Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

OBLIGASI KONVENSIONAL DAN OBLIGASI SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi


Dosen Pengampu : Jarno S.E. , M.Akt.

OLEH:
Pipit Dwi Cahya Kirana
181011200225

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 8 Januari 2022

Penulis

[Type text] Page i


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


2.1 Pengertian Obligasi ................................................................................... 2
2.2 Landasan dan Dasar Hukum Obligasi ...................................................... 2
2.3 Konsep Dasar Konvensional ..................................................................... 3
2.4 Model Praktek Obligasi ............................................................................ 3
2.5 Problem Kesyariahan Obligasi.................................................................. 6
2.6 Konsep Alternatif ...................................................................................... 7
2.7 Praktek Obligasi di Lembaga Keuangan Syariah ..................................... 10

BAB III PENUTUP... .......................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

[Type text] Page ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Obligasi syariah atau sukuk pada dasarnya adalah efek syariah berupa sertifikat
atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas; aset berwujud tertentu, manfaat atas aset
berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada, jasa yang sudah ada
maupun yang akan ada, aset proyek tertentu atau kegiatan investasi yang telah
ditentukan). Kemunculan sukuk pada saat ini dilatar belakangi oleh upaya untuk
menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif
instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah. Sukuk
semakin disukai karena upaya para investor, terutama di wilayah Timur Tengah, untuk
menarik modal dari lembaga perbankan Barat kembali ke lembaga keuangan Islam.
Dukungan solidaritas bagi kegiatan pasar modal syariah dilandasi oleh kesamaan
ideologi dan semangat negara-negara yang tergabung dalam OKI. Pasar modal Islam
diterima secara luas karena investor non-Muslim memasuki pasar sukuk. Sukuk
dipandang sebagai target baru yang lebih menguntungkan. Popularitas sukuk ini tidak
lepas dari terbukanya akses permodalan dalam skala global, sehingga terjadi
pengelolaan likuiditas lintas batas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari obligasi konvensional dan obligasi syariah?
2. Apakah dasar dan landasan hukumnya?
3. Bagaimanakah konsep dasar obligasi konvensional?
4. Bagaimanakah model prakteknya?
5. Apa sajakah problem kesyariahannya?

Universitas Pamulang Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obligasi

Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “obligate” yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan “obligasi” yang berarti kontrak. Dalam keputusan RI Nomor
775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat
pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk
jangka waktu yang sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga
yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten
(Badan Pelaksana pasar modal).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat utang yang
dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa juga dari
pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi
dalam memajukan investasi yang mereka laksanakan.

Sedangkan yang dimaksud dengan obligasi syariah berdasarkan Fatwa Dewan


Syariah (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 menjelaskan, yang dimaksud dengan
obligasi syariah adalah sebuah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margn/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.

2.2 Landasan dan Dasar Hukum Obligasi


Landasan dan dasar hukum obligasi adalah sebagai berikut :
1. Fatwa DSN MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah.
2. Fatwa DSN MUI No.33/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah.

Universitas Pamulang Page 2


3. Fatwa DSN MUI No.41/DSN-MUI/III/2004, tentang Obligasi Syariah
Ijarah.
4. Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007, tentang Obligasi Syariah
Mudharabah Konversi.
5. UU No:19 tahun 2008, tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

2.3 Konsep Dasar Konvensional


Obligasi sebagai surat hutang yang dapat diterbitkan oleh Pemerintah,BUMN,
maupun swasta adalah dalam rangka menambah suntikan dana yangmasuk dalam
katagori jangka panjang.Sama halnya dengan catatan hutang, obligasi merupakan
catatan hutangyang termasuk dalam efek. Sehingga catatan utang ini dapat diperjual
belikandi bursa. Namun pada awalnya surat hutang ini (obligasi) telah mendapatkan pe
tambahan nilai dalam kontrak awalnya. Sehingga walaupun tidak di perdagangkan
dalam bursa efek, sebenarnya obligasi telah mendapat untung diakhir tanggal jatuh
tempo maupun setiap tahunnya sesuai dengan perjanjian diawal.Pertambahan nilai
investasi di obligasi di dapatkan dari besarnya bunga yang dijanjikan dalam perjanjian
di awal tadi. Besarnya bunga yang diberikan diinvestasi obligasi terpengaruh tingkat
suku bunga deposito. Semakin tinggi bungadeposito maka bunga obligasi akan
semakin turun. Begitu pula sebaliknya.Pada mekanisme obligasi yang umum, terdapat
pembayaran yangdilakukan pada waktu-waktu tertentu di antara tanggal penerbitan dan
tanggal jatuh tempo. Penerbit berjanji kepada investor untuk membayarkan sejumlah
uang tertentu dalam bentuk pembayaran bunga pinjaman selama periode tertentu
danmelunasi pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.

2.4 Model Praktek Obligasi


Obligasi merupakan hutang jangka panjang kepada investor, pemeganghanya
akan memperoleh keuntungan tetap dari hasil bunga obligasi sampai jatuh tempo. Oleh
sebab itu bunga tetap memberi jaminan yang aman selama investasi.disamping itu
dalam masa pelunasan obligasi, investor akanmendapatkan prioritas pelunasan lebih
dahulu dibandingkan pemegang saham,ketika perusahaan penerbit mengalami kesulitan

Universitas Pamulang Page 3


keuangan dan likuiditas. Namun investor pada obligasi tidak memiliki hak suara dalam
rapat umum seperti halnya pemegang saham.

a. Prosedur penerbitan obligasi


Jika perusahaan memerlukan dana sebanyak Rp.500 milyar misalnya, maka
obligasi akan diterbitkan sesuai dengan jumlah dana yang tersedia penetapan banyak
atau sedikitnya jumlah obligasi yang diterbitkan didasarkan atas cash flow perusahaan
serta bisnis perusahaan.
Ketika perusahaan akan menerbitkan obligasi, ia mesti memperkirakan waktu
jatuh tempo obligasi tersebut, apakah 5 atau 10 tahun. Semakin cepat waktu jatuh
tempo, maka obligasi ini akan diminati,karena mempunyai resiko yang kecil. Ketika
waktu jatuh tempo, pihak perusahaan mesti melunasi hutang pokok beserta bunga.
Disamping itu kadar bunga yang diberikan diupayakan lebih banyak dari kadar
bunga perbankan , karena penetapan ukuran bunga (kupon) sangata penting, agar
investor berminat untuk membeli obligasi. Kemudian perusahaan penerbit dating
kepada perusahaan efek untuk memberi bantuan terhadap persiapan syarat-syarat
penerbitan, sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh badan pengawas yaitu Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Adapun prosedur penerbitan obligasi yang ditetapkan adalah :
Penetapan Pendaftaran yang telah dinyatakan efektif oleh BAPEPAM
1. Laporan yang diaudit akuntan terdaftar di BAPEPAM.
2. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan Rp 25 milyar.
3. Jarak waktu pemohonan dengan penerbitan sekurang-kurangnya 6 bulan, dan
waktu jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun
4. Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun
5. Pada dua tahun terakhir perusahaan telah mendapat keuntungan dan tidak ada
kerugian pada 1 tahun terakhir.
6. Anggota pengawas dan pengurus memiliki nama baik.
Dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi berbeda dengan dokumen saham.
Perbedaan ini berkaitan dengan Wali Amanat yang bertindak sebagai agen .Wali

Universitas Pamulang Page 4


Amanat merupakan wakil, dan juga pihak yang mempertahankan kepentingan
pemegang obligasi.

b. Proses penawaran dan perdagangan obligasi


Proses penawaran pertama obligasi dilakukan melalui penyampaian isi
prospectus. Hal itu meliputi sejarah singkat perusahaan dan pemegang saham, struktur
aktivitas, serta mas depan perusahaan, jumlah nominal obligasi, harga penawaran,
tingkat buanga dan jatuh tempo. Hal ini disampaikan kepada calon investor dengan
mencantumkan fakta dan pertimbangan penting. Seperti anggaran perusahaan, bidang
usaha perusahaan, jumlah nilai obligasi dan tujuan penggunaannya.Data laporan penting
seperti laporan keuangan terbaru dilampirkan secara keseluruhan.Disamping itu
dilengkapi dengan istilah-istilah yang yang perlu dipahami oleh investor.Setelah semua
disahkan oleh lembaga pengawas (BAPEPAM), obligasi dapat diperdagangkan dipasar,
baik di pasar utama maupun di pasar sekunder
c. Perdagangan obligasi di pasar utama
Tahap awal yang mesti dilakuakan dalam proses transaksi obligasi adalah
memilih perusahaan efek yang memiliki perusahaan tetap (fixed income), mempunyai
peranan untuk membeli atau menjual obligasi. Selanjutnya investor membuka rekening
untuk memperoleh informasi perdagangan obligasi setiap saat.
Setelah melakukan analisis terhadap obligsi yang akan dibeli kemudian investor
memilih perusahaan efek dan memberikan keprcayaan kepada Wali Amanat untuk
membeli obligasi yang dikehendaki dengan menjelaskan spesifikasinya. Seterusnya wali
Amanat bertindak sebagai broker untuk membeli obligasi atas nama investor.
d. Sistem pembayaran obligasi

Bagi obligasi swasta, pembelian dan pembayaran obligasi dilakukan melalui


pengalihan ke rekening perusahaan efek. Sementara obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah, maka rekening mesti dibuka melalui institusi keuangan yang didaftarkan
sebagai sub registry oleh Bank Indonesia. Pengalihan obligasi dari rekening penjual ke
rekening pembeli dikuasakan kepada Bank Indonesia. Berdasarkan hal itu, bank juga

Universitas Pamulang Page 5


akan melakukan pembayaran dari rekening pembeli kepada rekening penjual di Bank
Indonesia. Informasi jual beli diperoleh dari sub registry masing-masing ( pembeli dan
penjual ) tentang status kepemilikan obligasi. terdapat sejumlah sub registry yang akan
mengadministrasikan kepemilikan obligasi bagi investor bukan bank atau market
maker. Investor dikenakan biaya jasa yang diberikan sub registry, sedangkan central
registry, tidak memberi beban biaya kepada Bank Indonesia sistem kliring, registrasi
dan informasi obligasi pemerintah, ( BI-SKRIP) atau \sub registry dan market maker.
Pembayaran obligasi dilakukan melalui prinsip Delivery Versus Payment (DVP).
Delivery Versus Payment adalah suatu prinsip bahwa jika Transfer Dana merupakan
suatu kewajiban yang timbul dari perjanjian lain antara Pengirim dan Penerima pada
saat Penyelenggara Penerima Akhir telah melakukan Pengaksepan Perintah Transfer
Dana, kewajiban Pengirim untuk melakukan pembayaran kepada Penerima telah selesai
dan Pengirim berhakatas objek yang diperjanjikan.

2.5 Problem Kesyariahan Obligasi

Sebagian besar ulama Islam kontemporer melarang jual beli obligasi


konvensional dalam semua jenis dan secara keseluruhan, serta menganggap bahwa
hukumnya haram mutlak. Para ulama yang berpendapat seperti itu ialah Syaikh Shaltut,
Muhammad Yusuf Mussa, Syaikh Yusuf Qardawi, Abdul Aziz al Kahiat, Ali al Salus,
dan Saleh Marzuki dengan memberi petunjuk fiqh yang menjadi dasar keluarnya fatwa
larangan tersebut yaitu:

Obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah


dianggap sama seperti utang yang di dalamnya terdapat bunga. Bunga ini bisa
dikategorikan sebagai riba al-nasia yang diharamkan oleh Islam.

Utang obligasi sama dengan deposito yang disimpan dalam bank, dan hitungan
bunga atas obligasi dianggap sama dengan bunga deposito, walaupun uang dari obligasi
itu bisa diinvestasikan secara khusus setelah diserahkan kepada pihak yang
mengeluarkan obligasi serta dijamin atas pengembaliannya setelah jatuh tempo plus

Universitas Pamulang Page 6


tambahnya (bunga). Cara ini dianggap sama saja dengan utang yang dipakai untuk
produksi yang dikenal di zaman jahiliah dan diharamkan oleh Al-Qur’an dan Sunah.

2.6 Konsep Alternatif

Meskipun banyak ulama besar yang mengharamkan penjualan obligasi. Bukan


berarti obligasi harus dihapuskan. Oleh karena itu DSN-MUI memberi kelonggaran
terhadap transaksi obligasi.

Adapun batasan-batasan obligasi yang diperbolehkan dalam syariah


islamberdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
tentang Obligasitersebut adalah:

 Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat hutang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.

 Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.

Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan
Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Begitu besar keinginan para ekonom muslim untuk mengadakan produk terutama
obligasi yang berdasarkan prinsip Islam. Namun apa yang terjadi setelah obligasi
menggunaan pembiayaan syariah, pelaksanaan dan peraturannya belum mengikuti
syariah. Dalam hal ini obligasi yang diadakan hanya sekedar menggunakan pembiayaan
syariah, idealnya belum berdasarkan syariah secara keseluruhan.
Karena itu perlunya solusi alternatif ke arah yang lebih baik, dalam artian prinsip ini
dapat diterima dan diakui secara langsung berdasarkan prinsip dan aturan syariah.
Berkaitan dengan ini para ekonom muslim memberi sumbangan pemikiran terhadap
alternatif penerapan obligasi syariah. Alternatif tersebut diantaranya :
a. Obligasi Muqaradah (Muqaradah Bonds)

Universitas Pamulang Page 7


Muqaradah Bond adalah suatu kontrak dengan dikan oleh beberapa orang dan
pengelola modal.Obligasi ini telah disahkan secara internasional oleh IOC Academy.
Menurut Hailani Muji Tahir bahwa obligasi muqaradah merupakan alternative bagi
obligasi yang ada. Obligasi ini merupakan dokumen-dokumen terdaftar yang
diterbutkan atas nama pemilik dengan jumlah modal tertentuuntuk membiayai suatu
proyek yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapat keuntungan berdasarkan akad
muqaradah. Dalam perdagangan muqaradah bonds, investor tidak terlibat dalam jual
beli secara diskon. Namun ketika investor bermaksud menjual muqaradah bonds
sebelum jatuh tempo, maka dapat menjual asetnya berdasarkan harga awal. Menurut
ahli Fiqh, obligasi ini diharuskan berdasarkan qiyaske atas akad mudharabah Obligasi
ini juga sering disebut dengan istilah obligasi mudharabah.
Menurut Fatwa No. 33/DSN-MUI/X/2002 menyatakan bahwa obligasi syariah
mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudharabah,dimana emiten
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan pemegang obligasi sebagai
shahibul maal (pemodal/investor). Adapun mekanisme obligasi syariah mudharabah
sebagai berikut :

a. Akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan


b. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan (revenue
sharing) atau keuntungan (profit sharing).
c. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara konstan, meningkat ataupun menurun
dengan pertimbangan proyeksi pendapatan emiten, tetapi sudah ditetapkan diawal
akad.
d. Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan dapat dilakukan secara periodik (
tahunan, semesteran, kuartalan, maupun bulanan)
e. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja actual emiten
maka obligasi syariah memberikan indicative return tertentu

Universitas Pamulang Page 8


2.7 Praktek Obligasi di Lembaga Keuangan Syariah

Secara perlahan namun pasti, Indonesia sebagai negara dengan penduduk


mayoritas muslim mulai dikenal luas oleh dunia, memiliki aplikasi ekonomi/keuangan
syariah yang berbeda dari negara-negara kebanyakan. Indonesia kini dikenali memiliki
praktek ekonomi syariah yang relatif komplit pada semua aspek ekonomi. Dalam
bentuk praktiknya, ekonomi syariah telah berkembang dalam bentuk kelembagaan
seperti perbankan, BPRS, Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah,
dengan instrumen obligasi dan Reksadana Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah,
maupun lembaga keuangan publik islam seperti lembaga pengelola zakat dan lembaga
pengelola wakaf. Sehingga sistem ini tidak hanya berkembang pada sektor perbankan
saja, namun merambah juga pada sektor keuangan mikro, keuangan sosial, dan praktek-
praktek usaha riil yang mencoba memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Universitas Pamulang Page 9


BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan


pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti
bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah
tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian
antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk
juga harus distruktur secara syariah agar instrument keuangan ini aman dan terbebas
dari riba, gharar dan maysir.
Salah satu perbedaan yang sangat menonjol antara obligasi konvensional dengan
obligasi syariah adalah sistem pengawasannya. Dalam obligasi syariah selain diawasi
oleh wali amanat juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Untuk menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan harus dipenuhi, yakni
aktivitas utama (core business) haruslah usaha yang halal, dan tidak bertentangan
dengan substansi fatwa DSN. Adapun tentang penerbitan obligasi yang sesuai dengan
prinsip Islam harus sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah (DSN) Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002.

Universitas Pamulang Page 10


DAFTAR PUSTAKA

Aziz Budi Setiawan. Obligasi (suukok) Syariah: Alternatif pendanaan


Korporasi. IEI
Hulwati. Ekonomi Islam (teori dan praktikum perdagangan obligasi
syariah di pasarmodal Indonesia dan Malaysia). Jakarta : ciputat press group;
2006.
Jalil Mariam Jamilah Abdul dan Zuriah Abdul Rahman.Sukuk investment
Comparison of the profit obtained by using Ijarah and Musharakah
Muthanaqisah principles with long-term tenure vol.4 no 2/. Malaysia: Emeral
Group Publishing Limited. 2012.
MananAbdul.Hukum Ekonomi Syariah (dalam persfektik kewenangan
peradilan agama. Jakarta : kencana prenada media grup. 2012
Prututor pendidikan investasi dua bulanan.2010.

Universitas Pamulang Page 11

Anda mungkin juga menyukai