Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KLASIK

M. ILHAM

BAYU ARDIANTO

Program Studi Ekonomi Syari’ah

Sekolah Tinggi Agama Islam An-nadwah Kuala Tungkal

Kabupaten Tanjung Jabung barat Provinsi jambi

Email: Muhammadilhamml896@gmail.com

Abstrak

Jurnal ini bertujuan untuk menguraikan mengenai sejarah pemikiran ekonomi islam
klasikyang dimana diawali dari zaman nabi Mhammad SAW hingga pada kepemerintahan
khulafaurasyidin. Pada mulanya ekonomi syari’ah masih dikatakan sederhana, dimulai
dengan hanya wahyu Al-Qur’an dan Ijtihad nabi Muhammad SAW Setelah beliau wafat, Abu
bakar melanjutkan praktik ekonomi Islam dengan menekankan ketepatan waktu pembayaran
zakat. Praktik ekonomi islam di era Umar menekankan administrasi pusat komersial baitul
mal dan pajak aministrasi tanah (kharaj) yang disita dari negara taklukan. Di era Ustman, dai
memutuskan untuk tidak mengambil gaji dari kantornya. Sebaliknya, dia menabung untuk
investasi pemerintah. Di era Ali bin Abi Thalib, pajak bagi pemilik hutan sekitar 4000 dirham
dan Ibnu Abbas, Gubernur Kuffah, diizinkan mengambil sayuran sebagai zakat untuk
digunakan sebagai bumbu. Menurut kewenangannya, Ali memiliki prinsip bahwa pembagian
uang kepada orang-oang didasrkan pada kemmampuan mereka.

Kata Kunci: Sejarah, Ekonomi, Klasik

Abstract

This journal aims to describe the history of classical islamic thought which began from the
time of the prophet mhammad saw to the reign of khulafaurasdin. Originally the Shari 'ah
economy was still said to be simple, starting with just the Revelations of the qur 'an and the
prophet muhammad (peace and blessings be upon his death), ABU bakr continued the
practice of the islamic economy by stressing the punctuality of zakat's payment. Islamic
economic practice in the umar era emphasized the commercial administration of the baitul
mal commercial center and the land aminization tax (kharaj) that was confiscated from the
captured country. In the ustman era, she decided not to take a salary from her office. Instead,
he is saving up for government investment. In the era of ali bin abi talib, a tax for forest
owners about 4000 dirham and ibn abbas, governor kuffah, were allowed to take vegetables
as zakat for use as a marination. Under his authority, ali had the principle that distributing
money to people was based on their development.

Keywords: History, Economics, Classics

PENDAHULUAN

Di dalam ekonomi islam ada Ada dua istilah yang umum digunakan untuk ekonomi
Islam, yaitu ekonomi Islam dan ekonomi syari’ah. Kedua mengacu pada satu prinsip, yaitu
ekonomi berdasarkan prinsip Syariah. Dari segi perkembangan, ekonomi Islam lahir dan
perkembangan Islam di dunia ini. Pada fase ketika Nabi masih di Mekah, belum ada kegiatan
ekonomi yang terjadi karena perjuangan dan fokus dakwahnya untuk memperkuat tauhid di
kalangan Quraisy yang menyembah berhala. Kegiatan ekonomi Nabi baru dilakukan ketika
beliau berada di Madinah dimana beliau menjalankan pemerintahan dan mengatur
perekonomian masyarakat Madinah.1

Dari literatur yang ditulis oleh ekonom dan pemikir Islam, kami menemukan beberapa
buku yang secara khusus membahas ekonomi Islam. Di antara ulama kontemporer yang
telah menyatakan pendapatnya tentang ekonomi Islam adalah Muhammad al-Ghazali dalam
al-Islam wa al-Auda' alIqtis}adiyah (Islam dan posisi ekonomi) dan al-Islam wa Muftara
'alaihi baina al-Syuyuiyyin wa alRa' sumaliyyin (Islam yang terbagi antara: sosialisme dan
kapitalisme). Karya Sayyid Qutb adalah al'Adalah alIjtima'iyyah fialIslam (Keadilan Sosial
dalam Islam). Sedangkan karya berupa artikel misalnya karya Dr. Muhammad Abdullah
Darraj menulis tentang laporan bank yang dipresentasikan pada konferensi Paris pada tahun
1951; Konferensi yang diberikan oleh Dr.Muhammad Abdullah al-Arabi dan Dr. Isa Abduh
dan lainnya.2

1
Karim, Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: The International Institute Of
Islamic Thought (IIIT), 2002), hlm 4.
2
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)
Mengingat fakta-fakta di atas, ruang lingkup mempelajari ekonomi Islam sangat
terbatas. Kajian ini tidak secara langsung menganalisis fase pemikiran ekonomi Islam, tetapi
hanya menganalisis tulisan terbaru yang ditulis dalam bahasa Arab, bahasa Inggris dan Urdu
tentang pemikiran ekonomi pemikir Islam di masa lalu. Nyatanya, masih banyak isu yang
luput dari perhatian ekonom, karena mereka yakin bisa membangkitkan rasa ingin tahu dan
memicu perdebatan yang telah menarik perhatian isu utama yang disebutkan di atas.

Dalam jurnal ini kita akan mengkaji pemikiran ekonomi pada Periode Klasik,
khususnya pada masa Khulafa 'al-Rasyidin. Pada tahun , awal Islam adalah awal dari tonggak
sejarah dimulainya ekonomi Islam. Pondasi ekonomi Islam juga muncul sesuai dengan
wahyu Al-Qur'an dan kebijakan Nabi dalam kaitannya dengan ekonomi masyarakat Madinah
pada saat itu, serta kebijakan ekonomi Khulafa. al-Rasyidin.

KAJIAN TEORI

Sejarah pemikiran ekonomi Islam dapat menjadi jembatan yang menghubungkan


masa lalu dengan masa kini, dalam mempersiapkan masa depan yang mencakup
perkembangan pemikiran ekonomi Muslim sejak kemunculan Islam sampai ekonomi menjadi
disiplin ilmu tersendiri. Kepedulian tentang masalah ekonomi mendahului perkembangan alat
analisis yang terkait dengan ekonomi itu sendiri, dan hal ini terbukti dalam tulisan para ulama
fikih masa awal.3

Tetapi jika peneliti melihat mengenai sudut pandang terhadap sejarah pemikiran
ekonomi islam klasik pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yaitu sama – sama suatu
ekonomi atau sistem perekonomian nya sama walaupun di zaman sekarang apaka masih ada
pelaku ekonomi anmenerapkan sistem ekonomi islam klasik.

Adapun tujuan peneliti memilih sejarah pemikiran ekonomi islam klasik yaitu untuk
mengetahui bagaimana saja sejarah pemikiran ekonomi islam klasik, baik itu pada zaman
rasullullah maupun sesudah zaman Rasulullah.

Menurut peneliti disini, penelitian kualitatif untuk digunakan di dalam penelitian ini
adalah untuk mencari tau tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam klasik, apakah pada
zaman sekarang atau era sekarang masih ada digunakan atau diterapkan.

METODE
3
Ahmed El Ashker and Rodney Wilson, Islamic Economics A Short History, (Boston: Brill,2006)
Metode kualitatif merupakan metode yang dipakai pada penelitian ini. Fokus
penelitian kualitatif terdapat dalam pemahaman kenyataan sosia yang nyata terjadi didalam
masyarakat. Beberapa langkah pendekatan yang dipakai pada penelitian kualitatif merupakan
pendekatan yuridis normatif, yakni pendekatan menggunakan memakai bahan kepustakaan
maupun peraturan-peraturan yang dihubungkan menggunakan kenyataan sosial tersebut.4

HASIL TEMUAN

Pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam itu diturunkan melalui
Nabi Muhammad SAW. Pemikiran ekonomi islam klasik itu yaitu ada pada masa sebelum
Rasullullah, pada masa rasulullah, pada masa khulafaurrasyidin, pada masa bani umayyah,
bani abbasiyah, dan juga pada masa bani utsmani. Pada sampel pertama kami berdua
melakukan survey di salah satu pedagang atau toko, bahwa pedagang ini dia rutin melakukan
zakat setiap tahunnya. Pedagang ini dia mengeluarkan zakat baik itu berupa zakat fitrah,
zakat maal (harta), dan juga zakat perdagangan atau tijarah. Pedagang ini dia juga
mengeluarkan zakat mal (harta) sekitar 5% hingga 7,5% tergantung penghasilan setiap
tahunnya karena tidak menentu. Pedagang ini dia juga mengeluarkan zakat tijarah. Dan
pedagang ini dia membayar/mengeluarkan zakat baik itu zakat maal dan juga zakat
perdagangan (tijarah) melalui orang ketiga. Dari sini bisa disimpulkan bahwa pedagang yang
kami lakukan survey ini dia masih menerapkan pemikiran ekonomi islam pada masa
khulafaurrasyidin yaitu umar bin khattab.

Selanjutnya pada sampel kedua ketika saya melakukan survei disuatu toko ditempat
saya yaitu kampung parit 10 kayu aro, ditoko tersebut tidak menerapkan zakat tijarah karena
dalam setiap tahunya pedagang tersebut tidak pernah mendapat untung dikarenakan
banyaknya pelanggan atau pembeli melakukan kas bon dalam waktu yang cukup lama dan
pedagang tersebut merasa sungkan untuk menagih kas bon tersebu tetapi pedagang tersebut
masih menerapkan zakat firah. Seterusnya pada sampel ketiga saya berpindah kekampung
sebelah saya yaitu bonasim, disalah satu toko saya meminta ijin untuk bertanya mengenai
zakat tijarah setiap tahunya dan pedagang tersebut berkata bahwa setiap tahunya, pedagang
mengeluarkan zakat tijarah tapi tidak menetukan berapa persen zakat itu dikeluarkan dari
hasil setiap tahunya, dan pedagang tersebut berkata menurutnya ia sudah mengeluarkan zakat
dan sudah bebas dari tanggungan tersebut. Pedagang ini memberikan zakat nya kepada orang
yang kurang mampu disekitarnya dan tidak melalui orang ketiga. Dari hasil survei diatas
masih terdapat orang yang melakukan zakat tijarah sesuai dengan ajaran ekonomi islam
4
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 14
klasik walaupun terdapat orang yang tidak melakukan zakat tijarah dikarenakan kendala kas
bon diatas.

Dan selanjutnya pada sampel keempat Pedagang ini dia mengeluarkan zakat baik itu
berupa zakat fitrah, zakat maal (harta), dan juga zakat perdagangan atau tijarah. Pedagang ini
dia juga mengeluarkan zakat mal (harta) sekitar 6% hingga 7,5% tergantung penghasilan
setiap tahunnya karena tidak menentu dan pada tahun ini pedagang ini dia mengeluarkan
zakat harta (tijarah) sekitar 10 %, dan mengalami peningkatan pada tahun sebelumnya.
Pedagang ini dia juga mengeluarkan zakat tijarah. Dan pedagang ini dia
membayar/mengeluarkan zakat baik itu zakat maal dan juga zakat perdagangan (tijarah)
melalui orang ketiga. Dari hasil survei pada sampel 2,3, dan 4 masih terdapat orang yang
melakukan zakat tijarah sesuai dengan ajaran ekonomi islam klasik walaupun terdapat orang
yang tidak melakukan zakat tijarah dikarenakan kendala kas bon diatas.

PEMBAHASAN

Pada Suatu hasil temuan terdapat beberapa pedagang yang masih menerapkan sistem
perekonomian pada ekonomi islam klasik, yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

Pedagang atau sampel pertama, kedua, ketiga dan keempat masih menerapkan sistem
perekonomian pada masa klasik yaitu zakat, baik itu zakat fitrah maupun zakat tijarah
ataupun hanya zakat fitrah saja seperi pada masa Rasulullah dan masa khulafaurrasyidin.
Pada masa Rasulullah, larangan bunga atau riba telah dikeluarkan, seperti kebiasaan bagi
orang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar menentang terlibat dalam praktik yang tidak
adil dalam bisnis. Karena riba didasarkan pada pengeluaran orang dan merupakan eksploitasi
sejati, dan Islam melarang segala bentuk eksploitasi, "apakah kaya melawan miskin, penjual
melawan pembeli, tuan melawan budak, pria melawan wanita, dll." Al-Qur'an juga
menyebutkan : "Dan apa pun yang kamu berikan sebagai tambahan (riba) untuk menambah
kekayaan manusia, maka riba tidak bertambah di sisi Allah" (Surat 30:39).

Untuk menghilangkan riba ini, Al-Qur'an menawarkan solusi melalui zakat,


shodaqah dan sejenisnya. Hal ini ditandai pada tahun dengan kewajiban Shadaqah Fitrah
pada tahun kedua Hijriyah atau lebih dikenal dengan Zakat Fitrah setiap bulan Ramadhan ,
yang dibagikan kepada fakir miskin, budak, Amil (penjaga Zakat). mualaf dan lain-lain.
Sebelum, zakat itu wajib, memberi kepada mereka yang membutuhkan bersifat sukarela, dan
tidak ada aturan atau peraturan khusus untuk hukum . Basis Islamnya kokoh, wilayah negara
berkembang pesat, dan orang masuk Islam secara masal. Peraturan yang kemudian disusun
oleh Nabi termasuk koleksi zakat, item yang dikenakan zakat, batas dan persentase zakat
untuk berbagai item yang berbeda.5 Pada dasarnya, pendapatan negara Islam Madinah masih
sangat kecil pada masa awal Islam. Pada, sumber pendapatan kecil termasuk sumbernya
yaitu: rampasan perang (ghanimah), sandera tawanan perang, pinjaman dari Muslim, khumuz
atau rikaz (harta yang ditemukan pada periode pra-Islam), wakaf, nawaib (pajak). untuk
Muslim kaya untuk menutupi pengeluaran negara saat darurat), Amwal Fadhla (milik
Muslim yang meninggal tanpa ahli waris pada tahun ), Zakat Fitrah, Kaffarat (denda untuk
kesalahan seorang Muslim di acara keagamaan), dan sedekah dari umat Islam dan bantuan
lainnya dari sahabat yang tidak mengikat.

Sedangkan paa masa Khulafaurrasyidin Yaitu pada masa abu bakar, umar bin khattab,
utsman bin affan, dan ali bin Abi Thalib. Pada masa Abu bakar, Penduduk Madinah, Abu
Bakar yang menjalankan pemerintahan dan perekonomian, sangat memperhatikan keakuratan
perhitungan Zakat . Abu Bakar juga mengambil langkah strategis dan tegas untuk
mengumpulkan Zakat dari umat Islam, termasuk Badui (a' rabi) yang kembali menunjukkan
tanda-tanda kemaksiatan untuk membayar zakat setelah kematian Nabi . Pada kesempatan
lain, pada tahun , Abu Bakar menginstruksikan kepada Amil yang sama bahwa kekayaan
orang yang berbeda tidak dapat digabungkan, atau kekayaan yang telah digabungkan tidak
dapat dipisahkan. Dikhawatirkan akan terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran
penerimaan zakat. Hasil dari pengumpulan Zakat digunakan sebagai pendapatan negara dan
disimpan di Baitul Mal untuk langsung dibagikan kepada umat Islam secara penuh pada
tahun sampai tidak ada yang tersisa. 6 Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekayaan
negara Madinah sudah mulai bertambah, tidak seperti pada masa awal Islam . Pada masa
Nabi, jumlah orang Arab masih sedikit dengan kuda, terutama yang Muslim dengan kuda.
Misalnya, pada Perang Badar, kaum Muslim hanya memiliki dua kuda. Pada saat
pengepungan suku Bani Quraizha pada tahun (5 H), tentara Muslim memiliki 36 kuda. Pada
tahun yang sama di Hudaybiyah mereka memiliki sekitar dua ratus kuda.Karena zakat
dikenakan atas barang yang memiliki produktivitas, maka orang atau kuda milik umat Islam
tidak dikenakan zakat pada waktu itu. Karena maraknya perdagangan kuda, Abu Ubaidah,
gubernur Syam saat itu, ditanya tentang zakat kuda dan budak. Gubernur melaporkan bahwa
tidak satupun dari mereka yang dikenakan zakat. Kemudian mereka mengusulkan kepada
khalifah bahwa kewajiban zakat harus ditetapkan untuk keduanya, tetapi permintaan itu tidak
5
Karim, Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: The International Institute Of
Islamic Thought (IIIT), 2002), hlm 5.

6
Karim, Adiwarman,Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam ( Jakarta: Rajawali Press, 2002) hlm 8
dikabulkan. Mereka kemudian kembali ke Abu Ubaidah dan bersikeras untuk membayar.
Akhirnya gubernur menulis surat kepada Khalifah dan Khalifah Umar menjawab dengan
instruksi kepada gubernur untuk mencabut mereka dari zakat dan membagikannya kepada
orang miskin dan budak.Sejak saat itu, zakat kuda ditetapkan pada satu dinar, sebagai satu
dirham untuk setiap empat puluh dirham.

Pada masa Utsman bin Affan, Kebijakan lain yang diikuti Utsman mengenai ekonomi
adalah mempertahankan sistem pemberian bantuan dan kompensasi juga memberikan
sejumlah besar uang kepada berbagai orang. Meskipun percaya pada prinsip kesetaraan
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, menawarkan jenis dukungan yang berbeda di
tingkat yang lebih tinggi. Tentang administrasi zakat, Utsman mendelegasikan kekuasaan
penilaian kekayaan zakat kepada pemiliknya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk
melindungi zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam memeriksa kekayaan, yang
tidak disadari oleh sebagian pembayar zakat. Di sisi lain, Utsman berpendapat pada tahun
bahwa zakat hanya dikenakan pada harta seseorang setelah semua hutang yang relevan telah
dikurangi Itu juga memotong zakat dari dana pensiun. Sedangkan pada masa Ali bin Abi
Thalib, Di antara kebijakan ekonomi pemerintahannya, memberlakukan pajak 4.000 dirham
pada pemilik hutan dan mengizinkan Ibn Abbas, gubernur Kufah, untuk mengumpulkan
zakat pada sayuran segar untuk digunakan sebagai rempah-rempah. Pada saat yang sama
dengan pemerintahannya, Ali memiliki prinsip bahwa pemerataan dana publik berada dalam
kemampuannya. Sistem distribusi sekali seminggu pertama kali diadopsi Kamis adalah hari
distribusi atau hari gajian. Semua penghitungan selesai hari itu dan memulai penghitungan
baru pada hari Sabtu. Cara ini mungkin merupakan solusi terbaik dari sudut pandang hukum
dan kontribusi negara yang pada masa transisi.

PENUTUP

Pada dasarnya pada masa Nabi tatanan ekonomi Islam masih sangat sederhana, hanya
berdasarkan wahyu Al-Qur’an dan Ijtihad Nabi Muhammad sama seperti ang dinyatakan
dalam hadits. Perekonomian islam mualai berkembang ketika Nabi hjrah ke madinah, saat itu
madinah masih kacau balau. Penduduk madinah belum memiliki pemimpin atau raja yang
berdaulat. Hanya ada kepala suku yang menguasai wilayahnya masing-masing. Suku yang
terkenal saat itu ialah Aus dan Khazraj. Saat itu kota madinah masih berbentuk suku, belum
ada hukum dan belum ada pemerintahan. Antar kelmpok masih saling bertarung. Kelompok
terkaya dan terkuat adalah orang Yahudi, tetapi ekonomi mereka masih lemah dan
bergantung pada pertanian.

Setelah Nabi wafat, Abu Bakar melanjutkan praktik ekonomi Islam dengan menitik
beratkan pada ketepatan pembayaran Zakat . mengambil tindakan tegas dan perangi suku
yang menolak membayar zakat. Selama masa Umar, praktik ekonomi Islam menjadi lebih
inklusif dan progresif ketika negara di sekitar Jazirah Arab ditaklukkan, termasuk timur
Roma (Suriah, Palestina dan Mesir) dan seluruh Persia, termasuk Irak. Ini menyangkut
administrasi Baitul Mal dan pajak atas administrasi tanah (Kharaj) yang disita dari tanah
taklukan. Pada masa pemerintahan tahun Utsman menerapkan kebijakan tidak menerima gaji
dari kantornya. Sebaliknya, ia membebaskan pemerintah dari masalah serius dan bahkan
menyimpan uangnya di pundi-pundi negara. Selama masa Ali bin Abi Thalib, pajak untuk
pemilik hutan adalah 4.000 dirham dan memungkinkan Ibn Abbas, gubernur Kufah, untuk
memungut zakat atas sayuran segar untuk digunakan sebagai bumbu. Pada saat yang sama
dengan pemerintahannya , Ali memiliki prinsip bahwa pembagian uang kepada orang adalah
sama sesuai dengan kemampuan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed El Ashker and Rodney Wilson, 2006. Islamic Economics A Short History. Boston:
Brill
Karim, Adiwarman, 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: The International
Institute Of Islamic Thought.

Karim, Adiwarman, Azwar, 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi islam. Jakarta: Rajawali
Press.

Sugiono, 2017. Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yatim, Badri, 2000. Sejarah peradaban islam. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.

HASIL DARI PENGABDIAN MASYARAKAT

Tema : Pengenalan Sistem Ekonomi Islam


Dan Edukasi Bahaya Narkoba Bagi Generasi Muda
Lokasi : Pondok Pesantren Manba’ul Ilmi Ma’arif Nu Senyerang
Waktu Kegiatan : Rabu 22 Juni 2022

Hasil dari Pengabdian Masyarakat


BAB I
A. Latar Belakang Kegiatan
Mahasiswa sebagai manusia yang berintelektual tinggi diharapkan untuk bia memberikan
kontribusi yang tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk moril. Sebagai
mahasiswa dimana yaitu sebagai sebuah perubahan dimana perubahan tersebut harus dlakukan
dalam hal yang nyata
Dalam hal ini kami sebagai mahasiswa Stai An-Nadwah Kula Tungkal dalam hal perubahan
tersebut yaitu melakukan pengabdian masyarakat kepada adik adik santri di pondok pesantren
Manba’ul ‘Ilmi Ma’arif Nu Senyerang dengan menyampaikan materi atau pengenalan mengenai
sistem ekonomi islam dan edukasi bahaya narkoba bagi generasi muda.

B. Tujuan Kegiatan
Dengan dilakukannya kegiatan ini yaitu untuk memberikan pemahaman kepada adik adik
santri dalam menyikapi suatu perkembangan baik itu dalam kegiatan ekonomi maupun
lingkungan. Dimana dalam kegiatan ekonomi ini yaitu untuk mengetahui apa saja sistem ekonomi
di dalam islam dan di lingkungan yaitu agar berhati hati dalam memilih teman bergaul agar
tehindar dari adanya penyealahgunaan narkoba.

BAB II
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada hari rabu tangal 22 juni 2022 pukul
09.30 bertempat di Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ilmi Ma’arif Nu Senyerang.
B. Peserta Kegiatan
Dalam kegiatan ini dihadiri langsung oleh pengasuh pondok pesantren Manba’ul ‘Ilmi
Ma’arif Nu sneyerang yaitu Abah Kiyai Muhammad Romli dan segenap majlis guru serta santri
putra sanri putri yang berjumlah 38 orang.
C. Materi kegiatan
Di dalam pengabdian masyarakat ini ada 2 materi yaitu: Pengenalan sistem ekonomi islam
dan edukasi bahaya narkoba bagi genrasi muda.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada hari rabu 22 juni 2022 dimana dimulai
dari jam 09.30 sampai jam 15.00 dengan di akhiri penyerahan bingkisan hadiah dan foto bersama.

BAB III
A. Kesimpulan
Dengan Dilaksanakannya pengabdian masyarakat ini bertempat di Pondok pesantren
Manbaul ‘Ilmi ma’arif Nu Senyerang berkenaan dengan materi sistem ekonomi islam dan edukasi
bahaya narkoba, baik itu mahasiswa, santriwan dan santriwati bisa menrapkannya dalam
kehidupan sehari hari dalam hal sistem ekonomi islam dan mahasiswa, santriwan dan santriwati
bisa mengetahui bahaya penyalahgunaan narkoba karena akiabt dari penyaahgunaan narkoba ini
sangat berdampak pada masa depan.
B. saran
Untuk kedepanya semoga kami dalam hal pengabdian masyarakat ini tidak hanya sampai di
sini saja tetapi bisa mengimplementasikan di dalam lingkugan sekitar yaitu kampung halaman.

Anda mungkin juga menyukai