Anda di halaman 1dari 6

MENGEMBANGKAN INFRASTRUKTUR MICE DI INDONESIA BELAJAR DARI

INFRASTRUKTUR MICE JAKARTA DAN BALI YANG MEMADAI


Sarah Iasya
Perencanaan Kepariwisataan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,
Institut Teknologi Bndung
sasaiasya@gmail.com
Abstrak
Potensi Wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Indonesia sangatlah
besar. Bali dan Jakarta adalah kota yang menjadi primadona untuk menggelar kegiatan
MICE yang menarik wisatawan. MICE merupakan bisnis yang memberikan kontribusi tinggi
secara ekonomi. Kesuksesan dalam penyelenggaraan MICE juga sangat bergantung kepada
infrastruktur dan didukung fasilitas yang memadai serta layanan yang terintegrasi.
Penyelenggaraan sebuah event internasional membutuhkan perangkat keras infrastruktur
fisik, dan perangkat lunak SDM yang ahli dan mentalitas pelayanan kelas utama. Untuk
menjadi kota tujuan MICE, dukungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus menjadi hal
yang sangat penting diantaranya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center
dengan kualitas bagus, hotel antara bintang tiga hingga bintang lima, destinasi yang
atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan professional conference
organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya. Indonesia mulai diperhitungkan oleh pasar
wisata MICE sebagai tujuan menarik, sedangkan Jakarta dan Bali adalah kota destinasi
MICE dengan infrastruktur MICE paling memadai di Indonesia. MICE membuat
pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan yang semakin membaik, menarik
banyak investor lokal maupun asing tertarik berinvestasi di Indonesia baik sebagai
penyelenggara ataupun sebagai peserta. Tujuan penulisan ini untuk mengembangkan
infrastruktur MICE Indonesia belajar dari Jakarta dan Bali, sehingga diharapan dapat
memberi masukan bagi kota-kota destinasi MICE lain di Indonesia. Studi komparatif antara
kondisi aktual dan ideal dilakukan dan dipaparkan secara deskriptif yang terdiri dari
pendahuluan, tinjauan teori, kondisi aktual pengembangan infrastruktur di kota-kota
destinasi MICE di Indonesia, metode penulisan, tinjauan kritis kondisi infrastruktur MICE di
Indonesia, dan kesimpulan.
Keyword: Infrastruktur, Infrastruktur MICE, Meeting, Incentive, Convention, Exhibition

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak pilihan destinasi MICE
yang potensial. Sampai pertengahan tahun 2008, sepuluh kota/daerah di Indonesia dijadikan
atau lebih tepatnya dipromosikan sebagai destinasi MICE unggulan. Sebagai standar
destinasi
MICE
adalah
kota/daerah tersebut mempunyai kapasitas dan fasilitas
penyelenggaraan
kegiatan
tersebut
secara internasional. Pada
Desember 2012,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Destinasi
Pariwisata menyatakan ada 16 destinasi MICE, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali,
Lombok, Makassar, Medan, Batam, Bintan, Solo, Manado, Bandung, Semarang,
Palembang, Balikpapan, dan Padang. Menurut data statistik ICCA (International Congress
and Convention Association), untuk penyelenggaraan Association meeting tahun 2010,

Bali menempati ranking 67 dengan jumlah penyelenggaraan International association


meeting sebanyak 27 dan Jakarta yang menempati ranking 112 (16 pertemuan).
Sedangkan destinasi lain masih berada jauh dibandingkan kedua kota tersebut, seperti
misalnya Bandung menempati rangking 309 (5 pertemuan). Hal ini terjadi karena
infrastruktur MICE di Jakarta dan Bali paling memadai dibandingkan dengan kota-kota
destinasi MICE lainnya.
METODOLOGI
Untuk memperoleh data yang akurat, relevan dan dapat dipertanggung jawabkan maka
penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data karena masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam
penulisan ini, yaitu:
a. Wawancara, adalah proses percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak berupa tanya jawab kepada sejumlah informan untuk
memperoleh informasi dan gagasan yang berkaitan erat dengan penulisan ini.
b. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku, dokumen-dokumen,
undang-undang, dan media informasi lainnya yang berkaitan dengan hal-ihwal
infrastruktur MICE.
TINJAUAN PUSTAKA
Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik
yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik
lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial
maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem.
Dimana infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana
(jaringan) yang tidak terpisahkan satu sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem
menopang sistem sosial dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem
lingkungan. Ketersediaan infrastruktur 9 memberikan dampak terhadap sistem sosial dan
sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur perlu dipahami sebagai
dasar-dasar dalam mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).
Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang kegiatan-kegiatan
yang ada dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah sekaligus katalisator dalam
sebuah pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap
sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada
perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting bagaimana
sistem rekayasa dan manajemen infrastruktur dapat diarahkan untuk mendukung
perkembangan ekonomi suatu kawasan wilayah.
MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition)
Industri MICE merupakan industri yang masih muda, di kenal di Eropa dan Amerika
Utara sekitar 50 tahun yang lalu dan bahkan lebih mudah di beberapa kawasan dunia lainnya,
tetapi dengan cepat indiustri ini menjadi matang terutama di negara-negara sedang
berkembang, karena jelas terlihat perkembangannya mampu memberikan dampak ekonomi
yang tinggi. Menurut Pendit (1999). usaha jasa konvensi, perjalanan insentive, dan pameran
merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok
orang (negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas
1

masalahmasalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umummnya kegiatan


kovensi berkaitan dengan usaha pariwisata lainnya, seperti transportasi, akomodasi hiburan
(entertaiment), perjalanan pra- dan pasca- konfrensi (preand post- conference tours).
Kepanjangan MICE sebagai meeting, incentive, conference and exhibition yang telah dikenal
secara luas di dunia dan menjadi istilah umum dalam industry pariwisata.
Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan
tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak
masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak
diciptakan di negara-negara sedang berkembang. Kegiatan konfrensi dan bisnis MICE
merupakan bisnis yang memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang di
lakukan mass tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak,
sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan
serta polusi yang ditimbulkan (Rogers, 2003).
Infrastruktur MICE
Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan
ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan
efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam penyelenggaraan
MICE, dibutuhkan fasilitas
infrastruktur langsung seperti venue meeting dan konvensi yang berstandar internasional
dengan jumlah kapasitas yang memadai serta terintegrasi dengan hotel dan tempat hiburan.
Infrastruktur pendukung bagi para konsumen untuk menuju ke venue penyelenggaraan
sangatpenting. Selainmudahuntuk di akses, infrastruktur berstandar internasional sangat
diperlukan diantaranya, bandara yang mampu menampung pesawat besar dan adanya jalur
langsung ke kota internasional.

PEMBAHASAN
Identifikasi Infrastruktur Kota-Kota Destinasi Meeting, Incentive, Convention, and
Exhibition (MICE) di Indonesia Saat Ini
Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah
peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata perhari sebesar US$ 210 untuk setiap
peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk
berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari (Pendit, 1999). Akan
tetapi dalam pengembangan industri MICE di Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, diantaranya:
1.
Masih rendahnya awareness destinasi akan pentingnya MICE dan perlunya dilakukan
promosi MICE;
2.
Kurangnya database MICE yang online and komprehensif;
3.
Masih terbatasnya infrastsruktur dan fasilitas pendukung kegiatan MICE khususnya
aksesibilitas.
Infrastruktur adalah jantung untuk berjalannya penyelenggaraan MICE. Potensi MICE di
Indonesia yang tidak dibarengi dengan infrastruktur yang memadai akan menyulitkan
Indonesia untuk sukses dalam merebut pasar MICE, bahkan hanya di ASEAN. Posisi MICE
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, bahkan berada di bawah posisi Singapura dan
Malaysia yang memiliki ukuran jauh lebih kecil. Pertengahan tahun 2008, sepuluh
kota/daerah di Indonesia dipromosikan sebagai destinasi MICE unggulan oleh Depbudpar.
Sebagai standar destinasi MICE adalah kota/daerah tersebut mempunyai kapasitas dan
2

fasilitas penyelenggaraan kegiatan tersebut secara internasional. Alasannya adalah bahwa


kota/daerah tersebut mempunyai fasilitas untuk menggelar event MICE minimal untuk
500 peserta, fasilitas ruang pertemuan, penginapan, dan akses internasional (bisnis.com,
6 Juni 2008). Berdasarkan hal tersebut, banyak kota/daerah yang mengklaim sendiri
sebagai destinasi MICE, tanpa melihat apakah standarnya dapat dipenuhi atau tidak,
yang penting tidak mau ketinggalan.
Infrastruktur MICE yang Memadai: Jakarta dan Bali
Potensi Wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Indonesia
sangatlah besar. Bali dan Jakarta adalah kota yang menjadi primadona untuk menggelar
kegiatan MICE yang menarik wisatawan datang. Dalam diskusi "Indonesia Sebagai Surga
Mice Dunia 2014, Ketua BPPI Wiryanti Sukamdani menjelaskan Jakarta dan Bali menjadi
tempat terpopuler untuk penyelenggaraan MICE. Beberapa tempat diantaranya adalah Jakarta
Convention Center (JCC), Jakarta Internasional Expo (JIE Expo) dan Bali International
Convention Center. Faktor penunjang MICE di Jakarta dan Bali seperti infrastrukturnya sudah
cukup memadai.
Menurut penelitian Crouch & Richie (1998), kriteria yang digunakan oleh pihak
pengambil keputusan dalam asosiasi dan para perencana pertemuan adalah seperti
tampak pada tabel berikut.
Tabel 1. Atribut Yang Harus Dimiliki Destinasi MICE
Beserta Perbandingan Antara Jakarta & Bali Dengan Lombok
ATRIBUT

Aksesibilitas

DIMENSI
Biaya

KRITERIA
Jumlah uang yang harus
disediakan
untuk
transportasi dan akses
menuju destinasi

Frekwensi

Jumlah
penerbangan
internasional dari dan
menuju destinasi
Kemudahan
atau
kenyamanan
jadwal
tranportasi ke tempat
tujuan/destinasi

Kemudahan

Convention
bureau
Kesempatan
ekstra selama
konferensi

Hiburan/
entertaiment
Berbelanja/S
hopping

Jalanjalan/Sightse
eing

Memiliki
Destination
Marketing Organization
seperti
Convention
Bureau
Tersedianya
restaurant,
bar, theater, night club,
dll

Tersedianya
mall,
departement store utama,
harga barang-barang yang
murah
Tersedianya
gedung
dengan arsitektur unik,
museum,
monument,
atraksi wisata, taman,
tempat bersejarah, tur
lokal, dll

Jakarta & Bali


Biaya cenderung murah
karena memiliki bandara dan
transportasi umum dan akses
menuju Jakarta & Bali
mudah
Frekwensi
penerbangan
internasional tinggi, terutama
di Jakarta
Menemukan
jadwal
penerbangan
internasional
menuju Jakarta dan Bali tidak
sulit,
terutama
menuju
Jakarta
Jakarta memiliki Jakarta
Convention & Exhibition
Bureau dan Bali memiliki
Bali Tourism Board
Semua lhiburan tersedia,
karena Jakarta dan Bali
adalah kota yang maju
Jakarta memiliki banyak
Mall dan Departement Store
besar, Bali juga memiliki
cukup mall dan Departement
Store untuk dikunjungi

Lombok
Biaya cenderung murah
karena memiliki bandara
tetapi transportasi umum
dan akses sulit

Jakarta dan Bali memiliki


banyak gedung
dengan
arsitektur unik, museum,
monument, atraksi wisata,
taman, tempat bersejarah, tur
lokal, dll.

Bandung memiliki banyak


gedung dengan arsitektur
unik,
museum,
monument, atraksi wisata,
taman, tempat bersejarah,
tur lokal, dll.

Frekwensi
penerbangan
internasional masih kurang
Jadwal
penerbangan
internasional
menuju
Lombok masih kurang,
rata-rata harus ke Jakarta
terlebih dahulu
Tidak memiliki DMO
ataupun convention bureau
Tidak
semua
tersedia

hiburan

Bandung memiliki banyak


Mall dan Departement
Store

Fasilitas
Akomodasi

Kapasitas

Jumlah
kamar
yang
tersedia dari berbagai
jenis hotel berbintang
maupun non bintang

Pelayanan

Persepsi
terhadap
kompetensi
SDM
di
destinasi dan Persepsi
terhadap
kualitas
pelayanan
Seberapa
jauh
hotel
dapat
menyediakan
keselamatan
dan
keamanan lingkungan
Apakah fasilitas tersedia
saat dibutuhkan

Keamanan
dan
Keselamatan
Ketersediaa
n
Fasilitas
Pertemuan

Lingkungan
lokasi
pertemuan

Lombok memiliki banyak


hotel
meskipun
kebanyakan
hotel
bernintang dan memiliki
beberapa hotel berbintang
SDM
belum
berpengalaman
dalam
pelayanan kegiatan MICE

Memiliki
banyak
hotel
berkualitas sehingga dapat
menjamin keselamatan dan
keamanan
Fasilitas
tersedia
saat
dibutuhkan karena fasilitas
lengkap

Ada
beberapa
kasus
pencurian yang terjadi di
penginapan

Tata letak

Kesesuaian tata letak dan


perencanaan ruang dari
fasilitas pertemuan

Sumber
Daya
Manusia

Persepsi terhadap kualitas


pelayanan

Keamanana
n

Sampai seberapa jauh


fasilitas
dapat
menyediakan keselamatan
dan kemanan di liokasi
pertemuan
Apakah fasilitas tersedia
saat dibutuhkan

Fasilitas
keamanan
dan
keselamatan yang lengkap
karena
sudah
biasa
menyelengarakan MICE

Pengalaman

Apakah di masa yang lalu


destinasi
tersebut
menunjukkan
kinerja
yang memuaskan dalam
penyelenggaraan
pertemuan internasional

Reputasi

Bagaimana
reputasi
destinasi
di
mata
asosiasi
internasional
dan
para
meeting
planner
Destinasi
mempunyai
iklim yang diinginkan

Pernah menjadi tuan rumah


Miss World 2013 dan akan
menjadi tuan rumah lagi di
tahun
2016
karena
menunjukkan kinerja yang
memuaskan. Selain itu masih
banyak event lainnya.
Jakarta dan Bali menempati
ranking 112 dan 67 dari
seluruh
dunia
untuk
penyelenggaraan Association
meeting tahun 2010
Sudah mempunyai iklim
yang diinginkan yaitu iklim
tropis, hanya saja Jakarta
terlalu panas karena polusi
Daya tarik lingkungan sekitar
sangat mendukung, terutama
Bali yang memiliki banyak
pantai
Infrastruktur yang standarnya
sesuai dengan kebutuhan
internasional (Bandara, jalan,

Ketersediaa
n
Informasi

Jakarta dan Bali memiliki


berbagai
jenis
hotel
berbintang maupun non
bintang yang biasa dipakai
untuk kegiatan MICE
SDM sudah berpengalaman
dalam pelayanan kegiatan
MICE

Iklim

Setting

Daya tarik lingkungan di


sekitar destinasi

Infrastruktur

Infrastruktur
lokal
mempunyai
kesesuaian
dan standar yang sesuai

Jakarta memiliki JCC atau Ji


Expo dan Bali memiliki Bali
Convention Center dengan
fasilitas dan tata letak yang
baik
Kualitas pelayanan SDM
sangat baik karena destinasi
sudah berpengalaman pada
penyelenggaraan MICE

Fasilitas
tersedia
saat
dibutuhkan karena fasilitas
lengkap

Fasilitas
tidak
selalu
tersedia saat dibutuhkan
karena fasilitas kurang
lengkap
Belum meiliki convention
center tunggal seperti
Jakarta dan Bali
Kualitas pelayanan SDM
kurang
baik
karena
destinasi
kurang
berpengalaman
pada
penyelenggaraan MICE
Fasilitas keamanan dan
keselamatan kurang karena
belum
terbiasa
menyelengarakan MICE
Fasilitas
tidak
selalu
tersedia saat dibutuhkan
karena fasilitas kurang
lengkap
Belum tercatat pernah
menyelenggarakan event
MICE yang besar, tetapi
sering didatangi wisatwan
MICE
untuk
penyelenggaraan MICE
Lombok belum tercatat
namanya
pada
penyelenggaraan Meeting
Association internasional
Sudah mempunyai iklim
yang diinginkan yaitu
iklim tropis
Daya tarik lingkungan
sekitar sangat mendukung
dan
memiliki
banyak
pantai
Standar
infrastrukturnya
masih kurang dari yang
dibutuhkan
pada

kebutuhan

akomodasi, dll)

penyelenggaraan
MICE
(fasilitas bandara kurang,
kondisi jalanan kurang, dll)

Berdasarkan tabel diatas Jakarta dan Bali yang sudah memenuhi kriteria tersebut
dibandingkan kota-kota tujuan MICE yang ada di Indonesia lainnya. Infrastruktur yang mendukung industri MICE di Pulau Dewata dan Jakarta sudah siap dalam merebut pasar MICE
khususnya di regional ASEAN. Bali menyediakan fasilitas-fasilitas terbaik seperti akses
dengan kota-kota besar di seluruh dunia sehingga para wisatawan mancanegara merasa seperti
berada di surga. Bali selalu mempersiapkan diri menjadi tuan rumah yang baik untuk MICE,
bisa dilihat dengan semakin baiknya infrastruktur jalan, bertambahnya properti, hotel dan
resort baru. Begitu pula dengan Jakarta, infrastruktur pendukung MICE yang dimiliki sudah
tidak perlu dipertanyakan lagi, berhubung Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia. Karena itu,
infrastruktur kota-kota tujuan MICE lain di Indonesia sudah sepatutnya dikembangkan
setidaknya setara dengan Bali dan Jakarta.
Kesimpulan
Potensi Wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Indonesia
sangatlah besar. Namun pada kenyataannya pembangunan infrastruktur MICE di Indonesia
masih jauh dari kata memuaskan. Infrastruktur adalah jantung untuk berjalannya
penyelenggaraan MICE. Potensi MICE di Indonesia yang tidak dibarengi dengan infrastruktur
yang memadai akan menyulitkan Indonesia untuk sukses dalam merebut pasar MICE, bahkan
hanya di ASEAN. Sedangkan di Indonesia, Bali dan Jakarta adalah kota yang menjadi
primadona untuk menggelar kegiatan MICE karena infrastruktur MICE kota tersebut sudah
memadai. Karena itu, infrastruktur kota-kota tujuan MICE lain di Indonesia sudah sepatutnya
dikembangkan setidaknya setara dengan Bali dan Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Tuty dan Akbar, Djuni. (2011). Kajian Pengembangan Potensi Wisata Mice
Kota Solo Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Daerah. Epigram. (8),No.2, hal 78-84,
Oktober
Setyawan, Heri, dan Akbar, Djuni dan Rudatin,Christina. (2013). Pengembangan
Destinasi Mice Di Jakarta Dan Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis.(12), No. 1, hal 37
44, Juni
Indrajaya, Titus. (2015). Potensi Industri Mice (Meeting, Incentive, Conference And
Exibition) Di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Widya.(3), No 2,
September - Desember
Wendri, I Gusti Made. (2014). Function Room Set Up Dan Implikasinya Terhadap
Kesuksesan Pengambilan Keputusan Agenda Sidang. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata. (4),
No.1, Hal.48. Januari - Juni

Anda mungkin juga menyukai