Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DARI ZAMAN NABI

MUHAMMAD SAW SAMPAI KONTEMPORER

Devita Ayu Fildayanti/90100118020

Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad Saw, ekonomi syariah dikenal


dengan sederhana hanya berlandaskan pada wahyu dari Al-Quran dan Ijtihad Nabi
Muhammad Saw yang terdapat di dalam hadis. Awal mula kemunculan ekonomi
syariah pada masa Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah yang kondisinya
pada saat itu masih rancu. Tidak adanya pemimpin yang berdaulat, hukum dan
pemerintahan, yang ada hanya kepala suku yang berkuasa di daerahnya masing-
masing. Suku Aus dan Kharaj adalah suku-suku yang paling terkenal pada masa
itu. Masih sering terjadi pertikaian antar kelompok dimana kelompok terkaya dan
terkuat adalah kelompok orang-orang Yahudi.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, kepemimpinan beliau dilanjutkan


oleh Khulafa’ al-Rasyidin yang pertama yaitu Abu Bakar. Masa kepemimpinan
Abu Bakar hanya berjalan sekitar dua tahun lamanya. Banyaknya problematika
yang terjadi seperti banyaknya kelompok yang murtad, nabi palsu dan penolakan
terhadap zakat. Pada masa kepemimpinan ini, Abu Bakar melanjutkan praktik
ekonomi islam yang sebelumnya dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw dengan
mengutamakan optimalisasi pembayaran zakat. Sedangkan pada masa Umar bin
Khattab praktiknya lebih menekankan pada kharaj atau pajak pengelolaan lahan
dan manajemen Baitul Mal. Berbeda lagi pada masa khalifah Utsman bin Affan,
dimana beliau mengambil kebijakan agar tidak mengambil bayaran atau imbalan
dari kantornya tetapi justru melonggarkan beban pemerintahan seperti menyimpan
dan menitipkan kasnya di bendahara negara. Sementara masa pemerintahan
khalifah Ali bin Abi Thalib berlandasan bahwa dalam hal pendistribusian, rakyat
harus mendapatkan haknya secara adil dan merata.1

Pada awal dekade 1990-an terjadi kesepakatan di kalangan pakar ekonomi


islam dan para ulama terkait paradigma ekonomi islam yang dalam hal ini

1
Karidatul Mudhiiah, Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik, Jurnal
Iqtishadia, Vol. 8 No. 2, September 2015, h. 194-206.
terdapat empat hal pokok dan mendasar diantaranya tauhid, khilafah, takaful dan
ibadah. Di dalam hal tersebut, terdapat tiga poin atau perbedaan utama menurut
pandangan dari para pemikir ekonomi islam kontemporer. Perbedaan pertama
terletak pada pemahaman akan istilah-istilah dan konsep tertentu yang terdapat di
dalam Al-Quran maupun al-Sunah. Kedua, pendekatan atau tata cara yang
digunakan dalam pemahaman teori ekonomi islam. Kemudian perbedaan ketiga
terletak pada penjabaran ciri atau karakter yang terdapat di dalam sebuah sistem
ekonomi islam. Akan tetapi, para pemikir ekonomi islam kontemporer pada
dasarnya telah menyepakati mengenai teori-teori dasar ekonomi syariah yang
berlandaskan pada Al-Quran dan al-Sunah.

Dalam pandangannya, Abdul Mannan menggunakan metode elektrik


dengan mengambil pendapat dari beberapa mazhab tradisi ekonomi barat dimana
sifatnya lebih ekstrem dan tersekat. Sedangkan menurut Siddiqi dan Kahf yang
juga pakar ekonomi islam mereka lebih sering memadukan pendekatan neo klasik
dengan fiqih.2 Berbeda pula dengan pemikiran Al-Ghazali. Pemikiran beliau lebih
fokus terhadap segala tingkah laku individu dengan menggunakan pendekatan
tasawuf yang berlandaskan pada Al-Quran, Sunah, Fatwa-fatwa sahabat, para
tabi’in dan nasihat para sufi sebelumnya. Berdasarkan alur sejarah, Al-Ghazali
masuk ke fase II yang dimana pada fase ini kasus korupsi, kesenjangan
kemiskinan dan dekadensi moral menjadi masalah yang menjamur meskipun
kondisi perekonomian pada saat itu pada taraf kemakmuran.3

2
Asdar Yusup, Paradigma Kontemporer Ekonomi Islam (Muh. Abdul Mannan versus
Syed Nawab Haedir Naqvi), Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol.11 No.2, Desember 2014, h. 227.
3
Sirajuddin, Konsep Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali, Laa Maisyir, Vol.3 No.1, Juni 2016,
h.52-58.
DAFTAR PUSTAKA

Mudhiiah, Karidatul. 2015. Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa


Klasik. Jurnal Iqtishadia, 8(2):194-206.
Yusup, Asdar. 2014. Paradigma Kontemporer Ekonomi Islam (Muh. Abdul
Mannan versus Syed Nawab Haedir Naqvi). Jurnal Studia Islamika,
11(2):227.
Sirajuddin. 2016. Konsep Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali. Laa Maisyir, 3(1): 52-
58.

Anda mungkin juga menyukai