Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

PEMASARAN PARIWISATA DAN HOSPITALITY

Identifikasi Pemasaran Wisata Halal di Indonesia

Disusun Oleh:

Virgiawan
Suryanto
2110526010

Dosen Pengampu:

Dr. Verinita, SE,

M.Si

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN INTAKE D3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ANDALAS

PADAN

G 2023
Halal Tourism

Definisi serta Filosofi Pemasaran Wisata Halal

Pariwisata halal merupakan pariwisata yang dijalankan sesuai dengan


prinsip-prinsip syariah dengan memberikan layanan dan fasilitas yang ramah
terhadap wisatawan muslim. Syariat islam sebagai dasar untuk menyampaikan
produk dan layanan pariwisata kepada pelanggan sasaran yang sebagian besar
beragama Islam, seperti hotel Halal (shariah compliant hotel), Resor Halal,
Restoran Halal, dan Perjalanan Halal.
Istilah halal sendiri menurut Persatuan Ulama Muslim Internasional
didefinisikan sebagai “sesuatu yang diperbolehkan, sehubungan dengan yang
tidak ada pembatasan, dan melakukan sesuai dengan hukum Allah, ” (Al-
Qaradhawi, 2013; p. XXV). Oleh karena itu, istilah Halal berarti „diperbolehkan‟
menurut ajaran Islam (hukum Syariah).
Menurut Battour & Nazari Mohd Ismail, halal juga merupakan salah satu
dari lima tindakan (al-ahkam al-khamsah) yang mengkategorikan moralitas
tindakan manusia dalam Islam, orang lain menjadi Fard (wajib), mustahabb
(dianjurkan), Makruh (tidak menyukai), dan Haram (dilarang). Dari perspektif
Islam, Halal sebagaimana didefinisikan di atas mengacu pada praktek atau
kegiatan di bidang pariwisata yang „diperbolehkan‟ menurut ajaran Islam.

Perkembangan pariwisata halal terjadi karena peningkatan wisatawan


muslim terlebih Indonesia yang juga merupakan negara dengan mayoritas muslim.
Selain itu, pariwisata halal ini tidak hanya dapat dinikmati wisatawan muslim saja
akan tetapi dapat dinikmati oleh wisatawan non-muslim. Karakteristik Islam
dalam kegiatan pariwisata sebenarnya tidak akan terbentur dengan ajaran agama
lainnya, sehingga pasar non muslim juga sangat nyaman melakukan kegiatan
wisata di destinasi yang mengusung pariwisata halal tersebut. Oleh karena itu
pariwisata halal kedepannya tidak hanya diperuntukan bagi wisatawan muslim,
tetapi akan menjadi gaya hidup (life style) baik bagi wisatawan muslim maupun
wisatawan non muslim.
Halal Tourism Strenght , Challenge and Opportunities in Indonesia

• Streght:
Pariwisata halal diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan
dalam jangka panjang, akan mencapai $300 miliar pada tahun 2026.
Pertumbuhan pasar ini didukung oleh faktor- faktor seperti pertumbuhan
jumlah Muslim yang bepergian, peningkatan permintaan akan fasilitas
ibadah dan layanan yang sesuai dengan syariah Islam, serta kesadaran
dari perusahaan pariwisata yang menyadari potensi pasar pariwisata halal
dan mulai menawarkan layanan dan fasilitas yang sesuai dengan syariah
Islam. Konsep pariwisata halal memberikan nilai unik daripada konsep
wisata konvensional melalui berbagai pengalaman yang menyentuh seperti
pada bulan Ramadhan yang dijadikan momentum untuk melakukan
berbagai kegiatan bernuansa islami melalui pariwisata halal.

• Challenge:

Terlepas dari peluang yang sangat menjanjikan, pariwisata halal juga


mendapat kritik dan penolakan dari berbagai masyarakat. Faktor penyebab
hal tersebut dapat terjadi dikarenakan minimnya sosialisasi tentang wisata
halal dan kekhawatiran atas praktik intoleransi. Hal ini menjadi
tantangan bagi kita semua dan pemerintah perlu melakukan beberapa hal
unutk menanggapi hal tersebut seperti menjamin bahwa konsep pariwisata
halal tidak akan mengganggu budaya wisata asli Indonesia dan
meningkatkan strategi sosialisi dengan berbagai elemen masyrakat untuk
memperkenalkan wisata halal serta mendengar masukan- masukan agar
pariwisata halal dapat diterima oleh masyarakat.
Pemerintah juga mengalami hambatan yang meyebabkan
lambatnya perkembangan pariwisata halal karena banyak dari masyarakat
muslimnya sendiri belum mengetahui konsep pariwisata halal seperti
terpenuhinya pelayanan ibadah yang memadai seperti fasilitas shalat dan
tempat wudhu dengan air yang bersih, tersedianya makanan yang terjamin
halal, serta tidak adanya aktivitas minuman beralkohol dan layanan privat
yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki.
Di tengah banyaknya pariwisata Indonesia saat ini, masih banyak
daerah-daerah lain yang dapat digali potensi halalnya, tak hanya sebatas
pada wisata religi, tetapi juga meluas ke semua bentuk pariwisata tanpa
kecuali. Pemerintah daerah serta pemangku kebijakan terkait perlu untuk
membangun pariwisata daerahnya sesuai dengan kaidah halal, salah
satunya dengan penyediaan produk, layanan, atau atribut pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim untuk memfasilitasi ibadah,
akomodasi, dan unsur pariwisata lainnya sesuai dengan syariat Islam.

• Oppurtunities:
Peluang pariwisata halal di Indonesia cukup besar dan
menjanjikan. Indonesia menjadi negara peringkat pertama sebagai wisata
halal terbaik dunia versi GMTI pada tahun 2019. Peluang perkembangan
pariwisata halal juga disebabkan perkembangan teknologi yang semakin
pesat. Akes informasi yang begitu mudah dapat digunakan untuk promosi
pariwisata halal yang dapat dijangkau oleh masyarakat lebih luas hingga
wisatawan mancanegara muslim maupun non- muslim. (Sandiaga Uno,
2022).
Pariwisata halal menjadi trend yang menarik perhatian dunia
pariwisata yang terus mengalami pertumbuhan. Destinasi-destinasi yang
menyediakan fasilitas dan layanan yang menerapkan ketentuan syariah
Islam diharapkan akan menjadi pilihan utama bagi wisatawan muslim, dan
dapat meningkatkan daya saing negara dalam menarik wisatawan muslim.

Kondisi Pemasaran Wisata Halal di Indonesia

Hingga saat ini, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Wisata


Halal Terbaik di Dunia versi Global Muslim Travel Index (GMTI) yang
mengungguli 130 negara peserta lainnya. Indonesia memiliki berbagai destinasi
wisata halal yang tersebar di berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Salah
satu pulau yang paling potensial dalam pengembangan wisata halal adalah pulau
Lombok, Prestasi tersebut merujuk data, 20% atau sekitar 14,92juta turis asing
yang datang ke Indonesia merupakan wisatawan Muslim. Sedangkan, untuk
tahun 2022 ini,Indonesia menempati peringkat kedua (standar GMTI) dan
mengalahkan posisi Arab Saudi di peringkat ketiga, Turki posisi keempat, dan
Uni Emirates Arab di posisi kelima. Prestasi Indonesia tersebut juga dinilai dari
segi akses, komunikasi, lingkungan, serta pelayanan selama berada di destinasi
wisata halal. Tidak sampai di situ, Indonesia juga berhasil mendapatkan 12 dari 16
penghargaan dalam World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi. Hal-hal
inilah yang membuat banyak pihak optimis bahwa Indonesia memiliki potensi
yang sangat besar dalam hal pengembangan wisata halal (Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2021). Indonesia juga memiliki berbagai
destinasi wisata halal yang tersebar di berbagai pulau dari Sabang sampai
Merauke. Salah satu pulau yang paling potensialdalam pengembangan wisata
halal adalah pulau Lombok, dimana pada tahun 2015 Lombok pernah dinobatkan
sebagai The World Best Halal Tourism Destination dalam ajang World Halal
Travel Awards di Abu Dhabi, bahkan GMTI memberikan nilai 76 pada kualitas
layanan komunikasi di Lombok pada tahun 2019.

Pengembangan pariwisata halal Indonesia merupakan salah satu program


prioritas Kementerian Pariwisata yang sudah dikerjakan sejak lima tahun yang
lalu. Data GMTI 2019 menunjukkan bahwa hingga tahun 2030, jumlah
wisatawan muslim (wislim) diproyeksikan akan menembus angka 230 juta di
seluruh dunia. Selain itu, pertumbuhan pasar pariwisata halal Indonesia di tahun
2018 mencapai 18%, dengan jumlah wisatawan muslim (wislim) mancanegara
yang berkunjung ke destinasi wisata halal prioritas Indonesia mencapai 2,8 juta
dengan devisa mencapai lebih dari Rp 40 triliun. Mengacu pada target capaian
20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang harus diraih di tahun
2019, Kementerian Pariwisata menargetkan 25% atau setara 5 juta dari 20 juta
wisman adalah wisatawan muslim.
Peluang inilah yang ditangkap oleh Kementerian Pariwisata, dan
ditindaklanjuti dengan pengembangan 10 Destinasi Halal Prioritas Nasional di
tahun 2018 yang mengacu standar GMTI, antara lain: Aceh, Riau dan Kepulauan
Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa
Timur (Malang Raya), Lombok, dan Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).
Tahun ini, penguatan destinasi pariwisata halal dilakukan dengan
menambah keikutsertaan 6 Kabupaten dan Kota yang terdapat di dalam wilayah
10 Destinasi Halal Prioritas Nasional, yaitu Kota Tanjung Pinang, Kota
Pekanbaru, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan
Kabupaten Cianjur.

Peran yang terlibat dalam mengembangkan wisata halal


1. Pemerintah
Peran pemerintah disini membuat regulasi dan aturan aturan yang
menunjanh pengembangan wisata halal di indonesia. contohnya Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, UU No.
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. yaitu upaya pemerintah dalam
menjamin perlindungan hak dan kepastian hukum bagi para wisatawan
termasuk wisatawan. pemerintah juga berusaha mempromosikan ke dunia
internasional dengan cara menggaet pihak pihak swasta untuk berinvestasi.
dan menghadiri forum internasional untuk memasarkan produk wisata
halal tsb.
2. Swasta
Swasta berperan meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitar
destinasi wisata dengan penyuluhan, pelatihan keterampilan, serta
penguatan kelembagaan pariwisata melalui program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri di destinasi wisata. Objek
wisata membutuhkan investasi yang sangat besar, jika dana diharapkan
dari apbn dan apbd tidak akan bisa, jelas untuk mengembahkan wisata
lebih baik bermitra dengan pihak swasta dan bahkan lebih baik dikelola
swasta karena mereka akan mengelola dengan kondisi keuangan yang tak
terbatas dan membentuk sumber daya sebaik mungkin. Berdasarkan data
BKPM, total investasi yang telah mengalir ke sektor pariwisata sejak 2015
hingga semester I-2018 mencapai Rp 67,04 triliun. Rata-rata
pertumbuhannya sekira 35,5% per tahun. sebagai contoh : disumatera
barat investasi pengembangan wisata yang telah dilakukan dengan
bermitra dengan swasta adalah marawa beach.
3. Masyarakat
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah
daerah. termasuk wisata halal, masyarakat adalah salah satu stakeholder
yang sangat penting dalam pengembangan wisata halal di indonesia.
masyarakat disini sebagai value chain Halal value chain tersebut antara
lain destinasi pariwisata, alat transportasi, hotel, restoran, kafe dan travel
& tour dimana masing-masing industri pendukung membutuhkan peran
masyarakat. Peran yang dimaksud adalah mendorong terwujudnya unsur-
unsur pariwisata halal: ramah lingkungan, bersih, tertib dan terpenuhinya
kebutuhan ibadah serta fasilitas lainnya. Perwujudan ini akan membuka
peluang masyarakat dalam mempromosikan budaya dan kekayaan alam
wilayahnya masing- masing. Masyarakat juga bisa merasakan dampak
positif dari pengembangan pariwisata halal. Keterlibatan mereka dalam
mewujudkan pariwisata halal dapat meningkatkan perekonomian di
wilayahnya. Manfaat lebih luas bisa dirasakan juga dari sisi ekonomi
makro. Kontribusi masyarakat dalam sektor ini mampu menciptakan
lapangan kerja yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Proses Pemasaran Pariwisata Halal


Mengutip data dari Laporan Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim
Daerah 2019-2020 (KNEKS, 2020), Halal Tourism di Indonesia perlu
mempertimbangkan potensi aksesibilitas, komunikasi, lingkungan, dan layanan.
Untuk memiliki aksesibilitas yang baik, provinsi di Indonesia harus meningkatkan
dan memperbanyak rute penerbangan internasional dan meningkatkan
infrastruktur transportasi lainnya. Provinsi juga harus memiliki brand image
pariwisata ramah Muslim yang kuat, dan terlibat lebih banyak dalam kegiatan
ekspansi pasar sehingga menarik minat wisatawan Muslim untuk berkunjung ke
daerah tersebut. Ketika turis berkunjung, lingkungan akan berpengaruh signifikan
dalam meningkatkan kunjungan pariwisata. Lingkungan yang ramah bagi
wisatawan Muslim meliputi destinasi-destinasi wisata harus memiliki iklim usaha
yang kondusif, serta meningkatkan konektivitas Wi-Fi di area publik, seperti
bandara,
mal, dan hotel. Selain ketiga hal tersebut, faktor utama yang harus dikembangkan
adalah layanan yang ramah Muslim.
Layanan ramah Muslim adalah kunci untuk menarik wisatawan Muslim.
Layanan ini termasuk usaha-usaha penunjang pariwisata ramah Muslim yang
bersertifikat halal seperti restoran dan hotel syariah, serta peningkatan dan
perbaikan untuk masjid dan musala di ruang publik, inovasi produk, serta atraksi
pariwisata yang bersifat kultural, budaya, dan kuliner halal untuk menarik minat
wisatawan berkunjung ke destinasi wisata tersebut.

Strategi Pemasaran Pariwisata Halal


Kemenparekraf mengungkapkan Sembilan strategi untuk pengembangan
pariwisata halal di Indonesia.

1. Memberikan fasilitas dan pelayanan yang memudahkan wisatawan.


2. Meningkatkan daya tarik atau atraksi Muslim.
3. Mengembangkan konektivitas destinasi wisata halal.
4. Melakukan pemasaran berdasarkan tujuan, asal, dan waktu, serta
preferensi dari pasar travel Muslim.
5. Mengembangkan promosi dan marketing komunikasi untuk penjualan
wisata halal.
6. Mendorong penggunaan media digital untuk pemasaran.

7. Mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia


8. Memperkuat kebijakan dan kelembagaan, menyinergikan pemangku
kepentingan, dan melakukan penelitian.
9. Meningkatkan kompetensi industry melalui pengembangan destinasi
wisata ramah Muslim.

Selain itu dalam lima tahun ke depan atau 2024, Kemenparekraf


menargetkan wisatawan mancanegara Muslim yang datang ke Indonesia bisa
mencapai enam juta pengunjung. Sementara itu, hingga akhir 2019
diproyeksikan wisman Muslim yang ke Indonesia menembus 3,6 juta jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Aldiansyah Nurrahman, Achi Hartoyo. (2019). Sembilan Strategi Jadikan


Indonesia Destinasi Wisata Halal Kelas Dunia.

Kominfo. (2019). 5 Tahun Kembangkan Pariwisata Halal, Indonesia Akhirnya


Raih Peringkat Pertama Wisata Halal Dunia 2019.

Nur, Rahmi Aini. (2022). Peluang dan Tantangan Pariwisata Halal di Indonesia.

Nurdin, Hidayah. (2018). Pariwisata Halal dan Ramah Muslim: Definisi, Peluang,
dan Trends.

Shafiec. (2022). Halal Tourism #2: Kenali Berbagai Destinasi Wisata Halal di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai