Anda di halaman 1dari 24

MERGER & AKUISISI

Manajemen Keuangan 2
PENGGABUNGAN BADAN USAHA

Usaha untuk menggabungkan suatu


perusahaan dengan satu atau lebih
perusahaan lain ke dalam satu kesatuan
ekonomi, sebagai upaya untuk
memperluas usaha.
Latar Belakang Penggabungan Usaha

 Investasi yang menguntungkan


 Mendapatkan kendali atas
perusahaan lain
 Memasuki pasar baru (area produk
baru) melalui perusahaan yang
sudah menguasai pasar
 Memastikan pasokan bahan baku
(input produksi)
 Memastikan output produksi bagi
pelanggan
Latar Belakang Penggabungan Usaha

 Diversivikasi usaha
 Memperbesar ukuran perusahaan (skala
perusahaan)
 Mendapatkan teknologi baru
 Mengurangi tingkat persaingan
 Mengurangi risiko
 Alasan pajak
MERGER

Jenis penggabungan usaha dimana satu dari


perusahaan yang bergabung bertahan dan
perusahaan lainnya dibubarkan.

Setelah merger, operasi dari perusahaan yang


dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu
entitas.
Skema Merger

Perusahaan AA

Perusahaan AA

Perusahaan BB
Jenis-Jenis Merger

Merger horizontal  merger dimana antara satu perusahaan


dengan perusahaan lainnya memiliki
kegiatan atau bidang bisnis yang
sama

+
Jenis-Jenis Merger
Merger vertikal  penggabungan perusahaan yang
masing-masing kegiatan bisnisnya
memiliki keterkaitan satu sama
lain dalam hal input, output
maupun pemasaran

+
Jenis-Jenis Merger

Merger kongenerik  penggabungan perusahaan dari


industri yang saling terkait, tetapi tidak ada hubungan pelanggan-
pemasok di antara mereka.
Contoh: Bank Danamon merger dengan PT. Adira Finance

Merger konglomerasi  Bergabungnya perusahaan-


perusahaan dari industri yang sama sekali berbeda.
Contoh: Bakrie merger dengan Holland Bakrie
AKUISISI

Adalah pengambilalihan atau pengendalian atas saham


atau aset perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap
eksis sebagai badan hukum yang terpisah.

Kedua perusahaan tetap beroperasi sebagai dua entitas


yang terpisah, tetapi mempunyai hubungan istimewa
(hubungan afiliasi).
AKUISISI

Karena tidak ada perusahaan yang dilikuidasi, perusahaan


pengakuisisi memperlakukan kepemilikannya di
perusahaan yang diakuisisi sebagai investasi. Dalam
akuisisi saham, perusahaan pengakuisisi tidak perlu
mengakuisisi seluruh saham milik perusahaan yang
diakuisisi untuk memperoleh kendali.

Hubungan yang timbul dari akuisisi saham disebut


hubungan induk dan anak perusahaan. Induk perusahaan
(parent company) adalah perusahaan yang mengendalikan
perusahaan lain yang disebut sebagai perusahaan anak
(subsidiary); biasanya melalui pemilikan mayoritas di
saham biasa.
Skema Akuisisi

Perusahaan AA Perusahaan AA

Perusahaan BB Perusahaan BB
Skema Akuisisi
CONTOH AKUISISI
KONSOLIDASI

Adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2


perseroan atau lebih untuk meleburkan diri
dengan cara membentuk satu perseroan baru
dan masing-masing perseroan yang meleburkan
diri menjadi bubar.

Operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah


sekarang berada di bawah satu entitas dan tidak
satu pun perusahaan yang bergabung masih
tetep berdiri sejak dilakukan konsolidasi.
Skema Konsolidasi

Perusahaan AA

Perusahaan CC

Perusahaan BB
PERBANDINGAN KETIGA BENTUK

Sebelum Sesudah

MERGER A dan B A atau B

AKUISISI A dan B A dan B

KONSOLIDASI A dan B C
Bentuk Pengggabungan Usaha
Perusahaan AA mengambil alih Perusahaan BB

Akuisisi Aktiva bersih Akuisisi saham

Ya
Perusahaan yang
diakuisisi dilikuidasi ?

Tidak

Dicatat sebagai Dicatat sebagai


Merger atau akuisisi saham dan
konsolidasi Menimbulkan Anak
Perusahaan
Akuisisi Dengan Kas atau Saham?

Perbedaan dengan kas atau saham adalah:


 Dengan kas, pemegang saham pengakuisisi akan
menanggung seluruh risiko jika sinergi gagal dicapai.
 Dengan saham, risiko akan ditanggung bersama
antara pemegang saham pengakuisisi dan yang
diakuisisi.
 Pilihan ini akan mempengaruhi besarnya keuntungan
bersih yang diharapkan pemegang saham melalui
proses akuisisi  shareholder value added (SVA)
Contoh:
 Dengan Kas atau Saham?

PT. A mengakuisisi PT. B. Diketahui data sbb:


PT. A PT. B
 Nilai kapitalisasi pasar Rp 3 milyar Rp 2 milyar
 Jumlah lembar saham 10 juta 8 juta
 Harga pasar saham/lbr Rp300,00 Rp250,00

PT. A mengharapkan sinergi sebesar Rp 1 Milyar dan


menghargai saham PT. B sebesar Rp 300,00/lembar.
Pilihan akuisisi menggunakan kas atau saham.
Hitunglah SVA apabila sinergi tercapai dan tidak
tercapai!
Contoh:
 Dengan Kas atau Saham?
 PT. A akan mengeluarkan kas senilai Rp 300,00/lembar x 8 juta
lembar = Rp 2,4 M sedangkan nilai kapitalisasi pasar PT. B
sebesar Rp 2 M, maka PT. A membayar premium sebesar Rp
2,4 M – Rp 2 M= Rp 0,4 M atau 400 juta.
Premium per lembar saham = Rp 50,00

KASUS 1: SINERGI TERCAPAI


 Jika PT. A menggunakan kas maka:

SVA pemegang saham PT. A = Rp 1 M – Rp 400 juta


= Rp 600 juta
PT. B mendapat SVA sebesar premium = Rp 400 juta
Contoh:
 Dengan Kas atau Saham?

KASUS 1: SINERGI TERCAPAI (lanjutan)


 Jika PT. A menggunakan saham maka:

SVA pemegang saham A = 10 juta X Rp 600 juta


18 juta
= 55,55% x Rp 600 juta
= Rp 333,33 juta
SVA pemegang saham B = 44,45% x Rp 600 juta = Rp 266,67 juta
Contoh:
 Dengan Kas atau Saham?

KASUS 2: SINERGI TIDAK TERCAPAI


 Jika pembayaran dengan kas, maka PT. A kehilangan seluruh
premium senilai Rp 400 juta.
PT. B tetap mendapat SVA sebesar premium = Rp 400 juta
 Jika pembayaran dengan saham, maka PT. A kehilangan :
55,55% x Rp 400 juta = Rp222,2 juta
Sisa kerugian ditanggung pemegang saham PT. B sebesar :
44,45% x 400 juta = Rp177,8 juta
Kasus
 Dengan Kas atau Saham?
 Hitunglah SVA PT. X dan PT. Y apabila akuisisi dilakukan
dengan kas atau saham dalam kondisi tercapai sinergi dan tidak
tercapai sinergi.
PT. X PT. Y
 Nilai kapitalisasi pasar Rp 72 milyar Rp 60 milyar
 Jumlah lembar saham 20 juta 12 juta
 Harga pasar saham/lbr Rp 600,00 Rp 500,00

 Nilai sinergi yang diharapkan adalah Rp 90 milyar dan saham


PT. Y dihargai Rp 600,00 per lembar.

Anda mungkin juga menyukai