Anda di halaman 1dari 2

Menurut pendiri dan CEO Crescentrating, Fazal Bahardeen, Indonesia belum begitu agresif dalam

mempromosikan wisata halal seperti negara tetangga Malaysia dan Thailand (Murdaningsih &
Pratiwi, 2015). Indonesia
- 9 - juga belum mengintegrasikan promosi pariwisata halal ke dalam program pariwisata nasional, dan
membuat paket khusus wisata halal. Berdasarkan latar belakang permasalahan, yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi potensi destinasi wisata syariah di Indonesia
khususnya di Aceh (daerah dengan mayoritas muslim) dan Manado (daerah dengan mayoritas non-
muslim)? Bagaimana kesiapan kedua destinasi wisata tersebut jika dilihat berdasarkan persepsi
wisatawan? Apakah strategi yang tepat untuk mengembangkan wisata syariah di kedua destinasi wisata
tersebut?

Selain istilah wisata syariah, dikenal juga istilah Halal tourism atau Wisata Halal. Pada peluncuran
wisata syariah yang bertepatan dengan kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dan Global
Halal Forum yang digelar pada 30 Oktober - 2 November 2013 di Semeru Room, Lantai 6, Gedung
Pusat Niaga, JIExpo (PRJ), Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2013), President Islamic
Nutrition Council of America, Muhammad Munir Caudry, menyampaikan bahwa, “Wisata halal
merupakan konsep baru pariwisata. Ini bukanlah wisata religi seperti umroh dan menunaikan
ibadah haji. Wisata halal adalah pariwisata yang melayani liburan, dengan menyesuaikan gaya
liburan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan traveler muslim”. Dalam hal ini hotel yang
mengusung prinsip syariah tidak melayani minuman beralkohol dan memiliki kolam renang dan
fasilitas spa terpisah untuk pria dan wanita (Wuryasti, 2013).

Menurut Pavlove dalam Razzaq, Hall & Prayag, Halal atau Islamic
tourism didefinisikan sebagai pariwisata dan perhotelan yang turut diciptakan oleh konsumen dan
produsen sesuai dengan ajaran Islam. Banyak negara di dunia Islam yang memanfaatkan kenaikan
permintaan untuk layanan wisata ramah Muslim (Razzaq, Hall, & Prayag, 2015).

Penilaian kesiapan destinasi wisata dilihat dari beberapa aspek utama pariwisata, yaitu: a) Produk
Pengembangan Produk harus berdasarkan Kriteria Umum dan Standarisasi yang diterapkan untuk
Usaha Pariwisata Syariah dan Daya Tarik. 2) SDM dan kelembagaan Kompetensi Profesi Insan
Pariwisata Syariah juga harus ditunjang dengan Training dan Pendidikan yang sesuai dengan
sasaran Standar Kompetensi yang dibutuhkan Wisatawan Muslim. 3) Promosi

Destinasi Wisata Syariah (indonesia.travel,2013)


- 21 - Bentuk promosi dan jalur pemasaran disesuaikan dengan perilaku Wisatawan Muslim, World
Islamic Tourism Mart (WITM), Arabian Travel Mart, Emirates Holiday World, Cresentrating.com,
halaltrip.com, etc.
Menurut Tjiptono, promosi pada hakekatnya adalah suatu
komunikasi pemasaran, artinya aktifitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan.2

Anda mungkin juga menyukai