Anda di halaman 1dari 8

EKOSISTEM PERBANKAN SYARIAH UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA DIBIDANG WISATA HALAL DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI


4.0

Mulyadi
UIN Mataram Fakultas Ekonomi Syariah
Email: mul_geboh@gmail.com

Abstrak
Peran bank syariah dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata
halal untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang berdampak signifikan terhadap tata hidup
manusia dan ekosistem dunia. Maka dari itu sangat penting pengelolaan sumber daya manusia
sebagai aktor utama yang bersinggungan langsung dengan hal tersebut, terutama di sektor
pariwisata halal yang meningkat pesat tiap tahunnya.. Pariwisata halal adalah suatu kegiatan
yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disedikan oleh masyarakat, pembisnis,
pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan nilai-nilai syariah.
Pengembangan sumber daya manusia di bidang wisata halal dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 menjadi kunci penggerak pariwisata, sebagai pendukung perluasan dan percepatan
ekonomi dengan cara menuntut SDM Indonesia agar lebih cepat dan pintar dari teknologi yang
saat ini mulai menggantikan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Wisata halal memiliki
potensi besar, sehingga pengelolaan sumber daya manusia pada sektor wisata halal dalam
menghadapi revolusi industri 4.0 harus melakukan fungsi manajerial yaitu dengan empat
langkah: 1) Perencanaan, menentukan arah pengembangan wisata halal; 2) Pengorganisasian,
menentukan lembaga yang berwenang menjalankannya; 3) Pengarahan, membuat instruksi,
peraturan, atau sosialisasi agar sesuai dengan perencanaan; 4) Pengendalian, perlu adanya
pengendalian dan pengawasan agar mencapai tujuan.

Kata kunci : Ekosistem Perbankan Syariah, Sumber Daya Manusia, Wisata Halal,
Revolusi Industri 4.0
I. PENDAHULUAN
Ekosistem adalah tempat dimana para pihak bertemu, melakukan transaksi,
menerapkan strategi pemasaran, dan mengembangkan bisnis melalui system andal yang
mengoptimalkan pengelolaan data dan informasi. Manfaat dan tujuan ekosistem adalah
minat pengusaha dalam mendigitalkan usahanya. Tidak hanya untuk mengikuti
perkembangan zaman bisnis, namun pada dasarnya banyak jenis bisnis yang bergantung
pada keberadaan ekosistem digital itu sendiri seperti perbankan syariah.
Perbankan syariah memegang peranan yang sangat penting dalam menggerakkan
perekonomian khususnya pada sector ini yaitu berupa penyaluran dana dengan
memberikan amanah atau sebagai sarana penyaluran danan dan penghimpun dana.
Perkembangan industry memasuki revolusi keempat dimulai dari revolusi pertama
yang ditandai dengan adanya hal-hal mekanik seperti terciptanya mesin uap, tahap kedua
ditandai dengan adanya produksi massal terciptanya tenaga listrik, tahap ketiga ditandai
dengan munculnya computer dan hal-hal yang otomatis, dan tahap ke empat saat sekarang
ini ditandai dengan adanya cyber physical system salah satunya munculnya internet.
Adanya revolusi industry membuat tatanan hidup manusia dan ekosistem dunia
mengalami perubahan, muncullah istilah globalisasi yang menghapuskan batas dalam
pertukaran informasi dan teknologi sehingga inovasi manusia semakin canggih misalnya
terciptanya kecerdasan buatan yang memungkinkan pekerjaan dilakukan oleh non-human
dan non-physical seperti terciptanya mobil tanpa supir, toko online juga mengubah gaya
hidup manusia dari belanja ke toko hingga sekarang dapat dilakukan dirumah dan dimana
saja, termasuk mencari informasi. Berkembangnya informasi yang pesat memiliki dampak
bersinggungan langsung dengan pariwisata sebagai salah satu sector yang juga tumbuh
pesat karena kemudahan wisatawan membeli tiket transportasi, akomodasi, dan lainnya.
(Riyadi, 2018). Tercatat tahun 2019, orang-orang melakukan perjalanan wisata yang
mencapai 1.400 trillion wisata dunia. (UNWTO,2019)
Industri halal menjadi trend dunia saat ini. Hal ini terbukti dari prospek industry halal
yang terus tumbuh dari tahun ke tahun. Meningkatnya perjalanan wisata ini disebabkan
karena lingkungan ekonomi saat ini menguntungkan serta permintaan melalui jalur udara
tinggi, Pariwisata dapat berdampak baik dalam berbagai sector, mulai dari ekonomi,
pembangunan, export, perdamaian, pelestarian lingkungan dan membuka lapangan kerja
baru. (UNWTO, 2018)
Selain ekonomi, pariwisata juga memiliki pengaruh dalam sektor lapangan kerja.
Kontribusi total Perjalanan & Pariwisata untuk pekerjaan adalah 318.811.000 pekerjaan di
2018 (10,0% dari total pekerjaan). Ini diperkirakan naik 2,9% pada 2019 menjadi
328.208.000 pekerjaan (10,1% dari total pekerjaan). Pada tahun 2029, Travel & Tourism
diperkirakan akan mendukung 420.659.000 pekerjaan (11,7% dari total pekerjaan),
meningkat 2,5% per tahun selama periode tersebut. Termasuk pekerjaan oleh hotel, agen
perjalanan, maskapai penerbangan dan layanan transportasi penumpang lainnya (tidak
termasuk layanan komuter). Dan kegiatan lain seperti kegiatan industri restoran dan
rekreasi yang didukung langsung oleh wisatawan. (WTTC, 2019)
Bagi Indonesia, pariwisata merupakan sector unggulan menyumbang pertumbuhan
ekonomi nasional disamping sawit dan sector tambang, karena potensi wilayah Indonesia
sangat luas dan destinasi wisata yang popular dan berbagai destinasi yang belum dikenal
luas atau istilahnya lainnya adalah “hidden paradise”.
Memperluas pasar pariwisata dapat menjadi alternative untuk Lombok dalam menarik
kunjungan wisatawan, misalnya mengembangkan wiata halal salah satu segmen pariwiata
yang tumbuh cepat. Wisata halal adalah fasilitas dan layanan wisatabagi wisatawan
Muslim sesuai dengan standar prinsip-prinsip Islam.
Selain itu sangat penting sumber daya manusia yang menjadi kunci penggerak
pariwisata sebagai pendukung perluasan dan percepatan ekonomi, satu wisatawan
mancanegara dapat menyerap tenaga kerja lebih dari satu orang, misalkan ojek, jasa hotel,
pemandu wisata, dan yang lainnya. Sumber daya manusia di Indonesia setidaknya
memiliki permasalahan dalam tiga hal, yaitu terkendala bahasa asing, kemampuan
manajerial, dan kurangnya pemahaman terkait teknologi informasi. (Widodo, 2016).
Terutama dalam konteks pemahaman wisata halal, dan tantangan di era revolusi industri
4.0 sangat penting menaikkan daya saing seperti memahami teknologi informasi.
II. MATERI
A. Pariwisata
Sejauh ini pariwisata telah lama menjadi perhatian masyarakat Indonesia, teruntuk
dari segi ekonomi, politik, sosiologi, bahkan administrasi negara. Istilah pariwisata
baru muncul di masyarakat pada abad ke-18 setelah revolusi di Inggris. (Abrori, 2020).
Konsep pengembangan pariwisata merupakan sebuah proses bagaimana cara
pariwisata dapat dikembangkan pada sebuah daerah untuk mencapai tujuan yang
terlibat didalamnya. Dalam teknik pengembangan pariwisata haruslah menggabungkan
beberapa aspek untuk penunjang aspek pariwisata tersebut.

B. Ekosistem
Ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh yang saling
mempengaruhi antara segenap unsur maupun lingkungan hidup. Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik yang kompleks anatara makhluk hidup dengan lingkungannya
(Utomo et al, 2015). Hubungan ekosistem perbankan adalah adalah hubungan timbal
balik antara kegiatan usaha perbankan yang seluruhnya dilakukan dengan secara
digital atau melalui internet. Namun menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah pasal 1 menyatakan bahwasanya perbankan syariah adalah
“segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya” (Cahyadi, 2011). Hubungan yang terjadi dalam ekosistem
perbankan syariah adalah kegiatan usaha atara pemerintah dan masyarakat yang sama-
sama untuk saling mengembangkan yang harus saling terbentuknya dengan syariat
Islam dengan menggunakan digital atau melalaui internet sehingga Indonesia akan di
pandang sebagai Negara pusat keuangan syariah di dunia.
Menurut OJK ekosistem perbankan syariah adalah kegiatan layanan perbankan
yang dilakukan dengan elektronik yang ditunjukkan untuk dapat memaksimalkan
dalam pemanfaatan data nasabah yang merupakan sebagai upaya memberikan
pelayanan syariah, lebih cepat, mudah, sesuai kebutuhan dan dapat dilakukan nasabah
secara mandiri dengan tetap memperhatikan unsur keamanannya. (Hidayatullah &
Hidayati, 2022).
C. Pariwisata Syariah
Dalam dunia pariwisata, banyak istilah secara akademik yang dikemukakan,
yakni pariwisata, wisata, dan destinasi. Sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Namun demikian, kata syariah seringkali menggunakan istilah “halal” karena sejatinya
dalam Islam istilah halal ini merupakan bagian dari esensi ajaran syariat dalam Islam.
Sebab itu, yang dimaksud dengan istilah wisata halal misalnya, adalah kegiatan wisata
yang mengedepankan prinsip-prinsip syariah Islam. (Djakfar, 2017).
Adapun yang dimaksud dengan halal adalah ketentuan hukum syariat, dalam arti
jika seseorang dikatakan baik menurut agama dalam melakukan suatu aktivitas,
apabila dikerjakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Jadi, pariwisata halal adalah
pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariah, sehingga dengan demikian tidak jarang
juga disebut dengan istilah pariwisata syariah. ( Rambe dan Afifuddin, 2012). Dalam
konsep halal dibagi menjadi dua perspektif, yaitu perspektif agama dan perspektif
industry. Maksud dari perspektif agama adalah hukum makanan apasaja yang
dibolehkan atau dapat dikonsumsi oleh konsumen muslim sebagai perlindungan
konsumen. Sementara dalam konsep industri dapat diartikan sebagai suatu bisnis. Dari
industri pangan dengan target kunsumen muslim dengan jaminan kehalalan. Misalnya,
produk pangan yang kemasannya tercantum label halal yang dapat menarik konsumen
muslim. (Sofyan, 2012)
Pariwisata didefinisikan dengan berbagai macam kegiatan yang didukung oleh
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Jika dikaitkan dengan kata syariah. Pariwisata syariah adalah suatu
kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disedikan oleh
masyarakat, pembisnis, pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan
nilai-nilai syariah (Rimet, 2019)
D. Sumber Daya Manusia
Revolusi industri tidak hanya mengubah produksi dengan sendirinya mengubah
cara manusia melakukan produksi. Maka dari itu sangat penting manajemen sumber
daya manusia yaitu proses organisasi mencapai tujuannya. (Priyono, 2010). Dalam
konteks ini adalah mencapai tujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, devisa,
serta kualitas sumber daya manusia. Kusworo dan Damanik dalam penelitian
(Anugrah & Sudarmayasa, 2017) menyatakan sangat penting pembenahan sumber
daya manusia, karena selama ini orientasi pariwisata Indonesia masih bersifat
kuantitatif yaitu penerimaan devisa, kunjungan wisata, lapangan kerja, namun hal
kualitatif yang menjadi kunci penggerak pariwisata yaitu manusia harus ditingkatkan
mutunya. Kualitas sumber daya manusia menjadi penentu produk dan pelayanan
kualitas wisata. Hal ini menjadi modal dalam bersaing pada tingkat global yang lebih
kompetitif sehingga perlu peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan pada bidang
pariwisata yang disesuaikan dengan standar yang bagus agar mampu meningkatkan
daya saing. (Kusworo & Damanik, 2002). Pada intinya SDM pariwisata memerlukan
perhatian khusus. SDM Pariwisata dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 yang
menyatakan bahwa SDM pariwisata meliputi pengusaha, masyarakat, pemerintah dan
pemerintah daerah. Sedangkan industri pariwisata merupakan kegiatan yang
menghasilkan barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan dan
penyelenggara pariwisata. (Setiawan, 2016). Untuk memaksimalkan sumber daya
manusia dibutuhkan fungsi manajerial, ada empat fungsi manajerial yang harus
dilaksanakan, yaitu: Perencanaan yaitu melakukan pengiraan tentang keadaan agar
sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan;
Pengorganisasian yaitu kegiatan untuk menetapkan, mengatur, integrasi dan
koordinasi dalam bentuk organisasi dalam rangka mencapai tujuan; Pengarahan yaitu
kegiatan memberi petunjuk sesuai dengan rencana dan kebutuhan tujuan;
Pengendalian yaitu mengendalikan agar sesuai dengan petunjuk berdasarkan
kebutuhan dalam rencana untuk mewujudkan tujuan. (Setiawan, 2016)
III. KESIMPULAN
Pengembangan sumber daya manusia di bidang wisata halal dalam menghadapi
Revolusi Industri 4.0 menjadi kunci penggerak pariwisata, sebagai pendukung perluasan
dan percepatan ekonomi dengan cara menuntut SDM Indonesia agar lebih cepat dan pintar
dari teknologi yang saat ini mulai menggantikan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
Maka pemerintah dapat menggunakan instrumen hukum sebagai social engineering dalam
kapasitasnya sebagai pelaksana dan fasilitator dalam proses perencanaan, manajerial
hingga pengawasan terhadap potensi SDM Indonesia dalam menghadapi pariwisata halal
yang bertitik tolak pada peningkatan kapasitas untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, H. Faizul. Pariwisata Halal dan Peningkatan Kesejahteraan. Malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi, 2020
Cooper, Chris. Tourism: Principles &Practise. England: Longman Group Limited, 1993. Djakfar,
Muhammad. Pariwisata Halal Perspektif Multidimensi (Peta Jalan Menuju Pengembangan
Akademik & Industri Halal di Indonesia. Malang: UIN Maliki Press, 2017.
R. Rimet. “Strategi Pengembangan Wisata Syariah di Sumatra Barat: Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threath)”. Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 2 Nomor 1, (Juni
2019)
Riyadi, I. A. (2018). Mudah Berwisata dengan Transkaksi Nontunai. Galeri Info EDISI 73
TAHUN VIII/2018, 12-13.
UNWTO. (2018). UNWTO Tourism Highlights 2018 Edition. Madrid: United Nations World
UNWTO. (2019). International Tourism Highlights 2019 Editions. Madrid: United Nations
World Tourism Organization. UNWTO. (2019). International Tourism Result 2018 and Outlook
2019. Madrid: United Nations World Tourism Organization
Tourism Organization.
WTTC. (2019). Travel & Tourism Economic Impact 2019. London: World Travel and Tourism
Council
Widodo, W. S. (2016, Maret 31). 3 Masalah SDM Pariwisata Indonesia Bersaing di Tingkat
Global. Retrieved from detik.com: https://travel.detik.com/travel-news/d-3176358/3- masalah-
sdm-pariwisata-indonesia-bersaing-di-tingkat-global
Utomo, Sujud Warno., Sutriyono., & Reda Rizal. 2015. Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan
Ekosistem. Modul 1, p. 1– 31.

Anda mungkin juga menyukai