Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

OBLIGASI SYARIAH/SUSUK KORPORASI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah


Pasar Modal Syariah dengan Dosen Pengampu Neneng Wahyuni,
S.E.,Sy., ME

Oleh :
Samsul Rifai
Wahyu langgeng dj

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


UNIVERSITAS AL-IHYA
KUNINGAN
Tahun
2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt,atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyusun makalah dengan tema Obligasi Syariah (sukuk) dengan tepat waktu. Makalah
ini kami susun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Investasi kami juga
ingin memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai obligasi syariah (sukuk).
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala saran, maşukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Pada akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan pendidikan,terutama mengenai obligasi syariah (sukuk) di
Indonesia.

Kuningan , 3 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Sejarah Obligasi Syariah (SUKUK) ........................................................................ 3
B. Pengertian Obligasi Syariah/SUKUK...................................................................... 4
C. . Landasan Hukum Obligasi Syariah (Sukuk) ......................................................... 5
D. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia ........................................... 7
E. Perbedaan Syarml (Sukuk) dengan Konvensional .................................................. 8
F. Karakteristik dan Tujuan Obligasi Syariah.............................................................. 9
G. Struktur dan Jenis-Jenis Obligasi Syariah (Sukuk) ............................................... 10
H. Mekanisme Operasional OblWsi Syariah (Sukuk) ................................................ 13
I. Cara Membeli Sukuk ............................................................................................. 15
J. Keuntungan Sukuk ................................................................................................ 15
K. Investasi di Sukuk Ritel ......................................................................................... 16
BAB III .............................................................................................................................. 18
PENUTUP ......................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya pengembangan pasar modal syariah di Indonesia pasar,


instrumen, dan instansi menjadi suatu komponen yang saling mendukung dalam
sistem keuangan. Satu institusi akan membutuhkan pasar, instrumen, dan institusi
lainnya. Ketlka perbankan syariah dikembangkan, munculah kebutuhan untuk
membuat pasar uang syariah Pada saat reksadana syariah dimunculkan, diperlukan
instrumen yang halal untuk penyaluran penempatan portofolionya,
Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, ObligasiSyariah (Sukuk ) adalah suatu surat berharga jangka
paojang berdasarkan prinsip syariah yangdikeluarkan oleh Emiten kepada
pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkanemiten untukmembayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil (jika menggunakan akad
syirkah) / margin (jika menggunakan akad al Ba'i) / fee (jika menggunakan akad
Ijarah), serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo,
Perkembangan sukuk di Indonesia mendorong pemerintah dan Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) danMajelis Ulama Indonesia (MUI) ikut bewemn dalam mengatur
regulasi mengenai sukuk. Setelah disahkannya UU Sukuk No. 19 pada bulan
Februari 2008, pemerintah dan kalangan akuntan di Indonesia kembali
mendapatkan tantangan mengenai perlakuan akuntansi terhadap instrumen
keuangan sukuk.
Sebelumnya dalam penerbitan instrumen keuangan sukuk penerbit maupun
investor menggunakan PSAK 50 dan 55 memiliki hubungan erat dengan IAS 32
Financial Instrument : presentation dan IAS 39 financial instrument : recognition
and measurement karena mengacu pada kedua peraturan yang diterbitkan oleh IFRS
tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Obligasi Syariah (Sukuk)?
2. Apa Pengertian Obligasi Syariah (Sukuk)?
3. Apa saja landasan hukum Obligasi Syariah (Sukuk)?
4. Bagaimana Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia?
5. Apa Perbedaan Obligæi Syatiah (Sukuk) dan Obligasi Konvensional?
6. Bagaimana Karakteristik dan Tujuan Obligasi Syariah (Sukuk) ?
7. Bagaimana Struktur dan Jenis-Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)?
8. Bagaimana Mekanisme Opemsional Obligasi Syariah (Sukuk)?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah Obligasi Syariah (Sukuk)
2. Mengetahui pengertian Obligasi Syariah (Sukuk)
3. Mengetahui landasan hukum Obligasi Syariah (Sukuk)
4. Mengetahui perkembangan Syariah (Sukuk) di Indonesia
5. Mengetahui apa Perbedaan Obligasi Syariah (Sukuk) dan Obligasi
Konvensional
6. Mengetahui struktur dan Jenis-Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)
7. Mengetahui mekanisme (Wasional (hligasi Syariah (Sukuk)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Obligasi Syariah (SUKUK)


Pada masa awal Islam, sukuk merupakan salah satu alat pembayaran gaji para
pegawai negara. Dalam sejarah disebutkan bahwa khalifah 'Umar bin al-Khattab
adalah khalifah pertama yang membuat sukuk dengan membubuhkan stempel di
bawah kertas sukuk tersebut. Sesungguhnya sukuk bukanlah hal baru dalam sejarah
Islam. Istilah ini sudah dikenal sejak abad pertama hijriyah. Saat itu, umat Islam
menggunakannya dalam konteks perdagangan antar-bangsa. la dipergunakan oleh
para pedagang sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang
timbul dari usaha perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Bahkan sejumlah
penulis menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata "cheque" dalam
bahasa Latin, yang telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi
dunia perbankan kontemporer.
Penggunaan sukuk berkembang pada abad 4-5 Hijriyah (10-11 Masehi)
dimana seorang pembeli dapat mengirim sukuk pada seorang pedagang. Pada sukuk
tersebut tertulis nama barang yang diinginkan, harga barang, dan tanda
tanganpembeli. Kemudian pedagang tersebut mengirim barang yang diinginkan
pembeli,ketika pedagang itu menemui atau menghubungi pembeli pada waktu yang
telah ditentukan, maka ia menyerahkan sukuk tersebut pada pembeli, dan pembeli
membayar sesuai dengan harga barang. Pada abad pertengahan, sukuk lazim
digunakan oleh para pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan
kewajib.an finansial yang timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Sukuk adalah efek syariah yang berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bemilai sama dan mewakili bagian atas beberapa hal. Pertama. Aset berwujud
tertentu (A'yan Maujudat). Kedua, Nilai manfaat atas aset berwujud (Manafi'ul
a'yan). Ketiga, Jasa (Al-khadamat). Keempat, Aset proyek tertentu (Maujudat
Masyru' Mu'ayyan). Kelima, Kegiatan investasi yang telah dilakukan (Nasyath
Istitsmarin Khashah).
Ibn Khaldun menyebutkan bahwa pemakaian sukuk bukan hanya di kalangan rakyat

3
(swasta), tapi juga di kalangan pemelintalu Terkadang sukuk ini diserahkan ke Bait
al-Mäl, para pedagang, atau para bendaharawan. Biasanya pada sukuk terdapat
nama dan tanda tangan dua saksi yang berkualifikasi adil. Ibn Hauqal menyebutkan
bahwa ia pemah menyaksikan sukuk senilai 240 ribu dinar antara dua orang
saudagar yang disaksikan Oleh beberapa orang yang berkualifikasi adil, dan
terkadang pada sukuk tersebut juga tertulis penjamin pembayarannya, di mana ia
bertanggung jawab untuk membayar jika penerbit sukuk tidak sanggup membayar.
Pada masa kontemporer kemunculan sukuk di latar belakangi upaya untuk
menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari
alternatif instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai dengan
syariah, Dengan didukung Oleh munculnya fatwa ulama yang mengharamkan
obligasi konvensional, seperti :
Fatwa Majma' al-Fiqh al-Islåmi 20 Maret 1990 dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majlis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/ IX/2002 dan kebutuhan
investasi jangka panjang, maka para ahli dan praktisi ekonomi Islam berijtihad
untuk menciptakan sebuah produk atau instrumen keuangan baru yang bernama
obligasi syariah atau sukuk- Dalam perkemb.angannya, The ISIamic Jurispudence
Council (IJC) kemudian mengeluarkan fatwa yang mendukung berkembangnya
sukuk. Hal tersebut mendorong Otoritas Moneter Bahrain (Bahrain Monetary
Agency) untuk meluncurkan salam sukuk berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25
juta dolar AS pada tahun 2001. Penerbitan sukuk global mencapai puncaknya pada
tahun 2007 dengan total penerbitan sukuk yang nilainya mencapai USD 48,885
milliar.
Perkembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan
Teluk dan Asia. Pada tahun, 2011, tercatat 17 negara telah menerbitkan sukuk.
Dengan demikian, sukuk sudah berkembang menjadi salah satu mekanisme yang
sangat penting dalam meningkatkan keuangan dalam pasar modal internasional
melalui struktur yang dapat diterima secara Islami.

B. Pengertian Obligasi Syariah/SUKUK


Obligasi merupakan surat utang dari suatu lembaga atau perusahaan yang
dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar. Para investor akan

4
mendapatkan return dalam bentuk tingkat suku bunga tertentu yang sangat
bervariasi tergantung kekuatan bisnis penerbitnya. Suku bunga ini bis dibayarkan
secara tetap atau berjenjang. Dalam pasar uang yang sudah betkembang dengan
baik bentuk dan jenis obligasi bisa mencapai belasan bahkan puluhan. Sukuk atau
obligasi syariah berasal dari bahasa Arab yaitu Shukuk yang merupakan bentuk
jamak dari Shak yang berarti "instrumen legal, amal, cek". Sukuk atau obligasi
syariah merupakan suatu istilah dalam bahasaArab yang digunakan untuk
yang berdasarkan prinsip syariah.
Sebagaimana fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
32/DSNMUI/IX/2002,obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan komitemen untuk membayar pamdapatan kq)ada
pemegang syariah berupa bagi hasil/margin/fee,serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.

C. . Landasan Hukum Obligasi Syariah (Sukuk)


1. Pandangan Al-Qur'an Terhadap Investasi Sukuk
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah nrngajarkannya "
(Q.S. Al- Baqoroh: 282). Maksud ayat di atas telah dibahas secara mendalam
oleh pakar fiqh Academy Jeddah, dan telah melahirkan keputusan No. 5 Tahun
1988, dengan menetapkan:
a. Sejumlah kumpulan asa dapat diwakili dalam sautu akte resmi (bonds).
b. Akta resmi (bonds) yang dimaksud dapat dijual pada harga pasar yang
tersedia dan komposisi dari kumpulan aset ditunjukkan dengan
pengamanan terdiri dari bentuk aset fisik dan aset finansial penjual.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
(Q.S. Al- Baqoroh: 275).
Maksud ayat di atas adalah pelarangan riba dalam bentuk obligasi yang
sudah marak saat ini. Dengan berkembangnya sukuk, maka praktek riba yang

5
terjadi berubah menjadi praktek bagi hasil yang diperbolehkan.
2. Pandangan Hadits Termdap Investasi Sukuk
Terdapat Hadits dan atsar yang menyebutkan kata sikaak (sukuk) yang
dihubungkan dengan pelarangan riba: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia
pernah berkata kepada Marw•an: "Kamu telah menghalalkan riba". Marwan
membantah," Aku tidak melakukmnya". Abu Hurairah berkata lagi," Kamu
menghalalkan penjualan sikak padahal Rasulullah SAW. Telah melarang
penjualan makanan sampai diterima secara sempurna (HR. Imam Muslim).
Hadits di atas mengungkap bahwasanya, terjadinya indikasi riba pada
pelaksanaan transaksi di atas. Pada masa Arab, ada 6 item yang dapat
diidentikkan sebagai uang (alat tukar), 4 diantaranya adalah bahan makanan
seperti: biji-bijian, gandum, tepung, dan garam, dan 2 di antaranya adalah emas
dan perak. Sekalipun terdapat teks Hadits yang memberikan tanggapan negative
terhadap sukuk (menjual bahan makanan sebelum dimiliknya), namun tinjauan
secara positif yang berhubungan dengan sukuk muncul dari sarjana muslim
terkenal Abu Hanifah, sebagaimana diterangkan oleh muridnya Abu Yusuf.
Mereka telah mengizinkan jual real properti sebelum dimiliki oleh penjual.
3. Pandangan Ulama Fiqh Temadap Investasi Sukuk
Husein Shahatah menyatakan, sukuk berdiri di atas landasan kerja sama
(musyarakah) dalam mendanai sebuah proyek atau dapat juga dikatakan sebagai
usaha investasi jangka malengah dan jangka panjang yang sesuai dengan kaidah
"al-ghunmu bil ghunni" (keterlibatan yang sama dalam keu-ltungan dan
kerugian) dalam sistem saharn di perusahaan- perusahaan saham modern dan
dalam system unit investasi di pasar-pasar.
4. Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MU1/1X/2002, entang Syariah.
5. Fatwa DSN MUI No. 33/DSN-MU1/1X/2002, tentang Obligasi Syariah
Mudharobah.
6. Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MU1/1X/2004, tentang Obligasi
Syariahljarah.
7. Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MU1/1XQ007, tentang Obligasi Syariah
Mudharobah Konversi.

6
8. UU No. 19 tahun 2008, tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

D. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia


Sebagai upaya untuk memperluas sumber alternatif pembiayaan APBN dan
mengembangkan pasar keuangan syariah, Pemerintah Indonesia telah mulai
menerbitkan Sukuk Negara pada tahun 2008. Dalam kurun waktu 13 tahun, Sukuk
Negara telah berperan penting sebagai instrumen pembiayaan APBN dan sebagai
katalisator perkembangan industri keuangan syariah, baik di dalam negeri maupun
di luar negeri. Keberhasilan penerbitan Sukuk Negara sejalan upaya
pengembangan pasar secara berkesinambungan, s±agai upaya untuk menciptakan
pasar Sukuk Negara yang aktif, dalam, dan likuid.
Berbagai infrastruktur pendukung penerbitan sukuk Negara telah ditingkatkan,
seperti kerangka hukum penerbitan dan pengelolaan, struktur sukuk dan underlying
asset,metode penerbitan dan jenis instrumen, serta perkembangan pasar dan basis
investor, baik domestik maupun internasional. Sejak diundangkannya UU Nomor
19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, penerbitan Sukuk Negara
telah mencapai Rpl .919,77 triliun dengan berbagai metode penerbitan (lelang, book
building, private placement), baik dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing
(USD), Jumlah Sukuk Negara per 31 Desember 2021 mencapai Rpl.157 triliun atau
sekitar dari total Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan Pemerintah
Indonesia. Perkembangan penerbitan SBSN ini menunjukkan semakin besamya
peran SBSN dalam pembiayaan defisit APBN, pembiayaan proyek infrastruktur,
dan juga, Pemerintah me aksanakan penerbitan Sukuk Ritel sebanyak 2 kali yaitu
Sukuk Ritel seri SR014 dan SROI 5. Penerbitan seluruhnya dilakukan secara online
melalui platform e-SBN di 30 Mitra Distribusi, terdiri dari Bank Syariah, Bank
Konvensional, Perusahaan Efek Khlbus, perusahaan Efek dan Fintech. SR014
merupakan seri Sukuk Ritel peltama yang diterbidcan di awal tahun dengm realisasi
penjualan mencapai Rpl 6,71 triliun, atau oversubscribed sebesar I ,67x dari target
penerbitan sebesar Rpl 0,00 triliun, di tengah kondisi pasar keuangan yang masih
belum stabil. Sementara itu SR015 diterbitkan di semester 2 tahun 2021.
Hasil penjualan SR015 Rp27,OOl triliun, mempakan sepanjang sejarah
penerbitan SBN Ritel melalui platform e-SBN, di tengah kondisi pasar keuangan

7
yang relatif masih belum stabil, Terlebih Iagi, SR015 diterbitkan dengan imbalan
sebesar 5,1Wo yang merupakan imbalan terendah sepanjang sejarah penerbitan
SBN Ritel tradable saat itu. Hasil penjualan yang baik ini juga disebabkan adanya
kebljakan penurunan pajak atas imbal hasil obligasi pemerintah yang semula 15%
menjadi 10%. Mayoritas investor SR014 dan SR015 adalah investor milenWGen Y
dengan porsi masing-masing 36,40% dan 36,62%. Berdasarkan profesi, investor
SR014 dan SR015 didominasi oleh pegawai swasta dengan porsi masingmasing 33
dan 33,85%.

E. Perbedaan Syarml (Sukuk) dengan Konvensional


Dalam harga penawaran, jatuh tempo, pokok obligasi saat jatuh tempo, dan
rating antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional tidak ada
bedanya.contohnya seperti kalau kita meminta kredit dengan jaminan rumah dan
tanah seharga Rp. 1 miliyar, maka akan melakukan penilaian ulang terhadap asset
rumah dan tanah tersebut, jika disetujui sebesar Rp. 1 miliyar, maka pinjaman yang
diberikan sebesar Rp. 800 juta.
Perbedaan terdapat pada pendapatan dan return. Perbedaan kedua obligasi
tersebut dapat dijelaskan berikut :
Keterangan Obligasi Syariah Obligasi
Konvensional
Harga Penawaran 100% 100%
Jatuh Tempo 5 Tahun
Pokok Obligasi saat Jatuh Tempo 100% 100%
Pendapatan Bagi Hasil Bunga

Return 15,5 — 16% indikatif 15,5 - Tetap

Rating AA+ AA+

Namun, dalam obligasi syariah lebih kompetitif di banding obligasi


konvensional, sebab:
1. Kemungkinan perolehan hasil dari bagi hasil pendapatan lebih tinggi daripada

8
obligasi konvensional.
2. Obligasi syariah aman karena untuk mendanai proyek prospektif.
3. Apabila terjadi kerugian (diluar kontrol), investor tetap memperoleh aktiva
4. Terobosan paradigma, bukan lagi Surat utang, tapi Surat investasi.

F. Karakteristik dan Tujuan Obligasi Syariah


1 Karakteristik Sukuk
Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik tersebut
adalah (Depkeu :2010):
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset atau hak berwujud atau hak
manfaat.
b. Pendatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi ha:sil, sesuai jenis
akad yang digunakan.
c. Terbebas umur riba, gharar, dan maysir.
d. Penerbitannya melalui Special Purpose Vehicle (SPV).
e. Memerlukan underlying asset; dan.
f. Penggunaanproceds (hasiljual) harus sesuai prinsip syariah.
2 Tujuan Obligasi Syariah (sukuk)
Penabitan sukuk memiliki beberapa tujuan, yaitu memperluas basis sumber
pembiayaan anggaran negara (APBN), mendorong pertumbuhan dan
pengembangan pasar keuangan syariah, menciptakan benchmark di pasar
keuangan Islam, diversifikasi basis investor SBN, mengembangkan altanatif
instrumen investasi, malgoptimalkan pemanfaatan barang milik negara.,
mendorong tertib administrasi pengelölaan barang milik negara, dan
mananfiatkan dana mæyaralat yang belum terjaring Oleh sistem konven sional.
Sedangkan tujum utann panerintah menelbitkan sukuk ritel adalah untuk
membiayai APBN, termasuk membiayai pembangunan proyek seperti yang
telah dijelaskan pada pasal 4 ULJ No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN. Masih
dalam UU yang sama, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan "membiayai
pembangunan proyek" adalah membiayai pembangunan proyek-proyek yang
telah mendapatkan alokasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
termasuk proyek infrastruktur dalam sektor telekomunikasi, perhubungan,

9
pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat.

G. Struktur dan Jenis-Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)


1 Struktur obligasi syariah
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi
(investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk
tetap menghindarkan pada riba. Berdasarkan pengertian tersebut obligasi syariah
dapat memberikan :
a. Bagi hasil berdasarkan akad mudharabah / muqaradah,/qirad atau
nusyarakah adalah kerjasama dengan skema bagi hasil pendapatan atau
keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan
penggunaan term indicative atau expected return karena sifatnya yang
floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagi hasilkan.
b. Margin /fee berdasarkan akad murahabah atau salam atau istishna atau
ijarah, dengan kadar murabahah/ salam/ istishna sebagai bentuk jual beli
dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed
return.
2 Jenis-Jenis Obligasi Syariah
Jenis-jenis obligasi syariah berdasarkan akadnya terbagi menjadi :
a. Obligasi Ijarah,
Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau Akad ijarah
dimana suatu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga
dan periode disepakati, tanpa diikuti dengan pemin&han kepemilikm aset itu
sendiri. Sukuk ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al-Muntahiya. Dalam akad
ijarah disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi
perpindahan kepemilikan. Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:
1) Objeknya dapat berupa Inrang (harta fisik yang bergerak, tak bergerak,
harta perdagangan) maupun berupa jasa.
2) Manfaat dari jejak dan nilai manfaat terseblt diketahui dan disepakdi
Oleh kedua belah pihak.
3) Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara

10
spesifik.
4) Penyewa harus membagi hasil manåat yang diperokhnya dalam bentuk
imbalan atau sewa/upah.
5) Pemakai (penyewa) harus nenjaga Objek agar nunfaat yang diberikan
Oleh Objek tetap terjaga.
6) Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.
b. Obligasi mudharabah
Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah dimana suatu pihak menyediakan modal dan satu pihak lainnya
menyediakan dan pihak lain menyediakan tenaga atau keahlian, keuntungan
dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah
disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya
Oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
c. Obligasi musyarakah
Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah
ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang
timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-
masing pihak.
d. Obligasi istishna
Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Istisna'
dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
e. Sukuk wakalah
Adalah obligasi yang mewakili berbagai kegiatan bisnis atau Proyek
Bisnis tersebut yang dikelola atas nama melalui para pemegang penunjukan
sukuk.perwakilan agar dapat mengelola
f. Sukuk muzara'ah
Jenis sukuk ini diterbitkan dengan tujuan utama mendapatkan dana untuk

11
membiayai kegiatan pertanian berdasarkan kontrak, Dalam sukuk muzara'
ah, orang yang berlaku sebagai pemilik sukuk berhak atas sebagian dari hasil
panen sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
Jenis-Jenis Obligasi Syariah secara umum yaitu :
Masyarakat Indonesia sering menggunakan sukuk secara umum antara lain:
Obligasi komorasi (perusahaan), yaitu syariah yang diterbitkan Oleh suatu
perusahaan yang memenuhi prinsip syariah. Dalam penerbitannya terdapat
beberapa pihak yang terlibat yaitu:
1. Sukuk Ritel
Sukuk ritel merupakan SNSD atau Surat Berharga Syariah Negara jenis
sukuk lain yang diterbitkan untuk investor perorangan atau ritel tapi dengan
pengelolaan dan akad syariah.
2. Sukuk Tabungan
Sukuk Tabungan diterbitkan oleh pemerintah khusus untuk mayarat umum
sebagai wadah investasi dan di kelola dengan akad perinsip syariah berupa
sukuk dan SBSN(Surat Berharga Syariah Negara).

Jenis-jenis obligasi menurut instansi yang menerbitkannya terbagi menjadi :

1. Obligasi Korporation(Perusahaan), yaitu obligasi syariah yang diterbitkan


oleh suatu perusahaan yang memenuhi prinsip syariah dalam penerbitannya.
Terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu :
a. Obligor yaitu Emitmen Yang Bertanggung Jawab Atas Pembayaran
Imbalan Dan Nilai Nominal Obligasi Yang Diterbitkan Sampai Dengan
Jatuh Tempo.
b. Wali Amant, Yaitu Untuk Mewakili Kepentingan Investor
c. Investor, Yaitu Pemegang Obligasi Yang Memiliki Hak Atas
Imbalan,Margin,Dan Nilai Nominal Obligasi Partisipasi Masing-
Masing
2. Surat berharga syariah negara selanjutnya disebut SBSN, yaitu merurnkan
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing. Karakteristik SBSN:
a. Sebagai bukti kepemilikan aset atau hak bennanfaat pendapatan berupa
imbalan, margin, dan bagi hasil sesuai jenis akad yang digunakan.

12
b. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
c. Penerbitannya melalui wali amanat berupa spesial purpose vehicle
(SPV).
d. Memerlukan underlying aset (sejumlah tertentu aset yang jadi objek
perjanjian. Berfungsi untuk menghindari riba, sebagai persyaratan
untuk dapat diperdagangkannya obligasi di pasar sekunder, dan akan
menentukan jenis struktural obligasi,
e. Penggunaan proceess harus sesuai prinsip syariah.
Dalam penerbitannya terdapat beberapa yang terlibat yaitu ;
1) Obligor, yaitu emiten yang bertanggung jawab atas pembayaran
imbalan dan nilai nominal obligasi yang diteibitkan sampai dengan
jatuh tempo.
2) Investor, yaitu pemegang obligasi yang memilik hak imabalan,
amrgin, dan nilai nominal obligasi sesuai partisipasi masing-
masing.
3) Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang didirikan
khusus untuk penerbitan obligasi dengan fungsi (i) sebagai penerbit
4) Obligasi, (ii) menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi
pengalihan aset. (iii) bertindak sebagai wali amanat untuk mewakili
kepentingan investor.

H. Mekanisme Operasional OblWsi Syariah (Sukuk)


Dalam penerbitan sukuk, ada beberapa pihak yang terlibat, antara lain:
1. Obligor, yaitu pihak yang bertanggungjawab atas pembayaran nominal dan
imbalan sukuk yang akan diterbitkan.
2. Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum khusus untuk
penerbitan sukuk yang berfungsi sebagai penerbit sukuk, wali amanat yang
mewakili kepaltingan investor, dan menjadi counterpart Pemerintah dalam
hal transaksi pengalihan aset.
3. Investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang mempunyai hak atas imbalan,
margin, dan nilai nominal sukuk sesuai dengan partisipasi masing-masing.
4. Sharia Advisor, yaitu seorang individu yang memiliki pengetahuan di
bidang syariah dan sudah diakui secara luas atau institusi yang membidangi
mengenai fatwa.
5. Trustee/Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan investor atau
pemegang

13
Dalam penerbitan sebuah sukuk, penerbitan sukuk harus mendapatkan
pernyataan bahwa sukuk yang akan diterbitkan su&h sesuai dengan prinsip
syariah (Shariah Compliance Endorsement). Pernyataan tersebut bisa diperoleh
melalui individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang syariah atau
institusi yang membidangi masalah syariah.
Peryataan untuk penerbitan sukuk dalam negeri bisa diperoleh dari Dewan
Syariah Nasional - MUI. Sedangkan untuk penerbitan sukuk internasional,
pernyataan bisa diperoleh dari para ahli atau lembaga syariah yang sudah diakui
oleh komunitas syariah internasional.
1. Mekanisme untuk SBSN
a. SPV dan obligatcr melakukan transaksi jual beli aset, disa•tai dengan
purcluse and sell undertaking dimana pemerintah menjamin untuk
membeli kembali aset dari SPV, dan SPV wajib menjual kembali aset
pemerintah, pada saat obligasi jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.
SPV menerbitkan obligasi untuk membiayai pembelian aset dengan
melakukan perjanjian sewa dengan SPV untuk periode yang sama
dengan tenor obligasi yang diterbitkan. Berdasarkan servicing agency
agreement, pemerintah ditunjuk sebagai agen yang bertanggung jawab
atas perawatan aset.
b. Obligator membayar sewa (imlnlan) secan periodic kepada SPV selama
masa Sewa- Imbalan dapat bersifat tetap ataupun mengambang. SPV
mealui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imabalan kepada para
investor.
Penjualan kembali aset Olal SPV nilai nominal
obligasi syariah pada saat jatuh tempo. Hasil perjuulan aset digumkan Oleh
SPV untuk melunasi obligator pada investor
2. Mekanisme untuk obligasi korporasi
Setelah diterbitkan maksimum IO hari kerja, emiten melakukan portofolio,
penawaran obligasi, dan penjatahan bagi investor yang berminat dengan
obligasi perusahaan tersebut. Dengan bekerja sama dengan wali amanat,
guarantor, dan paying agent, sesuai dengan tugasnya masing-masing. Untuk
pembayaran dam pemberian imbalan atau bagi hasil dapat diberikan sesuai perj
anjian.
Dalam hal terjadi perubahan jenis akad syariah, isi akad syariah, kegiatan

14
usaha, dan atau aset Értentu yang mendasari penerbitan sukuk sehingga
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal, maka Sukuk tersebut
menjadi batal demi hukum (fasakh) dan emiten wajib menyelesaikan seluruh
kewajibannya kepada pemegang sukuk. Emiten dan wali amanat wajib
melaksanakan seluruh ketentuan yang diatur dalam perjanjian perwaliamanatan.
Emiten wojib menggunakan dan hasil penawaran umum sukuk untuk
membiayai kegiatan atau investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
di pasar modal.

I. Cara Membeli Sukuk


1. Registrasi
Calon Investor dapat meregistrasukan diri melalui sistem elektronik yang
disediakan oleh Mitra Distribusi,
2. Pemesanan
Setelah registrasi berhasil investor dapat melakukan pemesanan dengan
sudah terlebih dahulu membaca ketentuan dan Memorandom informasi.
3. Pembayaran
Setelah pemesanan diverifikasi, calon investor mendapatkan kode
pembayaran melalui email/sms sesuai kebijakan mitra distribusi
4. konfimasi
Setelah melakuakan pembayaran, calon investor akan memperoleh NTPN
dan notifikasi completed Order.

J. Keuntungan Sukuk
Sukuk memiliki beberapa keunggulan di antaranya:
1. Dapat dimiliki oleh investor dan mudah dicairkan di ritel dengan nominal
yang ringan dan tergolong investasi
2. Bagi penerbit, sukuk berperan sebagai alternatif sumber pendanaan yang
mengalami defisit. Hasil dari penjualan sukuk dapat menjadi tambahan modal
bagi pemsahaan penerbit. Contohnya, pemerintah membutuhkan tambahan
dana untuk pekerjaan infrastruktur dikarenakan APBN defisit, maka
pemerintah bisa mengeluarkan sukuk yang diperjualbelikan kepada

15
masyarakat Indonesia.
3. Legal. Sukuk juga diterbitkan pemerintah. Suklk yang diterbitkan Oleh
pemerintah ini termasuk dalam golongan Surat Berharga Syariah Negara.
Terbukti dengan adanya Undang-Undang NO. 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara, pemerintah secara langsung mendukung
dibentuknya instrumen investasi syariah ini. Undang-undang tersebut secara
otomatis maujadi payung hukum diterbitkannya sukuk sehingga sukuk
menjadi sarana investasi yang telah dilegalkan Oleh pemerintah.
4. Terjamin keamanannya. Dalam Pasal 5 undang-undang SBSN menyatakan
bahwa penerbitan SBSN dilakukan Oleh Pemerintah yang diwakili Oleh
Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelola Pembiayaan dan
Resiko (DJPPR) sehingga sudah dipastikan instrumen ini terjamin
keamanannya.
5. Sukuk juga memberikan manfaat kepada investor yang melakukan investasi
pada instrumen yang satu ini, yaitu: dipastikan instrumen ini terjamin
keamanannya.
6. Sukuk juga memberikan manfaat kepada investor Yang melakukan investasi
pada instrumen Yang satu ini, yaitu:
a. Memberikan imbalan ymg dibayarkan secara periodik.
b. Pembayaran imbalan dan nilai nomiml dijamin Oleh negara.
c. Dapat dipeljual belikan sekunda pach harga pasar.
d. Terdapat potalsi Capital gain bagi sukuk holders.
e. Instrumen investasi Yang sesuau dengan prinsip syariah.

K. Investasi di Sukuk Ritel


1 Risiko Gagal Bayar (Demult Risk)
Risiko gagal bayar adalah ketidakmampuan penerbit untuk membayar kupon
atau mengembalikan pokok obligasi.
Mitigasi risiko : risiko ini hampir tidak ada di Sukuk Ritel. Sebab pembayaran
pokok dan imbalan Sukuk Ritel dijamin penuh Oleh negara (berdasarkan UU
Nomor 19 Tahun

16
2008).
2 Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo
pemilik Sukuk
Ritel Yang memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual
Sukuk Ritel di Pasar sekunder pada tingkat harga (pasar) Yang wajar.
Mitigasi risiko : investor dapat menjual melalui mitra Distribusi atau bank dan
lembaga keuangan Iainnya dengan mengikuti ketentuan dan persyaratan Yang
berlaku.
3 Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko adalah potensi kerugian bagi investor apabila terjadi kenaikan tingkat
Suku bunga yang menyebabkan penurunan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder.
Kerugian (capital loss) dapat terjadi apabila investor menjual Sukuk Ritel di pasar
sekunder sebelum jatuh tempo pada harga jual yang lebih rendah dari harga
belinya.
Mitigasi risiko : apabila harga Sukuk di pasar sekunda sedang mengalami
penurunan, sebaiknya tidak dijual terlebih dahulu.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Obligasi syariah atau biasa dikenal dengan sukuk, Saat ini menjadi Salah satu
alternatif pilihan investor dalam berinvestasi yang cukup menarik. Sebab sukuk bisa
memberikan imbal hasil (return) yang lebih tinggi dari bunga deposito namun
memiliki risiko yang relatif rendah dengan prinsip-prinsip syariah. Layaknya
dengan obligasi konvensional, sukuk ini dapat Oleh pemerintah ataupun perusahaan
dengan memiliki jangka waktu dan nilai imbal hasil tertentu.
Sukuk merupakan cerminan kepemilikan aset berwujud yang disewakan atau
akan disewakan dan bukan berupa surat utang. Hal ini juga yang membedakan
antara sukuk dengan obligasi konvesional pada umumnya. Mengutip dari berbagai
sumber, obligasi syariah terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan tujuan dari
transaksinya sendiri, antara lain:
1 Sukuk Ijarah
2 Sukuk Musyamkah
3 Sukuk Istishna
4 Sukuk Mudharabah
5 Sukuk Wakalah
6 Sukuk Muzara' Ah
7 Sukuk Korporasi
8 Surat Berharga Syariah Negara(SBSN)

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Hukum Eonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan


Agama), Kencana Prenada Medi Group, Jakarta, 2012
Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah,RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah, Pustaka
Setia, Bandung, 2013
Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
Dan Praktis, PT Fajar Interpratama Mandiri. Jakarta, 2013
Nurul huda dan Mustafa Edwin nasution, Current Issues Lembaga Keuangan
Syariah, Kencana, Jakarta, 2009

[1] Nurul huda dan Mustafa Edwin nasution, Current Issues Lembaga Keuangan
Syariah, Kencana, Jakarta, 2009, hlm. 314.
[2] Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktek Pasar Modal syariah,
Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 173.
[3] Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan
Teoritis Dan Praktis, PT Fajar Interpratama Mandiri. Jakarta, 2013, hlm.
239-244.
[4] Khairul umam, Op. Cit., hlm. 181.
[5] Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah,RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm 120.
[6] Abdul Manan, Hukum Eonomi Syariah (Dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama), Kencana Prenada Medi Group, Jakarta, 2012, hlm.
334-338.

19

Anda mungkin juga menyukai