Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI HALAL DI

INDONESIA
(Makalah)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Industri Halal
Dosen Pengampu : Bapak Jujun Jamaludin, S.Sy., M.E.Sy.

Disusun oleh Kelompok 4


1. Fuad Hasyim (1173020056)
2. Geovani Ivanka (1173020058)
3. Hendra Lesmana (1173020061)
4. Lutfiani Fitri Nurmalasari (1173020083)
5. Mega Aria Lestari (11730200**)
6. Muh. Muftiariq Ruswenda (1173020097)
7. Muhammad Toha (11730200**)
8. Naufal Mahdi Maulana (1173020099)
HES/VI/B
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat diantaranya nikmat Iman, Islam dan sehat sehingga sampai saat ini, jam
ini, menit ini, dan detik ini kita masih bisa menghirup segarnya udara yang
berhamburan di muka bumi ini dan juga kita turut bersyukur atas rahmat, karunia,
dan berkahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan, dan terhaturkan kepada
junjungan kita suri tauladan kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
memperjuangkan Islam, mempertahankan, mencontohkan Akhlakul Karimah dan
sampai pada saat ini tentu risalahnya sampai pada kita sekarang.
Tujuan pembuatan makalah pada Mata Kuliah Industri Halal ini dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok tentang “Strategi Pengembangan Pariwisata
Halal di Indonesia” yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Industri Halal Bapak
Jujun Jamaludin, S.Sy, M.E.Sy.. Kami menyadari betul kekurangan dalam
pengerjaan makalah ini, karena kami masih banyak memiliki keterbatasan
pengetahuan dan wawasan serta penulisan kalimat, atau tata bahasa dan ejaan
yang dipakai dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dengan sangat
bahwa penyajian makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Kami juga meminta maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak
ditemukan berbagai kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata. Tidak lupa pula penulis mohon ampunan kepada Allah
SWT atas segala salah, dosa, dan khilaf yang pernah kami lakukan. Amin.

Tasikmalaya, 30 Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus


mengupayakan pembangunan untuk menghadapi era globalisasi. Pada masa
sekarang ini, persaingan bisnis berlangsung secara ketat di Indonesia. Salah
satunya adalah pariwisata yang merupakan sektor strategis sebagai
penyumbang pendapatan nasional. Menurut data UNESCO pendapatan
pariwisata meningkat 25% dari tahun 1995 hingga 2005 dan hampir
menguasai 10% dari aktivitas perekonomian dunia.

United Nations World Tourism Organization (UNWTO),


mendefinisikan pariwisata sebagai sebuah kegiatan berpergian santai, bisnis,
atau tujuan lainnya yang dilakukan seseorang dengan berpergian dan tinggal
sementara di tempat-tempat luar dari negara asalnya kurang dari satu tahun. 1
Pariwisata merupakan sebuah sektor yang telah mengambil peran penting
dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan
kesejahteraan yang semakin tinggi telah rnenjadikan pariwisata sebagai bagian
pokok dari kebutuhan atau gaya hidup rnanusia, dan menggerakkan manusia
untuk mengenal alam dan budaya di kawasan-kawasan negara lain. Sehingga
secara tidak langsung, pergerakan manusia akan berpengaruh terhadap mata
rantai ekonomi yang saling berkesinambungan menjadi industri jasa yang
memberikan kontribusi bagi perekonomian dunia, perekonomian bangsa-
bangsa, hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di tingkat masyarakat
lokal. Dunia pariwisata selalu mengalami peningkatan dan memunculkan
sesuatu yang baru dalam perkembangannya.
Pada tahun 2013, melalui Kementerian Parawisata telah menetapkan
13 (tiga belas) provinsi di Indonesia untuk menjadi destinasi wisata halal
unggulan, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali
(IndonesiaTravel, 2013). Berdasarkan data yang dimiliki Global Muslim
Travel Index (GMTI) 2015 di dalam kelompok negara destinasi Organisation
of Islamic Cooperation (OIC), saat ini Indonesia menempati peringkat keenam

1
Demeiati Nur Kusumaningrum, Dkk, “Trend Pariwisata Halal Korea Selatan”, Jurnal Senaspro2
Seminar Nasional Dan Gelar Produk, Oktober 2017, H.855.

1
2

sebagai negera tujuan wisata halal setelah Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, Turki dan Malaysia.2
Pengembangan wisata halal menjadi alternatif bagi industri wisata di
Indonesia seiring dengan tren wisata halal yang menjadi bagian dari industri
ekonomi Islam global. Dinamika pariwisata dunia dalam tiga tahun terakhir
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah perjalanan antar negara dan
pertumbuhan perekonomian terutama di kawasan Asia Pasifik.
Dalam perkembangan pariwisata halal, Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Indonesia No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah, pasal 1, yang dimaksud syariah adalah
prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah
disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2011 tentang
rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010-2025, yang
terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana
induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota. Pembangunan kepariwisataan
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang
nasional. Menurut Bambang Sunaryo kebijakan dalam pengembangan
pariwisata memuat instrumen-instrumen, antara lain: destinasi, pemasaran,
industri pariwisata, dan kelembagaan.3

2
Fahadil Amin Al-Hasan, “Penyelenggaraan Pariwisata Halal Di Indonesia (Analisis Fatwa
DSN-MUI Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah)”, Al-
Ahkam Jurnal Ilmu Syariah Dan Hukum, Vol.2, Nomor 1, Januari-Juni 2017.
3
Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep Dan Aplikasinya Di
Indonesia, Gava Media, Yogyakarta:2013, H.159.
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pariwisata Halal?
2. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia?
3. Bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia?
4. Bagaimana Peluang Dan Tantangan Strategi Pengembangan Pariwisata
Halal Di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan pariwisata halal.
2. Untuk mengetahui Bagaimana kebijakan pengembangan pariwisata halal
di Indonesia
3. Untuk mengetahui Bagaimana strategi pengembangan pariwisata halal di
Indonesia
4. Untuk mengetahui Bagaimana peluang dan tantangan strategi
pengembangan pariwisata halal di Indonesia
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi pembahasan tentang Apa yang dimaksud dengan pariwisata halal,
Bagaimana kebijakan pengembangan pariwisata halal di Indonesia,
Bagaimana strategi pengembangan pariwisata halal di Indonesia dan
Bagaimana peluang dan tantangan strategi pengembangan pariwisata halal di
Indonesia.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah. Selain itu, pada bab ini juga berisikan implikasi dan saran-
saran.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Pariwisata halal
1. Pengertian Pariwisata Halal
2. Tujuan Pariwisata Halal
3. Manfaat/Fungsi pariwisata halal
B. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal
Strategi yang sangat berpengaruh dalam pengembangan kebijakan
pariwisata halal di Indonesia yaitu:4
1. Optimalisasi Potensi Destinasi Wisata Halal
2. Tata Kelola Industri yang baik dan Good Corporate Governance
3. Peningkatan SDM melalui pelatihan professional
4. Menggunakan konsep pemasaran yang berdasarkan destination, origin,
time.
5. Melakukan strategi promosi dengan branding, advertising, dan selling.
6. Menggunakan strategi media, yaitu dengan melalui endorser, media sosial,
juga media umum.5
C. Peluang dan Tantangan dalam Pengembangan Pariwisata Halal
Peluang wisata halal pada saat ini terhitung besar dikarenakan
kegiatan pariwisata di Indonesia berkontribusi 4,11 persen terhadap PDB
Nasional atau setara Rp537,69 triliun yang perkembangannya didorong oleh
jumlah wisatawan muslim yang terus mengalami peningkatan. Terlihat sejak
2016, sebanyak 121 juta wisatawan muslim melakukan perjalanan wisata,
meningkat di tahun 2017 sebesar 131 juta wisatawan muslim dan hingga tahun
2018 tercatat sebanyak 140 juta wisatawan muslim melakukan perjalanan
wisata. Nilai perjalanan wisatawan Muslim secara global diproyeksikan
mengalami peningkatan dari USD145 miliar pada tahun 2014 menjadi
USD300 miliar pada tahun 20266.
Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim juga mendorong
peluang perkembangan pariwisata halal di Indonesia. Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia ditetapkan sebagai
4
Ida Nurlatifah, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia: Peluang, Tantangan,
Dan Strategi, Skripsi Hukum Ekonomi Syariah, UIN Syarif Hidayatullah, 2019, H. 75-77.
5
Dikutip Dari Laman
<Https://Www.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Umum/18/11/12/Pi2df9328-Tiga-Strategi-
Kemenpar-Pasarkan-Wisata-Halal-Indonesia>, Diakses Pada Minggu 31 Mei 2020
Pukul 20.25 WIB.
6
Badan Keahlian DPR RI, Buletin APBN, Vol. IV. Ed. 09 Mei 2019.
5

destinasi wisata halal terbaik dunia tahun 2019 standar Global Muslim Travel
Index (GMTI) 2019 mengungguli 130 destinasi wisata dari seluruh dunia.
Setelah lima tahun melakukan upaya pengembangan destinasi wisata halal,
Mastercard Crescent Rating menempatkan Indonesia pada peringkat pertama
dengan skor 78 berdasarkan standar GMTI. Standar GMTI yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan pengembangan destinasi wisata halal didasarkan
pada “CrescentRating ACES model”, yang diresmikan melalui laporan GMTI
tahun 2017. Model ACES GMTI 2019 ini meliputi empat faktor kunci yaitu
Access (akses), Communication (komunikasi), Environment (lingkungan),
Service (pelayanan)7.
Meskipun begitu, ada banyak hal yang harus diperbaiki agar Pariwisata
halal di Indonesia teroptimalisasi. Agar mampu bersaing dalam pasar indutri
halal di dunia tentu jalannya tidak mudah yang harus dihadapi Indonesia.
Salah satu kendala eksternal ialah Indonesia memasuki Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) pada tahun 2015 dan bergabungnya Malaysia dan Brunei
Darussalam sebagai Halal Hub, sehingga akan menambah panjang jalur
ekspansi pasar Indonesia ke internasional. Selain tantangan eksternal,
Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan internal, diantaranya adalah
kesadaran berkompetisi masyarakat yang lemah, tidak sadarnya masyarakat
Indonesia akan standardisasi halal dan pemahaman hukum yang kurang8.
Selain itu kurangnya minat investor dalam Pariwisata Halal
memperlambat laju perkembangan Pariwisata halal9. Para investor
menganggap bahwa Pariwisata Halal ini akan memperkecil jumlah segmentasi
pasar dikarenakan label halal ditujukan kepada Umat Muslim. Sebab Branding
Image sangat mempengaruhi minat masyarakat. Padahal tidak hanya ditujukan
untuk umat muslim saja, umat non muslim pun bisa merasakan Pariwisata
halal.
Maka dari itu perlu dibangun Branding Image yang baik agar menarik
minat Investor maupun masyarakat dan juga meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pariwisata halal agar Stereotip terhadap Pariwisata Halal
sebagai formalitas belaka itu hilang karena lebih dari itu memerlukan proses
sertifikasi dari MUI.

7
Riska Destiana Dan Retno Suru Astuti, Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesiai, Jurnal
COPAS (Collaborative Governance On Public Administration And Society), Vol.1, No.1, Tahun
2019.
8
Dikutip Dari Laman Web Https://Www.Itb.Ac.Id/News/Read/57020/Home/Tantangan-Dan-
Peluang-Industri-Halal-Di-Indonesia-Dan-Dunia Diakses Pada Minggu, 31 Mei 2020 Pukul 11:21
WIB
9
Ida Nurlatifah, Skripsi:” Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia: Peluang,
Tantangan, Dan Strategi”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019)
6

D. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal


Melihat dari keindahan alam, serta keragaman budaya yang dimiliki
oleh Indonesia maka sangat menguntungkan apabila hal-hal tersebut dikelola
serta dikembangkan. Salah satunya yaitu pariwisata halal, berdasarkan data
yang dimiliki Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015 di dalam kelompok
negara destinasi Organisation of Islamic Cooperation (OIC) saat ini Indonesia
menempati peringkat 6 sebagai negara tujuan wisata halal.10
Sebagai bukti keseriusan pengembangan pariwisata halal di Indonesia
era pemerintahan Presiden Joko Widodo, pemerintah melalui pariwisata
mengeluarkan beberapa terobosan baru yang bertujuan untuk menggenjot
sektor pariwisata nasional lebih baik lagi. Salah satu langkah yang diambil
yakni dengan membentuk tim percepatan pengembangan 10 destinasi wisata
baru selain Pulau Bali. 10 destinasi wisata baru tersebut ialah Danau Toba
(Sumatera Utara), Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Pulau Seribu (DKI
Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger Semeru (Jawa TImur),
Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur),
Wakatobi dan Morotai. Tujuan dibentuknya 10 destinasi wisata baru oleh
Kementrtisn Pariwisata Republik Indonesia ialah untuk memunculkan
potensi-potensi wisata baru dalam skala besar yang mana akan berimbas pada
pengembangan daerah dan masyarakat sekitar. Selain itu, pengembangan 10
destinasi wisata baru juga akan dapat berimbas pada peningkatan devisa
Negara melalui sektor pariwisata.11
Di Indonesia, pariwisata halal dikembangkan menjadi program
nasional oleh Kementerian Pariwisata. Untuk mempercepat pariwisata halal,
Kementerian Pariwisata telah menetapkan 15 provinsi yang menjadi fokus
pengembangan destinasi wisata Muslim terkemuka. Ke 15 provinsi diberikan
otonomi oleh kementerian pariwisata untuk mengelola potensi wisata di
daerah masing-masing. Dengan memberikan otonomi oleh kementerian
pariwisata diharapkan masing-masing provinsi yang ditunjuk dapat
mengembangkan potensi wisata halal mereka sendiri untuk menjadi unggul
dan menjadi tujuan favorit untuk pariwisata halal.12
10
Ida Nurlatifah, “Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia : Peluang,
Tantangan, Dan Strategi”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020), H. 45.
11
Omi Sarah, “Kebijakan Halal Tourism Sebagai Strategi Peningkatan Foreign Direct
Investment Bidang Kepariwisataan Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat”, (Skripsi S-1
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), H.7-8.
12
Hendri Ferdiansyah, “Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia Melalui Konsep Smart
Tourism”, Journal Of Sustainable Tourism Research Vol. 2 No. 1, Januari 2020, H. 30-34.
7

Indonesia bersinergi dengan banyak pihak untuk mengembangkan


pariwisata halal (halal tourism), misalnya Kementerian Pariwisata bekerja
sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Lembaga Sertifikasi Bisnis (LSU). Bentuk konkret kerja sama
adalah dengan mengembangkan pariwisata dan mempromosikan nilai-nilai
budaya dan agama yang kemudian akan diuraikan dalam Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.13
Selain itu, pelatihan sumber daya manusia, penjangkauan, dan
pengembangan kapasitas juga dilakukan. Pemerintah juga bekerja sama
dengan Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk menyediakan
penginapan dan tempat makan halal yang dapat menyajikan menu makanan
halal, dan bekerja sama dengan Asosiasi Wisata dan Perjalanan Indonesia
(ASITA) untuk membuat paket wisata halal ke tempat wisata. keagamaan.
Meskipun pariwisata halal tidak hanya terbatas pada wisata religi14
E. Produk-Produk Pariwisata halal
Pada Pasal 1 UU No 33 Tahun 2014 menjelaskan bahwa produk
adalah barang dan atau jasa terkait dengan makanan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta
barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.15
Produk pariwisata tersebut terdiri dari bermacam-macam unsur yang
merupakan satu kesatuan yang masing-masing unsur saling terkait. Produk
pariwisata adalah semua jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan
semenjak ia berangkat meninggalkan tempat tinggalnya samapai ketempai
tujuan pariwisata yang dipilihnya dan samapai kembaliketempat tinggal
semula.
Jenis atau bentuk pariwisata yang dibutuhkan secara langsung oleh
wisatawan adalah terdiri dari berbagai jenis jasa pelayanan, antara lain:
a. Jasa pelayanan wisata.
b. Jasa trasportasi.
c. Jasa akomodasi.
d. Jasa makanan dan minuman.
e. Jasa daya tarik wisata.
f. Jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.
g. Jasa wisata tirta.
h. Jasa infomasi pariwisata, dan jasa pramuwisata.

13
Jaelani, Aan. (2017). “Halal Tourism Industry In Indonesia: Potential And Prospects”. Dalam
Munich Personal Repec Archive. Paper No. 76237
14
Kementerian Pariwisata, Halaltrip. (2015). Indonesia Guide For Muslim Visitors. Jakarta.
15
UU Nomor 33 Tahun 2014.
8

Sedangkan industri lain yang menghasilkan produk jasa juga dibutuhkan


oleh wisatawan saat melakukan perjalanan wisata. Antara lain, toko souvenir,
bank, penukaran uang, rumah sakit, pos, dan telekomunikasi dan usaha
perdagangan lainnya.16 Salah satu contoh dari bentuk pelayanan ini misalnya
Hotel yang tidak menyediakan makanan ataupun minuman yang mengandung
alkohol dan memiliki kolam renang serta fasilitasnyang terpisah untuk pria dan
wanita. Selain hotel, transportasi dalam industri pariwisata halal juga memakai
konsep Islami.

16
Muljadi Dan Andri Warman, Kepariwisataan Dan Perjalanan. H. 58
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Implikasi

Implikasi dari pembahasan dalam studi kasus ini, setidaknya dapat membuka pikiran
pembaca agar sadar ……………………Juga sedikit-banyak dapat mengedukasi pembaca
seputar cara mendapat label halal dan makanan halal.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat menuliskan saran sebagai berikut:

iv
DAFTAR PUSTAKA

Demeiati Nur Kusumaningrum, Dkk, “Trend Pariwisata Halal Korea Selatan”, Jurnal Senaspro2 Seminar Nasional
Dan Gelar Produk, Oktober 2017.

Fahadil Amin Al-Hasan, “Penyelenggaraan Pariwisata Halal Di Indonesia (Analisis Fatwa DSN-MUI Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah)”, Al-Ahkam Jurnal Ilmu Syariah Dan
Hukum, Vol.2, Nomor 1, Januari-Juni 2017.

Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia, Gava
Media, Yogyakarta:2013.

Ida Nurlatifah, Kebijakan Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia: Peluang, Tantangan, Dan Strategi,
Skripsi Hukum Ekonomi Syariah, UIN Syarif Hidayatullah, 2019.

Dikutip Dari Laman <Https://Www.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Umum/18/11/12/Pi2df9328-Tiga-Strategi-


Kemenpar-Pasarkan-Wisata-Halal-Indonesia>, Diakses Pada Minggu 31 Mei 2020
Pukul 20.25 WIB.

Badan Keahlian DPR RI, Buletin APBN, Vol. IV. Ed. 09 Mei 2019.

Riska Destiana Dan Retno Suru Astuti, Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesiai, Jurnal COPAS
(Collaborative Governance On Public Administration And Society), Vol.1, No.1, Tahun 2019.

Dikutip Dari Laman Web Https://Www.Itb.Ac.Id/News/Read/57020/Home/Tantangan-Dan-Peluang-Industri-Halal-


Di-Indonesia-Dan-Dunia Diakses Pada Minggu, 31 Mei 2020 Pukul 11:21 WIB

Omi Sarah, “Kebijakan Halal Tourism Sebagai Strategi Peningkatan Foreign Direct Investment Bidang
Kepariwisataan Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat”, (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2018)

Hendri Ferdiansyah, “Pengembangan Pariwisata Halal Di Indonesia Melalui Konsep Smart Tourism”, Journal Of
Sustainable Tourism Research Vol. 2 No. 1, Januari 2020, H. 30-34.

Jaelani, Aan. (2017). “Halal Tourism Industry In Indonesia: Potential And Prospects”. Dalam Munich Personal
Repec Archive. Paper No. 76237

Kementerian Pariwisata, Halaltrip. (2015). Indonesia Guide For Muslim Visitors. Jakarta.

UU Nomor 33 Tahun 2014.


Muljadi Dan Andri Warman, Kepariwisataan Dan Perjalanan.

Dikutip Dari Laman Web Https://Www.Cheria-Travel.Com/2017/05/10-Wilayah-Indonesia-Yang-Menjadi.Html


Diakses Pada Senin Tanggal 01 Juni 2020 Pukul 14.00 WIB

iv

Anda mungkin juga menyukai