Tugas ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Studi Fatwa Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 14
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIK-EBA)
Berdasarkan Prinsip Syariah” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Praktikum
Studi Fatwa Ekonomi Syariah.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun berterima kasih kepada Dr.
Hasanuddin, M.Ag dan Nisrina Mutiara Dewi, SE.Sy., M.H. selaku dosen pengampu
mata kuliah Studi Fatwa Ekonomi Syariah yang telah memberikan penyusun tugas
mengenai makalah ini sehingga pengetahuan penyusun dalam penulisan makalah
semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusun di kemudian hari.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
A. Pengertian...........................................................................................................2
B. Dasar Hukum......................................................................................................3
D. Implementasi ......................................................................................................8
A. Kesimpulan ......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15
ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1
Peraturan OJK Nomor 65/POJK.04/2017 tentang Pedoman Penerbitan dan Pelaporan Efek
Beragun Aset Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
2
Peraturan OJK Nomor 20/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Beragun Aset
2
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif, yang pelaksanaannya tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal; dan menurut peraturan
perundang-undangan, KIK dalam KIK-EBAS berstatus sebagai subjek hukum (al-
syakhshiyah al-i’tibariyah). 3
B. Dasar Hukum
3
Fatwa DSN-MUI Nomor 125/DSN-MUI/XI/2018 tentang Kontrak Investasi Kolektif – Efek
Beragun Aset (KIK-EBA) Berdasarkan Prinsip Syariah
3
7. Fatwa DSN-MUI Nomor 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Wakalah
Bi Al-Ujrah
8. Fatwa DSN-MUI Nomor 120/DSN-MUI/II/2018 tentang Sekuritisasi Efek
Beragun Aset Berdasarkan Prinsip Syariah4
4
Fatwa DSN-MUI Nomor 125/DSN-MUI/XI/2018 tentang Kontrak Investasi Kolektif – Efek
Beragun Aset (KIK-EBA) Berdasarkan Prinsip Syariah
4
Dalam fatwa tersebut dijelaskan beberapa istilah terkait Kontrak Investasi
Kolektif. Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Berdasarkan Prinsip Syariah,
diantaranya yaitu :
1. Sekuritisasi KIK EBA adalah transformasi aset yang tidak likuid menjadi
likuid dengan cara penjualan Aset oleh Originator kepada Manajer
Investasi sebagai wakil KIK EBA melalui penerbitan Efek Beragun Aset.
2. Sekuritisasi KIK EBAS adalah sekuritisasi KIK EBA berdasarkan prinsip
syariah.
3. Aset Syariah Berbentuk Dain (ASBD) adalah aset berbentuk utangyang
timbul dari jual beli (bai'), pinjaman (qardh) dan sewa (piutang ujrah).
4. Aset Syariah Berbentuk Bukan Dain (ASBBD) adalah aset yang berbentuk
Barang (al-a’yan/tangible assets), Manfaat (al-manafi’/usurfructs)
maupun Jasa (al-khadamat/services) termasuk aset yang timbul dari
pembiayaan atau transaksi yang kedudukan kepemilikan aset masih berada
pada Originator atau pihak yang telah melakukan pembelian dari
Originator.
5. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Syariah (KIK-EBAS)
adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
mengikat pemegang Efek Beragun Aset Syariah dimana Manajer Investasi
diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank
Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektil yang
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar
Modal; dan menurut peraturan perundang-undangan, KIK dalam KIK
EBAS berstatus sebagai subjek hukum (al-syakhshiyah al-i’tibariyah).
6. Manajer Investasi adalah pihak yang mengelola portofolio efek untuk para
nasabah dan atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan Efek danharta
lain yang berkaitan dengan Efek atau jasa lain, termasukmenerima
dividen, imbal hasil, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
5
8. Bank Kustodian adalah bank umum yang menyelenggarakan kegiatan
usaha sebagai Kustodian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
tentang Pasar Modal.
9. Originator adalah Pihak yang menjual Aset Syariahnya kepada Manajer
Investasi sebagai wakil KIK EBAS di mana aset tersebut diperolehnya
karena pemberian pembiayaan, penjualan, dan/atau pemberian jasa lain
yang berkaitan dengan usahanya.
10. Penyedia Jasa (Servicer) adalah Pihak yang bertanggung jawab untuk
memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan pengguna jasa
(nasabah), melakukan tindakan awal berupa peringatan atau hal lain
karena pengguna jasa terlambat atau gagal memenuhi kewajibannya
melakukan negosiasi, menyelesaikan tuntutan terhadap pengguna dan jasa
lain yang ditetapkan dalam kontrak.
11. Pemodal adalah pihak (orang atau badan usaha) yang melakukan
penyertaan/membeli KIK-EBAS.
12. Penata Sekuritisasi adalah pihak yang bertangguung jawab atas
penyelenggaraan dan penatalaksanaan proses sekuritisasi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
13. Penjamin Emisi (Dhamin al-Ishdar/Underwriter) adalah Pihak yang
membantu Manajer Investasi dalam melakukan Penawaran Umum dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual.
14. Agen Pembayaran adalah pihak yang berkewajiban membantu
melaksanakan pembayaran kepada Pemodal dalam proses sekuritisasi.
15. Registrar adalah entitas yang bertanggung jawab untuk menyimpan
catatan pemegang EBAS.
16. Dukungan Kredit (Credit Enhancement/Ta'ziz al-I'timan) adalahfasilitas
yang diberikan untuk meningkatkan kualitas dan nilai Asetdan surat
berharga syariah dalam proses Sekuritisasi dalam rangka pembayaran
kepada Pemodal.
17. Barang (al-a'yan/tangible assets) adalah suatu produk fisik (berwujud,
tangible) yang memiliki nilai dan manfaat yang dapatdigunakan.
6
18. Manfaat (al-manafi'/usufructs) adalah kegunaan/faedah yang melekat pada
Barang.
19. Jasa (al-khadamat/services) adalah kegiatan yang diberikan oleh satu
pihak kepada pihak lain.
20. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakkil kepada wakil untuk
melakukan perbuatan hukum tertentu.
21. Wakalah bi al-Uirah adalah akad wakalah yang disertai dengan imbalan
berupa ujrah (fee).
22. Kafalah adalah akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung (makful 'anhu, ashil).
23. Kafalah bi al-Ujrah adalah penjaminan (kafalah) yang disertai dengan
imbalan berupa ujrah (fee).
24. Al-ljarah al-Maushufah fi al-Dzimmah adalah akad sewa-menyewa atas
manfaat suatu barang (manfaat al-'ain) dan/atau jasa ('amal) yang pada
saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan
kualitas) dan menjadi tanggung jawab pemberi sewa.
25. Al-Bai' al-Haqiqi adalah jual beli secara sesungguhnya.
7
Dan apabila terjadi perselisihan di antara para pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan
syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 5
D. Implementasi
5
Fatwa DSN-MUI Nomor 125/DSN-MUI/XI/2018 tentang Kontrak Investasi Kolektif – Efek
Beragun Aset (KIK-EBA) Berdasarkan Prinsip Syariah
6
Mahfud Roid Fatoni, Skripsi: “Sekuritisasi Aset Syariah sebagai Sumber Pendanaan Alternatif
Perbankan Syariah di Indonesia” (Yogyakarta: UMY, 2017)
8
Sekuritisasi aset syariah khususnya efek beragun aset syariah adalah
sekumpulan aset yang tidak likuid dari yang bersifat piutang lebih dari satu tahun
kemudian dikonversi menjadi aset yang likuid dan diperdagangkan di pasar modal
dengan tujuan salah satunya adalah pengembangan perusahaan (ekspansi). Efek
beragun aset syariah kemudian dibagi menjadi dua, yaitu Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset Syariah (KIK-EBAS) dan Efek Beragun Aset Syariah
Berbentuk Surat Partisipasi (EBAS-SP).
7
Mahfud Roid Fatoni, Skripsi: “Sekuritisasi Aset Syariah sebagai Sumber Pendanaan Alternatif
Perbankan Syariah di Indonesia” (Yogyakarta: UMY, 2017)
9
4) Apabila sudah memperoleh pengakuan keberhasilan serta aset
keuangan sudah beralih pada KIK dalam perihal pencatatan EBA
dilaksanakan untuk kebutuhan pemilik EBA, karena itu arus kas
transaksi dilaksanakan debitur kepada yang menyediakan Jasa akan
dikirimkan kepada rekening KIK-EBAS di mana sesudah uang itu di
proses oleh pemilik EBA dengan waktu sudah habis pada tanggal
pembayaran. Dalam periode waktu proses transaksi Manajer Investasi
bisa mengelola uang tersebut menggunakan peraturan yang telah ada
pada KIK
Alur atau Proses dalam Penerbitan Efek Beragun Aset, yaitu awal mula
publikasi EBA pertama dilakukan EPA awal yang bertujuan mengumpulkan aset-
10
aset yang akan dijual. Setelah EPA awal itu dilakukan akan di proses uji tuntas
due dilligence untuk menentukan aset-aset manakah yang layak untuk dijual
apabila ditentukan layak dilakukan structuring seperti menghitung pemberian
lebih ke analisa pemberian trance tenor, setelah di structuring pengumpulan aset
akan di daftarkan ke OJK dan Bapepam-LK untuk melakukan proses registrasi
setlah OJK menerima EBA akan ditetapkan EBA final setelah penetapan dari
EPA final akan keluar efektif OJK. Aset yang sudah dinyatakan boleh untuk
dijual itu akan dilakukan book building yaitu di mana masa penawaran rate
kepada Investor yang potensial, dan pada masa book building telah sampai
keinginan lalu dilaksanakanlah closing.
1) Aset Securitization
Kegiatan yang awal dilaksanakan yaitu suatu yang menentukan. Future
Income dilakukan melalui securitisasi atas asetnya.
2) Issuance Certificate
Tahap selanjutnya yaitu menerbitkan suatu sertifikat. Sertifikat yang
sudah di publikasikan di umumkan sukses apabila hasilnya telah
disetujui (blacked) dari aset dasar, jasa maupun barang serta
kegiatannnya
3) Perdagangan (trading)
Tahap yang akhir pada sekuritasi syariah yaitu berupa sertifikat yang
berasal pada hasil perdagangan. Dalam aktivitas melindungi likuiditas,
memperjualkan sertifikat yang berada di pasar sekunder adalah
kegiatan yang sangat berarti. Sertifikat sekuritisasi bisa dijual pada
debitor (bay’ al-dayn lil mad’in), pihak lain, atau bukan debitor.
11
E. Review Karya Tulis
Judul : Perbandingan Efek Beragun Aset Syariah dengan Efek Beragun Aset
Konvensional8
1. Tujuan Penulis
Melihat perbandingan efek beragun aset syariah terhadap efek beragun
aset konvensional dalam kegiatan terhadap memperbaiki resiko likuiditas
terhadap pendanaan jangka panjang serta melihat mekanisme yang
dilaksanakan.
2. Teknik penulisan
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah deskriptif kualitatif, dan
melihat pemikiran postpositivisme.
3. Sumber data
Primer dan dengan melakukan wawancara, pengamatan serta studi
dokumentasi, skripsi, undang-undang dan referensi lain
4. Hasil penemuan
a. Praktik Sekuritas Aset di Indoneisa
Dalam menjalankan EBA dengan menggunakan mekanisme KIK-
EBA. Setiap negara menggunakan trust atau SPV. Berdasarkan KIK di
mana manajer investasi diberikan tugas dalam menjaga sejumlah
sekuritas dengan cara gabungan serta bank kustodian diberi tugas
dengan melakukan penitipan kolektif. Saat ini konsep EBA dalam
KIK bertujuan sebagai penghubung untuk yang belum bisa
melaksanakan pada konsep SPV dengan model institusi yang ada.
b. Tipe mekanisme transaksi EBA mempunyai dua tipe, yaitu:
1) KIK – EBA Syariah dimana pengikat kepada pihak pemegang
EBA Syariah antara pihak pertama di mana memiliki kewajiban
dalam mengelola yang berkaitan pengelolaan portofolio investasi
yang berkarakter kolektif tetapi pihak kedua berkewajiban dalam
melaksanakan penitipan kolektif;
8
Metta Astria Wahyuni, Perbandingan Efek Beragun Aset Syariah dengan Efek Beragun Aset
Konvensional, Jurnal Nisbah Vol. 4 Tahun 2017
12
2) EBA Syariah berbentuk partisipasi dalam singkatannya adalah
EBAS-SP.
c. Perbandingan Efek Beragun Aset Syariah dengan Konvensional
Menurut peneliti bahwa saat ini EBA Syariah belum bisa
dibandingkan dengan Konvensional, disebabkan karena EBA Syariah
belum dapat diterbitkan pasar modal disebabkan permodalan atau
likuiditas yang dipunyai bank syariah belum begitu besar. Tetapi
terhadap aktivitasnya tidak semua aset dapat mengoperasikan menurut
konvensional dapat dijalankan secara syariah. Maka dari itu pada
aktivitas pelaksanaan prinsip syariah dilarangnya unsur pemindahan
aset, pembayaran yang mengandung sifat gharar, riba, judi atau pada
EBA Syariah kegiatannya wajib melihat prinsip syariah telah
digunakan di pasar modal
d. Kesesuaian Prinsip Syariah untuk melakukan penerbitan wajib pada
awalnya suatu kesesuaian dari DPS atau satuan kerja mengenai
kesesuaian syariah. Harus berhati-hati dan tidak memperbolehkannya
suatu aktivitas yang bersifat penyelewengan serta mengandung faktor
maisir, gharar, kezhaliman, dan riba.
13
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud Roid Fatoni. 2017. Skripsi: “Sekuritisasi Aset Syariah sebagai Sumber
Pendanaan Alternatif Perbankan Syariah di Indonesia” (Yogyakarta: UMY)
Metta Astria Wahyuni. 2017. Perbandingan Efek Beragun Aset Syariah dengan
Efek Beragun Aset Konvensional. Jurnal Nisbah Vol. 4
15