Anda di halaman 1dari 4

INSTRUMEN PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA

Pasar modal syariah secara khusus memperjual-belikan efek syariah. Pada pasar modal syariah
emiten yang menerbitkan efek syariah harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu :
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas efek
syariah yang dikeluarkan. Adapun akad syariah yang digunakan, antara lain :

a) Ijarah, yaitu perjanjian (akad) di mana pihak memiliki barang atau jasa (pemberi sewa
atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan
hak penggunaan atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa, tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikkan barang yang menjadi objek
ijarah.

b) Kafalah, yaitu perjanjian (akad) di mana pihak penjamin (kafil/guarantor) berjanji


memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makfuul ‘anhu/ashil/debitor) untuk
memenuhi kebutuhan pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuul lahu/kreditor).

c) Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) di mana pihak yang menyediakan dana
(Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan
modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut.

d) Wakalah, yaitu perjanjian (akad) di mana pihak yang memberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan tertentu.

3. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Shariah Compliance
Officer (SCO).
4. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah sewaktu-waktu tidak
memenuhi persyaratan, maka efek yang diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai
efek syariah.
Adapun beberapa instrumen pasar modal syariah di Indonesia :
1) Saham Syariah

Saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikkan suatu perusahaan
yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Di Indonesia, prinsip-prinsip pernyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam
bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentuk indeks saham yang
memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Secara umum perusahaan yang akan menerbitkan efek syariah harus memenuhi hal-hal
berikut :
a) Dalam anggaran dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan
usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
b) Jenis usahanya dan cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
c) Emiten memiliki anggota direksi dan anggota komisaris yang paham dengan kegiatan-
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

2) Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Obligasi syariah pun dikenal dengan nama sukuk, yang merupakan efek syariah beruapa
sertifikat atau bukti kepemilikkan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikkan aset berwujud tertentu, nilai manfaat
dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, serta kepemilikkan atas aset
proyek tertentu atau aktivitas tertentu.
a) Sukuk Korporasi

Sukuk korporasi adalah jenis obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Adapun beberapa pihak yang terlibat :
 Obligor, adalah emiten yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai
nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.
 Wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
 Investor, yaitu pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai
nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
b) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

SBSN adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
Karakteristik SBSN :
 Sebagai bukti kepemilikkan suatu aset berwujud atau hak; pendapatan berupa
imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan.
 Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
 Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV).
 Memerlukan underlying aset (sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek
perjanjian).
 Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Adapun tujuan dari sukuk negara :


 Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara.
 Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah.
 Mengembangkan alternatif instrumen investasi.

3) Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manager
investasi, begitu pula pengelolaan dan investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan penggunaan investasi.

4) Efek Beragun Aset Syariah

Efek Beragun Aset Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif
EBA Syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari
surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikkan aset fisik
oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana
peningkatan investasi/arus kas serta keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
5) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue)

Mekanisme rights bersifat oposional di mana rights merupakan hak untuk membeli saham
pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Rights ini diberikan kepada pemegang
saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan
perusahaan pada saat second offering.

6) Warran Syariah

Warran merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan
dengan waktu yang telah ditetapkan pula.

SUMBER:

http://rifal-reza.blogspot.com/2012/01/makalah-pasar-modal.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai