Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SUKUK ATAU OBLIGASI SYARIAH”


MATA KULIAH : MANAJEMEN INVESTASI
DOSEN PENGAMPU : Efriadi, S, Pt.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Meisya Wenita (21.23.1011)
2. Nabila (21.23.1022)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN- NADWAH
KUALA TUNGKAL
2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sukuk atau Obligasi
Syariah”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semuaitu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Kuala Tungkal, 10 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sukuk menjadi salah satu alternatif investasi bagi para investor
yang ingin berinvestasi pada surat berharga. Sama halnya dengan surat
utang konvensional atau obligasi, sukuk juga diperjualbelikan di pasar
modal yang disebut dengan Pasar Modal Syariah. Pasar Modal Syariah
adalah pasar modal seperti halnya dengan pasar modal surat berharga
konvesional sebagaimana yang diatur dalam UUPM (Undang-Undang
Pasar Modal), tetapi ada tambahan syarat yaitu pasar modal ini tidak boleh
bertentangan dengan syariat Islam.
Sukuk berbeda dengan obligasi. Perbedaan ini dapat dilihat dari
tidak digunakannya suku bunga tetap sebagai imbalan bagi para investor
seperti halnya dalam obligasi. Suku bunga tetap dalam syariat Islam
dilarang karena merupakan riba. Perbedaan yang paling mendasar antara
sukuk dengan obligasi adalah tidak digunakannya suku bunga efektif
sebagai imbalan. Selain itu, sukuk hanya beredar pada bisnis perusahaan
yang sesuai dengan syariat Islam atau perusahaan yang tidak melanggar
syariat Islam.
Sebagai ganti atas penyertaan modal atau investasi, investor
diberikan nisbah sesuai dengan kesepakatan di awal antara pemilik dana
(investor) dan pelaksana kegiatan. Pada saat awal perjanjian akad dibuat,
akad bukan merupakan suatu surat perjanjian utang piutang melainkan
akad adalah surat penyertaan modal atau investasi. Di dalam sukuk juga
harus jelas bidang investasi apa yang akan dijalankan oleh pengguna dana
dan harus berlandaskan syariat Islam. Bisnis yang dijalankan oleh
perusahaan penerbit sukuk juga tidak boleh beroperasi pada bidang-bidang
yang dilarang oleh syariat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sukuk ?
2. Bagaimana Fatwa DSN tentang sukuk ?
3. Apa perbedaan sukuk dan obligasi konvensional ?
4. Apa saja jenis sukuk menurut AAOFI ?
5. Bagaimana mekanisme penerbitan dan perdagangan obligasi ?
6. Bagaimana perdagangan obligasi dalam perspektif Islam ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab Sakk jamaknya sukuk, dokumen, deed,
check, cheque merupakan sertifikat keuangan, tetapi dapat juga diistilahkan
dengan obligasi syariah.1 Sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga
sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi akad syariah
yang melandasinya (underlying transaction), yang berupa ijarah (sewa),
mudharabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lain.
Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
32/DSN-MUI/IX/2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.2
Sukuk secara luas digunakan oleh masyarakat muslim di Era Pertengahan
sebagai surat berharga yang merupakan obligasi keuangan syariah yang berasal
dari perdagangan atau kegiatan lainnya. Bagaimanapun struktur sukuk saat ini
berbeda dari sukuk yang mula-mula digunakan dan mirip dengan sekuritas
konvensional, suatu proses dimana kepemilikikan aset-aset utama dipindahkan
kepada sejumlah besar investor melalui surat berharga yang umumnya diketahui
sebagai sertifikat, sukuk, atau instrumen lain yang menggambarkan proporsi nilai
dari aset yang relevan.3

1
Hulwati, “Investasi Sukuk: Perspektif Ekonomi Syari’ah”, Jebi (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam), Volume 2, (Januari-Juni, 2017), 89.
2
Burhanuddin, Pasar Modal Syariah (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta), 58.
3
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:
Kencana, 2008), 139.
B. Fatwa DSN tentang Sukuk
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 32/DSN-MUI71X/2002
tentang obligasi syariah
1. Ketentuan Umum
a) Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariat yaitu obligasi yang
bersifat hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga
b) Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
c) Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
2. Ketentuan Khusus
a) Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara
lain:
1) Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh 2) Musyarakah
3) Murabahah 4) Salam
5) Istina 6) Ijarah
b) Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh
bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi fatwa
DSN-MUI nomor 20/DSN-MLMV72O01 tentang pedoman investasi
untuk reksadana syariah
c) Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten (mudharib) kepada
pemegang obligasi syariah Mudharabah (shahibul maal) harus bersih
dari unsur non halal.
1. Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurkan sebagaimana mestinya.4

C. Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional


No Indikator
Sukuk Obligasi
. Pembeda
1. Sifat Sertifikat Instrumen
instrumen kepemilikan/ pengakuan utang
penyertaan atas
sesuatu
2. Penghasilan Imbalan, bagi Bunga/kupon
hasil, dan dan capital gain
margin
3. Pendek Menengah
Jangka waktu
menengah panjang
4. Underlying
asset Perlu Tidak perlu
( aset dasar)
5. Obligor, SPV, Obligor/ issuer
Pihak terkait
investor, trustee dan investor
6. Islam dan
Investor Konvensional
konvensional
7. Penggunaan
Harus sesuai Bebas5
hasil
syariat Islam
penerbitan
8. Pendapatan
Prinsip Berdasarkan bunganya
syariah prinsip syariah bertentangan
dengan syariah
9. Representasi
Representasi penyertaan/
Berupa utang
kepemilikan kepemilikan
pada aset/ usaha
10. Representasi
Representasi Representasi
dari share of
share of assets penjualan utang
assets
11. Berbasis pada
Basis Berbasis pada
nilai utang
pendapatan income
(obligasi)
4
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah
Indonesia Edisi Pertama (Jakarta : Kencana, 2009), 327-328.
5
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, ), 268.
12. Bersifat variabel
tetapi ada yang
Variabilitas bersifat tetap
pembayaran yaitu yang Bersifat tetap
pendapatan bersumber dari
fee atau sewa
pada ijarah
13. Ada pihak yang
punya hak
istimewa, seperti
Tidak ada pihak
kesempatan
Hak istimewa yang punya hak
pertama
istimewa
membeli
sekuritas yang
diterbitkan
14. Tidak bebas
Risiko Bebas dari risiko
risiko
15. Prioritas
Prioritas Prioritas
bagian
sebelum saham pertama6
likuiditas

D. Jenis Sukuk Menurut AAOFI


Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah
mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organization for
Islamic Instutions (AAOIFI) antara lain:
1. Sukuk ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya
menjual atau menyewakan hak atas manfaat atas suatu aset kepada pihak
lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sediri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi
Ijarah Al Muntahiya Bittamlik (Sale and Lease Back) dan Ijarah
Headlease and Sublease.
2. Sukuk mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad mudharabh dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-
maal) dan pihak yang lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib),
keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan

6
Muhammad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakrta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2009), 247.
yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3. Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian
atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan
proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah
pastisipasi modal masing-masing pihak.
4. Istisna’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istisna’ dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka
pembiayaan suatu proyek/ barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan
spesifikasi proyek/ barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan.7

E. Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan Obligasi

Prosedur penerbitan obligasi


Dalam penerbitan obligasi, perusahaan penerbit akan menjelaskan jumlah
dana yang diperlukan, dikenal dengan istilah jumlah emisi obligasi, dan mesti
memperkirakan jatuh tempo obligasi tersebut. Adapun prosedur penerbitan
obligasi adalah sebagai berikut :
a Pernyataan penerbitan telah dinyatakan efektif oleh Bapepam
b Laporan keuangan yang diaudit akuntan yang terdaftar di Bapepam
c Nilai nominal obligasi yang dicatatkan 25 milyar
d Jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurang-kurangya 6 bulan,
dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun
e Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun
f Pada 2 tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan dan tidak
ada kerugian pada 1 tahun terakhir
g Anggota administrasi mempunyai nama baik

7
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Op Cit, hlm. 266.
Perdagangan Obligasi
Obligasi diperdagangkan melalui penawaran dan pemesanan obligasi –
selayaknya perdagangan pada umumnya – pada pasar utama : 8
a Penawaran pertama obligasi yang dieterbitkan perusahaan kepada investor
dilakukan oleh wali amanat dan agen penjual di pasar primer
b Kemudian investor menghubungi wali amanat atau broker sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan
c Pemesanan obligasi diikuti dengan pembayaran
d Wali amanat atau agen penjual memberi maklumat mengenai hasil
penawaran kepada investor
e Proses peruntukan (allotmen) obligasi kepada investor dilakukan oleh wali
amanat dan emiten
f Apabila umlah obligasi kurang dari yang dipesan investor, maka kelebihan
dana akan dikembalikan (proses ini disebut refund)
Kemudian obligasi dibagikan kepada investor melalui wali amanat dan agen
penjual. Obligasi yang telah diterbitkan perusahaan akan dibeli atau dijual di pasar
primer dengan harga nominal setelah dilakukan penawaran dan perdagangan
obligasi pada pasar primer , kemudian dicatat Bursa Efek.
Obligasi yang tercatat di bursa efek dapat diperdagangkan dengan cara yang
sama seperti transaksi saham. Harga obligasi ditentukan oleh kekuatan permintaan
dan penawaran di pasar.9

Prosedur Melakukan Investasi Obligasi


Keuntungan dalam berinvestasi dengan obligasi dipengaruhi oleh banyak
hal. Salah satunya adalah pengetahuan tentang peluang para individu dalam
melihat peluang dan mempelajari seluk beluk sarana investasi itu sendiri. Dalam
mencapai berbagai tujuan keuangan beragam produk investasi tersedia, tinggal
para investor untuk memilih produk mana yang akan dijadikan andalan investasi.

8
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung : Alfabeta, 2010), 110-112.
9
Maisarah Leli, “Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-
prinsip Syariah)”, Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, (Januari-Juni 2017), 56.
Apabila para investor lebih memilih investasi melalui obligasi maka ada beberapa
tahap yang perlu dilalui supaya tujuan investasi melalui obligasi memberikan hasil
yang maksimal sesuai dengan rencana. Tahapan tersebut seperti di bawah ini:
1. Membuka rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi
adalah memilih perusahaan sekuritas yang memiliki devisi fixed income yang
menangani pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan dengan
pengalaman, tim yang solid baik trader/dealer ataupun riset serta fee yang
kompetitif.
Dengan membuka rekening, investor bisa mendapatkan informasi
perkembangan dan perdagangan obligasi setiap saat, sehingga investor
mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara akurat dan up to
date.
2. Memahami produk obligasi
Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk
informasi yang dibutuhkan mengenai obligasi, baik mengenai investasinya
sendiri, potensi risiko yang terkandung, maupun potensi keuntungannya. Hal
ini dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri, bertanya kepada
bagian riset perusahaan sekuritas, dimana investor membuka rekening atau
melalui internet.
Dengan mempelajari instrumen obligasi secara lengkap, diharapkan
investor mengenal investasi tersebut dengan baik, sehingga mempermudah
pengambilan keputusan investasi. Mempelajari instrumen dimana investor
ingin mendapatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal dalam
mencapai rencana yang diinginkan.
3. Melakukan analisis
Analisis dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa
yang diinginkan, yaitu kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan
seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan, dan peringkat. Latar belakang
serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan sendiri. Dengan informasi
yang lengkap, diharapkan keputusan yang diambil tidak menimbulkan
kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk membandingkan antara obligasi
sejenis.
4. Memberikan amanat beli
Setelah melalui analisis, investor memperoleh jenis obligasi yang ingin
dibeli. Tahap selanjutnya adalah memberikan amanat pembelian kepada
trader atau broker obligasi yang telah kita pilih. Pihak trader akan melakukan
pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang diinginkan.
5. Menyiapkan dana
Membeli obligasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan
pembelian obligasi biasanya bernilai kurang lebih Rp 1 miliar, sehingga sulit
bagi investor individu untuk dapat ikut berinvestasi dalam obligasi.
6. Menyelesaikan pembayaran obligasi
Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer ke
rekening perusahaan sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka
investor sebagai pembeli tinggal menunggu proses settlement atas transaksi
tersebut.
Obligasi yang telah dibeli akan tercantum di dalam rekening perusahaan
sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Dan
pemindahtanganan hak atas obligasi akan sangat mudah dilakukan secara
elektronik, karena saat ini fisik obligasi tidak lagi berupa sertifikat, namun
sudah scriptless (tahap warkat).10

F. Perdagangan Obligasi dalam Perspektif Islam


Menurut Adiwarman (2003: 57), jual beli utang dibedakan menjadi dua
yaitu jual beli utang yang representasi ‘ayn dan jual beli utang yang tidak
merupakan representasi ‘ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli
utang yang merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan. Adapun
jual beli utang dengan dayn bin dayn dapat dibedakan menjadi:
1. Jual beli kepada si pengutang (bai’ al dayn lil madin, sale of debt to the
debtori), yang dapat dibedakan menjadi:
10
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta: Kencana, 2012), 330-331.
a. Utang yang pasti pembayarannya (confirmed, mustaqir). Bagi madzab
Hambali dan Zahiri transaksi ini boleh.
b. Utang yang tidak pasti pembayarannya (unconfirmed, ghairu mustaqir),
transaksi ini terlarang.
2. Jual beli kepada pihak ketiga (bai’ al-dayn lil ghairu madin, sale of debt to
third party) yang dapat dibedakan menjadi empat pendapat:
a. Kebanyakan ulama madzab Hanafi dan Syafi’i, beberapa ulama Hambali
dan Zahiri secara tegas tidak membolehkan hal ini
b. Ibnu Taimiyah membolehkan bila utangnya adalah utang yang pasti
pembayarannya (confirmed, mustaqir)
c. Imam Siraji, Subki dan Nawawi membolehkannya
d. Imam Anas bin Malik dan Zurqoni membolehkannya
Berpijak dari mekanisme perdagangan jual beli utang (obligasi) dapat
dinyatakan bahwa investor hanya menguasai sertifikat sebagai bukti atau melalui
rekening kepemilikan bagi utang (obligasi) tanpa sertifikat, sementara manfaat
utang (obligasi) dikuasai oleh pihak lain. oleh karena itu, pemilikan investor
tehadap utang (obligasi) dari segi objek dikenal dengan istilah milk al-dayn yaitu
pemilikan terhadap utang yang terdapat pada orang lain.
Prinsip dasar jual beli utang (obligasi) syariah adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan sistem mudharabah
2. Untuk pasar sekunder dapat digunakan mekanisme hawalah
3. Dijual dengan harga nominal di pasar perdana
4. Obligasi syariah merupakan suatu kontrak utang yang tertulis, berjangka
panjang. Untuk itu pengembalian utang dan pembayaran keuntungan
dilakukan berdasarkan akad, tetap pada suatu saat dapat ditarik kembali
sesuai akad.11

11
Abdul Aziz, Op Cit, hlm. 116.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 32/DSN-MUI71X/2002
tentang obligasi syariah, memuat antara lain ketentuan umum sukuk,
ketentuan khusus sukuk, penyelesaian perselisihan, dan penutup.
Perbedaan antar sukuk dan obligasi konvensional terdiri dari
beberapa macam indikator yang membedakannya, diantaranya adalah sifat
instrumen, penghasilan, jangka waktu, underlying asset (aset dasar), pihak
terkait, investor, penggunaan hasil penerbitan, prinsip syariah, representasi
kepemilikan, representasi dari share of assets, basis pendapatan,
variabilitas pembayaran pendapatan, hak istimewa, risiko, dan prioritas
bagian likuiditas.
Jenis Sukuk Menurut The Accounting and Auditing Organization
for Islamic Instutions (AAOIFI) terbagi menjadi empat, yaitu sukuk ijarah,
sukuk mudharabah, sukuk musyarakah, dan istisna’.
Prosedur penerbitan obligasi adalah 1) pernyataan penerbitan telah
dinyatakan efektif oleh Bapepam, 2) laporan keuangan yang diaudit
akuntan yang terdaftar di Bapepam, 3) nilai nominal obligasi yang
dicatatkan 25 milyar, 4) jarak masa permohonan dengan penerbitan
sekurang-kurangya 6 bulan, dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4
tahun,5) perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun, 6) pada 2
tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan dan tidak ada
kerugian pada 1 tahun terakhir,dan 7) anggota administrasi mempunyai
nama baik. Obligasi diperdagangkan melalui penawaran dan pemesanan
obligasi – selayaknya perdagangan pada umumnya – pada pasar utama.
Prosedur/tahapan melakukan investasi obligasi langkahnya meliputi 1)
Membuka rekening, 2) Memahami produk obligasi, 3) Melakukan analisis,
4) Memberikan amanat beli, 5)Menyiapkan dana, 6) Menyelesaikan
pembayaran obligasi.
Perdagangan Obligasi dalam Perspektif Islam, menurut
Adiwarman (2003: 57), jual beli utang dibedakan menjadi dua yaitu jual
beli utang yang representasi ‘ayn dan jual beli utang yang tidak merupakan
representasi ‘ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli
utang yang merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 110-
112.
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal
Syariah Indonesia Edisi Pertama (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 327-328.
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 330-331.
Burhanuddin, Pasar Modal Syariah (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta), hlm.
58.
Hulwati, Investasi Sukuk: Perspektif Ekonomi Syari’ah, (Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam), Volume 2, 201), hlm. 89.
Maisarah Leli, Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut
Prinsip-prinsip Syariah), Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16 Nomor 1,
2017, hlm. 56.
Muhammad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakrta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2009, hlm. 247.
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group), hlm. 268.
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah
(Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 139.

Anda mungkin juga menyukai