Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INDUSTRI PARIWISATA HALAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“EKONOMI DAN BISNIS ISLAM”

Dosen Pengampu :

Moh. Farih Fahmi, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Elsa Ayu Triana (126405203242)


2. Rosyidul Fadli (126405203253)
3. Tasya Futukha Sa’adah (126405203256)
4. Apriliana Chusnul Chotimah (126405203262)
5. Tri Awang Saputra (126405203266)

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Industri Pariwisata Halal” tepat pada waktunya.

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Syariah
yang dibimbing oleh bapak Moh.Farih Fahmi,S.Pd,M.Pd. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Adapun kesalahan dalam penyusunan kata,
kalimat, atau pun ejaan, berasal dari keterbatasan wawasan dan pengetahuan serta ketidak
sengajaan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berkah yang melimpah,
bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 06 Sebtember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1

C. Tujuan Penulis .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Pariwisata Dan Wisatawan ......................................... 3

B. Definisi Pariwisata Syariah ........................................................... 3

C. Kriteria Wisata Halal Perspektif Global Muslim Travel Index .... 4

D. Perbedaan Antara Wisata Halal Dan Syariah ............................... 4

E. Wisata Halal Perspektif Maqoshid Syariah .................................. 5

F. Potensi Wisata Halal Di Indonesia ............................................... 6

G. Pemasaran Pariwisata Halal .......................................................... 7

H. Industri Pariwisata Halal ............................................................... 8

I. Kelembagaan Pariwisata Halal (Keorganisasian Pariwisata


Halal, Pengembangan SDM Pariwisata Halal) ............................. 9

J. Kondisi Pariwisata Halal Di Indonesia ......................................... 11

K. Urgensi Jaminan Produk Halal ..................................................... 11

L. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal ..................................... 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................... 15

B. Saran ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pariwisata dalam perkembangannya saat ini tengah memasuki tren dengan
mengangkat unsur – unsur lingkungan dan sosial dengan tujuan untuk menarik minat
wisatawan sebagai konsumen yang dilansir dari Travel Trend Report 2017 (Burkhard
dkk, 2016, hlm. 9). Berbagai bentuk wisata mengangkat nilai - nilai lingkungan dan
sosial yang menyajikan aspek budaya, seperti agama, adat istiadat, ataupun kesenian
kini tengah menjamur sehingga menjadi tren yang sedang menjadi incaran di kalangan
wisatawan. Salah satu tren wisata yang tengah berkembang di dunia dengan latar
belakang agama sebagai prosedur berwisata, khususnya di Indonesia dikenal dengan
istilah Wisata Halal.
Wisata halal merupakan bagian dari industri pariwisata nasional maupun
internasional tertuju pada wisatawan Muslim yang mengacu pada nilai – nilai, budaya,
dan aturan yang terdapat dalam ajaran Islam. Kebutuhan individu yang berkaitan erat
dengan wisata halal seperti ketersediaan musala untuk beribadah, adanya panduan arah
kiblat pada penginapan, kawasan tanpa minuman beralkohol, pemisahan tempat laki –
laki dan perempuan pada fasilitas kolam renang ataupun spa, dan penyedia jasa layanan
transportasi yang memudahkan wisatawan muslim untuk beribadah.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian pariwisata dan wisatawan!
2. Jelaskan definisi pariwisata syariah!
3. Apa yang dimaksud kriteria wisata halal perspektif global muslim travel index?
4. Apa yang di maksud perbedaan antara wisata halal dan syariah?
5. Apa yang dimaksud wisata halal perspektif maqoshid syariah?
6. Apa yang dimaksus potensi wisata halal di Indonesia?
7. Apa yang dimaksud pemasaran pariwisata halal?
8. Apa yang dimaksud industri pariwisata halal?
9. Apa yang dimaksud kelembagaan pariwisata halal (keorganisasian pariwisata
halal, pengembangan sdm pariwisata halal)?
10. Bagaimana kondisi pariwisata halal di Indonesia?

1
11. Apa yang dimaksud urgensi jaminan produk halal?
12. Apa yang dimaksud strategi pengembangan pariwisata halal?
C. Tujuan Penulisaan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar semua mahasiswa/i mampu memahami
tentang Industri Pariwisata Halal.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pariwisata dan Wisatawan
a) Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata baru muncul di masyarakat pada abad ke-18 setelah
revolusi industri Inggris. Pariwisata berasal dari kegiatan wisata (tour), yakni
suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat
tinggal sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain melakukan kegiatan yang
bisa menghasilkan upah atau gaji.
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk,
tinggal, dan pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota
atau wilayah tertentu. Selain itu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai macam fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
b) Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat
kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau hanya umtuk
sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya.
Pengelompokan orang-orang yang dapat disebut wisatawan:
 Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan
keluarga, kesehatan, dan lain-lain
 Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan atau tugas
tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintah, diplomasi, agama, olahraga,
dll
 Mereka yang melakukan perjalanan dengan tujuan usaha
Sedangkan yang tidak dapat dikategorikan sebagai wisatawan seperti
berikut:
 Mereka yang datang baik dengan maupun tanpa kontrak kerja, bertujuan
mencari pekerjaan atau mengadakan kegiatan usaha di suatu Negara
 Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu
negara
B. Definisi Pariwisata Syariah

3
Secara sederhana pariwisata Syariah bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan
wisata yang didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang sesuai dengan
prinsip Syariah. Adapun yang dimaksud dengan prinsip Syariah adalah prinsip hukum
islam terkait berbagai kegiatan pariwisata berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
Lembaga yang berwenang. Di Indonesia Lembaga yang dimaksud adalah Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa pariwisata Syariah harus
terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama dengan menyediakan berbagai fasilitas
seperti makanan halal, hotel/tempat tinggal yang dilengkapi dengan berbagai perangkat
ibadah sholat, dll.
C. Kriteria Wisata Halal Perspektif Global Muslim Travel Index
Menurut Sofyan (2012), definisi wisata halal lenih luas dari wisata religi yaitu
wisata yang didasarkan pada nilai-nilai Syariah islam. Seperti yang danjurkan oleh
World Tourism Organization (WTO), konsumen wisata halal bukan hanya umat
muslim tetapi juga non muslim yang ingin menikmati kearifan local. Pemilik jaringan
Hotel Sofyan menjelaskan, kriteria umum wisata halal ialah:
a. Memiliki orientasi kepada keaslahatan umum
b. Memiliki orientasi pencerahan, penyegaran, dan ketenangan
c. Menghindari kemusyrikan dan khurafat
d. Bebas dari maksiat
e. Menjaga keamanan dan kenyamanan
f. Menjaga kelestarian lingkungan
g. Menghormati nilai-nilai social budaya dan kearifan lokal
D. Perbedaan Wisata Halal Dan Syariah

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia berusaha


menyajikan pelayanan terbaik khususnya bagi para turis asing yang berasal dari Timur
Tengah. Salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan dan membangun berbagai
macam wisata religi, syariah, dan halal. Namun demikian, seiring berjalannya waktu,
program ini mendapat pro dan kontra, khususnya di wilayah-wilayah yang mayoritas
didiami masyarakat non-Muslim. Contohlah Bali. Wacana wisata halal yang hendak
diterapkan pada Pulau Dewata dianggap mengganggu norma budaya dan adat yang
sudah terbangun selama ratusan tahun di sana. Masyarakat menilai program ini hanya

4
tepat dilaksanakan di daerah mayoritas Muslim saja, tidak perlu sampai menyinggung
wilayah lain.

Bicara tentang wisata halal, maka kita harus menengok pada Peraturan Presiden
(Perpres) RI No. 50 Tahun 2011. Aturan ini membahas tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional, secara khusus pada pasal 14 ayat 1. Kalau
disarikan, intinya, wisata halal adalah sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai religi yang menjadi destinasi atau sasaran kunjungan wisatawan,
khususnya dalam hal ini adalah falsafah Islam. Biasanya, wisata halal selalu berupa
tempat ibadah umat Muslim ataupun kompleks peziarahan para tokoh agama yang
dihormati, contohnya Masjid Raya Baiturrahman di Aceh atau makam para Walisongo.

Sebelum membahas poin ini, kita harus kembali pada definisinya dahulu. Intinya,
hukum syariah Islam adalah segala bentuk peraturan yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat. Nah, kalau dikaitkan dengan
wisata syariah, artinya destinasi turis ini harus berlandaskan prinsip dan nilai sesuai
dengan ajaran Islam. Misalkan saja pemisahan tempat antara pria dan wanita, tidak
boleh adanya praktik riba, tidak boleh menjual kuliner non halal, menggunakan pakaian
yang menutup aurat, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa tempat
wisata yang menerapkan program ini. Contohnya adalah Pantai Santen yang berlokasi
di Banyuwangi. Di kawasan ini, pihak pengelola sudah menerapkan aturan untuk
memisahkan pengunjung perempuan dan lelaki ke spot yang berbeda.

E. Wisata Halal Prespektif Maqoshid Syariah


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variable-variabel yang terdapat dalam
wisata yang berkonsep halal dan thayyib yang disesuaikan dengan 5 prinsip dalam
maqashid syariah, yaitu perlindungan terhadap jiwa, perlindungan terhadap harta,
perlindungan terhadap keturunan, perlindungan terhadap agama, dan perlindungan
terhadap nyawa. Pengembangan destinasi pariwisata halal di Indonesia menjadi pusat
perhatian masyarakat, karena mempunyai potensi yang sangat besar. Hal ini bisa dilihat
dari semangat religius masyarakat di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, potensi
sumber daya alam yang sangat menarik untuk dikembangan menjadi destinasi
pariwisata halal yang menarik. Di Indonesia beberapa tempat sudah ada destinasi yang
dinyatakan sebagai destinasi pariwisata halal, namun banyak juga yang menilai bahwa
pariwisata halal masih sebagai trend dan brand, karena substansi halal sebagian saja

5
seperti resto dan hotel. Dengan demikian sangat penting untuk dihadirkan prinsip
syariah yang menjadi dasar atau pedoman dalam implementasi konsep halal dengan
menghadirkan beberapa variable-variabel dalam pengembangan potensi wisata halal di
Indonesia sebagai ukuran. Penelitian ini menggunakan study literature serta
menggunakan analisis kualitatif deskriptif.
F. Potensi Wisata Halal di Indonesia
Indonesia memiliki banyak potensi dalam bentuk pemandangan alam yang bagus
dengan 17.100 pulau dan 742 bahasa. Selain itu, Indonesia, yang memiliki populasi 250
juta jiwa, adalah negara kepulauan terbesar dengan panjang 5.120 km dari barat ke
timur dan 1.760 km dari utara ke selatan. Indonesia sendiri merupakan penduduk
dengan populasi umat Muslim terbanyak (88% dari populasi) dan 12,7% muslim di
dunia ada di Indonesia (The Pew Forum on Religion & Public Life, 2018). Berdasarkan
hal tersebut, pengembangan pariwisata halal di masa depan dianggap menjanjikan dan
potensial . Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2014),
diketahui bahwa potensi wisata. dianggap baik dan wisatawan setuju dengan konsep
pariwisata halal. Dari segi konsep, 48% responden setuju dengan konsep wisata halal.
Dalam hal kebutuhan, 68% responden menekankan bahwa pariwisata halal memiliki
urgensi yang tinggi dalam implementasinya. Dari segi kesesuaian, 60% responden
setuju bahwa pariwisata halal sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hal ini, nilai yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan adalah harapan
kenyamanan dan ketenangan dalam perjalanan tanpa melupakan nilai-nilai Islam. Nilai
ini didukung oleh meningkatnya masyarakat muslim kelas menengah yang memiliki
kesadaran tinggi dalam halal suatu produk (Alim, Riansyah, Hidayah, Muslimin &
Adityawarman, 2015). Itu membuat pariwisata halal memiliki potensi besar untuk
dikembangkan mengikuti permintaan pasar yang ada.
Indonesia bersinergi dengan banyak pihak untuk mengembangkan pariwisata
halal (halal tourism), misalnya Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan Dewan
Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Sertifikasi
Bisnis (LSU). Bentuk konkret kerja sama adalah dengan mengembangkan pariwisata
dan mempromosikan nilai-nilai budaya dan agama yang kemudian akan diuraikan
dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Jaelani, 2017). Selain itu,
pelatihan sumber daya manusia, penjangkauan, dan pengembangan kapasitas
juga dilakukan. Pemerintah juga bekerja sama dengan Asosiasi Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) untuk menyediakan penginapan dan tempat makan halal yang dapat
6
menyajikan menu makanan halal, dan bekerja sama dengan Asosiasi Wisata dan
Perjalanan Indonesia (ASITA) untuk membuat paket wisata halal ke tempat wisata.
keagamaan. Meskipun pariwisata halal tidak hanya terbatas pada wisata religi
(Kementerian Pariwisata, 2015). Kementerian Pariwisata (2015) dalam laporannya
mencatat bahwa ada 13 provinsi yang siap menjadi tujuan wisata halal, yaitu Aceh,
Banten, Sumatera Barat, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan , Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bali.
Kementerian Pariwisata Indonesia sejauh ini telah mengembangkan dan
mempromosikan bisnis jasa di bidang perhotelan, restoran, agen perjalanan, dan spa di
12 tujuan wisata Islam. Pengembangan tersebut dilakukan di sejumlah kota yaitu Aceh,
Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Semarang,
Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan (Alamsyah, I. E, 2018).
Pasar wisata halal adalah salah satu penyumbang pertumbuhan segmen pariwisata
yang paling cepat. Proyeksi pada 2020 kontribusi wisata halal ditargetkan menyumbang
35% atau $300 juta ke sektor ekonomi global (Direktur Mastercard Indonesia, 2018).
Indonesia juga telah meraih penghargaan “World’s Best Halal Travel Destination” versi
GMTI 2019. Sedangkan destinasi regional Indonesia yang meraih penghargaan “Best
Halal Travel Destination” versi Indonesia Muslim Travel Index 2019 adalah Lombok.
Data pariwisata syariah di Indonesia mulai dari tahun 2013, yaitu terdaoat 37 hotel
syariah bersertifikasi baru dan sebanyak 150 hotel menuju operasi syariah. Demikian
juga.
G. Pemasaran Pariwisata Halal

Agar arah pemasaran dapat terukur dan di ukur secara berkala perlu adanya
capaian akhir yang diinginkan. Dalam menyusun capaian akhir, perlu mengacu kepada
konsep SMART, yaitu:

1. Spesific. Tujuan yang disusun harus khas atau khusus sehingga fokus.
2. Measurable. Tujuan yang disusun harus dapat diukur secara tepat.
3. Achievable. Tujuan yang disusun harus dapat diraih, sehingga membutuhkan data
sebagai tolak ukur.
4. Realistic. Tujuan yang disusun harus masuk akal, sehingga memiliki dasar yang
kuat dalam mencapainya.
5. Timely. Tujuan yang disusun harus memiliki jangka waktu yang jelas.

7
Dalam penyelenggaraannya pemasaran pariwisata halal terdiri dari enam bagian
antara lain:

1. Pengembangan pasar sasaran pariwisata halal


2. Pengembangan citra
3. Pariwisata halal
4. Pengembangan strategi pemasaran pariwisata halal
5. Pengembangan strategi promosi pariwisata halal, pengembangan strategi media
6. Pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata halal
H. Industri Pariwisata Halal
Industri pariwisata halal merupakan kumpulan usaha pariwisata halal yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
muslim. Dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan muslim, secara bertahap
disusun kriteria usaha pariwisata halal terhadap 13 (tiga belas) bidang usaha pariwisata
seperti yang tercantum di Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.

Usaha pariwisata meliputi, antara lain:

1. Daya tarik wisata


2. Kawasan pariwisata
3. Jasa transportasi wisata
4. Jasa perjalanan wisata
5. Jasa makanan dan minuman
6. Penyediaan akomodasi
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
9. Jasa informasi pariwisata
10. Jasa konsultan pariwisata
11. Jasa pramuwisata
12. Wisata tirta
13. Spa

Pengusaha pariwisata yang telah memperoleh sertifikat usaha pariwisata yang


dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) Bidang Pariwisata, dapat
menyelenggarakan usaha pariwisata halal berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang

8
diatur dalam Peraturan Menteri. Syarat wisata halal berdasarkan Global Muslim Travel
Index (GMTI) antara lain:

1. Destinasi ramah keluarga


2. Layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah muslim
3. Kesadaran halal dan pemasaran destinasi
4. Keamanan umum bagi wisatawan muslim
5. Jumlah kedatangan wisatawan muslim yang cukup ramai
6. Pilihan makanan dan jaminan halalnya
7. Akses ibadah yang mudah dan baik
8. Fasilitas di bandara yang ramah muslim
9. Opsi akomodasi yang memadai
10. Kemudahan komunikasi
11. Jangkauan dan kesadaran kebutuhan wisatawan muslim
12. Konektivitas transportasi udara

I. Kelembagaan Pariwisata Halal (Keorganisasian pariwisata halal, pengembangan


SDM pariwisata halal)
Dalam sambutan konferensi bertajuk Internasional Halal Standard: Make the
Frontier Global Trade dalam Sidang Tahunan World Halal Food Council (WHFC) di
Jakarta pada 17 Januari 2012, Ketua MUI, KH. Amidhan menyatakan bahwa ketentuan
halal bukan hanya ketetapan yang berlaku untuk kaum Muslimin saja secara terbatas
melainkan juga sebagai kebutuhan bagi umat manusia sebagaimana diisyaratkan oleh
Allah SWT. dalam Alquran yang memerintahkan umat manusia untuk mengkonsumsi
produk/makanan yang halal. Ini mengisyaratkan bahwa pariwisata halal dapat dinikmati
oleh semua elemen baik muslim maupun non muslim.(Mathew dkk., 2014) Untuk dapat
melayani semua kalangan maka diperlukan suatu strategi penguatan kelembagaan
pariwisata halal. Dalam hal ini, semua stakeholder yang saling terkait satu sama lain,
seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, para pelaku bisnis wisata, Asosiasi
Perhotelan, MUI dan lain sebagainya dalam rangka menyatukan visi dan misi serta
tujuan untuk dapat bersama-sama mengembangkan pariwisata halal di Indonesia.
Sektor Pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat Indonesia. Keberhasilan pengembangan pariwisata

9
menghasilkan peningkatkan aliran devisa ke dalam negeri dan memperkuat mata uang
rupiah serta menciptakan kegiatan ekonomi lanjutan seperti pengembangan hotel,
restoran dan lain-lain yang mampu menciptakan lapangan kerja, peningkatan daya beli
baru, pemakaian jasa transportasi. Dengan demikian, diperlukan strategi penguatan
kelembagaan karena akan dapat membantu Pemerintah dalam melakukan sosialisasi
dan implementasi unsur-unsur sapta pesona dalam kegiatan kepariwisataan, diantaranya
adalah dengan adanya pembinaan dan penyuluhan tentang pariwisata halal, pelatihan
SDM pariwisata halal, dan memudahkan dalam koordinasi dan terwujudnya sinergisitas
yang baik antar semua lembaga.
Banyak peran lembaga-lembaga baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
pelaku bisnis pariwisata halal, organisasi, asosiasi yang berkaitan dengan pariwisata
halal serta masyarakat sekitar yang dapat mengelola pariwisata halal dengan cara
menanamkan kesadaran dalam merintis pengembangan potensi pariwisata halal,
memiliki pengetahuan tentang konsep pariwisata halal, mampu melayani wisatawan
dengan ramah dan membuat nyaman serta memiliki kemampuan untuk memproduksi
atau membuat souvenir atau cinderamata serta mampu mengelola atraksi wisata.
Bilamana secara kelembagaan sudah kuat, maka capaian terhadap pengembangan
pariwisata halal akan terealisasi dengan mudah.
Selama ini Dinas pariwisata berusaha meningkatkan kualitas SDM dengan
melakukan pembinaan-pembinaan, diantaranya adalah pembinaan kepada pedagang,
pembinaan, kepada pokdarwis, pembinaan kepada pelaku usaha penginapan. Materi
yang disampaikan beragam, salah satunya adalah mengenai produk wisata halal, “jadi
itu (sosialisasi wisata halal) bareng-bareng dengan kegiatan pembinaan pedagang,
disitu ada jam didalam JPL (jumlah jam pelajaran) nya itu materi tentang wisata halal”
ujar Kasubbag perencanaan. Narasumber yang mengisi kegiatan tersebut biasanya dari
praktisi, MUI atau pun Ormas Islam yang berkompeten terhadap materi yang di
sampaikan, namun narasumber yang secara khusus dari Lembaga terkait sertifikasi
halal belum belum ada.
Meningkatkan SDM berarti meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pelaku
usaha wisata, khususnya di Pantai Nguyahan untukmemberikan pelayanan kepada
pengunjung dengan baik dan benar. Terkait SDM wisata Halal Deputi Pengembangan
SDM Pariwisata Kementrian Pariwisata mengatakan di dalam acara Award Forum
Travel Partner Indonesia (FTPI) di Jakarta “kalau kita bicara halal tourisme kita belum
memiliki standard untuk SDM” (Muhyidin, 2017) oleh karenanya belum ada indikator
10
tetap untuk menentukan standad SDM, namun perlu memberi pemahaman untuk
mengimplementasikan prinsip Islam dalam menyajikan objek wisata, sehingga dapat di
wujudkan Wisata halal yang ideal. Berdasarkan observasi dan wawancara penyusun
dengan masyarakat dan pengelola Pantai Nguyahan kesiapan SDM dalam mendukung
pengembangan SDM wisata halal telah siap, namun belum ada bentuk sosialisasi atau
pelatihan terkait wisata halal yang di selenggarakan.
J. Kondisi Pariwisata Halal di Indonesia
Di Indonesia, wisata halal berkembang pesat. Menurut laporan Global Muslim
Travel Index 2019 (GMTI) yang menilai kualitas wisata halal dari segi akses,
komunikasi, lingkungan, dan pelayanan, Indonesia berada di peringkat pertama dari
130 negara tujuan utama wisata ramah muslim. Di tahun 2018, Indonesia berada di
posisi kedua setelah Malaysia.
Kementerian Pariwisata pertama kali mengumumkan Indeks Pariwisata Indonesia
(IPI) yang mengacu pada Travel and Tourism Competitive Indeks (TTCI) World
Economic Forum dan United Nations World Organization yang disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia untuk mengukur kesiapan daerah tujuan wisata. Sejumlah
indikator lain juga diterapkan, seperti policy support (prioritas pariwisata, keterbukaan
regional, daya saing harga, environment sustainability), tourism enabler (lingkungan
bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, SDM dan tenaga kerja, kesiapan teknologi
informasi), infrastructure (infrastruktur bandara, infrastruktur pelabuhan dan darat,
infrastruktur pelayanan pariwisata), dan natural & cultural resources (sumber daya alam
dan sumber daya budaya).
Berdasarkan IPI tersebut, daya saing tertinggi industri pariwisata Indonesia masih
didominasi di kota-kota besar. Denpasar, Bali menduduki peringkat IPI tertinggi
dengan skor 3,81 dari rentang skala 0 sampai 5. Berikut 10 kabupaten dan kota dengan
peringkat tertinggi Indeks Pariwisata Indonesia.
K. Urgensi Jaminan Produk Halal
Meningkatnya jumlah populasi muslim dunia menjadi pemicu utama naiknya
trend produk halal. Dengan jumlahnya yang semakin meningkat, maka  kebutuhan
muslim dunia juga akan ikut meningkat. Melihat respon positif dari dunia, gaya hidup
halal menjadi mudah diterapkan di seluruh belahan dunia. Terlebih dari itu Alqur'an
dan Hadis sebagai sumber hukum umat Islam, telah membuat panduan dengan jelas dan
terang halal dan haram, dimana selayaknya umat islam di dunia harus menerapkan hal
tersebut baik ketika memilih makanan halal bahkan sampai pada pariwisata halal.
11
Seorang konsumen Muslim, tentu wajib memilah dan memilih setiap produk yang
dikonsumsinya. Karena, makanan yang dimakan, dan hal-hal lainnya bukan dijadikan
najis semata. Misalkan makanan juga diserap dan dimetabolisme ke dalam sistem
pencernaan dan beredar ke seluruh bagian tubuh, termasuk otak dan jantung. Konsumsi
makanan bagi umat Muslim sekadar ditempatkan sebagai aktivitas netral atau bersifat
jasmaniah semata. Halal atau haram mengandung nilai-nilai ritual atau ibadah yang
diyakini para pemeluknya. Ibadah tersebut terejawantahkan melalui pilihan pada
makanan-makanan yang bersifat halal untuk dipilih.
Jika masyarakat sudah teredukasi dan peduli akan pentingnya kehalalan,
Indonesia akan menjadi role model dunia halal. Bangsa Besar adalah bangsa yang bisa
menangkap peluang dan tanda zaman serta berpikir jauh ke depan, halal tidak sekedar
kebutuhan umat Islam, melainkan sudah menjadi trend  global, yang bersifat universal
yang tidak hanya booming di masyarakat muslim saja, tetapi sudah menjadi urusan
banyak kalangan. Banyak negara maju di Asia, Eropa dan Amerika, telah
mengkonsentrasikan diri pada bidang wisata halal.
Percepatan edukasi dan implementasi ini ditandai dengan perpanjangan tangan
pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang
bertugas memberikan sertifikat halal produk makanan dan minuman, serta jenis produk
lainnya. BPJPH  diresmikan 11  Oktober 2017 merupakan badan yang menjalankan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang disahkan
pada 17 Oktober 2014 dalam memenuhi kewajiban (mandatory) sertifikasi halal yang
semakin dekat, yakni 17 Oktober 2019, adanya Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH) ini diharapkan mendapat dukungan dari masyarakat luas agar dapat
mengkonsumsi produk halal bukan hanya menjadi life style tetapi sudah menjadi
kebutuhan hidup kita. Ketika kita (masyarakat) mau memilih produk apapun sudah
seharusnya berkaca pada produk-produk halal yang telah sertifikasi oleh BPJH. BPJPH
adalah badan yang dibentuk oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan Jaminan Produk
Halal (JPH) terhadap sejumlah produk yang dikonsumsi masyarakat. Penyelenggaraan
tersebut bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan
produk dan meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan
menjual produk halal. Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia wajib bersertifikat halal.  Tentunya BPJPH ini dapat bersinergi dengan MUI
dalam proses penerbitan sertifikat halal.
12
Indonesia menorehkan prestasi sebagai winner di level internasional dengan
diraihnya peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik didunia versi GMTI
(Global Muslim Travel Index) 2019, yang diumumkan oleh CrescentRating –
Mastercard. Tahun 2019 akhirnya Indonesia menduduki peringkat pertama wisata halal
dunia versi GMTI 2019, bersanding dengan Malaysia. Indonesia menduduki peringkat
pertama wisata halal dunia, bersanding dengan Malaysia, dengan total skor 78. Selain
Indonesia dan Malaysia, urutan ranking wisata halal dunia versi GMTI diraih oleh
Turki di posisi ketiga (skor 75), Arab Saudi di posisi keempat (skor 72), serta Uni
Emirat Arab di posisi kelima (skor 71). Negara lain yang masuk dalam top 10 wisata
halal dunia lainnya antara lain Qatar (skor 68), Maroko (skor 67), Bahrain (skor 66),
Oman (skor 66), dan Brunei Darussalam (skor 65).
Wisata halal akan menjadi pilihan hidup masyarakat dunia, karena pada
prinsipnya, implementasi kaidah halal itu berarti menyingkirkan hal-hal yang
membahayakan bagi kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa yang
diberikan, dan tentu memberikan kebaikan atau kemaslahatan secara umum. Wisata
halal merupakan salah satu bidang yang mendominasi perdagangan bebas. Iklim wisata
global akan dipengaruhi dengan kuat oleh negara-negara yang mampu menguasai bisnis
pangan dunia. Kompetisi perdagangan bebas menekankan pada harga dan kualitas.
Sebuah teori kunci untuk perdagangan;  yang harus dipahami adalah bahwa
pertumbuhan suatu bisnis sering tergantung pada daya saing yang kuat dan  secara
bertahap membangun inti dari pelanggan setia yang dapat diperluas dari waktu ke
waktu . Terciptanya kedaulatan wisata halal dalam negeri akan menjadi urgensi
kemampuan bangsa kita bersaing dalam perdagangan pangan global.
Wisata Halal mengedepankan produk-produk halal dan aman dikonsumsi para
turis muslim, namun bukan berarti turis non-muslim tidak bisa menikmati wisata halal.
Bagi turis muslim, wisata halal adalah bagian dari dakwah. Bagi yang non-Muslim,
wisata halal dengan produk halal ini adalah jaminan sehat. Karena pada prinsipnya,
implementasi kaidah halal itu berarti menyingkirkan hal-hal yang membahayakan bagi
kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa yang diberikan, dan tentu
memberikan kebaikan atau kemaslahatan secara umum, sesuai dengan misi Risalah
Islamiyah yang bersifat Rahmatan Lil-‘Alamin. Sistem syariah, mengajarkan manusia
hidup tenang, aman dan sehat, seperti tidak menyediakan minuman beralkohol, hiburan
yang jauh dari kemaksiatan dan keamanan dalam sistem keuangan.
L. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal
13
1. Melakukan pembinaan kepada masyakat yang ingin menjadi Pramuwisata
Profesional di bidang pariwisata halal
2. Melakukan promosi dan sosialisasi melalui media social maupun even-even
untuk mengenalkan dan memahamkan tentang wisata halal
3. Bekerjasama dengan badan sertifikasi halal MUI dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) untuk mendapatkan sertifikasi produk halal untuk pelaku
usaha kuliner dan rumah makan
4. Serta membuatkan paket wisata halal ke Biro Perjalanan Wisata
5. Melakukan perbaikan dan pengembangan di beberapa objek wisata yang ada di
Semarang

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pariwisata Syariah adalah suatu kegiatan wisata yang didukung dengan berbagai
fasilitas serta layanan yang sesuai dengan prinsip Syariah. Syariah harus terhindar dari
hal-hal yang dilarang oleh agama dengan menyediakan berbagai fasilitas seperti
makanan halal, hotel/tempat tinggal yang dilengkapi dengan berbagai perangkat ibadah
sholat, dll.
Indonesia memiliki banyak potensi dalam bentuk pemandangan alam yang bagus
dengan 17.100 pulau dan 742 bahasa. Selain itu, Indonesia, yang memiliki populasi 250
juta jiwa, adalah negara kepulauan terbesar dengan panjang 5.120 km dari barat ke
timur dan 1.760 km dari utara ke selatan. Indonesia sendiri merupakan penduduk
dengan populasi umat Muslim terbanyak (88% dari populasi) dan 12,7% muslim di
dunia ada di Indonesia (The Pew Forum on Religion & Public Life, 2018). Berdasarkan
hal tersebut, pengembangan pariwisata halal di masa depan dianggap menjanjikan dan
potensial.
Agar arah pemasaran dapat terukur dan di ukur secara berkala perlu adanya
capaian akhir yang diinginkan. Dalam menyusun capaian akhir, perlu mengacu kepada
konsep SMART (Spesific Measurable Achievable Realistic Timely).
Industri pariwisata halal merupakan kumpulan usaha pariwisata halal yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
muslim. Dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan muslim, secara bertahap
disusun kriteria usaha pariwisata halal terhadap 13 (tiga belas) bidang usaha pariwisata
seperti yang tercantum di Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
Indonesia memiliki banyak potensi dalam bentuk pemandangan alam yang bagus
dengan 17.100 pulau dan 742 bahasa. Selain itu, Indonesia, yang memiliki populasi 250
juta jiwa, adalah negara kepulauan terbesar dengan panjang 5.120 km dari barat ke
timur dan 1.760 km dari utara ke selatan.
Meningkatnya jumlah populasi muslim dunia menjadi pemicu utama naiknya
trend produk halal. Dengan jumlahnya yang semakin meningkat, maka kebutuhan

15
muslim dunia juga akan ikut meningkat. Wisata Halal mengedepankan produk-produk
halal dan aman dikonsumsi para turis muslim, namun bukan berarti turis non-muslim
tidak bisa menikmati wisata halal . Bagi turis muslim, wisata halal adalah bagian dari
dakwah. Bagi yang non-Muslim, wisata halal dengan produk halal ini adalah jaminan
sehat.
B. Saran
Maka dengan adanya materi “Industri Pariwisata Halal“. Marilah kita memahami
mendalam tentang Industri Pariwisata Halal . Agar terciptanya masyarakat cerdas
dalam memilih wisata yang aman , tentram dan damai. Penulis menyadari bahwa
makalah ini banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi penulisan. Kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi
para pembaca. Aaamiin

16
DAFTAR PUSTAKA

https://taufikzk.wordpress.com/2016/02/01/pengertian-wisatawan/

https://business-law.binus.ac.id/2015/10/08/pariwisata-syariah/

https://www.farid-wajdi.com/detailpost/urgensi-jaminan-produk-halal

https://www.ekonomisyariah.org/10598/ndonesia-winner-destinasi-wisata-halal-dunia/

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/11029/

Buku PANDUAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA HALAL Kementerian


Pariwisata Tahun 2019

17

Anda mungkin juga menyukai