Anda di halaman 1dari 9

KONSEP TEORETIS TENTANG OBLIGASI DAN SUKUK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“ FIQH MUAMALAH KONTEMPORES “
Dosen Pengampu:
DR. Ashfa Fikriyah, MEI

Disusun Oleh:
1. Apriliano Hensi (21403105)
2. Hendri Rusma Junata Darmawan (21403001)
3. Karisma Nandarista (21403002)
4. M. Ali Fudin (21403112)
5. Marda Novitasari (21403107)
6. Sulthon Maulana Nafkhan (21403246)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) KEDIRI
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi didalam islam sangat dianjurkan. Dalam kegiatan mu’amalat
diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk berinvestasi agar harta yang dimiliki menjadi
produktif, berkembang dan pastinya mendatangkan manfaat untuk orang lain. Dengan
berinvestasi itu berarti kita dapat menanamkan ataupun menempatkan aset kita untuk
memberikan manfaat dan hasil dimasa mendatang. Konsep investasi dalam ajaran islam
tidak hanya diwujudkan dalam bentuk finansial tetapi juga non finansial yang
berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat.
Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri. Jika dilihat dari sisi syariah, pasar modal merupakan salah
satu sarana untuk bermu’amalah. Transaksi di pasar modal menurut hukum syariah tidak
dilarang atau diperbolehkan sepanjang tidak terdapat transaksi yang bertentangan dengan
syariah. Seperti yang pada dasarnya pasar modal syariah adalah pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang oleh syariah seperti adanya unsur riba, judi, spekulasi dan lain-lain
yang dapat merugikan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Sejumlah instrumen syariah sudah diterbitkan di pasar modal syariah, seperti
saham syariah, obligasi syariah (Sukuk), reksadana syariah, dan surat berharga lain yang
sesuai dengan prinsip syariah. Investasi dengan kepemilikan sekuritas syariah dapat
dilakukan dipasar modal syariah, baik secara langsung saat penawaran perdana maupun
transaksi perdagangan sekunder di bursa efek.
Keberadaan pasar modal merupakan wadah yang dapat digunakan untuk para
investor dan perusahaan. Berbagai instrumen keuangan dapat digunakan. sebagai pilihan
untuk menginvestasikan dana. Investasi pada pasar modal dibagi menjadi dua jenis yaitu
Investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat hutang (obligasi).
Obligasi atau surat hutang adalah suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi
kepada pemegang obligasi dan janji untuk membayar kembali pokok hutang beserta
kupon bunganya kelak pada saat jatuh tempo pembayaran (Sutedi,2009:1). Pengertian
lain tentang obligasi adalah suatu instrumen utang yang ditawarkan oleh penerbit (issuer)
yang juga disebut debitur atau peminjam (borrower) untuk membayar kembali kepada
investor (lender) sejumlah yang dipinjamkan dan ditambah bunga selama tahun yang
ditentukan (Fabozzi, 2000 dalam Setyapurnama, 2006:1). Obligasi syariah atau yang lebih
dikenal dengan Sukuk. Sukuk merupakan terobosan baru dalam dunia keuangan islam
yang merupakan bentuk pendanaan dan sekaligus investasi. Tulisan ini membahas tentang
Sukuk yang dalam fatwa DSN disebut obligasi syariah, baik itu pengertian, sejarah,
prinsip-prinsip, karateristik, akad-akad, manajemen serta bagaimana metode pemasaran
Sukuk agar Sukuk menjadi lebih dikenal dan berkembang selayaknya industri keuangan
syariah lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Obligasi
a. Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh perusahaan
kepada pemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu. Dalam setiap obligasi
tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Nilai nominal atau nilai pari
adalah nilai yang menunjukkan jumlah yang harus dibayar perusahaan pada waktu
obligasi jatuh tempo. Sedangkan tingkat bunga obligasi menunjukkan sejumlah
prosentase tertentu yang harus dibayarkan secara periodik kepada pemegang obligasi.
Perusahaan menerbitkan obligasi biasanya disebabkan oleh kebutuhan dana
dalam jumlah besar yang tidak bisa dipenuhi dari akumulasi laba ditahan maupun dari
utang bank. Karena obligasi ini memiliki masa jatuh tempo yang lebih dari satu tahun
(biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun), maka apabila perusahaan menerbitkan
obligasi akan menimbulkan utang obligasi. Utang ini dikelompokkan ke dalam utang
jangka panjang. Dalam hal ini sulit untuk mencari utang yang jumlahnya besar dari satu
sumber,perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan dapat
dijual bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan dapat tetap berdiri
selama jangka waktu beredarnya obligasi tersebut.1

b. Keuntungan dan Kekurangan Obligasi


a. Keuntungan Obligasi :
1. Pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara dalam kebijakan perusahaan
sehingga tidak mempengaruhi manajemen.
2. Bunga obligasi mungkin lebih rendah dibanding deviden yang harus
dibayarkan kepada pemegang saham.
3. Bunga merupakan biaya yang dibebankan pada perusahaan yang dapat
mengurangi kewajiban pajak sedangkan deviden adalah pembagian laba yang
tidak dapat dibebankan sebagai biaya. 2
b. Kekurangan Obligasi :
1. Bunga obligasi adalah beban tetap baik dalam keadaan perusahaan mendapat
laba atau mengalami kerugian.
2. Jika perusahaan tidak mampu membayar obligasi yang jatuh tempo, pemegang
obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian obligasi
sedangkan pemegang saham tidak mempunyai hak demikian karena pemegang
saham adalah pemilik perusahaan yang turut bertanggung jawab menanggung
resiko kerugian perusahaan.
c. Jenis – jenis Obligasi
1. Obligasi dijamin dan obligasi tidak dijamin
Yang tergolong obligasi dijamin adalah : Obligasi hipotik yaitu obligasi yang
penerbitannya dijamin dengan suatu jaminan tertentu misalnya real estate. Yang

1
Arthur J. Keown, et al, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi X (Cet. I; Jakarta: Indeks, 2011),
232.
2
Anita Febriani, “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Perbankan”, Jurnal
Profita, Edisi III, (2017), 4.
termasuk obligasi dijamin ini adalah Obligasi trust yang penerbitannya dijamin
oleh saham atau obligasi preusan lain. Sedangkan obligasi tidak dijamin adalah
obligasi yang penerbitannya tidak dijamin dengan suatu jaminan. Obligasi ini
sangat beresiko sehingga apabila perusahaan menerbitkan obligasi jenis ini akan
memberikan tingkat bunga yang tinggi, dalam rangka untuk menarik minat calon
investor.
2. Obligasi Berjangka
Obligasi Serial dan Obligasi Dapat Ditebus Obligasi berjangka adalah obligasi
yang memiliki jatuh tempo dalam satu tanggal. Obligasi serial adalah obligasi yang
memiliki jatuh tempo secara serial atau berangsur. Obligasi dapat ditebus adalah
obligasi yang memberikan hak kepada penerbitnya untuk menebus dan menarik
obligasi tersebut sebelum jatuh temponya.
3. Obligasi Konvertibel
Obligasi konvertibel adalah suatu obligasi yang dapat dikonversi dengan surat
berharga lain pada suatu waktu setelah penerbitannya. Biasanya obligasi jenis ini
akan bisa dikonversikan ke dalam saham.
4. Obligasi Terdaftar dan Atas Unjuk Obligasi
terdaftar adalah obligasi yang diterbitkan atas nama pemilik. Obligasi atas unjuk
adalah obligasi yang tidak tercantum nama pemiliknya dan dapat ditransfer dari
satu pemilik ke pemilik lain cukup melalui penyerahan saja.3
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
a. Pengertian dan dalil
Sukuk berasal dari bahasa arab “sak” (tunggal) dan “Sukuk” (jama’) yang
memiliki arti mirip dengan sertiifkat atau note. Dalam obligasi Syariah didunia
internasional dikenal nama Sukuk. Kata Sukuk dapat ditelusiri dengan mudah pada
literature islam komersial klasik. Menurut Iggi H. Ahsien dalam Muhamamd
Kamal Zubair Dalam pemahaman praktisnya, Sukuk merupakan bukti (claim)
kepemilikan. Didalam fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2012, DSN
masih menggunakan istilah Obligasi Syariah, belum menggunakan istilah Sukuk.
Jika mengaju kepada fatwa tersebut Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa hasil/margin/fee serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.4
Definisi Sukuk AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Insitution) mendefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari suatu nilai yang
direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat dan
menggunakannya sesuai dengan rencana, sama halnya dengan bagian dan
kepemilikan atas asset yang tangible, barang, atau jasa, atau modal dari suatu
proyek tertentu atau modal dari suatu aktifits tertentu. Sedangkan menurut
Bapepam dan Lembaga Keuangan No. IX.A.13 tentang penerbitan efek syariah
memberikan definisi Sukuk sebagai berikut: Efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu

3
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi II (Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group, 2016), 115.
4
Muhammad Kamal Zubair, Obligasi dan Sukuk dalam perspektif keuangan Islam(Jurnal: Asy-Syir’ah, Jurnal
Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 46 No. 1 Hal 278.
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi /syuyu’/undivided share) atas: Aset wujud
tertentu, nilai manfaat, jasa, aset proyek ataupun kegiatan investasi yang telah
ditentukan.Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga yang merupakan bukti
kepemilikan (claim) atas aset, baik itu berupa tangible, intangible ataupun kontrak
proyek dari aktifitas tertentu yang mewajibkan emiten membayar pendapatan bagi
hasil kepada pemegang Sukuk dan membayar kembali Sukuk sesuai dengan
tanggal jatuh tempo yang sudah disepakati.5
Landasan hukum
Qs. Al Baqarah 282:
ٰٓ
َ ‫س ًّمى فَاكتُبُوهُ ؕ َوليَكتُب بَّينَكُم كَاتِب بِالعَد ِل ۚ َو َل يَا‬
‫ب‬ َ ‫ٰۤيـاَيُّ َها الَّذِينَ ا َمنُ ٰۤوا اِذَا تَدَايَنتُم بِدَين اِلى ا َ َجل ُّم‬
‫ّللا َربَّه‬
َٰ ‫ق‬ َ ‫ّللاُ فَل َيكتُب ۚؕ َوليُم ِل ِل الَّذِى‬
ِ َّ ‫علَي ِه ال َحـ ُّق َول َيت‬ ٰ ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫كَاتِب اَن يَّكت‬
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya maka
hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan,
dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia
mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang
akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar .....”(Q.S. Al- Baqoroh: 282).
Hadits Nabi Riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf alMuzani

َ َ‫ص ْل ًحا َح َّر َم َحالَلً أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما َوا ْل ُم ْس ِل ُمون‬


ً ‫علَى شُ ُروطِ ِه ْم إِلَّ ش َْر‬
‫طا‬ ُ َّ‫ص ْل ُح َجائِز بَيْنَ ا ْل ُم ْسلِمِ ينَ إِل‬
ُّ ‫اَل‬
َ َ ً َ
‫ َح َّر َم َحالل أ ْو أ َح َّل َح َرا ًما‬.

Artinya: “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian


yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Merajuk pada landasan hukum tersebut telah dibahas secara mendalam oleh
pakar fiqh Academy Jeddah, dan telah melahirkan keputusan No. 5 Tahun 1988,
dengan menetapkan:
a. Sejumlah kumpulan aset dapat diwakili dalam sautu akte resmi (bonds).
b. Akta resmi (bonds) yang dimaksud dapat dijual pada harga pasar yang
tersedia dan komposisi dari kumpulan aset ditunjukkan dengan pengamanan terdiri
dari bentuk aset fisik dan aset finansial penjualan.6

5
Maula Nasrifah, Sukuk (Obligasi Syariah) Dalam Perspektif Keuangan Islam, Asy-Syari’ah, Volume 5, Nomor 2,
Hal 68.
6
Muhammad Iqbal Fasa, Sukuk : Teori Dan Implementasi, Li Falah Jurnal Studi Ekonomi Dan Bisnis Islam,
Volume I, Nomor 1, Hal 82-83.
b. Prinsip Sukuk
Pada prinsipnya Sukuk mirip seperti obligasi konvensional. Persamaan dan
perbedaannya seperti yang telah diuraikan pada table sebelumnya. Selain itu
Sukuk juga distruktur secara islam sehingga terbebas dari riba, gharar dan
maysir. Prinsip pokok dalam transaksi Sukuk ini berupa penekanan pada
perjanjian yang adil, anjuran atas system bagi hasil atau profit sharing. Dalam
transaksi Sukuk ini juga diperlukan sejumlah asset tertentu yang digunakan
sebagai dasar dalam melakukan transaksi dengan menggunakan akad berdasarkan
prinsip syariah.
c. Karakteristik Sukuk
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu asset berwujud atau hak manfaat
(benefial title)
b. Pendapatan berupa imbalan (Kupon), Margin, dan bagi hasil sesuai jenis akad
yang digunakan.
c. Terbebas dari unsur riba, gharar, maisir
d. Penerbitannya melalui Spesial Purpose Vechile (SPV)
e. Memerlukan underlying asset
f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip islam.
d. Jenis – Jenis Sukuk
Jenis Sukuk yang direkomendasikan oleh AAOIFI adalah sebagai Beriku:
a. Sukuk Ijarah merupakan Sukuk yang diterbitkan berdasarkan Perjanjian atau akad
ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri Atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas Suatu asset kepada pihak lain berdasarkan harga
dan periode yang Disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan asset
itu Sendiri.
b. Sukuk Mudharabah yakni Sukuk yang diterbitkan dengan akad Mudharabah,
keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi Berdasarkan perbandingan yang
telah disepakati bersama sebelumnya. Sedangkan kerugian yang timbul
sepenuhnya ditanggung oleh Pemilik modal (Shahibul mal).
c. Sukuk Musyarakah yakni Sukuk yang diterbitkan berdasarkan Perjanjian
musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama Menggabungkan modal
untuk membangun proyek baru,
d. Metode Penerbitan
Penerbitan Sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan dengan
cara/Metode:
a. Book building
ialah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu investor akan
menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga, biasanya berupa
jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat dalam book order oleh
investment bank yang bertindak sebagai bookrunner.
b. Metode Lelang
adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang diikuti oleh
peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif dan/atau
penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang
telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan oleh
agen yang melaksanakan lelang.
c. Private placement
adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, dimana kegiatan penerbitan
dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak penerbit kepada pihak tertentu
dengan ketentuan dan persyaratan (terms & conditions) yang disepakati
bersama.Penerbitan Sukuk pada umumnya dilakukan melalui (Special Purpose
Vehicle) SPV sebagai penerbit, namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh
originator/obligor.
e. Sifat Imbalan Sukuk
Dapat bersifat tetap (fixed rate) atau Mengambang (floating), sesuai dengan jenis akad
dan struktur yang Digunakan dalam penerbitan. Imbalan Sukuk tersebut biasanya
Dinyatakan dalam bentuk persentase dan dibayarkan secara periodik Sesuai ketentuan
dan persyaratan yang ada dalam penerbitan Sukuk (terms and conditions).
f. Jangka Waktu Sukuk7
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) nomor 17 Tentang Sukuk Investasi, penerbitan Sukuk
boleh dilakukan untuk Jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sesuai
dengan Prinsip-prinsip syariah yang mendasari penerbitannya. Selain itu, Sukuk juga
dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka waktunya, Mengacu pada akad yang
digunakan dalam penerbitan Sukuk.
g. Perbedaan Sukuk Dengan Obligasia
Berikut ialah perbedaan antara obligasi konvensional dan obilgasi syariah (sukuk): 8
1. Obligasi
a. Akad: tidak ada
b. Sifat: surat hutang
c. Penghasilan: bunga
d. Return: tetap
e. Jangka waktu: menengah-panjang
f. Underlying asset: tidak perlu
g. Investor: konvensional
2. Sukuk
a. Akadharabah dan Ijarah
b. Sifat: Investasi
c. Penghasilan: imbalan, bagi hasil
d. Return: berdasarkan income (mudhorobah) / ditentukan sebelumnya
(ijarah)
e. Jangka waktu: pendek-menengah
f. Underlying asset: perlu
g. Investor: syariah, konvensional.9

7
Maula Nasrifa ,SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)DALAM PERSPEKTIF KEUANGAN ISLAM
8
Hamdi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta, Abadi Publishing: 2003), 80.
9
Department keuangan, mengenal sukuk, www.dmo.or.id. Diakses pada 21 Mei 2023.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Sukuk merupakan instrumen keuangan yang sangat strategis untuk mendorong
pembangunan nasional pada suatu negara. Kehadiran sukuk banyak menarik para investor
di seluruh dunia. Sukuk menciptakan partisipasi banyak pihak dalam pembiayaan proyek
sektor publik maupun swasta yang mencakup infrastruktur di Indonesia yang selama ini
hanya mengandalkan hutang sebagai pembiayaan. Negara membutuhkan sukuk karena
semakin terbatasnya daya dukung APBN untuk membangun sektor ekonomi. Karena
pembangunan sektor ekonomi yang terus berkembang merupakan salah satu hal yang
harus dicapai untuk memperoleh kesejahteraan masyarakat. Sukuk pertama di Indonesia
adalah sukuk yang diterbitkan oleh PT Indosat Tbk dengan menggunakan akad
Mudharabah. Sukuk ini diterbitkan pada tanggal 30 Oktober 2002 dengan nilai emisi
sebesar Rp 175 Milyar. Sedangkan Indonesia resmi mengeluarkan sukuk ritel pada tanggal
25 Februari 2009 untuk mendukung APBN pada tahun 2009.
Penggunaan kekayaan Negara sebagai underlying asset dalam penerbitan
sukukmerupakan bentuk peningkatan produktivitas asset Negara. Karena keberadaan
infrastruktur yang dihasilkan oleh penerbitan sukuk ini diyakini dapat mempengaruhi
pertumbuhan daerah, pendapatan, hingga pertumbuhan lapangan kerja.
Penggunaan hak manfaat yang lahir dari kekayaan negara dalam penerbitan sukuk
merupakan realisasi dari kewajiban mencari harta. Selain itu dengan digunakannya
kekayaan negara sebagai underlying asset penerbitan sukuk dapat mendorong kegiatan
produksi. Di sisi lain penggunaan struktur sukuk dapat menjamin perolehan aset secara
syariah.
Pada umumnya penerbitan sukuk memiliki banyak hal yang dapat memberikan manfaat
bagi Negara maupun masyarakat. Namun sukuk merupakan sertifikat terhadap
kepemilikan aset tetap, yang tentunya sudah menjadi pemahaman umum bahwa barang
tidak bergerak atau aset tetap tidak pernah mengalami penurunan harga, akan tetapi pada
praktiknya terdapat resiko pasar yang mana harga jual kembali aset tersebut bisa saja turun.
Dan ada beberapa resiko lainnya yang bisa saja terjadi dalam penerbitan sukuk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Febriani, “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan


Perbankan”, Jurnal Profita, Edisi III, (2017), 4.
Arthur J. Keown, et al, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi X (Cet. I;
Jakarta: Indeks, 2011), 232.
Department keuangan, mengenal sukuk, www.dmo.or.id. Diakses pada 21 Mei 2023.
Hamdi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah, (Jakarta, Abadi Publishing: 2003), 80.
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi II (Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group,
2016), 115.
Maula Nasrifa ,SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)DALAM PERSPEKTIF KEUANGAN
ISLAM
Maula Nasrifah, Sukuk (Obligasi Syariah) Dalam Perspektif Keuangan Islam, Asy-Syari’ah,
Volume 5, Nomor 2, Hal 68.
Muhammad Iqbal Fasa, Sukuk : Teori Dan Implementasi, Li Falah Jurnal Studi Ekonomi Dan
Bisnis Islam, Volume I, Nomor 1, Hal 82-83.
Muhammad Kamal Zubair, Obligasi dan Sukuk dalam perspektif keuangan Islam(Jurnal:
Asy-Syir’ah, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 46 No. 1 Hal 278.

Anda mungkin juga menyukai