Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

RETURN DAN RISIKO INVESTASI SYARIAH

” Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Pasar Modal
Syariah dengan dosen pembimbing :K.Bina Buono S.E

Disusun Oleh:

FEGA NISRUL WAQI

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

STEBI -TANGGAMUS TAHUN 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika perkembangan investasi syariah semakin pesat, masyarakat


diharapkan agar semakin mudah berinvestasi di pasar modal. Investasi di
pasar modal menjanjikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibanding
hanya menyimpan dana di Bank, akan tetapi tingkat return tersebut diiringi
dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Risiko yang harus ditanggung investor
berbanding lurus dengan keuntungannya (Husnan, 2005). Sebelum melakukan
tindakan investasi, seorang investor sebaiknya mengetahui teori analisis
investasi. Analisis tersebut akan berguna bagi investor agar tingkat
pengembalian (return) yang diperolehnya tinggi dan risiko yang akan
didapatkannya seminimal mungkin.
Hal tersebut menuntut para investor untuk mampu menganalisa tingkat
return dan risiko yang akan terjadi akibat dari fluktuatifnya kondisi saham.
Investor yang telah mempelajari bagaimana berinvestasi dengan baik dan
penuh kehati-hatian akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham
yang memberi pengembalian (return) maksimal dengan risiko yang rendah.
Dengan demikian, Return dan risiko adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Ketika investor mengharapkan tingkat return yang tinggi maka
semakin besar pula risiko yang akan dihadapinya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh investor dalam mengurangi tingkat risiko adalah dengan
melakukan diversifikasi saham yang membentuk portofolio optimal.
Dengan cara tersebut, investor akan menghadapi pilihan investasi dengan
tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan risiko berbeda. Investor juga
mampu memilih investasi dengan tingkat risiko lebih rendah dan beberapa
pilihan portofolio efisien dan optimal. Selain pengetahuan akan investasi,
diversifikasi sangat diperlukan dalam berinvestasi. Diversifikasi digunakan
agar investor dapat menanamkan investasinya tidak hanya pada satu aset,
karena bila ada kegagalan dalam satu aset investasi, maka semua saham yang
ditanam akan hilang. Investor dapat memilih jumlah aset yang dimasukan
kedalam portofolio.
Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan penambahan sekuritas
kedalam portofolio. Konsep tersebut menyatakan semakin banyak jumlah aset
yang dibentuk kedalam portofolio optimal, semakin besar manfaat
pengurangan risiko. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pembentukan portofolio optimal adalah Single Index Model. Metode ini
merupakan penyederhanaan Index Model yang dikembangkan Markowitz.
Model ini menjelaskan hubungan antara return dari setiap sekuritas individual
dengan return indeks pasar didasarkan pada pengamatan bahwa harga suatu
saham berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2010).
Model ini mampu menangani kekurangan dari diversifikasi secara random
terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai
jenis aset yang berbeda.
Model ini menyatakan bahwa menanam jumlah saham secara terus
menerus ke dalam satu portofolio, pada suatu titik tertentu akan semakin
mengurangi manfaat diversifikasi dan justru akan meningkatkan tingkat risiko
(Tandelilin, 2001: 61). Model pemilihan portofolio satu periode diharapakan
mampu meningkatkan keuntungan yang diharapkan (expected return) untuk
tingkat risiko tertentu. Model ini dapat memaksimalkan expected return dan
meminimalkan tingkat risiko yang didefinisikan dengan varian dari imbal
hasil.
Penerapan return dan risiko investasi syariah tentunya bersumberkan pada
Al Quran sebagai sumber hokum tertinggi dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana firman allah:
َ‫ت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬
ْ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُ ْ]ر نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr:18)

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja instrument investasi syarih?
2. Apa yang dimaksud dengan return dan resiko menurut syariah?
3. Apa yang dimaksud dengan purifikasi return saham syariah?
4. Bagaimana return dan resiko investasi syariah?1

1
https://www.studocu.com/id/document/universitas-indonesia-timur/makalah-risk-dan-return di
akses pada tanggal 21 desember 2022,pukul 12:41 WIB
BAB II

PEMBAHASAN

A. INSTRUMEN INVESTASI SYARIAH


Investasi syariah adalah suatu komitmen atas harta dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan di masa mendatang dengan prinsip yang sejalan
dengan syariat-syariat islam. Prinsip syariat islam yang berlaku pada investasi
syariah diatur oleh Majelis Ulama Indonesia melalui fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN).
pasar modal syariah sudah memiliki banyak instrumen investasi yang
dapat dipilih. Berikut adalah uraian secara sederhana mengenai instrumen
yang ada di pasar modal syariah:
1. Saham Syariah
Saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan, menjadi instrumen
yang paling dikenal dari berbagai instrumen yang ada.  Efek berbentuk
saham ini tidak bertentangan dengan prinsip syariah di Pasar Modal.
Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia,
dimasukan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh
OJK secara berkala, dua periode dalam 1 tahun.
2. Sukuk
Menurut DSN-MUI, Sukuk atau Surat Berharga Syariah (Efek Syariah)
adalah sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian kepemilikan yang tidak bisa ditentukan batas-batasnya (musya’)
atas aset yang mendasarinya (Aset Sukuk/Ushul al-Shukuk) setelah
diterimanya dana sukuk, ditutupnya pemesanan dan dimulainya
penggunaan dana sesuai peruntukannya. Berdasarkan penerbitnya, sukuk
terdiri atas dua jenis yaitu sukuk negara dan korporasi.
Fatwa DSN-MUI Nomor 137/DSN-MUI/IX/2020 tentang Sukuk
3. Reksa dana Syariah
Reksa dana Syariah adalah produk investasi keuangan yang
menghimpun dana masyarakat pemodal yang dikelola oleh Manajer
Investasi ke berbagai portofolio Efek sesuai prinsip syariah.
Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah
4. ETF Syariah
Exchange Traded Fund (ETF) adalah produk reksa dana syariah
berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya
diperdagangkan di IDX, seperti perdagangan saham. Seperti halnya reksa
dana syariah, ETF Syariah merupakan sekumpulan aset yang dipilih oleh
Manajer Investasi dengan maksud dan tujuan tertentu. Investor lalu
memperjual belikan unit penyertaan ETF di IDX layaknya perdagangan
saham, sehingga harga ETF dapat berubah selama jam perdagangan. 
5. Aset Syariah Lainnya
Aset Syariah lain yang dimaksud diantaranya adalah
 EBA Syariah (Efek Beragun Syariah).
Berdasarkan peraturan OJK No. 20/POJK.04/2015 tentang
Penerbitan dan Persyaratan Efek Beragun Aset Syariah, EBA
Syariah merupakan suatu surat berharga (efek) yang diterbitkan
oleh penerbit yang terdiri dari sekumpulan aset syariah dan
mekanismenya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. EBA
syariah yang diterbitkan di pasar modal Indonesia terdiri dari dua
jenis yaitu EBA syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
antara manajer investasi dan bank kustodian (KIK-EBAS) dan Eba
Syariah berbentuk surat partisipasi (EBAS-SP)
 DIRE Syariah (Dana Investasi Real Estate Syariah)
Berdasarkan peraturan OJK No. 30/POJK.04/2016 tentang Dana
Investasi Real Estat Syariah Berbentuk KIK (Kontrak Investasi
Kolektif), Dana Investasi Real Estat Syariah atau DIRE Syariah
adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset
real estat, aset yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan
setara kas yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar
modal. 

B. RETURN DAN RESIKO MENURUT SYARIAH


1. Return Menurut Syariah
Return merupakan keuntungan yang diperoleh individu, perusahaan,
atau suatu lembaga dari hasil kebijakan yang telah dilakukan dalam
investasi. Return juga bisa diartikan sebagai tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh para pemodal dari hasil investasinya. Atau secara
singkatnya return adalah imbalan yang diperoleh dari hasil investasi.
Dinyatakan dalam pengembalian biasanya berbentuk presentase (rate of
return).
Menurut syariah return itu ditentukan oleh Allah, manusia hanya
wajib berikhtiar dan berdoa. Karena itu,manusia bahwa harus mensyukuri
berapapun hasil dari ikhtiar (rezeki) yang diperoleh atas usahanya dan
sebagai bentuk rahmat dan karunia Allah karena dialah yang maha
mengetahui takaran yang tepat bagi makhluknya atau qona'ah. Oleh
karena itu, Allah memerintahkan manusia untuk mengeluarkan sebagai
harta yang diperoleh baik dalam bentuk zakat, infak, sedekah maupun
waqaf. Namun dalam mengeluarkan zakat manusia itu diwajibkan. 2

2
Jogiyanto Hartono, Instrumen investasi syariah(Yogyakarta: BPFE, 2003), hal 195
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Return Saham
disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan perubahan nilai
harga saham periode t dengan t-1. Dan berarti bahwa semakin tinggi
perubahan harga saham maka semakin tinggi return saham yang
dihasilkan.46 Menurut Tandellin, Return saham merupakan salah satu
faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor menanggung resiko atas berinvestasi yang
dilakukannya. Return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a. Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi.
Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+).
b. Capital gain (lost), komponen return yang merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu keuntungan (kerugian) bagi investor.
Capital gain berupa angka minus (-), nol (0) dan positif (+).
Secara sistematika return suatu investasi dapat ditulis sebagai
berikut: Return total = yield + capital gain (lost).
Jenis-jenis return saham menurut Jogiyanto Hartono ada dua jenis
return yaitu:
“Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data historis.
Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam
penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko yang akan
datang”.34

3
Tjiptono Darmadji. Dan Hendy M Fakhrudin, Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab.
Edisi Pertama, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal 8
4
Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hal 42.
“Return ekspektasi (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan
datang”. Dari teori definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
jenis return terdiri dari:
1. Realisasi
Return realisasi adalah return yang sudah terjadi, dan
penghitungannya menggunakan data histori perusahaan yang
berguna untuk mengukur kinerja perusahaan. Return realisasi
atau disebut juga return historis berguna juga untuk
menentukan return ekspektasi (expected return) dan risiko di
masa yang akan datang.
Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak
digunakan adalah return total (total return), relatif return
(return relative), kumulatif return (return cumulative) dan
return yang disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata
dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika
(arithmetic mean) dan rata-rata geometric (geometric mean).
Rata-rata geometrik banyak digunakan untuk menghitung
rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung
return mingguan atau return bulanan yang dihitung
berdasarkan rata-rata geometrik dari return-return harian.
Untuk perhitungan return seperti ini, rata-rata geometrik lebih
tepat digunaka dibandingkan jika digunakn metode rata-rata
aritmatika biasa.
2. Ekpektasi
Return ini digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi. Return ini lebih penting dibandingkan return
historis (realisasi) karena return ini yang diharapkan oleh
semua investor di masa yang akan datang. Return ekspetasian
(expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara
sebagai berikut ini:
a. Berdasarkan nilai ekspetasian masa depan.
b. Berdasarkan nilai-nilai return historis.
c. Berdasarkan model return ekspetasian yang ada.
3. Komponen Pengembalian
Return Saham Menurut Abdul Halim Return Saham terdiri
dari dua komponen utama, yaitu:
a. Gain
yaitu merupakan keuntungan bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang
keduanya terjadi di pasar sekunder.
b. Yield
merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima
secara periodik. Misalnya berupa deviden atau bunga.
Sedangkan menurut Tjiptono D. Dan Hendy M.
Fakhrudin, pada dasarnya berpendapat dua keuntungan
yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham yaitu:
a. Deviden merupakan pembagian keuntungan yang
diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan
yang dihasilkan perusahaan.
b. Capital Gain merupakan selisih antaa harga beli dan
harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya
aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
2. Risiko Menurut Syariah
Resiko merupakan sebagai bentuk keadaan dengan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) atas keputusan
yang telah diambil yang berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Dalam definisi lain, resiko sering kali dipakai untuk menganalisis
investasi, yang dimana resiko merupakan kemungkinan hasil yang
diperoleh menyimpang dari apa yang diharapkan. Dua hal yang tidak
boleh terpisahkan dalam investasi, yaitu diperhitungkan return dan resiko
karena pertimbangan dalam keputusan suatu investasi yang
merupakan trade-off dari kedua faktor tersebut mempunyai dua hubungan
yang positif, semakin besarnya resiko yang ditanggung oleh investor maka
semakin tinggi pula return yang harus dikompensasi kan.
Resiko merupakan ketidakpastian hasil dari suatu kejadian, dalam
syariah resiko merupakan sunatullah. Dengan demikian konsep bebas
resiko (risk free) tidak ada dalam syariah. Menjalankan aktivitas pekerjaan
mempunyai tingkatkan resiko yang berbeda-beda. Dalam syariat Islam
resiko ini terbagi menjadi tiga tingkatkan, yaitu : maysir, gharar, dan

natural resiko. 

Syariah Risiko dapat diartikan sebagai penyimpangan antara


pengembalian yang diharapkan dengan pengembalian yang sebenarnya.
Terhadap dua ukuran yang digunakan untuk mengukur risiko yaitu deviasi
standar dan beta saham. Deviasi standar menggambarkan gejolak return
saham dari return ratarata. Gejolak return tersebut dapat bersifat positif,
yaitu berada di bawah return rata-rata. Apabila dikaitkan dengan
preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1. Investor yang menyukai risiko atau pencari resiko (return seeker)
Investor yang menyukai risiko merupakan investor yang apabila
dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan return yang
sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil
investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Biasanya investor jenis ini
bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi
karena mereka tahu bahwa hubungan return dan risiko adalah positif
2. Investor yang netral terhadap risiko (risk natural)
Investor yang netral terhadap risiko merupakan investor yang akan
meminta kenaikan return yang sama untuk setiap kenaikan risiko.
Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati
(prudent) dalam mengambil keputusan investasi.
3. Investor yang tidak menyukai risiko atau menghindari risiko (risk
averter)
Investor yang tidak menyukai risiko atau penghindar risiko adalah
investor yang apabila di hadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia
akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan
investasinya secara matang dan terencana.
Risiko pada dasarnya mencerminkan simpangan, maka metode
pengukuran yang sering digunakan adalah deviasi standar menurut
keown deviasi standar adalah akar dari rata- rata penyimpangan
pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap
pengembalian yang diharapkan.
Data deviasi standar yang berasal dari return saham tahunan ini
merupakan data rasio dan bersifat cross section yang dihitung melalui
return ekspektasian (expected return). Risiko investasi pada saham
sebagai berikut :
1. Tidak Ada Pembagian Deviden
Ini terjadi jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun
berjalan atau rapat umum pemegang saham (RPUS) memutuskan
untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham karena
laba yang diperoleh akan digunakan untuk ekpansi usaha.
2. Capital Loss
Investor akan mengalami Capital Loss, jika harga beli saham
lebih besar dari harga jual. Ekspektasi investor dalam berinventasi
di suatu saham adalah tingkat capital gain yang akan diterima di
masa depan, namun akibat adanya risiko kemungkinan capital loss
akan diterima.
3. Risiko likuidasi
Apakah perusahaan likuiditas, ada kemungkinan para pemegang
saham tidak akan mendapatkan apa-apa Karena aktiva perusahaan
sudah digunakan untuk membayar kewajiban emiten.
4. Saham Delisting
dari Bursa Dalam suatu kondisi dan alasan tertentu saham dapat
dihapus pencatatannya dari bursa apabila ini terjadi, saham
tersebut tidak dapat diperdagangkan.
Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis
resiko investasi, jenis risiko investasi di klompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu:
a. Risiko sistematis (systematic risk)
Risiko sistematis adalah risiko yang tidak bisa di
deversifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya
mempengaruhi secara menyeluruh, apabila risiko sistematis
muncul dan terjadi maka semua jenis saham akan terkena
dampaknya, sehingga investasi pada satu jenis saham ataupun
lebih tidak dapat mengurangi kerugian.

b. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)


Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat
didifersifikasikan atau hanya berdampak terhadap suatu saham
atau sector tertentu, karena risiko tersebut dapat diatasi dengan
cara melakukan divesifikasi produk, investasi pada masalah ini
harusnya tersebar kedalam berbagai jenis saham dari berbagai
sektor, sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis
saham lain yang beruntung.

C. PURIFIKASI RETURN SAHAM SYARIAH


Purifikasi adalah kegiatan membersihkan portofolio dari pendapatan yang
diterima namun tidak sesuai dengan prinsip syariah. Dilakukan purifikasi,
ketika atas keuntungan yang diperoleh dari bagi hasil atau yield dan capital
gain yang masih terdapat sebagian kecil unsur non-halal. Sebagian ulama
berpendapat bahwa purifikasi terhadap capital gain tidak perlu dilakukan
dengan alasan sulitnya dalam menentukan secara spesifik besaran capital gain
yang diperoleh sebagai akibat dari penerimaan non-syariah (bunga) disamping
kecilnya pengaruh penerimaan ini terhadap penciptaan asset. 
Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Asset
Management (MAMI), menjelaskan, dalam pengelolaan reksa dana syariah,
ada kemungkinan reksa dana tersebut menerima pendapatan yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah. Di reksadana saham syariah, misalnya, manajer
investasi menerima keuntungan dari kenaikan harga saham yang ternyata
sudah keluar dari indeks saham syariah. "Pendapatan tersebut harus langsung
dikeluarkan dari portofolio, sesuai dengan aturan pengelolaan reksa dana
syariah. Dana yang berasal dari hasil pembersihan atau purifikasi inilah yang

kemudian kami salurkan untuk kepentingan umum,".5


D. PENGUKURAN RETURN DAN RESIKO INVESTASI SYARIAH
1. Mengukur Return Investasi Saham
a. Return Realisasi
Ri = 𝑃𝑡−(𝑃𝑡−1) (𝑃𝑡−1)

5
https://www.indonesiana.id/read/152207/purifikasi return dan resiko nvestasi syariah
Keterangan:
Ri = Return saham pada periode ke-t
Pt = Harga saham pada periode ke-t
Pt – 1 = Harga saham pada periode sebelum t
b. Perhitungan Return Ekspektasian
E (R) = ∑ . 𝑛 1 𝑝𝑟𝑖
Keterangan:
E (Ri) = Return ekspektasian (expected return) saham I
Ri = Return ke-I yang mungkin terjadi
𝑝𝑟𝑖 = Probabilitas kejadian return ke-i
n = Banyaknya return yang mungkin terjadi

2. Mengukur Risiko Saham Syariah


Risiko investasi merupakan ketidaksesuain antara expected return (hasil
yang diharapkan) dengan return (kembalian) aktualnya. Artinya risiko
merupakan penyimpangan dari fakta return yang diterima. Untuk itu,
menghitung risiko investasi dapat di tentukan dari tingkat penyimpangan
return yang diharapkan.
Menentukan risiko investasi dapat diukur menggunakan:
a. Standard deviation (standar deviasi)
Standar deviasi digunakan untuk mengukur tingkat penyebaran
(dispersion) atau variasi dari return (kembalian) disekitar return rata-
rata (average return) atau expected return (kembalian yang
diharapkan). Jika tingkat penyebaran berada jauh dari rata-rata return,
maka berarti sekuritas yang diukur mempunyai risiko tinggi. Semakin
tinggi standar deviasi atau instrument investasi, berarti instrument
investasi tersebut semakin berisiko tinggi, demikian pula sebaliknya
semakin kecil standard deviasi suatu instrument investasi maka
semakin kecil tingkat risikonya. Risiko investasi di pasar modal
dengan menggunakan deviasi standar dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
𝛔i =√∑ [(𝑹𝒊−𝑬 (𝑹𝒊)] 𝒏−𝟏 𝒏 𝒊−𝟏
Keterangan :
𝛔i = Deviasi standar return saham i
n = Jumlah dari observasi E
(Ri) = Nilai Ekspekstas
i Ri = Rata-rata return saham i

Berdasarkan rumus diatas menunjukkan bahwa faktor return ke i


(ri) dengan return actual (r). semakin besar selisih antara actual return
dengan expected return maka suatu instrument mengandung risiko
yang tinggi.

b. Koefisien Variasi
Koefisien variasi adalah suatu statistik yang digunakan untuk
mengukur penyebaran (dispersion) relative return (kembalian) suatu
sekuritas. Penggunaan koefisien variasi ini untuk membandingkan
dua sekuritas atau lebih yang mempunyai tingkat return yang berbeda-
beda.Untuk mengukur koefisien variasi menggunakan rumus:
CV = 𝑆𝐷 𝑟
Keterangan :
CV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
r = return rata-rata atau return yang diharapkan6

BAB III
6
Arthur Keown J, pengukuran return dan resiko investasi syariah. Edisi ketujuh.Terjemahan oleh
Chaerul D. Djakman.(Jakarta: Salemba Empat, 1999), hal 199
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Investasi syariah adalah suatu komitmen atas harta dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang
dengan prinsip yang sejalan dengan syariat-syariat islam.
Prinsip syariat islam yang berlaku pada investasi
syariah diatur oleh Majelis Ulama Indonesia melalui fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN).
pasar modal syariah sudah memiliki banyak instrumen
investasi yang dapat dipilih. Berikut adalah uraian secara
sederhana mengenai instrumen yang ada di pasar modal
syariah:
a. Saham Syariah
b. Sukuk
c. Reksa dana Syariah
d. ETF Syariah
e. Aset Syariah Lainnya
2. Return merupakan keuntungan yang diperoleh individu,
perusahaan, atau suatu lembaga dari hasil kebijakan yang
telah dilakukan dalam investasi. Return juga bisa diartikan
sebagai tingkat keuntungan yang dinikmati oleh para
pemodal dari hasil investasinya. Atau secara singkatnya
return adalah imbalan yang diperoleh dari hasil investasi.
Dinyatakan dalam pengembalian biasanya berbentuk
presentase (rate of return).
Resiko merupakan sebagai bentuk keadaan dengan
ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi
nantinya (future) atas keputusan yang telah diambil yang
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Dalam
definisi lain, resiko sering kali dipakai untuk menganalisis
investasi, yang dimana resiko merupakan kemungkinan
hasil yang diperoleh menyimpang dari apa yang
diharapkan. Dua hal yang tidak boleh terpisahkan dalam
investasi, yaitu diperhitungkan return dan resiko karena
pertimbangan dalam keputusan suatu investasi yang
merupakan trade-off dari kedua faktor tersebut mempunyai
dua hubungan yang positif, semakin besarnya resiko yang
ditanggung oleh investor maka semakin tinggi pula return
yang harus dikompensasi kan.
3. Purifikasi Return Saham Syariah
Dilakukan purifikasi, ketika atas keuntungan yang
diperoleh dari bagi hasil atau yield dan capital gain yang
masih terdapat sebagian kecil unsur non-halal. Sebagian
ulama berpendapat bahwa purifikasi terhadap capital gain
tidak perlu dilakukan dengan alasan sulitnya dalam
menentukan secara spesifik besaran capital gain yang
diperoleh sebagai akibat dari penerimaan non-syariah
(bunga) disamping kecilnya pengaruh penerimaan ini
terhadap penciptaan asset. 
B. Saran

Saran yang peyusun sampaikan adalah sebagai berikut:

 Agar lebih giat belajar mengenai Return dan Resiko investasi


syariah yang ada di Indonesia

 Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran kita semua


dan menambah wawasan yang lebih luas bagi kita semua.
E. Hampir semua
investasi mengandung
unsur ketidakpastian atau
risiko. Pemodal tidak
F. tahu dengan pasti hasil
yang akan diperolehnya
dari investasi yang
dilakukannya. Dalam
G. keadaan semacam itu
dikatakan bahwa
pemodal menghadapi
risiko dalam investasi
yang
H. dilakukannya. Karena
pemodal menghadapi
kesempatan investasi
yang berisiko, pilihan
I. investasi tidak dapat
hanya mengandalkan
pada tingkat keuntungan
yang diharapkan. Apabila
J. pemodal
mengharapkan untuk
memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi,
maka ia harus
K. bersedia menanggung
risiko yang tinggi pula.
L. Investasi adalah
komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan
M. pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di
masa datang. Tujuan
orang
N. melakukan investasi
adalah untuk
menghasilkan sejumlah
uang. Sedangkan proses
investasi
O. meliputi pemahaman
dasar-dasar keputusan
investasi dan
bagaimana
mengorganisir
P. aktivitas-aktivitas
dalam proses
keputusan investasi.
Dasar keputusan
investasi meliputi
Q. return (pengembalian)
dan risk (risiko)
Dalam konteks
manajemen investasi
tingkat
R. keuntungan investasi
disebut sebagai return.
Sudah sewajarnya jika
investor mengharapkan
S. return yang setinggi-
tingginya dari investasi
yang dilakukannya.
Tetapi, ada hal penting
yang
T. harus selalu
dipertimbangkan, yaitu
berapa besar risiko yang
harus ditanggung dari
investasi
U. tersebut
Hampir semua investasi
mengandung unsur
ketidakpastian atau risiko.
Pemodal tidak
tahu dengan pasti hasil yang
akan diperolehnya dari
investasi yang
dilakukannya. Dalam
keadaan semacam itu
dikatakan bahwa pemodal
menghadapi risiko dalam
investasi yang
dilakukannya. Karena
pemodal menghadapi
kesempatan investasi
yang berisiko, pilihan
investasi tidak dapat hanya
mengandalkan pada tingkat
keuntungan yang
diharapkan. Apabila
pemodal mengharapkan
untuk memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi,
maka ia harus
bersedia menanggung risiko
yang tinggi pula.
Investasi adalah komitmen
atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang
dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.
Tujuan orang
melakukan investasi adalah
untuk menghasilkan
sejumlah uang. Sedangkan
proses investasi
meliputi pemahaman
dasar-dasar keputusan
investasi dan bagaimana
mengorganisir
aktivitas-aktivitas dalam
proses keputusan
investasi. Dasar
keputusan investasi
meliputi
return (pengembalian)
dan risk (risiko) Dalam
konteks manajemen
investasi tingkat
keuntungan investasi
disebut sebagai return.
Sudah sewajarnya jika
investor mengharapkan
return yang setinggi-
tingginya dari investasi
yang dilakukannya. Tetapi,
ada hal penting yang
harus selalu
dipertimbangkan, yaitu
berapa besar risiko yang
harus ditanggung dari
investasi
tersebut
Hampir semua investasi
mengandung unsur
ketidakpastian atau risiko.
Pemodal tidak
tahu dengan pasti hasil yang
akan diperolehnya dari
investasi yang
dilakukannya. Dalam
keadaan semacam itu
dikatakan bahwa pemodal
menghadapi risiko dalam
investasi yang
dilakukannya. Karena
pemodal menghadapi
kesempatan investasi
yang berisiko, pilihan
investasi tidak dapat hanya
mengandalkan pada tingkat
keuntungan yang
diharapkan. Apabila
pemodal mengharapkan
untuk memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi,
maka ia harus
bersedia menanggung risiko
yang tinggi pula.
Investasi adalah komitmen
atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang
dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.
Tujuan orang
melakukan investasi adalah
untuk menghasilkan
sejumlah uang. Sedangkan
proses investasi
meliputi pemahaman
dasar-dasar keputusan
investasi dan bagaimana
mengorganisir
aktivitas-aktivitas dalam
proses keputusan
investasi. Dasar
keputusan investasi
meliputi
return (pengembalian)
dan risk (risiko) Dalam
konteks manajemen
investasi tingkat
keuntungan investasi
disebut sebagai return.
Sudah sewajarnya jika
investor mengharapkan
return yang setinggi-
tingginya dari investasi
yang dilakukannya. Tetapi,
ada hal penting yang
harus selalu
dipertimbangkan, yaitu
berapa besar risiko yang
harus DIMANA Ketika perkembangan investasi syariah semakin pesat,
masyarakat diharapkan agar semakin mudah berinvestasi di pasar modal. Investasi di
pasar modal menjanjikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibanding hanya
menyimpan dana di Bank, akan tetapi tingkat return tersebut diiringi dengan tingkat
risiko yang tinggi pula. Risiko yang harus ditanggung investor berbanding lurus
dengan keuntungannya (Husnan, 2005). Sebelum melakukan tindakan investasi,
seorang investor sebaiknya mengetahui teori analisis investasi. Analisis tersebut akan
berguna bagi investor agar tingkat pengembalian (return) yang diperolehnya tinggi
dan risiko yang akan didapatkannya seminimal mungkin. Hal tersebut menuntut para
investor untuk mampu menganalisa tingkat return dan risiko yang akan terjadi akibat
dari fluktuatifnya kondisi saham. Investor yang telah mempelajari bagaimana
berinvestasi dengan baik dan penuh kehati-hatian akan menginvestasikan dananya
dengan memilih saham yang memberi pengembalian (return) maksimal dengan risiko
yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai