Anda di halaman 1dari 6

Peningkatan Jumlah Jamaah Haji dan Umrah Indonesia

Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi seperti sekarang yang berkembang


dengan semakin pesat. Seiring dengan bertambahanya populasi penduduk dunia yang
cukup pesat mengakibatkan kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan
perjalanan, terlebih lagi perjalanan yang di lakukan bukan sekedar hiburan
melaingkan memiliki tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar
terhadap pribadi, kelurga maupun lingkunganya. Karena peningkatan ekonomi
masyarakat Indonesia juga sehingga mendorong dan memicu masyarakat untuk
melakukan traveling dan wisata islami seperti, melakukan perjalanan ibadah Haji dan
Umroh.

Tour, jalan-jalan adalah salah satu kata yang cukup sering disebut oleh informan
selain kata ibadah. Hal ini menunjukkan dekatnya hubungan antara ibadah haji/umrah
dalam konteks kajian ini, dengan gaya hidup seperti tour, jalan-jalan. Terdapat gejala
sosial-keagamaan di Indonesia yang sedang marak terjadi beberapa tahun terakhir ini.
Gejala tersebut adalah semakin banyaknya perusahaan dan asosiasi travel yang
menyelenggarakan jasa perjalanan umrah dan juga semakin banyaknya masyarakat
yang menjalankan sebuah perjalanan haji menggunakan jasa travel penyelenggara
ibadah haji dan umrah. Minat masyarakat semakin tinggi terutama kelas menengah
muslim, terus tumbuh untuk melakukan wisata islami ..

Dalam situs haji Kemenag RI (www.haji.kemenag.go.id, 2012) disebutkan jika jumlah


jama’ah haji dari Indonesia adalah yang paling banyak dibandingkan dengan negara-
negara lain di dunia yakni setiap tahunnya selalu memperoleh kuota hingga 200 ribu
lebih jama’ah. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, jumlah jama’ah
haji Indonesia semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.. Hingga saat ini
jumlah kuota jamaah haji 2017 di Indonesia menjadi 221 ribu jamaah. Hal ini
menandakan bahwa peningkatan jamaah terus bertambah, yang sebelumnya kuota
jamaah haji indonesia pernah di pangkas karena perluasan Masjidil Haram di tahun
2014-2016.

Begitupun dengan Jamaah umrah Indonesia merupakan salah satu yang terbesar
di dunia. Menurut Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, jumlah visa umrah
yang telah dikeluarkan untuk Indonesia pada 2016 mencapai 699,6 ribu jamaah,
meningkat 7,2 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini menjadikan Indonesia
sebagai negara dengan jumlah jamaah umrah terbesar ketiga di dunia.

Kesimpulannya adalah perkembangan Jumlah jamaah haji dan umrah dari tahun
ke tahun yang semakin meningkat dan pesat di Indonesia , di dukung dengan
negara indonesia merupakan negara yang memiliki populasi penduduk muslim
terbesar di dunia, maka tidak heran jika jumlah pengunjung yang ke tanah suci
mekkah juga semakin banyak. Data-data di atas menunjukkan bahwa semakin
tingginya minat orang indonesia yang melakukan perjalan ibadah haji dan
umrah. Terlihat dari grafik penduduk Indonesia yang beragama Islam (muslim)
yang melakukan perjalanan haji dan wisata umroh lebih tinggi dari negara lain.
Wisata Haji Makkah

Daya tarik Mekah, bukan hanya dikarenakan sebagai tempat dilaksanakannya ibadah
umroh dan haji. Sebagai kota kelahiran Islam, kota ini memiliki sejumlah objek
wisata haji Makkah berunsur sejarah religi. Nilai sejarah dengan dimensi religious
umat muslimnya yang tinggi menjadi factor utama mengapa sejumlah objek wisata
haji Makkah layak kita kunjungi.

Tidak hanya wisata haji Makkah yang penuh sejarah, ada juga wisata haji Makkah
yang menyediakan objek cukup modern dan futuristik, sebut saja sebuah jam raksasa
yang dikenal dengan berbagai sebutan, Giant Clock Tower Mekka, Menara Jam
Raksasa, Abraj Al-Bait Towers atau Mecca Royal Hotel Clock Tower, yang kini
memegang rekor sebagai jam terbesar dunia.

Jam super besar ini menjadi objek wisata haji Makkah yang harus dikunjungi. Jam
yang berada di ketinggian 600 meter dengan diamater lingkaran jam 40 meter berdiri
di puncak pencakar langit tertingi kedua sesudah Burj Khalifa di Dubai. Diameter jam
ini menjadi yang terbesar di dunia setelah mengalahkan jam Cevahir Mall di Istanbul
yang berdiameter 36 meter.

Ukuran menara jam bermuka empat ini juga mengalahkan ukuran menara Big Ben di
London, dimana bulan sabit berwarna emas super besar berdiamater 23 meter
terpasang di atas puncak menara. Jam ini kini menjadi ikon Arab Saudi karena akan
langsung terlihat dari jarak 25 kilometer di pusat kota. Mega proyek ini sendiri
dirancang oleh para insinyur Swiss dan Jerman dengan menelan biaya US$ 800 juta.
Pariwisata Syariah dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Indonesia adalah negara dengan jumlah masyarakat muslim terbesar didunia,


Persentase Muslim Indonesia mencapai hingga 12,7 persen dari populasi dunia, dari
205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan sedikitnya 88,1 persen beragama Islam
(Angga Indrawan; 2015; Inilah 10 Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di
Dunia; dikutip dari https://khazanah.republika.co.id; diakses pada hari Senin 27
Maret 2017).

Sehingga adanya wisata syariah yang mulai gencar di realisasikan oleh negara-negara
Islam, menjadikan Indonesia pusat perhatian semua negara karena ditopang
banyaknya warga Muslim serta banyaknya tempat pariwisata yang ada di Indonesia
dari Sabang hingga Marauke. Potensi wisata syariah ternyata cukup besar, secara
global populasi Muslim di dunia sudah semakin berkembang. Serta jumlah wisatawan
ke Indonesia selama tahun 2016 mencapai 11, 52 juta, hal ini semakin mempertegas
bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pariwisata.

Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia, menurut Menteri Arief


Yahya tahun 2015 lalu, bahwa pariwisata Indonesia dinilai memiliki keunggulan dari
sisi destinasi dan harga sehingga bisa menjadi andalan pendulang devisa negara.
Indonesia sudah memiliki pertumbuhan yang bagus yaitu 7.2 persen per tahun
(Lembaga Biro Hukum dan Komunikasi Publik; 2015; Pariwisata Kini Jadi Andalan
Pendulang Devisa Negara; https://www.kemenpar.go.id;diakses pada 14 April 2017).
Dengan jumlah turis dunia yang mencapai 1.3 miliar orang, maka masih ada potensi
untuk meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisata. Pariwisata sangatlah penting
bagi satu negara. Hal ini karena pariwisata adalah salah satu sumber yang
berkemungkinan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi sebuah negara. Bisnis dari
pariwisata ini pun menjadi semakin bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan
tempat pariwisata pada umumnya, seperti cenderamata, hotel/ penginapan, tempat
makan, dan transportasi.

Pariwisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang harus disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini terdapat pada UU
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1. Sedangkan peraturan pemerintah
terkait pariwisata syariah yakni dengan adanya kerja sama pada tahun 2013 antara
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Majelis
Ulama Indonesia mengadakan Grand Launching Pariwisata Syariah. Pada tanggal 21
maret 2017 Ketua DSN-MUI dalam Sosialisasi Fatwa-Fatwa DSN-MUI terdapat 9
fatwa baru yang disosialisasikan salah satunya adalah tentang "Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah" No. 108/DSN-
MUI/X/2016. Dengan adanya fatwa tersebut akan memperkuat keberadaan pariwisata
syariah di Indonesia.

Peluang bisnis sangat terbuka dalam pariwisata syariah bagi masyarakat setempat dan
dapat meningkatkan penghasilan daerah destinasi. Di Indonesia Pengembangan
destinasi syariah di dimulai dari 3 provinsi yakni Banten, Aceh, dan Lombok dimana
Lombok sendiri merupakan daerah yang memiliki destinasi wisata laut yang cukup
terkenal, serta tingkat kehidupam masyarakat yang religius. Hal ini juga akan
memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat, sehingga semakin banyak
pariwisatawan yang datang didaerah-daerh tersbut akan membuka peluang bagi
masyarakat sekitar membuat usaha/ bisnis untuk segala hal yang dibutuhkan oleh
pariwisatan ini. Kesempatan dan pangsa pasar dari bisnis syariah sendiri sangat besar,
apalagi melihat untuk masa yang akan datang bisnis menjadi sesuatu yang baik untuk
di kembangkan.

Islam sendiri sangat menganjurkan ummatnya untuk berbisnis, Rasulullah sangat


menganjurkan bisnis karena merupakan penggerak ekonomi dalam susatu wilayah
bahkan Negara. Sebagian ummat Islam mengetahui bahwa Nabi Muhammad Saw
adalah seorang pebisnis ulung, beberapa nabi dan Rasul sebelum diangkat dan
dimuliakan sebagai Nabi dan rasul mereka juga merupakan pelaku pasar. Dari segi
normatif banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadits yang secara tersurat maupun tersirat
menganjurkan menjadi seorang pebisnis.
BI Dorong Wisata Syariah, Mulai dari Makanan Sampai Hotelnya Halal

Wisata halal menjadi salah satu sektor untuk meningkatkan ekonomi syariah di
Indonesia. Industri wisata halal merupakan salah satu sektor yang sedang
dikembangkan. Wisata ini harus muslim friendly dan mendukung prinsip-prinsip
syariah.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, sejauh ini Indonesia hanya mampu
menjadi pemain di sektor industri keuangan syariah. Namun di sektor lain Indonesia
hanya menjadi pasar, karena itu BI dan MUI berupaya untuk meningkatkan produk
halal untuk mengembangkan sistem syariah.

Yang termasuk wisata halal adalah dari spa, sauna hingga pramuwisata. Contohnya
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan Provinsi pertama di Indonesia yang sudah
memiliki Perda Pariwisata Halal.

Pasal 1 huruf 16 Perda NTB Nomor 2/2016 tentang Pariwisata Halal menyebutkan
pariwista Halal adalah kegiatan kunjungan wisata dengan destinasi dan industri
pariwisata yang menyiapkan fasilitas produk, pelayanan, dan pengelolaan pariwisata
yang memenuhi syariah.

Industri pariwisata halal yang dimaksud adalah akomodasi, biro perjalanan, restoran,
dan spa.

"Pasar utama produk halal domestik juga merupakan peringkat pertama dalam pasar
global, telah mencapai US$ 160 miliar," kata Agus di Gedung BI, Senin (24/7/2017).

Selain pariwisata, BI menyebutkan sejumlah sektor usaha yang bisa meningkatkan


potensi ekonomi syariah seperti pertanian yang terintegrasi, makanan dan pakaian
hingga energi terbarukan yang halal.

Dia menjelaskan peningkatan ini sejalan dengan diimplementasikannya UU No 33


tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada 2019. Kondisi ini, menurut Agus
mencerminkan betapa kuatnya potensi Indonesia dalam pasar produk halal.

Namun dia mengatakan, potensi ini juga dapat mencerminkan ancaman jika ternyata
produk halal tersebut tidak dapat dipenuhi secara domestik.

"Sehingga berimplikasi terhadap besarnya impor yang akan menekan posisi neraca
pembayaran Indonesia, pada gilirannya hal ini tentu mengancam kemandirian dan
ketahanan perekonomian nasional," ujar dia.

Agus mengatakan, jika strategi pengembangan produk halal sudah diterapkan


diharapkan pertumbuhan aset usaha syariah meningkat 15%-20% setiap tahun.

Kemudian juga ada dominasi ekonomi syariah terhadap perekonomian nasional


hingga lebih dari 50%. Kemudian ada kebijakan bisnis halal yang komprehensif.
Bisnis dan Pariwisata Haji

Di Melayu, termasuk Indonesia, haji bukan sekedar ritus ibadah tetapi juga atribut
status sosial. Mereka yang pulang dari tanah suci memdapat gelar “H” untuk laki-laki
dan “Hj” (Hadjah) untuk perempuan.

Adalah kebijakan kolonial Belanda, pada mulanya, yang menyebabkan seseorang


diberi gelar “Haji”, sepulang melakukan ihram, thawaf, sa’i, dan wuquf.

Pada akhirnya, dalam kadar tertentu, haji menjadi bagian dari status sosial dan gaya
hidup. Haji mulai bergerak dari proyek Ibadah menjadi proyek status sosial. Orang
yang bergelar “Haji” seolah-olah berposisi lebih tinggi dari pada yang belum bergelar
“Haji”.

Proyek haji sebagai status sosial dan gaya hidup ini menjadi ladang bisnis yang sangat
menguntungkan. Agen perjalanan, katering, hotel, pembimbing haji, dan tentu saja,
pemerintah, merupakan jejaring bisnis dengan pundi-pundi keuntungan.

Kompleksitas pelayanan haji ini menghasilkan pembedaan habitus kelas, yakni ONH
dan ONH Plus. ONH (Ongkos Naik Haji) merujuk pada peziarah Ka’bah yang
berangkat haji dengan berdesak-desakan dan dikoordinir oleh kemenag. ONH Plus
merujuk perjalanan haji VIP yang eksklusif, mewah, dan dikoordinir oleh biro
perjalanan haji.

Moeslim Abdurrachman melalui disertasi berjudul “On Hajj Tourism: In Search of


Piety and Identity in the New Order Indonesia” mengurai bagaimana praktik
kemewahan yang didapat kelas menengah muslim dalam menunaikan haji.

Riset Abdurrachman merujuk pada praktik perjalanan haji yang dikoordinir agen
perjalanan haji “Tiga Utama”. Biro perjalanan ini sangat selektif dalam memilih
jamaah konsumen, yakni hanya muslim yang kaya. Harga dipatok sangat tinggi antara
8.000 – 9.500 Dollar US, setara 88 – 104,5 juta rupiah (kurs Rp. 11. 000).

Dengan harga yang tinggi itu, jamaah mendapat fasilitas super-mewah. Hotel bintang
lima dengan jarak terdekat dari pusat-pusat ibadah haji, makanan lokal Indonesia
standar resto mewah, pesawat eksklusif, tim medis handal, pemandu haji, dan
pemandu wisata yang cakap. Pemandu wisata diikutkan karena selepas ibadah haji
juga mengunjungi destinasi wisata seperti Dubai, Turki, Mesir, Spanyol, Hongkong,
dan sebagainya.

Pada akhirnya, perjalanan haji, terutama yang supermewah, tidak lagi murni bersujud
di Baitullah, tetapi merupakan perjalanan wisata yang dibungkus dalam ritus ibadah
haji. Bisnis haji dan wisata haji saling berkelindan memutar roda ekonomi.

Di titik ini, pesan egalitarian yang disampaikan nabi Muhammad saat haji wada’
menjadi tereduksi. Perjalanan haji ternyata menghasilkan pembedaan habitus kelas,
yang mereduksi egalitarianisme itu.

Anda mungkin juga menyukai