Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA BERDASARKAN

PRINSIP SYARIAH
(Studi Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Studi Fatwa Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu
Dr. Hasanudin, M.Ag
Nisrina Mutiara Dewi, SE. Sy.,M.H

Disusun Oleh
KELOMPOK 5
Aris Munandar (11160490000017)
Rahmad Dwi Robiansyah (11160490000018)
Alvina (11160490000091)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Kami mengucapkan
terima kasih kepada BapakDr. Hasanudin, M.Ag dan Nisrina Mutiara Dewi, SE.
Sy.,M.Hyang telah memberikan kesempatan waktu untuk menyelesaikan laporan ini untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Studi Fatwa Ekonomi Syariah.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata. Saya sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kemajuan dalam berpikir untuk penulis agar makalah ini dapat dibuat
dengan lebih baik lagi.
Demikian laporan ini penulis buat. Kepada Allah juga penulis memohon ampun dan
kepada Allah SWT jugalah kita berharap. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Ciputat, 07 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3


A. Pengertian ...................................................................................................... 3
B. Dasar Hukum ................................................................................................. 4
C. Kajian Fatwa .................................................................................................. 5
D. Implementasi Fatwa ....................................................................................... 9
E. Review Karya Tulis ( Jurnal Skripsi Tesis dan Disertasi ) ............................ 10

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13


A. Kesimpulan .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini konsep halal telah dijadikan tren dalam perkembangan ekonomi
islam, mulai dari munculnya produk halal (makanan dan minuman), halal kosmetik,
halal fashion dan halal tourismhingga gaya hidup (halal lifestyle). Konsep halal dalam
berbagai bidang ekonomi tidak hanya menjadi trend di Indonesia akan tetapi sudah
merambah ke negara asing yang notabennya bukan mayoritas berpenduduk muslim
seperti Jepang, Australia, Thailand, dan Selandia Baru.
Minat terhadap wisata halal (halal tourism) mengalami pertumbuhan yang
meningkat. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya wisatawan muslim
dari tahun ke tahun. Wisatawan muslim diperkirakan akan meningkat sebanyak 30
persen pada tahun 2020 dan juga meningkatkan nilai pengeluaran hingga 200 miliar
USD. Untuk mengeksplorasi potensi besar pariwisata halal tersebut, banyak negara
mulai menyediakan produk, fasilitas dan infrastruktur pariwisata untuk memenuhi
kebutuhan para wisatawan muslim.
Berdasarkan dari data Kementrian Pariwisata sektor ekonomi islam yang telah
mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam produk lifestyle di sektor pariwisata
adalah pariwisata syariah. Pariwisata syariah secara umum merupakan salah satu
sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Adanya pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat mendorong terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal melalui penyediaan lapangan kerja bagi
masyarakat. Tidak hanya itu pengembangan pariwisata halal juga dapat
menumbuhkan industri pendukung lain, sehingga dapat membangun integrasi baik
antar sektor pariwisata ataupun dengan sektor lain di suatu wilayah.
Indonesia berusaha mempromosikan halal tourism yang dimilikinya ke dunia
internasional. Hal ini dilakukan dengan mengikuti Worl Halal Tourism yang
dilaksanakan di Abu Dhabi pada tahun 2016. Indonesia berhasil meraih 12
penghargaan dari total 16 kategori. Indonesia sudah didukung oleh berbagai
kompenen yang dapat mengantarkan kepariwisataan indonesia menembus pasar
global, khususnya pariwisata halal.
Cakupan pariwisata syariah pada dasarnya lebih luas daripada pariwisata
konvensional. Objek pariwisata konvensional biasanya seputar alam, budaya, pusaka,

1
dan kuliner. Sedangkan objek pariwisata syariah bisa meliputi semua objek pada
semua pada pariwisata konvensional. Target pariwisata konvensional biasanya hanya
kepuasan untuk sekedar hiburan, sedangkan target pariwisata syariah meliputi
keduanya, yaitu memenuhi kesenangan dan menumbuhkan kesadaran beragama, serta
tetap berada pada koridor etika agama. Fasilitas ibadah pada pariwisata konvensional
biasanya hanya sekedar pelengkap. Tetapi pada pariwisata syariah, fasilitas ibadah
menyatu dengan objek wisata dan ritualnya merupakan bagian paket hiburan.
Karena besarnya cakupan itu, maka pariwisata syariah di indonesia
membuthkan inovasi dan promosi. Inovasi pariwisata syariah tentu saja harus tetap
mempeetimbangkan rambu-rambu berupa peraturan dan standar dalam
penyelenggaraan pariwisata syariah. Oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia telah
mengeluarkan fatwa terkait dengan pariwisata syariah ini, yaitu fatwa MUI
No.108/MUI-DSN/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggara Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pariwisata dengan prinsip syariah ?
2. Apa saja ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI No.108
Tentang Penyelenggara Pariwisata berdasarkan Prinsip Syariah ?
3. Bagaimana implementasi dari fatwa DSN-MUI No.108 Tentang Penyelenggara
Pariwisata berdasarkan Prinsip Syariah ?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan pariwisata berdasarkann prinsip
syariah.
2. Agar mengetahui ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI
No.108 Tentang Penyelenggara Pariwisata berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Agar mengetahui tentang Bagaimana implementasi dari fatwa DSN-MUI No.108
Tentang Penyelenggara Pariwisata berdasarkan Prinsip Syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istilah wisata dalam Undang-Undang Republik Indonesia adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek atau daya tarik. Sedangkan, pariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Terminologi wisata syariah di beberapa negara ada yang menggunakan istilah
seperti Islamic Tourism, halal tourism, halal travel, ataupun as moeslem friendly
destination. Yang dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip hukum islam sebagaimana
yang diatur fatwa atau telah disetujuai Majelis Ulama Indonesia. Istilah syariah mulai
digunakan di indonesia pada industri perbankan sejak tahun 1992. Dari industri
perbankan berkembang ke sektor lain yaitu asuransi syariah, pegadaian syariah, hotel
syariah, dan pariwisata syariah.
Selain istilah wisata syariah, dikenal juga istilah halal tourism atau wisata
halal. Definisi pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah. Pariwisata syariah
dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik produk dan jasanya yang
bersifat universal. Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan tujuan wisata dalam
pariwisata syariah adalah sama dengan produk dan jasa wisata, objek wisata, dan
tujuan wisata pada umumnya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan etika
syariah. Jadi pariwisata syariah tidak terbatas hanya padawisata religi.1
Definisi wisata syariah lebih luas dari wisata religi yaitu wisata yang
didasarkan pada nilai-nilai syariah islam. Seperti yang dianjurkan oleh Wolrd Tourism
Organization (WTO), konsumen wisata syariah bukan hanya umat muslim tetapi juga
non-muslim yang ingin menikmati kearifan lokal. Wisata syariah merupakan salah
satu bentuk wisata berbasis budaya yang mengedepankan nilai-nilai atau norma
syariat islam sebagai landasan dasar.

1
Hendri Hermawan Adinugraha.2018. Desa Wisata Halal : Konsep dan Implementasinya di
Indonesia. HUMAN FALAH: Volume 5, No. 1 Januari-Juni 2018.

3
Sebagai konsep baru didalam industri pariwisata, tentunya wisata syariah
memerlukan pemahman pengembangan lebih lanjut serta pemahaman yang lebih
komprehensif terkait dengan nilai-nilai keislaman yang diterapkan didalam kegiatan
pariwisata. Dengan penduduk muslim terbesar dunia maka indonesia merupakan pasar
industri wisata syariah terbesar di dunia dan seharusnya disadari oleh pelaku bisnis
pariwisata indonesia hal ini dikarenakan pengembangan wisata syariah yang
berkelanjutan akan memberikan kontribusi ekonomi yang cukup signifikan bagi
seluruh pelaku yang terlibat di dalamnya. 2
Konsep wisata syariah adalah sebuah proses pengintegrasian nilai-nilai
keislaman kedalam seluruh aspek kegiatan wisata. Nilai syariat islam sebagai suatu
kepercayaan dan keyakinan yang dianut umat muslim menjadi acuan dasar dalam
membangun kegiatan pariwisata. Konsep wisata syariah merupakan aktualisasi dari
konsep keislaman dimana nilai-nilai halal dan haram menjadi tolak ukur utama, hal
ini berarti seluruh aspek kegiatan wisata tidak terlepas dari sertifikasi halal yang harus
menjadi acuan bagi setiap pelaku pariwisata. Selain itu, konsep wisata syariah juga
dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang berlandaskan ibadah dan dakwah disaat
wisatawan muslim dapat berwisata serta mengagungi hasil penciptanya, dengan tetap
menjalankan kewajibannya dalam satu hari dan semua ini terafiliasi dengan baik serta
menjauhi dari segala yang dilarang oleh-Nya.
Hal yang fundamental dari wisata syarah teryata adalah pemahaman makna
halal disegala aspek kegiatan wisata mulai dari hotel, sara transportasi, sarana makan
dan minum, sistem keuangan, hingga fasilitas dan penyedia jasa wisata itu sendiri.
Selain itu pemilihan destinasi wisata yang sesuai dengan nilai-nilai syariah islam juga
menjadi pertimbangan utama didalam mengaplikasikan konsep wisata syariah, setiap
destinasi wisata yang akan dituju haruslah sesuai dengan nilai-nilai keislaman, dan
juga masyarakatnya mendukung implementasi nilai-nilai syariah didalamnya.

B. Dasar Hukum
Terdapat beberapa regulasi yang mengatur tentang pariwisata di indonesia
secara umum, dan secara khusus yang bergerak dalam pariwisata syariah. Regulasi
khusus pariwisata syariah adalah :

2
Eka Dewi Satriani. 2018. Wisata Halal : Perkembangan, Peluang, dan Tantangan. Journal of Halal
Product and Research (JHPR). Vol.01. No.02, Mei-November 2018.

4
a. Pengaturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
b. Keputusam Menteri Pariwisata RI Nomo KM.40/UM.001/MP/2018
Tentang Logo Halal Tourism Indonesia dan Logo Pariwisata Halal di
Indonesia. 3

Adapun Fatwa MUI No.108/MUI-DSN/X/2016 tentang pedoman


penyelenggaraan pariwisata syariiah yang dikaji dalam makalah ini memuat berbagai
hal diantaranya yaitu :
1. Terdapat sinergi antara pihak pemerintah, pemeritah daerah, swasta, dan
komunikasi dalam penyelenggaraan pariwisata syariah.
2. Terdapat berbagai akad yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan
pariwisata syariah oleh berbagai pihak dalam melakukan pelayanan atau
bisnis pariwisata syriah tersebut.
3. Prinsip pariwisata syariah adalah terhindar dari tabzir dan israf, serta
mengedepankan kemanfaatn dan kemaslahatan.
4. Tersedianya fasilitas ibadah.
5. Terhindar dari pornografi, pornoaksi, perzinahan, dan obat terlarang.
6. Terhindar dari kemusyrikan dan khurafat.
7. Diarahkan pada ikhtikar untuk refreshing sehingga bisa mentadaburi
keindahan ciptaan Allah.
8. Tersedianya makanan dan minuman halal dan fasilitas lainnya tersertifikasi
halal.
9. Adanya standarisasi dan SDM, dimana karyawan hotel diwajibkan
mengenakan pakaian yang memenuhi prinsip syariah.

C. Kajian Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016


Fatwa ini dianggap perlu untuk dijadikan pedoman dan ditetapkan dengan
berdasarkan pertimbangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Pertimbangannya adalah :

3
Fahrur Ulum. 2016. Inovasi Pariwisata Syariah di Indonesia : Studi Fatwa MUI No.108/MUI-
DSN/X/2016. Jurnal Peradaban Islam.Vol 15. No.1. May 2019.

5
1. Bahwa saat ini sektor pariwiwisata berbasis syariah mulai berkembang di
dunia termasuk indonesia, sehingga memerlukan pedoman
penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah.
2. Bahwa ketentuan hukum mengenai pedoman penyelenggaraan pariwisata
prinsip syariah belum diatur dalam fatwa DSN-MUI.
3. Bahwa atas dasar pertimbangan huruf a dan b , DSN-MUI memandang
perlu ditetapkannya fatwa tentang pedoman penyelenggaraan pariwisata
berdasarkan prinsip syariah.
4. Ketentuan hukum dalam penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip
syariah boleh dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang terdapat dalam
fatwa ini.

Prinsip umum penyelenggaraan pariwisata syariah adalah :


1. Terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadaran, tabdzir/israf, dan
kemunkaran.
2. Menciptakakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara material
maupun spiritual.

Ketentuan terkait para pihak dan akad


1. Pihak-pihak yang berakad dalam penyelenggaraan pariwisata syariah
adalah :
a. Wisatawan
b. Biro perjalanan wisata syariah (BPWS)
c. Pengusaha pariwisata
d. Hotel Syaiah
e. Pemandu wisata
f. Terapis
2. Akad antar pihak dalam penyelenggaraan pariwisata syariah
a. Akad antara wisatawan dengan BPWS adalah akad ijarah.
b. Akad antara BPWS dengan pemandu wisata adalah akad ijarah atau
ju’alah.
c. Akad antara hotel syariah dengan wisatawan adalah akad ijarah.
d. Akad antara hotel syariah dengan BPWS untuk pemasaran adalah akad
wakalah bil ujrah.

6
e. Akad antara wisatawan dengan pengusaha pariwisata syariah adalah
ijarah.
f. Akad antara wisatawan dengan terapis adalah ijarah.
g. Akad untuk penyelenggaraan asuransi wisata, penyimpanan dan
pengelolaan serta pengembangan dana pariwisata wajib menggunakan
kada-akad yang sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan terkait hotel syariah :


1. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan
tindakan asusila.
2. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah
pada kemusyrikan, maksiat, pornografi atau tindakan asusila.
3. Makanan dan minuman yang disediakan hotel syariah wajib telah
mendapatkan sertifikat halal dari MUI.
4. Menyediakan fasilitas, peralatan dan saran yang memadai untuk
pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
5. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang
sesuai syariah.
6. Hotel syariah wajib memiliki pedoman atau panduan mengenai prosedur
pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang
sesuai dengan prinsip syariah.
7. Hotel syariah wajib menggunakan jasa Lembasa Keuanagn Syariah dalam
melakukan pelayanan.4

Ketentuan terkait wisatawan


1. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah dengan menghindarkan diri
dari syirik, maksiat, munkar, dan kerusakan (fasad).
2. Menjaga kewajiban ibadah selama berwisata.
3. Menjaga akhlak mulia.
4. Menghindari destinasi wisata yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.

4
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia “Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016
Tentang Penyelenggara Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah”.

7
Ketentuan destinasi wisata
1. Destinasi wisata wajib diarahkan pada ikhtiar untuk :
a. Mewujdukan kemaslahatan umum
b. Pencerahan, penyegaran dan penenangan
c. Memelihara amanah, keamanan dan kenyaman
d. Mewujudkan kebaikan yang bersifat universal dan inklusif
e. Memelihara kebersihan, kelestarian alam, sanitasi, dan lingkungan
f. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal yang tidak
melanggar prinsip syariah
2. Destinasi wisata wajib meliki
a. Fasilitas ibadah yang layak pakai, mudah dijangkau dan memenuhi
prinsip syariah
b. Makanan dan minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan
sertifikat MUI.
3. Desrinasi wisata wajib terhindar dari :
a. Kemusyrikan dan khufarat
b. Maksiat, zina, pronografi, minuman keras, judi dan narkoba
c. Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang bertentangan prinsip-
prinsip syariah.

Ketentuan Spa, Sauna dan Massage


1. Menggunakan bahan yang halal dan tidak najis yang terjamin kehalalannya
dengan sertifikat halal MUI.
2. Terhindar dari pornoaksi dan pornografi
3. Terjaganya kehormatan wisatawan
4. Terapis laki-laki hanya boleh malakukan spa, sauna, dan massage kepada
wisatawan laki-laki, begitupun pada wanita.

Ketentuan terkait pemandu wisata syariah


1. Memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam
menjalankan tugas, terutama yang berkaitan dengan fikih pariwisata
2. Berakhlak mulia, komunikatif, ramah, jujur dan bertanggung jawab

8
3. Memiliki kompetensi kerja sesuai standar profesi yang berlaku yang
dibuktikan dengan sertfikat
4. Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan prinsip-prinsip
syariah.

Ketentuan terkait biro perjalanan wisata syariah


1. Menyelenggarakan paket wisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
2. Memliki daftar akomodasi dan destinasi wisata yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah
3. Memiliki daftar penyedia makanan dan minuman halal yang memiliki
sertifikat halal MUI
4. Menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan
pelayananjasa wisata, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan. lembaga
penjamin, maupun dana pensiun
5. Mengelola dana dan investasinya wajib sesuai dengan prinsip syariah
6. Wajib meiliki panduan wisata yang mencegah terjadinya pornografi.
poronaksi, syirik, khifarat, maksiat, minuman keras, narkoba dan judi.

D. Implementasi
Dalam rangka pengimplementasian Penyelenggaran Pariwisata Berdasarkan
Prinsip Syariah, penulis menyajikan sebuah contoh penerapan prinsip syariah pada
penyelenggara program pariwisata pada sebuah jurnal yang berjudul “Desa Wisata
Halal : Konsep dan Implementasinya di Indonesia”.5
Contoh konkrit implementasi Penyelenggaran Pariwisata Berdasarkan Prinsip
Syariah yaitu dengan adanya Desa Wisata Halal (DWH)yang berada di Desa Setangor
yang dirintis oleh Ida Wahyuni. Perempuan ini telah menjadikan Desa Setangor
sebagai Desa Wisata Halal di Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang
memiliki potensi yang strategis untuk menyambut turis yang datang dengan segudang
ragam wisata yang disajikan. Dalam merintis Desa Wisata Halal ini, pemilik menolak
segala bentuk riba, pemilik lebih membangun secara perlahan ketimbang mengambil
pinjaman di bank dengan konsep riba.

5
Hendri Hermawan Adinugraha.2018. Desa Wisata Halal : Konsep dan Implementasinya di
Indonesia. HUMAN FALAH: Volume 5, No. 1 Januari-Juni 2018.

9
Semenjak awal mulanya, pemilik telah merancang brandingdesa wisata halal
untuk Desa Stangor ini. Konsep desa wisata halal Desa Stangor tergolong unik dan
lengkap jika dibandingkan desa wisata yang sudah ada. Tercatat 14 dusun di desa ini
menawarkan masing-maisng konsep wisata yang dikemas dalam sejumlah paket
wisata. Mulai dari wisata budaya, wisata pendidikan, wisata agrobisnis, wisata
kuliner, wisata sosial, dan wisata religi. Wisata religi yang berada dalam kemasan
Desa Wisata Halal (DWH) sangat menarik, dimana pengunjung bisa mengaji ayat-
ayat suci Al Qur’an ditengah hamparan sawah. Wisata mengaji di tengah sawah ini
memberikan penglaman baru bagi setiap wisatawan yang datang. Hal ini juga selaras
dengan program “Maghrib Mengaji” yang diinisiasi oleh gubernur NTB pada saat itu.
Desa Stangor ini sendiri merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki
karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan pariwisata dengan tujuan untuk
melihat, mempelajari, dan membeli semua produk/jasa halal di desa tersebut.
Masyarakat diajak untuk berkreasi menciptakan wisata dan produk halal dari potensi
yang ada di desa tersebut. Praktik bisnis Desa wisata halal yang dibimbing oleh visi
spritual diharapkan mampu mengantarkan sesoarang untuk mencapai makna, tujuan
dan nilai yang lebih agung. Diantara tujuan berwisata dalam Al Qur’an adalah :
1. Untuk mengenal Allah SWT sebagai Al-Khaliq dan meningkatkan nilai
spiritual.
2. Berbisnis membuka peluang usaha sebagai salah satu pemberdayaan
potensi daerah.
3. Menambah wawasan Keilmuan.

E. Review Karya Tulis (Jurnal, Skripsi, Tesis, dan Disertasi)


1. Identitas (Nama, Judul, Tahun)
Skripsi : “IMPLEMENTASI PARIWISATA SYARIAH DI GUEST HOUSE
SYARIAH BERDASARKAN FATWA DSN-MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA
BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH”. Karya :Lely Lusiana Budianti, Tahun
2019.6

6
Lely Lusiana Budianti. 2019. “Implementasi Pariwisata Syariah Di Guest House Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah” Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Tulung Agung.

10
2. Latar Belakang
Dengan adanya perkembanagn yang sangat luar biasa khususnya dibidang
pariwisata yang bersifat konvensional (massal, hiburan, dan hanya melihat-lihat)
menjadi pengarah pemenuhan gaya hidup (lifestyle). Trend wisata syariah sebagai
salah satu pemenuhan gaya hidup saat ini telah menjadi kekuatan pariwisata dunia
yang mulai berkembang pesat. Melihat kondisi yang mana tidak adanya peraturan
mengenai pariwisata halal dan juga atas permintaan beberapa pihak, maka pada
akhir 2016 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
mengeluarkan fatwa yang mengatur mengenai penyelenggaraan pariwisata halal di
indonesia. Fatwa ini mengatur tentang keseluruhan kegiatan pariwisata syariah,
dari ketentuan akad yang dilakukan, ketentuan hotel, destinasi wisata, SPA,
Sauna, Massage, biro perjalanan, maupun ketentuan mengenai pemandu wisata.

3. Rumusan Masalah
a. Apakah Granada Guest House Syariah Kota Malang sudah sesuai dengan
prinsip umum dalam pedoman Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016 ?
b. Bagaimana implementasi pariwisata syariah berdasarkan Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggara Pariwisata
Syariah diterapkan pada Granada Guest House Syariah Kota Malang ?

4. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif dan jenis
penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan
teknik analisa data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verivikasi.

5. Temuan
1. Analisis penerapan prinsip umum dalam pedoman Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016 pada Granada Guest House Syariah Kota Malang.
2. Analisis implementasi Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016 Tentang
Penyelenggaran Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah di Granada Guest
House Syariah Kota Malang.

11
6. Analisis Karya Tulis
1. Kesesuaian penerapan prinsip umum dalam pedoman Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prinsip umum penyelenggaraan
pariwisata syariah pada Granada Guest House Syariah Kota Malangsudah
sesuai dengan prinsip yang terdapat didalam Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-
MUI/X/2016, karena syarat-syarat sebagaimana prinsip syariah dalam
penyelenggaraan pariwisata syariah sudah terlaksana. Dengan menunjukan
ikhtiar yang baik untuk menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatn serta
mencegah kemafsadatan baik secara materil maupun secara spiritual.
2. Kesesuaian Implementasi Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016
Implementasi Penyelenggaraan pariwisata syariah di Granada Guest House
Syariah Kota Malang sebagaimana yang terdapat dalam Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016 dapat terlihat dari ketentuan terkait para pihak –
pihak yang berakad susah sesuai dengan aturan Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016 poin 2 hurufd yaitu, menggunakan akad ijarah.
Hanya saja Granada Guest House Syariah Kota Malang belum mendapatkan
sertifikasi halal dari DSN-MUI, dan menurut ketentuan Fatwa DSN-MUI
No.108/DSN-MUI/X/2016 dalam transaksinya masih menggunakan jasa bank
konvensional . Akan tetapi jika secara praktis sudah dapat dikatan sebagai
guest house syariah, karena telah menjalankan prinsip-prinsip umum dalam
penyelenggaraan pariwisata syariah, Namun jika ditinjau dari aspek
pengelolaanya belum sepenuhnya mengikuti prinsip syariah karena dalam
melakukan transaksinya masih menggunakan jasa bank konvensional.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sektor pariwisata memiliki kontribusi yang positif dalam meningkatkan
perekonomian satu daerah ataupun negara. Wisata halal merupakan implementasi
perwujudan dari nuansa religius yang tercakup didalam aspek mu’amalah sebagai
pengejawatan aspek kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi yang berlandaskan
prinsip-prinsip syariah. Praktik wisata dalam perspektif syariah senantiasa
dilamdaskan terwujudnya kebaikan (Maslahah) bagi masyarakat secara agregaat dan
simultan. Oleh karena itu dengan adanya Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-MUI/X/2016
Tentang Pedoman Penyelenggara Pariwisata Syariah menjadi pedoman dalam
mengatur keseluruhan kegiatan pariwisata syariah, dari ketentuan akad yang
dilakukan, ketentuan hotel, destinasi wisata, SPA, Sauna, Massage, biro perjalanan,
maupun ketentuan mengenai pemandu wisata.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia “Fatwa DSN-MUI No.108/DSN-


MUI/X/2016 Tentang Penyelenggara Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah”.

Lely Lusiana Budianti. 2019. “Implementasi Pariwisata Syariah Di Guest House Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah” Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum IAIN Tulung Agung

Hendri Hermawan Adinugraha.2018. Desa Wisata Halal : Konsep dan Implementasinya di


Indonesia. HUMAN FALAH: Volume 5, No. 1 Januari-Juni 2018.

Fahrur Ulum. 2016. Inovasi Pariwisata Syariah di Indonesia : Studi Fatwa MUI
No.108/MUI-DSN/X/2016. Jurnal Peradaban Islam.Vol 15. No.1. May 2019.

Eka Dewi Satriani. 2018. Wisata Halal : Perkembangan, Peluang, dan Tantangan. Journal of
Halal Product and Research (JHPR). Vol.01. No.02, Mei-November 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai