupun convention bureau
Tidak
semua
tersedia
hiburan
Fasilitas
Akomodasi
Kapasitas
Jumlah
kamar
yang
tersedia dari berbagai
jenis hotel berbintang
maupun non bintang
Pelayanan
Persepsi
terhadap
kompetensi
SDM
di
destinasi dan Persepsi
terhadap
kualitas
pelayanan
Seberapa
jauh
hotel
dapat
menyediakan
keselamatan
dan
keamanan lingkungan
Apakah fasilitas tersedia
saat dibutuhkan
Keamanan
dan
Keselamatan
Ketersediaa
n
Fasilitas
Pertemuan
Lingkungan
lokasi
pertemuan
Memiliki
banyak
hotel
berkualitas sehingga dapat
menjamin keselamatan dan
keamanan
Fasilitas
tersedia
saat
dibutuhkan karena fasilitas
lengkap
Ada
beberapa
kasus
pencurian yang terjadi di
penginapan
Tata letak
Sumber
Daya
Manusia
Keamanana
n
Fasilitas
keamanan
dan
keselamatan yang lengkap
karena
sudah
biasa
menyelengarakan MICE
Pengalaman
Reputasi
Bagaimana
reputasi
destinasi
di
mata
asosiasi
internasional
dan
para
meeting
planner
Destinasi
mempunyai
iklim yang diinginkan
Ketersediaa
n
Informasi
Iklim
Setting
Infrastruktur
Infrastruktur
lokal
mempunyai
kesesuaian
dan standar yang sesuai
Fasilitas
tersedia
saat
dibutuhkan karena fasilitas
lengkap
Fasilitas
tidak
selalu
tersedia saat dibutuhkan
karena fasilitas kurang
lengkap
Belum meiliki convention
center tunggal seperti
Jakarta dan Bali
Kualitas pelayanan SDM
kurang
baik
karena
destinasi
kurang
berpengalaman
pada
penyelenggaraan MICE
Fasilitas keamanan dan
keselamatan kurang karena
belum
terbiasa
menyelengarakan MICE
Fasilitas
tidak
selalu
tersedia saat dibutuhkan
karena fasilitas kurang
lengkap
Belum tercatat pernah
menyelenggarakan event
MICE yang besar, tetapi
sering didatangi wisatwan
MICE
untuk
penyelenggaraan MICE
Lombok belum tercatat
namanya
pada
penyelenggaraan Meeting
Association internasional
Sudah mempunyai iklim
yang diinginkan yaitu
iklim tropis
Daya tarik lingkungan
sekitar sangat mendukung
dan
memiliki
banyak
pantai
Standar
infrastrukturnya
masih kurang dari yang
dibutuhkan
pada
kebutuhan
akomodasi, dll)
penyelenggaraan
MICE
(fasilitas bandara kurang,
kondisi jalanan kurang, dll)
Berdasarkan tabel diatas Jakarta dan Bali yang sudah memenuhi kriteria tersebut
dibandingkan kota-kota tujuan MICE yang ada di Indonesia lainnya. Infrastruktur yang mendukung industri MICE di Pulau Dewata dan Jakarta sudah siap dalam merebut pasar MICE
khususnya di regional ASEAN. Bali menyediakan fasilitas-fasilitas terbaik seperti akses
dengan kota-kota besar di seluruh dunia sehingga para wisatawan mancanegara merasa seperti
berada di surga. Bali selalu mempersiapkan diri menjadi tuan rumah yang baik untuk MICE,
bisa dilihat dengan semakin baiknya infrastruktur jalan, bertambahnya properti, hotel dan
resort baru. Begitu pula dengan Jakarta, infrastruktur pendukung MICE yang dimiliki sudah
tidak perlu dipertanyakan lagi, berhubung Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia. Karena itu,
infrastruktur kota-kota tujuan MICE lain di Indonesia sudah sepatutnya dikembangkan
setidaknya setara dengan Bali dan Jakarta.
Kesimpulan
Potensi Wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Indonesia
sangatlah besar. Namun pada kenyataannya pembangunan infrastruktur MICE di Indonesia
masih jauh dari kata memuaskan. Infrastruktur adalah jantung untuk berjalannya
penyelenggaraan MICE. Potensi MICE di Indonesia yang tidak dibarengi dengan infrastruktur
yang memadai akan menyulitkan Indonesia untuk sukses dalam merebut pasar MICE, bahkan
hanya di ASEAN. Sedangkan di Indonesia, Bali dan Jakarta adalah kota yang menjadi
primadona untuk menggelar kegiatan MICE karena infrastruktur MICE kota tersebut sudah
memadai. Karena itu, infrastruktur kota-kota tujuan MICE lain di Indonesia sudah sepatutnya
dikembangkan setidaknya setara dengan Bali dan Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Tuty dan Akbar, Djuni. (2011). Kajian Pengembangan Potensi Wisata Mice
Kota Solo Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Daerah. Epigram. (8),No.2, hal 78-84,
Oktober
Setyawan, Heri, dan Akbar, Djuni dan Rudatin,Christina. (2013). Pengembangan
Destinasi Mice Di Jakarta Dan Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis.(12), No. 1, hal 37
44, Juni
Indrajaya, Titus. (2015). Potensi Industri Mice (Meeting, Incentive, Conference And
Exibition) Di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Widya.(3), No 2,
September - Desember
Wendri, I Gusti Made. (2014). Function Room Set Up Dan Implikasinya Terhadap
Kesuksesan Pengambilan Keputusan Agenda Sidang. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata. (4),
No.1, Hal.48. Januari - Juni