Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PASAR UANG DAN MODAL SYARI’AH

OBLIGASI SYARI’AH (SUKUK)

Dosen Pengampu: Efriadi, S.Pt.

Disusun Oleh Kelompok 7:

Nama/Nim

1. M. Ilham/20.23.917

2. M. Yofreza/20.23.915

3. Wahyu Nurkholis/20.23.961

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH 6-A

YAYASAN PENDIDIKAN DAN AMAL SOSIAL AN-NADWAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL

2022/2023
KATA PENGNTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Implementasi etika bisnis
islami dalam masyarakat islami” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen
Pengampu Mata Kuliah pasar uang dan modal syari’ah yaitu Efriadi, S.Pt. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang obligasi syar’ah (sukuk).

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah pasar uang dan
modal syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini untuk ke depannya.

Kuala Tungkal, 20 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHSAN

A. Pengertian Sukuk .................................................................................. 3

B. Fatwa DSN Tentang Sukuk .................................................................. 4

C. Perbedaan Sukuk Dengan Obligasi Konvensional ................................ 4

D. Jenis Sukuk Menurut AAOFI ................................................................ 5

E. Mekanisme Penerbitan Dan Perdagangan Obligasi ............................... 5

F. Perdagangan Obligasi Dalam Perspektif Islam ...................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 9

B. Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obligasi syariah atau sukuk pada dasarnya adalah efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi atas; aset berwujud tertentu, manfaat atas aset berwujud
tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada, jasa yang sudah ada maupun yang
akan ada, aset proyek tertentu atau kegiatan investasi yang telah ditentukan). Kemunculan
sukuk pada saat ini dilatar belakangi oleh upaya untuk menghindari praktik riba yang
terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif instrumen pembiayaan bagi
pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002


dan kebutuhan investasi jangka panjang, maka para ahli dan praktisi ekonomi Islam
berijtihad untuk menciptakan sebuah produk atau instrumen keuangan baru yang bernama
obligasi syariah atau sukuk. Sukuk semakin disukai karena upaya para investor, terutama
di wilayah Timur Tengah, untuk menarik modal dari lembaga perbankan Barat kembali ke
lembaga keuangan Islam. Dukungan solidaritas bagi kegiatan pasar modal syariah
dilandasi oleh kesamaan ideologi dan semangat negara-negara yang tergabung dalam OKI.
Pasar modal Islam diterima secara luas karena investor non-Muslim memasuki pasar
sukuk. Sukuk dipandang sebagai target baru yang lebih menguntungkan. Popularitas
sukuk ini tidak lepas dari terbukanya akses permodalan dalam skala global, sehingga
terjadi pengelolaan likuiditas lintas batas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sukuk?

2. Apa fatwa DSN tentang sukuk?

3. Apa perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional?

4. Apa jenis sukuk menurut AAOFI?

5. Bagaimana mekanisme penerbitan dan perdagangan obligasi?

1
6. Bagimana perdagangan obligasi dalam perspektif islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sukuk.

2. Untuk mengetahuifatwa DSN tentang sukuk.

3. Untuk mengetahuiperbedaan sukuk dengan obligasi konvensional.

4. Untuk mengetahuijenis sukuk menurut AAOFI.

5. Untuk mengetahui mekanisme penerbitan dan perdagangan obligasi.

6. ntuk mengetahui perdagangan obligasi dalam perspektif Isam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pngertian Sukuk

Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarka prinsip syariah yang di
keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil /
margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo. (Ketentuan
umum fatwa dewan syariah nasional nomor 59/dsr-mui/v/2007 tentang obligasi syariah
mudharobah konversi).1

Obligasi syariah atau sukuk adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang
diterbitkan atas dasar suatu transaksi atau kas syariah yang melandasinya (underlying
transaction), yang berupa akad musyarakah, ijarah, mudharabah, dan lain sebagainya.
Sukuk yang saat ini banyak diterbitkan adalah berdasar akad ijarah atau sewa, dimana
hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut.

Melalui fatwanya tersebut, DSN mengkategorikan tiga jenis pemberian keuntungan


kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Yaitu, pertama adalah berupa bagi hasil
kepada pemegang Obligasi Mudharabah atau Musyarakah. Kedua, keuntungan berupa
margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam atau Istishna. Dan ketiga, berupa fee
(sewa) dari aset yang disewakan untuk pemegang Obligasi dengan akad Ijarah. Pada
prinsipnya, semua Obligasi Syariah adalah surat berharga bukti investasi jangka panjang
yang berdasarakan prinsip syariah Islam. Namun yang membedakan adalah akad dan
transaksinya.

Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki
arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan
bukti (claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No
32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah.

1
Veitzhal Rivai, sarwono Sudarto, Dkk, Islamic Banking & Finance dari Teori Ke Praktik Bank dan
Keungan Syariah Sebagai Solusi dan Bukan Alternatif, (Yogyakarta: BPFE, 2012), hlm 394

3
B. Fatwa DSN Tentang Sukuk

Menurut Fatwa DSN-MUI No: 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk, bahwa dalam


rangka memenuhi kegiatan ekonomi yang membutuhkan pendanaan dengan jumlah besar
dan adanya kebutuhan pemodal untuk turut serta dalam kegiatan investasi maka industri
dan produk pasar modal syariah di Indonesia berkembang dengan pesat, termasuk produk
berbasis sukuk.

Dalam fatwa ini, sukuk adalah surat berharga syariah (efek syariah) berupa sertifikat
atau bukti kepemilikan yang bernilai sama, dan mewakili bagian kepemilikan yang tidak
bisa ditentukan batas-batasnya (musya’) atas aset yang mendasarinya (aset sukuk/ushul al-
shukuk) setelah diterimanya dana sukuk, ditutupnya pemesanan, dan dimulainya
penggunaan dana sesuai peruntukannya. Aset sukuk (ushul al-shukuk) adalah aset yang
menjadi dasar penerbitan sukuk yang terdiri atas aset berwujud (al-a’yan), manfaat atas
aset berwujud (manafi’ al-a’yan), jasa (al-khadamat), aset proyek tertentu (maujudat
masyru’ mu’ayyan), dan/atau aset kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath
istitsmar khashsh).2

C. Perbedaan Sukuk Dengan Obligasi Konvensional

Selain berbeda dalam pengertian, ada banyak perbedaan lain antara obligasi
konvensional dan obligasi syarȋ‟ah (sukȗk). Perbedaan-perbedaan tersebut ialah:

1. Tingkat pendapatan dalam obligasi syarȋ‟ah berdasarkan kepada tingkat rasio bagi hasil
(nisbah) yang besarannya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor, sedangkan pada
obligasi konvensional menekankan pendapatan investasi berdasarkan tingkat suku bunga.

2. Sistem pengawasan obligasi syarȋ‟ah selain diawasi oleh pihak wali amanat,
mekanismenya juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syarȋ‟ah (di bawah Majelis Ulama
Indonesia) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi
tersebut. Dengan adanya sistem ini, maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada
investor obligasi syarȋ‟ah diharapkan bisa lebih terjamin. Sedangkan obligasi
konvensional pengawasannya hanya dilakukan oleh pihak wali amanat.

3. Jenis industri yang dikelola oleh emiten obligasi syarȋ‟ah serta hasil pendapatan
perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur nonhalal, dan juga harus bersifat
2
Mardani, Hukum Ekonomi Syari’ah di Indonesia, (Bandung: Pt Refika Afitama, 2013), hlm 73

4
berdasarkan transaksi riil, mengandung asas manfaat, dengan dasar uang bukan komoditas,
serta tidak mengenal time value of money. Sedangkan pada obligasi konvensional tidak
terdapat batasan apakah industri yang dikelola penerbit sesuai syarȋ‟ah atau tidak, tidak
diharuskan berdasarkan transaksi riil, berdasar atas asas utilitas, serta uang menjadi
komoditas, dan mengandung time value of money and opportunity cost.3

D. Jenis Sukuk Menurut AAOFI

Menurut AAOIFI, jenis akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk, yaitu
antara lain Sukuk Ijarah, Sukuk Murabahah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna’, Sukuk
Mudharabah, Sukuk Musyarakah, Sukuk Wakalah, Sukuk Mugharasah, Sukuk Muzara’ah,
Sukuk Musaqah.

E. Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan Obligasi

Mekanisme Penerbitan Obligasi di Pasar Keuangan Global

1. Lelang (Auction)

Mekanisme lelang pada obligasi dilakukan untuk menentukan harga yang tepat dalam
periode tertentu (sampai jatuh tempo). Dalam prosesnya, kamu bahkan lembaga keuangan
lain dapat mengajukan penawaran harga untuk obligasi pemerintah. Keuntungan yang
akan kamu dapatkan tergantung pada aturan obligasi dan juga harga yang diberikan saat
proses pelelangan. Biasanya, besarnya bunga (kupon) sudah ditentukan sejak awal oleh
debitur, sedangkan harga ditentukan oleh pasar saat mengikuti proses lelang tersebut.

2. Penjaminan Emisi (Underwriting)

Mekanisme underwriting pada obligasi merupakan suatu kegiatan transaksi di pasar


uang oleh pihak yang turut menjamin dan bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan
dari debitur (emiten). Lembaga keuangan, perbankan, atau perusahan sekuritas lainnya
akan membentuk sebuah sindikasi untuk membeli seluruh obligasi yang diterbitkan oleh
debitur. Kemudian obligasi tersebut dijual kembali kepada investor umum seperti kamu.
Ini yang dinamakan syndicated loan (kredit sindikasi). Sindikasi akan menanggung

3
Roihan, Berpikir Holistis Dalam Mengembankan Obligasi Syari’ah,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm 31

5
risikonya jika obligasi tidak terjual habis. Namun, di samping itu, para sindikasi bisa
menentukan besaran fee tertentu kepada debitur sebagai imbalan jasa penjaminan emisi
(underwriting).

3. Penerbitan Khusus (Private Placement)

Biasanya, mekanisme private placement dilakukan ketika debitur (pemerintah atau


perusahaan) tengah membutuhkan dana secara cepat untuk melunasi utang, memperbesar
bisnis, dan semacamnya. Dengan memperkecil skala penerbitan obligasi, para debitur akan
lebih mudah mendapatkan dana dari investor. Obligasi juga hanya bisa dibeli oleh pihak-
pihak (investor) tertentu dengan kriteria terbaik. Dengan kata lain, obligasi yang
diterbitkan secara khusus ini tidak diperdagangkan secara bebas. Sehingga kamu yang
tidak masuk kriteria, tidak akan bisa membeli obligasi.

Perdagangan obligasi dipasar utama yaitu:

Tahap awal yang mesti dilakuakan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih
perusahaan efek yang memiliki perusahaan tetap (fixed income), mempunyai peranan
untuk membeli atau menjual obligasi. Selanjutnya investor membuka rekening untuk
memperoleh informasi perdagangan obligasi setiap saat.

Setelah melakukan analisis terhadap obligsi yang akan dibeli kemudian investor
memilih perusahaan efek dan memberikan keprcayaan kepada Wali Amanat untuk
membeli obligasi yang dikehendaki dengan menjelaskan spesifikasinya. Seterusnya wali
Amanat bertindak sebagai broker untuk membeli obligasi atas nama investor.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan penawaran dan pemesanan obligasi pada
pasar utama :

1. investor dilakukan oleh Wali Amanat dan agen penjual di pasar utama.

2. Kemudian investor menghubungi Wali Amanat atau agen penjual (broker) sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan

3. Pemesanan obligasi diikuti dengan pembayaran.

4. Wali Amanat atau agen penjual member pengumuman

5. mengenai hasil penawaran umum kepada investor.

6. Penawaran pertama obligasi yang diterbitkan perusahaan kepada

6
7. Proses pemberian (allotment) obligasi kepada investor dilakukan oleh wali Amanat dan
perusahaan penerbit obligasi.

8. Apabila jumlah obligsi kurang dari yang dipesan investor maka kelebihan dana investor
akan dikembalikan (proses ini disebut dengan refund).4

F. Perdagangan Obligasi Dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya segala bentuk muamalah yang direkayasa oleh manusia adalah
diperbolehkan atau diizinkan, selama tidak ada dalil yang melarangnya dan tidak
bertentangan dengan prinsip dan nilai yang ada di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Transaksi sukuk di pasar modal penuh dengan risiko dan unsur spekulasi. Hal ini
menyebabkan perkembangan harga efek tidak dapat dipastikan, meski demikian transaksi
efek di BEI tidak sama dengan gambling (judi). Terjadinya spekulasi di pasar modal
didasarkan pada kondisi fundamental dan teknikal perusahaan. Disamping itu investor
dapat menentukan posisi jual pada harga yang diinginkan, sedangkan judi tidak ada
keterangan dan informasi yang jelas dan nilainya akan hilang jika merugi. Unsur spekulasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktifitas bursa saham. Bursa efek kurang
bergairah dan kurang menarik bahkan mungkin sudah ditinggalkan investor tanpa adanya
spekulasi.

Bertransaksi dalam bursa merupakan salah satu bentuk perdagangan yang dibangun
berdasarkan atas persaingan, kompetisi, dan berorientasi kepada keuangan (Profit
Oriented). Ada sebagian para pelaku bisnis di bursa efek telah mengikuti peraturan yang
berkaitan dengan cara bertransaksi yang dibolehkan syara’ dan mereka jauh dari perbuatan
yang dilarang termasuk penipuan dan manipulasi, tetapi ada juga yang dengan keinginan
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, aturan-aturan yang telah digariskan oleh
Allah SWT. dan Rasul-Nya tidak diindahkan. Akibatnya mereka melakukan berbagai
macam cara untuk menempuh apa yang menjadi tujuannya.

Islam sangat tidak setuju dengan penipuan walau dalam bentuk apapun, karena Islam
mengajarkan kepada pemeluknya untuk menjadi orang yang jujur dan amanah. Orang yang
melakukan penipuan dan kelicikan tidak dianggap umat Islam yang sesungguhnya, meskipun

4
Bursa Efek Surabaya, Proses perdagangan dan Penyelesaian Obligasi dalam Hulwati, Ekonomi Islam
(Teori dan Pratikum Perdagangan Obligasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: Ciutat
Press Group, 2006), hlm 174

7
di dalam ucapannya keluar pernyataan bahwa dirinya seorang muslim. 5 Dengan demikian,
aplikasi perdagangan sukuk ijārah al-muntahiya bittamlik di BEI ditinjau dari segi rukun dan
syarat sewa menyewa menurut syari’at Islam adalah sebagai berikut: 1) syarat orang yang
melakukan akad dalam Islam adalah harus berakal dan dilakukan oleh orang yang berbeda
maksudnya ada pihak penyewa dan pihak yang menyewa. Demikian pula transaksi sukuk
IMBT di BEI yang melakukan transaksi akad adalah obligor atau broker yang ahli dalam
bidangnya serta sudah dewasa. Imam Bukhari berkata: Ibn Sirin, Ata’, Ibrahim dan al-Hasan
tidak melihat adanya apa-apa dalam masalah broker(perantara).6 Ulama fikih sepakat bahwa
segala transaksi yang dilakukan melalui surat atau utusan adalah sah, 2) ditinjau dari syarat
yang berkaitan dengan akad atau ijab qabul yakni tercermin dengan adanya sistem komputer,
jika harga sewa menyewa cocok maka akan terjadi matched kemudian penandatanganan
kesepakatan. Ulama fikih sepakat bahwa akad semacam ini seperti yang telah disebutkan di
atas adalah sah hukumnya, asalkan ijab qabul telah sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati.7

BAB III

PENUTUP

5
Mustaq Ahmad, Etik Bisnis Dalam Islam, 9Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2021), hlm 136
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung: PT Alma’arif.1987), hlm 70.
7
Rahmat Syafe’i, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Hlm 96

8
A. Kesimpulan

Dari materi di atas dapat disimpulkan yaitu:

1. Obligasi Syariah atau sukuk ialah surat berarga sebagai instrumen investasi yang
diterbitkan atas dasar suatu transaksi atau kas syari’ah yang melandasinnya, yang berupa
akad musyarakah, ijarah, mudharabah dan lain sebagainnya..

2. Menurut fatwa DSN-MUI No. 137/DSN-MUI/IX/2020 dalam fatwa ini sukuk ialah surat
berharga syariah Efek Syari’ah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian kepemilikan yng tidak bisa ditentukan batas-batasnya.

3. salah satu perbedaan sukuk ialah sistem pengwasan obligasi syari’ah yaitu diawasi oleh
pihak wali amanat sedangkan obligasi konvensional pengawasannya hanya dilakukan oleh
pihak wali amanat.

4. jenis sukuk menurut AAOFI yaitu sukuk ijarah, sukuk murabahah. Dll.

5. Mekanisme penerbitan obligasi di pasar keuangan global ialah lelang, penjaminan emisi,
penerbitan khusus.

6. Pada dasarnya segala bentuk muamalah yang direkayasa oleh manusia adalah
diperbolehkan atau diizinkan, selama tidak ada dalil yang melarangnnya dan tidak
bertentangan dengan prinsip dan nilai yang ada di dalam Al-Quran dan as-Sunah.

B. Saran

Semoga dengan selesainnya makalah ini, maka penyususn sangat mengharapkan


respon dari para teman-teman mahasiswa maupun dari dosen dan saran dari siapapun
datangnya demi perbaikan makalah ini. Karena setiap manjsia tidak luput dari kesalahan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyususn sendiri dan umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Veithzal Rival,Sarwono Sudarto, Dkk. (2012). Islamic Banking & Finance Dari Teori Ke
Praktik Bank dan Keungan Syari’ah Sebagai Solusi dan Bukan Alternatif. Yogyakarta:
BPFE.

Mardani,. (2013). Hukum Ekonomi Syari’ah Di Indonesia. Bandung: PT Refika Afitama.

Roihan. (2010). Berpikir Hlistis Dalam Mengembangkan Obligasi Syari’ah. Yogyakarta:Ar-


Ruzz Media.

Bursa Efek Surabaya. (2006). Proses Perdagangan dan Penyelesaian Obligasi Dalam Hulwati,
Ekonomi islam (Teori dan Pratikum Perdagangan Obligasi Syariah Di pasar Modal
Indonesia dari Malysia. Jakarta: Ciutat Press Group.

Mustaq Ahmad. (20221). Etika bIsnis dalam Islam. Jakrta: Pustaka Al-Kautsar.

Sayyid Sabiq. (1987). Fikih Sunnah 12. Bandung: PT Alma’arif.

Anda mungkin juga menyukai