Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ILMU EKONOMI MIKRO

“TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN”

NAMA KELOMPOK :

1. Dea Marga Oktavia ( 181011200239)


2. Ika Anjellika ( 181011200219)
3. Pipit Dwi Cahya Kirana ( 181011200225)
4. Qoriaturrohmah ( 181011200217)
5. Ria Silviani ( 181011200229)
6. Sinta Rahma ( 181011200225 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini berjudul “Teori Tingkah Laku Konsumen ” yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Teori Mikro Ekonomi.
Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan
tetapi penulismenyadari kesalahan dan kekurangan, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Namun berkat arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulismenyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca umumnya. Amiin..

Pamulang, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB 11 .......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Teori Tingkah Laku Konsumen: Teori Nilai Guna ( Utiliti ) ............................... 3

2.1.1 Teori Nilai Guna ( Utiliti ) ............................................................................. 3

2.1.2 Hipotesis Utama Teori Nilai Guna ................................................................. 4

2.1.3pemaksimumam Nilai Guna ............................................................................ 4

2.1.4 Cara Memaksimumkan Nilai Guna ................................................................ 5

2.1.5 Syarat Pemaksimuman Nilai Guna ................................................................ 5

2.2teori Nilai Guna Dan Teori Permintaan ................................................................. 5

2.2.1garis Pendapatan-Konsumsi ............................................................................ 7

2.2.2 Garis Harga-Konsumsi ................................................................................. 9

2.2.3efek Penggantian Dan Efek Pendapatan.......................................................... 9

2.2.4membentuk Kurva Permintaan ...................................................................... 11

2.2.5 Efek Pendapatan ........................................................................................... 12

iii
2.3teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis Kurva Kepuasan Sama ...................... 13

2.3.1 Kurva Kepuasan Sama ................................................................................. 13

2.3.2kombinasi Barang Yang Mewujudkan Kepuasan Sama ............................... 14

2.3.3tingkat Penggantian Marjinal ........................................................................ 15

2.3.4 Peta Kurva Kepuasan Sama ......................................................................... 16

2.3.5 Garis Anggaran Pengeluaran ........................................................................ 17

2.4 Teori Tingkah Laku Konsumen .......................................................................... 19

2.4.1efek Perubahan Harga Atau Pendapatan ....................................................... 19

2.4.2 Syarat Untuk Mencapai Kepuasan Maksimum .......................................... 21

2.4.3 Paradoks Nilai .............................................................................................. 22

2.4.4 Surplus Konsumen ....................................................................................... 22

Bab 111 ........................................................................................................................ 24

PENUTUP.................................................................................................................... 24

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan konsumsi memainkan peranan sentral dalam performa ekonomi
suatu Negara. Suatu kegiatan konsumsi yang relatif tinggi terhadap pendapatan
mengidentifikasikan bahwa investasi yang rendah dan pertumbuhan yang lambat dan
penghematan yang tinggi menuntun pada invesatsi tinggi dan pertumbuhan cepat.

Interkasi antara pengeluaran dan pendapatan memainkan peran yang sangat


berbeda selama ekspansi dan kontraksi siklus bisnis. Ketika kondisi-kondisi ekonomi
memberikan kenaikan terhadap konsumsi dan investasi yang berkembang dengan
cepat, maka hal ini akan meningkatkan total pengeluaran atau permintaan agregat,
menaikkan output dan lapangan kerja dalam jangka pendek. Ledakan ekonomi
Amerika Serikat pada akhir tahun 1990-an terutama disulut oleh pertumbuhan
ekonomi yang cepat dalam pengeluaran konsumen. Dan ketika konsumsi jatuh karena
pajak yang lebih tinggi atau hilangnya kepercayaan konsumen seperti yang terjadi di
jepang pada tahun 1990-an, ini cenderung mengurangi total pengeluaran dan
menyebabkan resesi.

Oleh karena itu sesuatu hal yang sangat penting untuk mempelajari perilaku
konsumen untuk memahami baik siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan
ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek, konsumsi merupakan komponen
utama dari keseluruhan pembelanjaan. Ketika konsumsi berubah secara tajam,
perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan lapangan kerja melalui dampaknya
tehadap keseluruhan permintaan.

Selain itu perilaku konsumsi penting karena apa yang tidak dikonsumsi
tersedia untuk negara untuk investasi dalam barang-barang kapital baru; kapital
berfungi sebagai penggerak di belakang pertumbuhan ekonomi jangka-panjang dan
oleh karena itu, studi perilaku konsumsi merupakan kunci untuk memahami sebagian
faktor pertumbuhan ekonomi dan siklus bisnis

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori utility?
2. apa syarat untuk mencapai kepuasan maksimum?
3. Apa yang dimaksud teori guna dan teori permintaan?
4. Apa yang dimaksud paradox nilai?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk menambah wawasan mengenai teori tingkah laku konsumen, analisis
kurva dan kepuasan sama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA ( UTILITI )


Bab ini akan mendalami lebih lanjut pembicaraan tentang sifat permintaan
masyarakat. Analisis dalam bab ini akan menerangkan dua hal berikut :
1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada
harga yang lebih rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi.
2. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang
yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Teori tingkat laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:
nilai guna ( utiliti ) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam
pendekatan nilai guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Berdasarkan
kepada pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya, diterangkan bagaimana
seseorang akan menentukan konsumsinya keatas berbagai jenis barang yang
terdapat dipasar. Dalam pendekatan nilai guna ordinal, manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang
tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-
barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukan dengan bantuan
kurva kepuasan sama. Yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang
yang akan memberikan nilai guna ( kepuasan ) yang sama. Dalam bab ini cara
pendekatan nilai guna kardinal akan diuraikan. Cara pendekatan nilai guna
ordinal akan diterangkan dalam bab berikut.

2.1.1 TEORI NILAI GUNA ( UTILITI )


Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai
guna marjinal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat
dan pertambahan atau pengurangan satu unit barang tertentu.

3
2.1.2 HIPOTESIS UTAMA TEORI NILAI GUNA
Hipotesis utama teori nilai guna lebih dikenal sebagai hukum nilai
guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai
guna yang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus
menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya nilai guna
akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah
satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Makna dari
hipotesis adalah menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam
mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus nemambah kepuasan
yang dinikmati orang yang mengkonsumsinya. Pada setiap penambahan
konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut.
2.1.3 PEMAKSIMUMAM NILAI GUNA
Salah satu pemisahan penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang
akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya.
Dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan
nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya. Apabila yang
dikonsumsinya hanya satu barang saja, tidak sukar untuk menentukan pada
tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan
mencapai tingkat yang maksimum.

4
2.1.3 CARA MEMAKSIMUMKAN NILAI GUNA
Kerumitan yang timbul untuk menentukan susunan/komposisi dan
jumlah barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber
dari perbedaan harga-harga berbai barang. Kalau harga setiap barang adalah
bersamaan, nilai guna tingkat yang maksimum apablia nilai guna marjinal dan
setiap barang adalah sama besarnya.
2.1.4 SYARAT PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA
Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah
berbeda apakah syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang
dikonsumsinya akan memberikan nilai guna yang maksimum. Syarat yang
harus dipenuhi adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit
tambahan berbagai jenis barang akan memberikan guna marjinal yang sama
besarnya.
2.2 TEORI NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN
Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya
kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang
menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak
permintaan ke atasnya. Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas
suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan efek
penggantian dan efek pendapatan.
 Efek Penggantian

Perubahan harga suatu barang mengubah nilai marjinal per rupiah dari
barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami
kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang
tersebut menjadi semakin terendah

 Efek Pendapatan

Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga


menyebabkan pendapatan riil menjadi sedikit. Dengan perkataan lain,
kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang
menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya,
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu

5
barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dari ini akan mendorong
konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan
harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih
memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan kurva permintaan
yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

Kurva kepuasan sama lainnya. Tetapi kurva ini berada diatas garis anggaran
pengeluaran. Dengan demikian gabungan makanan dan pakaian yang
ditunjukannya tidak dapat dibeli oleh pendapatan yang tersedia. Jadi kurva U4
menunjukan tingkat kepuasan yang tidak dapat dijangkau konsumen.

Sekiranya konsumen ingin mengkonsumsi gabungan barang seperti yang


ditunjukan oleh titik A, B, C atau D maka kepuasannya belum mencapai
tingkat yang maksimum. Karena, konsumen itu bergerak sepanjang garis
anggaran pengeluaran masih ada titik lain yang berada pada kurva kepuasan
sama yang lenih tinggi. Titik tersebut adalah titik E yang terletak pada kurva
U3. Tidak ada titik lain yang terletak pada garis anggaran pengeluaran yang
terletak pula pada kurva kepuasan sama yang lebih tinggi dari U3. Berdasarkan
analisis ini dapatlah disimpulkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan
yang maksimum apabila ia mencapai titikdimana garis anggaran pengeluaran
menyinggung kurva kepuasan sama. Titik E mrnunjukan bahwa gabungan
barang yang memberi kepuasan maksimumyang memberi kepuasan
maksimum terdiri dari 30 unit makanan dan 25 unit pakaian. Apakah yang
terjadi kepada keseimbangan pemaksimuman kepuasaan apabila pendapatan
atau harga mengalami perubahan? Tentunya keseimbangan tersebut akan

6
mengalami perubahan. Kalau titik keseimbangan yang diwujudkan oleh
perubahan pendapatan yang dihubungkan maka akan terdapat suatu kurva
yang dinamakan garis pendapatan-konsumsi. Suatu kurva juga akan
diperoleh apabila dihubungkan titik keseimbangan yang diwujudkan oleh
perubahan harga dan kurva itu dinamakan garis harga-konsumsi. Uraian
berikut menerangkan cara membentuk garis pendapatan-konsumsi dan garis
harga-konsumsi.

2.2.1 GARIS PENDAPATAN-KONSUMSI


Perubahan pendapatan seperti yang telah diterangkan dapat
memindahkan garis anggaran pengeluaran sejajar dengan asal. Pertambahan
pendapatan akan memindahkan garis itu ke atas dan pengurangan pendapatan
memindahkan garis itu ke bawah. Pada setiap garis anggaran pendapatan akan
terdapat satu kurva kepuasan yang sama menyinggung garis tersebut. Titik
persinggungan tersebut adalah keseimbangan pemaksimuman kepuasan yang
baru. Bagaimana keseimbangan-keseimbangan tersebut terwujud digambarkan
oleh contoh dalamGambar 8.6.
Pada waktu pendapatan adalah Y, garis anggaran pengeluaran adalah
seperti ditunjukan oleh garis A. dengan demikian E adalah keseimbangan yang
menggambarkan pemaksimuman kepuasan. Selanjutnya dimisalkan
pendapatan naik ke Y1 dan ini menyebabkan garis anggaran pengeluaran telah
menjadi garis B. keseimbangan yang baru adalah E1. Pertambahan pendapatan
lebih lanjut memindahkan keseimbangan, misalnya ke E2. Garis pendapatan-
konsumsi adalah garis yang bermula dari titik origin (0) dan melalui titik-titik
keseimbangan E, E1, E2, dan seterusnya.

7
8
2.2.2 GARIS HARGA-KONSUMSI
Perubahan harga akan mengubahkecondongan garis anggaran
pengeluaran dalam gambar 8.7 dimisalkan pada mulanya garis anggaran
pengeluaran adalah garis AB. Garis itu disinggung oleh kurva kepuasan sama
U3 dititik E yang menunjukan kedudukan yang menciptakan kepuasan
maksumum kepada konsumen. Selanjutnya dimisalkan pendapatan tetap dan
harga makanan tetap, tetapi harga pakaian berubah--- dimisalkan harga
paskaian naik. Akibatnya, garis anggaran pengeluaran pindah menjadi garis
AC dan garis ini disinggung oleh kurva kepuasan sama U2 di titik E1 dan ini
merupakan titik keseimbangan kepuasan konsumen yang baru. Harga pakaian
dimisalkan naik kembali sehingga garis anggaran pengeluaran berubah
menjadi seperti yang ditunjukan oleh garis AD. Kurva kepuasan U1
menyinggungnya di titik E2 berarti titik ini memiliki titik keseimbangan yang
baru. Apabila titik E, E1, E2 dan titik keseimbangan seperti itu dihubungkan
maka di peroleh kurva yang dinamakan garis harga-konsumsi.
2.2.3 EFEK PENGGANTIAN DAN EFEK PENDAPATAN
Ketika menjelaskan perkaitan Antara teori danm nilai guna teori
permintaan telah di uraikan bahwa hokum permintaan, yang menyatakan
bahwa cateris paribus, kalau harga naik permintaan berkurang atau sebaliknya
kalau harga turun permintaan bertambah, dapat diterangkan dengaan
menganalisis dua factor: efek pengganti dan efek pendapatan. Dalam uraian
itu pada hakikatnya diterangkan bahwa penurunan harga akan menambah
permintaan karena:
 Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang itu dan mengurangi
mengkonsumsi barang lain (efek penggantian)
 Penurunan harga menambah pendapatan riil konsumendan kenaikan
pendapatan riil ini akan menambah konsumen berbagai barang (efek
pendapatan)
Dengan menggunakan analisiskurva kepuasan sama, kedua factor ini dapat
dipisahkan, yaitu dapat ditunjukan bagian dari pertambahan permintaan
yang disebabkan oleh efek penggantian dan bagian dari pertambahan
permintaan yang disebabkan oleh efek pendapatan.

9
Dalam gambar 8.8 pada mulanya dimisalkan garis anggaran pengeluaran
adalah ditunjukan oleh garis AB. Maka E adalah titik keseimbangan yang
pada mula wujudnya. Keseimbangan ini menujukan bahwa jumlah pakaian
yang dikonsumsi adalah Q. seterusnya dimisalkan harga pakaian turun dan
penurunan ini mengakibatkan garis anggaran pengeluaran berubah menjadi
AC. Maka keseimbangan pindah ke E1. Perpindahan ini menunjukan bahwa
jumlah pakaina yang dikonsumsikan telah menjadi bertambah banyak yaitu,
jumlahnya telah mrnjadi Q1. Kenaikan konsumsi pakaian dari Q menjadi Q1
disebabkan oleh efek penggantian maupun efek pendapatan.

Untuk memisahkan efek penggantian dan efek penggantian dan efek


pendapatan tersebut perlulah dilihat keadaan keseimbangannya yang tidak
dipengaruhi oleh efek pendapatan. Keadaan seperti ini dapat dibuat
dengan menentukankeadaan keseimbangan dimanapendapatan riil
konsumen dianggap tetap pendapatan riildapat dianggap tidak mengalami
perubahan apabila jumlah barang yang diberinya memberi kepuasan yang
sama seperti sebelum ada perubahan harga yaitu kepuasan seperti yang
ditunjukan kurva U1. Garis anggaran pengeluaran A1B1 adalah sejajar
dengan AC dan menyinggung kurva kepuasan sama U1 (pada titik D).
Maka garis A1B1 menggambarkan gabungan yang dapat dibeli dengan
pendapatan riil yang sama besarnya dengan yang berlaku sebelum
penurunan harga pakaian.

Dapat dilihat dari gambar 8.8 bahwa walaupun pendapatan riil dianggap
tetap, Namun keseimbangan untuk mencapai kepuasan maksimumtelah
berpindah pada titik E ke titik D. ini menggambarkan bahwa konsumsi
pakaian bertambah sebesar QQ2 sedangkan konsumsi makanan

10
berkurang--- dari M menjadi M2 unit kenaikan konsumsi pakaian ini
disebabkan oleh efek penggantian. Kenaikan konsumsi pakaian yang
selebihnya yaitu Q2Q1 adalah disebabkan oleh efek pendapatan

2.2.4 MEMBENTUK KURVA PERMINTAAN


Telah ditunjukan bahwa sifat permintaan konsumen, yaitu kalau harga
turun---ceteris paribus--- permintaan bertambah dan kalau harga naik
permintaan berkurang dapat diterangkan dengan menggunakan teori nilai
guna. Selain dengan cara itu sifat permintaan konsumen dapat pula
diterangkan dengan menggunakan analisis kurva kepuasan sama. Cara
menerangkan sifat permintaan konsumen dengan menggunakan analisis kurva
kepuasan sama adalah seperti yang ditunjukan dalam gambar 8.9.Dalam
membuat gambar 8.9 (i) dimisalkan pendapatan konsumen adalah tetap
sebesar Y dan pada permulaanya harga makanan adalah Pm dan harga pakaian
adalah Pa. dengan demikian pada permulaanya garis a menggambarkan garis
anggran pengeluaran konsumen tersebut. Garis a menyinggung kurva
kepuasaan U1 dititik E Oleh karena itu jumlah pakaian yang dikonsumsi
adalah Q unit. Seterusnya misalkan pendapatan dan harga tidak mengalami
perubahan, tetapi harga pakaian menurun dan sekarang telah menjadi Pb.

Uraian yang baru saja dibuat ini menunjukan bahwa perubahan harga pakaian
mengakibatkan perubahan ke atas jumlah pakaian yangyang di beli dan di
konsumsi. Dalam gambar 8.9 (ii) ditunjukan hubungan antara harga pakaian
dan jumlah barang yang diminta. Titik a menggambarkan kedudukan

11
konsumen ketika belum berlakunya perubahan harga, yaitu harga pakaian P a
dan jumlah pakain yang diminta adalah O unit. Titik B menggambarkan
keadaan ketika harga pakaian turun menjadi Pb dan pada harga tersebut jumlah
pakaian yang diminta telah menjadi Q1. Keadaan yang terakhir, yaitu ketika
harga pakaian telah menjadi Pc ditunjukan oleh titik C. pada harga tersebut
jumlah pakaian yang diminta adalah Q2. Kurva DD yang dibuat melalui ketiga
titik diatas merupakan kurva permintaan ke atas pakaian dan bentuknya tidak
berbeda dengankurva permintaan yang diterangkan di Bab Empat.

2.2.5 Efek Pendapatan


Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga
menyebabkan pendapatan riil menjadi sedikit. Dengan perkataan lain,
kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang
menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya,
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu
barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dari ini akan mendorong
konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan
harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih
memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan kurva permintaan

12
2.3 TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN : ANALISIS KURVA
KEPUASAN SAMA
Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih
dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih
barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa
analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-
prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang
berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Akan
tetapi telah lama orang melihat suatu kelemahan penting dari teori tersebut,
yaitu menyatakan kepuasan dalam angka-angka adalah kurang tepat oleh
karena kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur. Untuk
menghindari kelemahan ini Sir John R. Helks telah mengembangkan satu
pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan oleh
seorang konsumen yang mempunyai pendapatan terbatas. Analisis ini dikenal
sebagai analisis kurva kepuasan sama yang meliputi penggambaran dua
macam kurva, yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran.
2.3.1 KURVA KEPUASAN SAMA
Untuk menggambarkan kurva kepuasan sama perlu dimisalkan bahsa
seseorang konsumen hanya akan membeli dan mengkonsumsi dua macam
barang saja. Dalam contoh yang akan digunakan kedua barang tersebut adalah
makanan dan pakaian. Pemisalan – pemisalan lain adalah cita rasa masyarakat
tidak berubah dan konsumen bebas untuk menentukan kombinasi barang
makanan dan pakaian yang diingininya.

13
2.3.2 KOMBINASI BARANG YANG MEWUJUDKAN KEPUASAN SAMA
Dalam Tabel 8.1ditunjukkan enam gabungan makanan dan pakaian yang akan
memberikan kepuasan yang sama besarnya kepada seseorang konsumen.
Apakah gabungan A atau B atau C atau D atau E atau F yang akan
dikonsumsi, untuk konsumen tersebut kepuasan yang diperolehnya tidak
berbeda. Gabungan manapun akan memberikan kepuasan yang sama besarnya.
Artinya, kalau konsumen itu mengkonsumsi sebanyak 10 makanan dan 2
pakaian (gabungan A) maka kepuasan yang diperoleh dari melakukan
konsumsi tersebut tidak berbeda dengan apabila ia mengkonsumsi 7 makanan
dan 3 pakaian (gabungan B), atau 5 makanan dan 4 pakaian (gabungan C),
atau gabungan makanan dan pakaian lainnya yang terdapat dalam Tabel 8.1,
Oleh karena gabungan barang seperti yang ditunjukkan oleh keadaan A, B, C,
D, E dan F masing-masing memberikan kepuasan yang sama besarnya maka
dikatakanlah konsumen itu bersikap ”indiferrence” yaitu bersikap tak acuh
dalam membuat pilihan tersebut. Berdasarkan sikap ini, dalam bahasa inggris
analisi ini dinamakan indifference curve analysis.

Berdasarkan kepada gabungan-gabungan A, B, C, D, E, dan F yang


ditunjukkan dalam Tabel 8.1, dalam Gambar 8.1 dibuat titik-titik yang
menggambarkan gabungan-gabungan tersebut. Kalau titik-titik A, B, C, D, E
dan F dihubungkan akan diperoleh kurva kepuasan sama. Dengan demikian
kurva kepuasan sama dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang
menggambarkan gabungan barang-barang yang akan memberikan kepuasan
yang sama besarnya.

14
2.3.3 TINGKAT PENGGANTIAN MARJINAL
Perhatikan perubahan yang berlaku apabila konsumen menukar
gabungan barang yang dikonsumsinya dari gabungan A menjadi gabungan B.
Perubahan ini menaikkan konsumsi pakaian dari 2 menjadi 3 unit, dan
kenaikan ini dimungkinkan oleh pengurangan konsumsi makanan dari 10
menjadi 7 unit. Keadaan ini berarti bahwa untuk mempertahankan tingkat
kepuasan yang dinikmati konsumen tersebut (ingat setiap gabungan
memberikan kepuasan yang sama besarnya) maka kenaikan konsumsi satu
unit pakaian harus dibayar dengan pengurangan 3 unit konsumsi makanan.
Penggantian ini menggambarkanbesarnya pengorbanan ke atas konsumsi
sesuatu barang (makanan) untuk menaikkan konsumsi satu barang lainnya
(pakaian) dan pada waktu yang sama tetap mempertahankan tingkat kepuasan
yang diperolehnya. Pengorbanan yang dilakukan tersebut dinamakan tingkat
penggantian marjinal. Perubahan dari gabungan A kepada gabungan B tingkat
penggantian marjinalnya adalah 3. Selanjutnya perhatikan pula tingkat
penggantian marjinal apabila konsumen mengubah konsumsinya dari
gabungan B kepada seperti yang ditunjukkan oleh gabungan C. Dapat dilihat
bahwa untuk memperoleh satu unit lagi pakaian dan agar tingkat kepuasan
tidak mengalami perubahan, sebanyak 2 unitmakanan harus dikorbankan.
Dengan perubahan konsumse tersebut maka tingkat penggantian marjinalnya
adalah 2. Bagaiman tingkat penggantian marjinal dari perubahan konsumsi
yang berikutnya? Yaitu dari gabbungan C ke gabungan D, dari gabungan D ke
gabungan E, dan dari gabungan E ke gabungan F? Nilainya dapat dilihat pada
kolom terakhir dalam Tabel 8.1. nyata terlihat bahwa tingkat penggantian
marjinal bertambah kecil. Tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil itu
disebabkan oleh faktor berikut :

1. Pada waktu konsumen mempunyai sesuatu barang Y yang relatif banyak


jumlahnya dan barang X yang relatif sedikit jumlahnya, diperlukan
pengurangan konsumsi yang besar kke atas barang Y untuk memperoleh
satu tambahan barang X; akan tetapi
2. Semakin banyak barang X yang telah diperoleh, semakin sedikit
pengurangan konsumsi barang Y yang harus dilakukan untuk memperoleh
satu barang X.

15
2.3.4 PETA KURVA KEPUASAN SAMA
Kurva kepuasan sama yang digambarkan dalam Gambar 8.1adalah
salah satu dari sekumpulan kurva kepuasan sama yang dapat dibuat.
Kumpulan kurva kepuasan sama akan memberigambaran yang lebih
lengkap mengenai keinginan seorang konsumen untuk mengkonsumsi dua
barang yang memberi kepuasan maksimum kepadanya. Dalam Gambar 8.2
dibuat sekumpulan kurva kepuasan sama dari seorang konsumen yang
mengkonsumsi makanan dan pakaian. Kurva U2 menggambarkan
gabungan makanan dan pakaian yang terdapat dalam Tabel 8.1.
Setiap kurva kepuasan sama menggambarkan suatu tingkat kepuasan
tertentu. Kurva yang lebih tinggi menggambarkan tingkat kepuasan yang
lebih besar dari kurva yang dibawahnya.

Dengan demikian U1, U2, U3, dan U4 masing-masing


menggambarkan suatu tingkat kepuasan tertentu. Tingkat kepuasan yang
digambarkan oleh U4 adalah lebih besar daripada kurva-kurva lain. Yang
digambarkan oleh U3 lebih besar daripada yang digambarkan oleh U1 dan
U2 . Sedangkan yang digambarkan oleh U2 adalah lebih besar daripada
yang digambarkan oleh U1. Bahwa setiap kurva kepuasan sama yang lebih
tinggi menggambarkan tingkat kepuasan yang lebih besar tidak sukar
untuk membuktikannya.

Cobalah anda tentukan suatu titik pada suatu kurva kepuasan sama.
Perhatikanlah gabungan jumlah barang yang digambarkan oleh titik
tersebut. Bandingkanlah gabungan tersebut dengan gabungan jumlah
barang yang dapat dikonsumsikan yang ditunjukkan oleh kurva yang

16
dibawah atau di atas kurva yang pertama tadi. Anda akan memperoleh
kesimpulan berikut :

1. Gabungan yang digambarkan oleh kurva yang berada di bawah kurva


yang pertama adalah lebih sedikit jumlahnya. Ini berarti kepuasan yang
diperoleh lebih kecil.
2. Gabungan yang digambarkan oleh kurvayang berada di atas kurva yang
pertama adalah lebih banyak jumlahnya. Maka kepuasan dari
mengkonsumsinya juga lebih banyak.

2.3.5 GARIS ANGGARAN PENGELUARAN


Kurva kepuasan sama menggambarkan keinginan konsumen
untuk memperoleh barangh-barang dan kepuasan yang akan
dinikmatinya dari mengkonsumsi barang-barang tersebut. Dalam
gambaran itu belum ditunjukkan sampai dimana kemampuan
konsumen untuk membeli berbagai gabungan barang-barang tersebut.
Di dalam kenyataannya, konsumen tidak dapat memperoleh semua
barang yang diingininya, sebab ia dibatasi oleh pendapatan yang dapat
dibelanjakan. Dengan demikian persoalan yang dihadapi oleh setiap
konsumen adalah : “Bagaimakah ia harus membelanjakan
pendapatan yang ada padanya sehingga pengeluaran tersebut
menciptakan kepuasan yang paling maksimum kepadanya?” Dengan
menggunakan kurva kepuasan sama saja masalah ini tidak dapat
dipecahkan. Analisis yang dibuat perlu pula menggambarkan garis
anggaran pengeluaran (budget line) yang menunjukan berbagai
gabungan barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan
tertentu.
CONTOH ANGKA
Misalkan seorang konsumen menyediakan uang sebanyak Rp 90.000,-
untuk membeli makanan dan pakaian. Harga makanan adalah Rp
6.000,- setiap unit dan harga pakaian adalah Rp 9.000,- setiap unit.
Berdasarkan kepada pemisalan ini, didalam Tabel 8.2 ditunjukkan
beberapa gabungan makanan dan pakaian yang dapat dibeli oleh uang
(sebanyak Rp 90.000,-) yang dimiliki konsumen tersebut.

17
Kalau konsumen tersebut membeli 15 unit makanan, ia harus
membayar 15 x Rp 6.000,- = Rp 90.000,- Oleh karena itu, tidak seunit
pakaian pun dapat dibelinya. Gabungan A menggambarkan keadaan
ini. Gabungan F menggambarkan keadaan sebaliknya. Konsumen
tersebut membeli

10 unit pakaian dan untuk pembelian ini ia harus membayar sebanyak


10 x Rp 9.000,- = Rp 90.000,-Dengan demikian tidak seunit makanan
pun dibelinya. Dalam kenyataan, kedua gabungan tersebut tidak akan
menjadi pilihan konsumen. Biasanya konsumen akan membeli kedua
jenis barang tersebut. Oleh sebab itu gabungan B sampai E adalah
beberapa gabungan makanan dan pakaian yang lebih mungkin dibeli
dengan menggunakan uang yang dimiliki konsumen di atas.

18
Berdasarkan data dalam Tabel 8.2 dalam Gambar 8.3 ditunjukkan
garis anggaran pengeluaran. Seperti telah didefinisikan sebelum ini,
setiap titik pada garis tersebut merupakan gabungan makanan dan
pakaian yang dapat dibeli oleh dana yang akan dibelanjakan konsumen
(Rp 90.000). Titik A hingga F menggambarkan gabungan barang
seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 8.2, yaitu yang dapat dibeli
dengan uang sebanyak Rp 90.000,-

2.4 TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN


Titik yang berada di atas garis anggaran pengeluaran misalnya titik Y
yang menunjukan gabungan 10 unit pakaian dan 9 unit makanan,
menggambarkan gabungan yang tidak dapat dibeli oleh uang yang dimiliki
konsumen. Jumlah yang harus dibayar adalah lebih tinggi dari uang yang
tersedia. Karena harga pakaian adalah Rp 9.000 dan harga makanan adalah
Rp 6.000 maka gabungan barang yang ditunjukkan oleh titik Y
memerlukan uang sebanyak (10 x Rp 9.000 x Rp 6.000) = Rp 144.000,-
sedangkan konsumen tersebut hanya mempunyai uang sebanyak Rp
90.000, yang berarti diperlukan Rp 54.000,- lagi untuk membeli gabungan
barang tersebut. Titik X adalah gabungan barang yang dapat dibeli dan
uang yang tersedia masih tersisa. Dapatkah anda menghitung sisa
uangnya?
2.4.1 EFEK PERUBAHAN HARGA ATAU PENDAPATAN
Bagaimanakah perubahan harga atau pendapatan dapat mempengaruhi
garis anggaran pengeluaran? Uraian berikut akan menjawab pertanyaan
tersebut.
Akibat Perubahan Harga

Perubahan garis anggaran pengeluaran yang disebabkan oleh perubahan


harga ditunjukkan dalam Gambar 8.4 (i). Dimisalkan pendapatan konsumen
adalah Rp 90.000,- harga makanan Rp 6.000,- dan harga pakaian Rp 9.000,-
. Maka pada permulaannya garis anggaran pengeluaran adalah AB.
Selanjutnya dimisalkan harga pakaian naik menjadi Rp 15.000,- sedangkan
harga makanan tetap. Akibat dari perubahan ini, pendapatan sebanyak Rp
90.000,- hanya dapat membeli 6 unit pakaian. Berarti garis anggaran

19
pengeluaran bergerak dari AB ke arah seperti yang ditunjukkan oleh anak
panah a, yaitu menjadi garis AC. Sekarang misalkan pula hanya pakaian
mkenjadi Rp 6.000,- yang menyebabkan pertambahan jumlah pakaian yang
dapat dibeli, yaitu menjadi 15 unit apabila semua pendapatan digunakan
untuk membeli pakaian. Maka garis anggaran pengeluaran sekarang
berubah ke arah anak panah b, yaitu menjadi AD.

Bagaimanakah bentuk perubahan terhadap garis anggaran pengeluaran


apabila harga berubah secara proporsional? Perubahan harga yang seperti
itu menyebabkan perubahan yang sejajar, yaitu garis anggaran pengeluaran
yang baru adalah sejajar dengan yang lama.\

Akibat Perubahan Pendapatan

Gambar 8.4 (ii) menunjukan akibat dari perubahan pendapatan


konsumen ke atas kemampuannya untuk membeli makanan dan pakaian.
Pemisalan permulaan dalam gambaran tersebut adalah sama seperti dalam
menerangkan akibat perubahan harga, yaitu pendapatan adalah Rp 90.000,-.
Harga makanan adalah Rp 6.000,- dan harga pakaian adalah Rp 9.000,-.
Maka pada permulaannya garis anggaran pengeluaran adalah PQ. Kalau
harga tetap dan pendapatan menurun menjadi Rp 54.000,- apakah
akibatnya? Dengan pendapatan sebanyak Rp 54.000,- sebanyak 9 unit
makanan atau 6 unit pakaian dapat dibeli. Dengan demikian garis anggaran
pengeluaran telah bergeser secara sejajar ke kiri yaitu seperti yang
ditunjukkan oleh garis RS. Sebaliknya pula, tentunya kenaikan

20
Pendapatan menyebabkan garis anggaran pengeluaran pindah sejajar ke
kanan. Sebagai contoh, misalkan pendapatan bertambah menjadi Rp
108.000,- sedangkan harga makanandan pakaian tidak berubah. Pendapatan
tersebut akan membeli 18 unit makanan atau 12 unit pakaian. Maka garis
anggaran pengeluaran pindah ke arah kanan, yaitu menjadi garis TU.

2.4.2 SYARAT UNTUK MENCAPAI KEPUASAN MAKSIMUM


Dengan diketauinya cita rasa konsumen (yang ditunjukkan oleh kurva
kepuasan sama) dan berbagai gabungan barang yang mungkin dibeli
konsumen (yang ditunjukkan oleh garis anggaran pengeluaran) dapatlah
sekarang ditunjukkan keadaan dimana konsumen akan mencapai kepuasan
yang maksimum. Untuk maksud garis anggaran pengeluaran dimisalkan
konsumen tersebut akan berbelanja sebanyak Rp 150.000,- barang yang
dikonsuminya adalah makanan dan pakaian dimana harga masing-masing
barang tersebut Rp 2.500,- dan Rp 3.000,-. Garis anggaran pengeluaran
yang dibuat berdasarkan kepada pemisalan ini memotong kurva kepuasan
sama U1 di A dan di D; memotong kurva kepuasan U2 di B dan C dan
menyinggung kurva kepuasan sama U3 di E. Kurva kepuasan sama U4 tidak
dipotong atau disinggungnya sama sekali.

 Mewujudkan Kurva Permintaan

Andaikan seorang konsumen hanya membeli dua jenis barang, yaitu


makanan (m) dan pakaian (k). Andaikan apabila ia menggunakan 10 unit
makanan, konsumen itu akan mencapai keseimbangan konsumen.

Misalkan harga pakaian tidak berubah tetapi harga makanan turun dari Rp
10000 menjadi Rp 5000, maka menyebabkan konsumen menambahkan
penggunaan makanan, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit. Pada
kuantitas dan harga makanan yang baru ini, keseimbangan konsumen akan
dicapai kembali. Seterusnya misalkan bahwa harga makanan naik menjadi
Rp 15000 dan harga pakaian tidak mengalami perubahan, maka
menyebabkan pengguna mengurangi kuantitas makanan yang dibelinya.
Misalkan konsumen mencapai keseimbangannya kembali apabila ia
membeli 5 unit makanan.

21
2.4.3 PARADOKS NILAI
Sebelum teori nilai guna dikembangkan, ahli-ahli ekonomi
menghadapi kesulitan di dalam menerangkan perbedaan yang menyolok
diantara harga air dengan harga berlian. Air merupakan barang yang sangat
berharga kepada manusia tetapi harganya sangat murah. Sedangkan berlian
bukanlah benda yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari tetapi
harganya jauh lebih mahal dari harga air. Teori nilai guna memberikan
penjelasan yang lebih tepat mengenai sebab perbedaan yang sangat nyata
antara air dan berlian. Perbedaan tersebut disebabkan oleh nilai guna marjinal
mereka yang sangat berbeda. Oleh karena air sangat mudah diperoleh maka
orang akan mengkonsumsi air sehingga pada tingkat di mana nilai guna
marjinal air sangat murah. Nilai guna marjinal air adalah begitu rendahnya
sehingga orang baru mau menggunakan lebih banyak air apabila harganya
sangat rendah sekali. Nilai guna marjinallah yang menentukan apakah suatu
barang itu mempunyai harga yang tinggi atau rendah.

2.4.4 SURPLUS KONSUMEN


Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara
kepuasan yang diperoleh seseorang di dalam mengkonsumsikan sejumlah
barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang
tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran
yang dibuat.
 Contoh Angka
Surplus konsumen wujud sebagai akibat dari nilai guna marjinal yang semakin
sedikit. Missal pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna marjinalnya sama
dengan harga. Dengan demikian, oleh karena nilai guna marjinal dari barang
ke-n adalah lebih rendah dari barng sebelumnya, maka nilai guna marjinal
barang yang sebelumnya adalah lebih tinggi dari harga barang itu dan
perbedaannya merupakan surplus konsumen.

Surplus konsumen yang dinikmati seorang pembeli manga


Jumlah konsumsi Harga yang Surplus konsumen Jumlah surplus
manga setiap bersedia dibayar jika harga manga konsumen
minggu konsumen Rp700/buah

22
(1) (3) (4)
(2)
Mangga pertama Rp 1700 Rp 1000 Rp 1000
Manga kedua 1500 800 1800
Manga ketiga 1300 600 2400
Manga keempat 1100 400 2800
Manga kelima 900 200 3000
Manga keenam 700 0 3000
Manga ketujuh 500 - -
Manga kedelapan 300 - -

 Grafik Surplus Konsumen

D
1700
1500
1300
B
1000

700
500

0 2 4 6 8

23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Banyak
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya faktor budaya, social,
psikologis, dan faktor marketing strategy.
Dalam memutuskan suatu pembelian, ada beberapa tahap yang dilakukan konsumen,
diantaranya pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative dan
keputusan pembelian.Beberapa tipe proses pembelian konsumen diantaranya proses
complex decision making, proses brand loyalty, limited decision making dan proses
intertia

24
BIODATA
Dr. Muhammad Chatib Basri, S.E., M.EC.

Pria kelahiran Jakarta, 22 Agustus 1965 adalah anak dari pasangan Chairul
Basri dan Nurbaiti. Sang ayah berasal dari Rao, Pasaman, Sumatera Barat dan juga
kakak dari sastrawan Asrul Sani. Sejak kecil ia memiliki cita-cita menjadi sastrawan
seperti pamannya. Namun, perjalanan hidupnya berkata lain. Memasuki usia kuliah,
Muhammad Chatib Basri alias Dede justru memilih Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Berkat prestasinya, ia dinobatkan “The most outstanding student” di
tingkat fakultas dan universitas. Karena prestasinya ini pula, ia mendapatkan beasiswa
untuk kuliah S2 dan S3 di Australian National University (ANU) di bidang Ekonomi.
Dede menyelesaikan master ekonomi pembangun pada tahun 1996 dan doktornya
pada tahun 2001.Di tengah menempuh pendidikannya, Dede mengawali kariernya
sebagai Asisten Peneliti di Department of Economics, Research School of Pacific and
Asian Studies di ANU pada tahun 1994 selama 7 tahun. Selain itu, ia juga menjadi
dosen dan peneliti di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM),
Universitas Indonesia hingga 2001. Sejak itu, kariernya terus naik. Ia terlibat di
beberapa institusi pendidikan baik dalam maupun luar negeri. Di luar pendidikan,
Chatib Basri juga terlibat sebagai konsultan di berbagai lembaga keuangan. Ia pernah
menjadi konsultan di World Bank, USAID, AUSAID, OECD, dan UNCTAD, Asian
Development Bank serta menjadi anggota Asia and Pacific Regional Advisory Group
dari International Monetary Fund. Tak hanya itu, Chatib Basri juga menjadi dewan
komisaris di berbagai perusahaan, seperti PT Astra International, PT Indika
Energy,dan Axiata Group Bhd (Malaysia).Seiring dengan itu, karier Chatib Basri juga
menanjak di jalur birokrat. Pada tahun 2004, Chatib dipercaya sebagai Penasihat di
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selama 1 tahun. Lalu, pada tahun

25
2006 ia pun menduduki kursi Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 dari Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Selanjutnya pada tahun 2010, karier Chatib
semakin melesat. Ia menjadi anggota High Level Trade Expert Group selama setahun.
Lalu di tahun yang sama, ia pun menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Ekonomi
Nasional Presiden RI selama 2 tahun. Kariernya makin naik. Pada Juni 2012, ia
ditunjuk sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Setahun
kemudian, tepatnya 21 Mei 2013, Muhamad Chatib Basri dipilih Presiden SBY
sebagai Menteri Keuangan definitive menggantikan Agus Martowardjo yang terpilih
sebagai Gubernur Bank Indonesia. Chatib meneruskan Menteri Keuangan masa bakti
2013-2014.Tak lagi jadi menteri, Chatib Basri tetap bergelut di dunia pendidikan dan
penelitian. Ia menjadi dosen dalam dan luar negeri. Namanya, sempat muncul
dijagokan sebagai menteri keuangan saat Jokowi terpilih sebagai presiden pada tahun
2014. (AK/DN)

KELUARGA
Orang Tua : Chairul Basri dan Nurbaiti

PENDIDIKAN
Sarjana Ekonomi, Universitas Indonesia (UI), 1992 Master of Economic
Development. Australian National University (ANU), 1996 Doctor of Philosophy,
Australian National University (ANU), 2001

KARIER
Asisten Peneliti di Department of Economics, Research School of Pacific and Asian
Studies, ANU, (1994-2001) Peneliti di LPEM Universitas Indonesia (1997-2001)
Penasihat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2004-2005)

Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 (2006-2010)


Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional Presiden RI (2010-2012)
Anggota High Level Trade Expert Group (2010-2011)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) (2012)
Menteri Keuangan RI (2013-2014)

Dan beliau meraih prestasi sebagai


The most outstanding student, Universitas Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai