Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KELEMBAGAAN MANAJEMEN DAN PERKEMBANGAN

OBLIGASI SYARIAH
LEMBAGA PEREKONOMIAN UMAT
Dosen Pengampu: Mansur Efendi, S.H.I., M.Si

Disusun oleh Kelompok 8:


1. Putri Aprilia (202141038)
2. Rossy Pratiwi (202141041)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seiring berkembangnya zaman, banyak hal yang dapat merubahan dalam
sega;a bentuk maupun sistemya yang telah diterapkan. Dimana pada awal mulanya
belum banyak masyarakat yang mengenal dengan sistem syariah akan tetpi dengan
adanya perubahan zaman saat ini banyak masyarakat yang mengetahuiya. Didalam
pemerintahan juga banyak yang menerapkan sistem syariah. Seperti mengacu pada
kondisi pasar yang ada di Indonesia, kondisi industri dan keuangan syariah memiliki
peningkatan yang sangat pesat adanya perubahan tersebut. Sehingga hal ini sangat
membuktikan bahwa dengan adanya sistem syariah ini sangat membantu negara
dalam pertumbuhan ekonominya.
Adanya kepesatan pertumbuhan ekonomi syariah ini sangat membawa dampak
positif bagi para pelaku ekonomi pada halnya di pasar keuangan. Dapat diambil
contohnya yaitu pada obligasi syariah, dimana untuk pembiayaan kegiatan usaha.
Sehingga hal ini slaah satu alternatif daya tarik bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana demi memenuhi kebutuhan dalam perusahaan tersebut. Hal ini perusahaan
melakukan melalui saham atau hutang jangka pajang, dengan adanya ini merupakan
salah satu yang memberikan dampak pada harga saham merupakan sinyal bagi
investor untuk mengetahui kondisi perusahaan dan perkiraan perkembangan yang
akan datang.
Dalam obligasi syariah ini terdapat suatu akad yang harus dipenuhi atau diaat
bagi seseorang yang meakukan obligasi syariah tersebut. Dan terdapat jenis usaha
yang dapat dipilih oleh seseorang dalam melakukan obligasi syarah tersebut. Selaiin
itu terdapat aturan yang mengenai penerbitan dan perubahan dalam status sukuk, dan
selain itu terdapat perkembangan obligasi syariah yang dapat diketahui oleh seseorang
yang ingin melakukan obliasi syariah sehingga seseorang tersebut mengetahui
obligasi syariah secara detail, tidak hanya ingin melakukan saja tetapi mengetahui
aturan dalam obligasi syariah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa saja akad yang digunakan dalam obligasi syariah?
2. Apa saja jenis usaha obligasi syariah?
3. Bagaiman penerbitan dan perubahan status sukuk?
4. Bagaimana perkembangan obligasi syariah di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang akan dilakukan yaitu:
1. Dapat mengetahui akad dalam obligasi syariah.
2. Dapat mengetahui jenis usaha dalam obligasai syariah.
3. Dapat mengetahui penerbitan dan perubahan status sukuk.
4. Dapat mengetahui perkembangan obligasi syariah di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akad Dalam Obligasi Syariah


Obligasi Syariah didunia internasional dikenal nama Sukuk. Kata Sukuk
dapat ditelusiri dengan mudah pada literature islam komersial klasik. Sukuk berasal
dari bahasa arab “sak” (tunggal) dan “Sukuk”(jama’) yang memiliki arti mirip
dengan sertiifkat atau note. Menurut Iggi H. Ahsien dalam Muhamamd Kamal Zubair
Dalam pemahaman praktisnya, Sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Menurut
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002 bahwa menjelaskan
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Dalam ketentuan khusus Fatwa DSN No.32 /DSN/IX/2002 tentang obligasi
syariah disebutkan bahwa akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi
syariah antara lain mudhārabah (muqāradhah) qirādh, musyārakah, murābahah,
salam, istihna’, dan ijarah. Akad-akad tersebut juga akan menentukan jenis sukuknya.
Namun dalam praktiknya, hanya ada dua bentuk akad yang secara umum digunakan,
yakni akad ijārah dan mudhārabah. Akad-akad obligasi syariah yaitu:
1. Obligasi syariah Ijarah
Ijārah atau sewa-menyewa adalah suatu perjanjian atau akad dimana
pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kepada pihak lainnya
kenikmatan suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran
sejumlah harga yang besarnya sesuai dengan kesepakatan. Pada dasarnya
ijarah merupakan jual beli manfaat sesuatu Sedangkan obligasi syariah Ijarah
adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya
menyewakan hak atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa
dan periode sewa yang disepakati. Secara teknis, Sukuk Ijarah dapat
digambarkan sebagai berikut yakni :
a. Pemilik asset atau emiten menjual asetnya kepada Special Purpose Vehicle
(SPV).
b. SPV membayar tunai kepada pemilik asset.
c. Setelah aset menjadi hak milik SPV, SPV berhak menerbitkan Sukuk Ijarah
yang nilainya sama dengansejumlah aset yang dimiliki kepada investor.
d. Investor membayar SPVsecara tunai.
e. SPV menyewakan aset kepada emiten.
f. Pihak emiten membayar sewa kepada SPV. Pendapatan SPV yang berasal
dari emiten tersebut dibayarkan kepada investor yang telah membeli aset.
g. SPV memberikan pembayaran sewa kepada investor (rental income).

2. Obligasi syariah Mudharabah


Mudhārabah adalah suatu bentuk akad bagi hasil antara pengelola
modal dan pemilik modal. Sedangkan obligasi syariah Mudharabah adalah
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, yaitusatu pihak sebagai penyedia
modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari
kerja sama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui
sebelumnya, sedangkan kerugianyang terjadi akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian
penyedia tenaga dan keahlian.Adapun mekanisme penerbitan Sukuk
Mudharabah adalah sebagai berikut:
a. SPV (Special Purpose Vehicle) sebagai mudhārib (pengelola)
sepakatdengan pemilik proyek untuk membangun suatu proyek.
b. Setelah kesepakatan terjadi SPV menerbitkan Sukuk Mudharabah untuk
mendapatkan dana di primary subscribers atau secondary market.
c. Dari transaksi tersebut, SPV mendapatkan pembayaran laba secara reguler
dan penghasilan modal akhir dari aktivitas proyek untuk didistribusikankepada
investor.
d. Selama penyelesaian, SPV bertanggungjawab atas penyelesaian proyek
kepada pemilik.

B. Jenis-Jenis Obligasi Syariah


Dalam obligasi syariah terdapat jenisnya, yaitu:
a. Obligasi syariah Murabahah
Sukuk Murabahah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
murabahah. Sukuk murabahah dapat didefinisikan sebagai surat berharga
yang dapat diperdagangkan di pasar. Jadi, sukuk murabahah adalah surat
berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau institusi lainnya,
yang mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar pendapatan kepada
pemegang sukuk berupa bagi hasil dari marjin keuntungan serta membayar
kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
b. Obligasi Syariah Muradharabah
Sukuk mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang menggunakan sistem akad mudharabah. Sukuk mudharabah dapat
juga diartikan sebagai surat berharga yang berisi akad pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten),
pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk
membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari
hasil pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta membayar
kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
c. Obligasi Syariah Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang menggunakan akad Obligasi Syariah musyarakah. Atau, sukuk
musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten),
pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk
membayarkan pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari
hasil pengelolaan dana kontribusi pihak-pihak yang berakad serta
membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
d. Obligasi Syariah Salam
Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang
menggunakan akad salam, atau surat berharga yang berisi akad
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perusahaan
(emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit
sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk, yang
biasanya berupa bagi hasil dari marjin keuntungan serta membayar
kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
e. Obligasi Syariah Istishna
Sukuk istishna adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang
menggunakan akad istishna, atau surat berharga yang berisi akad
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh perusahaan
(emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit
sukuk untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi
hasil dari marjin keuntungan serta membayar kembali dana pokok sukuk
pada saat jatuh tempo.
f. Obligasi Syariah Ijarah
Sukuk ijarah adalah pembiayaan yang menggunakan sistem akad ijarah,
atau surat berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau
institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa fee dari hasil penyewaan aset
sertamembayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.

C. Penerbitan Dan Perubahan Sukuk


Penerbitan Sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan
dengan cara/metode:
a. Book building adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu
investor akan menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat
berharga, biasanya berupa jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian,
dan dicatat dalam book order oleh investment bank yang bertindak sebagai
bookrunner.
b. Metode Lelang adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga
yang diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran
pembelian kompetitif dan/atau penawaran pembelian non kompetitif dalam
suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan
sebelumnya, melalui sistem yang disediakan oleh agen yang melaksanakan
lelang.
c. Private placement adalah salah satu metode penerbitan surat berharga,
dimana kegiatan penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh
pihak penerbit kepada pihak tertentu dengan ketentuan dan persyaratan
(terms & conditions) yang disepakati bersama. Penerbitan Sukuk pada
umumnya dilakukan melalui (Special Purpose Vehicle) SPV sebagai
penerbit, namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh
originator/obligor.
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor18/POJK.04/2015 Tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk dalam Bab II tentang penerbitan, pada:
Pasal 6 ‘’Pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sukuk wajib
mengikuti peraturan perundang-undangan di sektor asal modal yang
mengatur mengenai pernyataan pendaftaran, penawaran umum, dan
peraturan terkait lainnya, serta peraturan otoritas jasa keangan ini’’.
Pasal 7 ‘’Pernyataan penaftaran dalam rangka penawaran umum sukuk oleh emiten
wajib disertai dokumen tambahan sebagai berikut:
a. Hasil pemeringkatan sukuk sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undagan di sektor pasar modal yang mengatur mengenai
pemeringkatan efek bersifat utang dan/atau sukuk;
b. Perjanjian perwaliamanatan sukuk;
c. Akad syariah yang dipergunakan dalam penerbitan sukuk;
d. Surat pernyataan emiten yang menyatakan bahwa:
1. Aset yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di pasar modal dan
2. Selama periode sukuk, aset yang menjadi dasar sukuk akan bertentangan
dengan prinsip syariah d pasar modal;
e. Surat pernyataan dari Wali Amanat sukuk yang menyatakan Wali Amanat
sukuk mempunyai satu orang anggita Direksi atau penanggung jawab kegiatan
yang diberi mandat oleh Direksi yang memiliki pengetahuan yang memadai
dan/atau tenaga ahli di bidang perwaliamanatan dalam penerbitan sukuk yang
memahami kegiatan dan jenis usaha serta transaksi yang bertentangan dengan
prinsip syariah di pasar modal;
f. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa emiten wajib dengan itikad baik
dan penuh tanggung jawab melakukan pembayaran bagi hasil, marjin, atau
imbal jasa, selamat aset yang menjadi dasar sukuk masih ada;
g. Pernyartaan kesesuaian syariah atas sukuk dalam penawaran umum dari
Dewan Pengawasan Syariah Emiten atau Tim Ahli Syariah;
h. Perjanjian penjaminan Emisi efek yang memuat bahwa dana hasil
penawaran umum diterima emiten paling lambat pada saat penyerahan sukuk’’
Pasal 8 ‘’Prospektus dalam rangka pernyataan pendaftaran dan penawaran umum
sukuk oleh emiten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib
mengungkapkan informasi tambahan sebagai berikut:
a. Aset yang menjadi dasar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah di
pasar modal dan emiten menjamin selama periode sukuk aset yang menjadi
dasar sukuk tidak akan bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal;
b. Jenis akad syariah dan skema transaksi syaraih serta penjelasan skema
transaksi syariah yang digunakan dalam penerbitan sukuk;
c. Ringkasan akad syariah yang dilakukan oleh para pihak;
d. Sumber pendapatan yang menjadi dasar perhitungan pembayaran bagi
hasil,marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik akad syariah;
e. besaran nisbah pembayaran bagi hasil, marjin, atau imbal jasa sesuai dengan
karakteristik Akad Syariah;
f. rencana jadwal dan tata cara pembagian dan/atau pembayaran bagi hasil,
marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik Akad Syariah;
g. hasil pemeringkatan Sukuk;
h. rencana penggunaan dana hasil penerbitan Sukuk sesuai dengan
karakteristik Akad Syariah;
i. sumber dana yang digunakan untuk melakukan pembayaran bagi hasil,
marjin, atau imbal jasa sesuai dengan karakteristik Akad Syariah;
j. jaminan yang meliputi paling sedikit jenis, nilai, dan status kepemilikan (jika
ada);
k. penggantian aset yang menjadi dasar Sukuk jika terjadi hal-hal yang
menyebabkan nilainya tidak lagi sesuai dengan nilai Sukuk yang diterbitkan
(jika diperlukan sesuai karakteristik Akad Syariah);
l. syarat dan ketentuan dalam hal Emiten akan mengubah jenis Akad Syariah,
isi Akad Syariah dan/atau aset yang menjadi dasar Sukuk;
m. ketentuan apabila Emiten gagal dalam memenuhi kewajibannya;
n. mekanisme penanganan dalam hal Emiten gagal dalam memenuhi
kewajibannya;
o. ketentuan mengenai sanksi yang berkaitan dengan tidak dipenuhinya
kewajiban dalam perjanjian perwaliamanatan; dan
p. pernyataan kesesuaian syariah atas Sukuk dalam Penawaran Umum dari
Dewan Pengawas Syariah Emiten atau Tim Ahli Syariah.
Pasal 9 ‘’Emiten wajib menyajikan Laporan Keuangan yang telah diaudit untuk
jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir dalam Prospektus, dalam hal Emiten
yang melakukan Penawaran Umum Sukuk telah memiliki kewajiban
penyampaian laporan keuangan secara berkala’’

Bab IV Pasal 16 dijelaskan pada ayat:


1). Sukuk tidak lagi menjadi Efek Syariah jika terjadi kondisi sebagai berikut:
a. tidak lagi memiliki aset yang menjadi dasarSukuk; dan/atau
b. terjadi perubahan jenis Akad Syariah, isi Akad Syariah, dan/atau
aset yang menjadi dasar Sukuk, yang menyebabkan bertentangan
dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
2). Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sukuk
berubah menjadi utang piutang dan Emiten wajib menyelesaikan kewajiban
atas utang piutang dimaksud kepada pemegang Sukuk.

D. Perkembangan Obligasi Syariah


Secara umum, pasar keuangan syariah internasional terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Saat ini jumlah lembaga keuangan syariah global
telah mencapai sekitar 810 perusahaan yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450
lembaga keuangan syariah beroperasi di kawasan Timur Tengah, terutama UEA,
Bahrain, Kuwait, Iran dan Saudi Arabia. Di Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan
syariah menjadi pelaku di pasar keuangan syariah Eropa yang terkonsentrasi di
Inggris. Sedangkan di Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan syariah masih relatif
sedikit, yaitu sekitar 44 yang tersebar di AS dan Kanada, informasi ini Sumber dari
Bank Indonesia.
Seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah internasional, pasar
keuangan syariah di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pesatnya
perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya perkembangan
instrumen keuangan dan pembiayaan syariah salah satunya Sukuk atau yang lebih
dahulu dikenal dengan obligasi syariah. Di Indonesia pada tahun 2008 akhirnya
mencatkan sejarah baru. Meski terlambat yaitu pada bulan Mei 2008, pemerintah
telah mengundang-undangkan No. 19/2008 tentang surat berharga (SBDN) atau UU
Sukuk Negara (Sovereign Sukuk), hal ini patut diberikan apresiasi tinggi atas upaya
pemerintah yang berhasil mensahkan UU Sukuk Negara ini.
Dikatakan terlambat, karena perkembangan Sukuk di Indonesia sesungguhnya
sudah dimulai swasta, meskipun pangsanya masih kecil. Dengan berlakuknya UU
Sukuk Negara dan adanya penerbitan Sukuk oleh pemerintah, itu berarti Sukuk kini
menjadi instrument pembiayaan yang diakui sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap Sukuk kita, baik Sukuk Negara maupun Sukuk
korporasi dimulai dengan adanya Sovereign Sukuk.
Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan
pasar Sukuk di Indonesia akan lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih
lagi, minat investor terhadap Sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukkan dari
perkembangan Sukuk global saat ini. Adapun data perkembangan Sukuk di Indonesia
berdasarkan data dari OJK (Otoritas Jasa keuangan) selalu megalami penigkatan baik
dalam jumlah total nilai dan jumlah emisi Sukuk dan Sukuk outstanding.
Berikut Faktor-faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan instrumen
keuangan syariah khususnya Sukuk, diantaranya:
1. Adanya kebutuhan pendanaan yang bersifat spesifik dan memerlukan
struktur Sukuk yang baru.
2. Semakin meningkatnya partisipasi investor konvensional di pasar
keuangan syariah.
3. Besarnya kebutuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan syariah
lainnya untuk portofolio investasi.
4. Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom, pakar syariah,
dan para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk menciptakan
struktur baru yang sesuai dengan prinsip syariah.
5. Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan
luar negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi
antara lain tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah,
market share produk syariah dibandingkan produk konvensional relatif
masih sangat kecil, tingginya kecenderungan negara-negara yang
berpenduduk minoritas muslim untuk mengadopsi konsep keuangan
syariah, banyaknya investor konvensional menggunakan instrumen
keuangan berbasis syariah sebagai salah satu pilihan investasi, repatriasi
dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa pasca peristiwa
9/11, masih terbatasnya instrumen keuangan syariah dibandingkan dengan
permintaan dan terus meningkatnya peringkat kredit (credit rating)
Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo. akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara
lain mudhārabah (muqāradhah) qirādh, musyārakah, murābahah, salam, istihna’,
dan ijarah. Akad-akad tersebut juga akan menentukan jenis sukuknya. Namun dalam
praktiknya, hanya ada dua bentuk akad yang secara umum digunakan, yakni akad
ijārah dan mudhārabah.
Penerbitan sukuk sesuai dengan international best practise, yaitu book
building, metode lelang,dan private placement. Dari ketiga metode atau cara tersebut
sangat membantu dalam penerbitan atau perubahan status sukuk tersebut, sehingga
cara ini sangat dapat digunakan para seseorang yang melakukan obligasi syariah
tersebut Seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah internasional, pasar
keuangan syariah di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pesatnya
perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya perkembangan
instrumen keuangan dan pembiayaan syariah salah satunya Sukuk atau yang lebih
dahulu dikenal dengan obligasi syariah. Di Indonesia pada tahun 2008 akhirnya
mencatkan sejarah baru. Meski terlambat yaitu pada bulan Mei 2008, pemerintah
telah mengundang-undangkan No. 19/2008 tentang surat berharga (SBDN) atau UU
Sukuk Negara (Sovereign Sukuk), hal ini patut diberikan apresiasi tinggi atas upaya
pemerintah yang berhasil mensahkan UU Sukuk Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nasrifah Maula. 2019. Sukuk (Obligasi Syariah) Dalam Perspektif Keuangan Islam.
Asy-Syariah’ah, Vol 5, No.2, hal 68
Fatah Didik Abdul. 2011. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia:
Analisis Peluang Dan Tantangan. Al-’adalah, Vol X, No.1.
Nevada Della Mena Amertha. 2018. Obligasi Syariah di Indonesia Studi Terhadap
Jenis Dan Penerapan Akad Serta Perlindungan Bagi Investor. Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta.
Peraturan OJK Nomor 18/OJK.04/2015 Tentang Penerbitan Dan Persyaratan Sukuk.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2362/6/09510036_Bab_2.pdf (diakses pada 19
Oktober 2022 pukul 16.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai