Anda di halaman 1dari 2

PELUANG DAN TANTANGAN PARIWISATA HALAL DI INDONESIA

Peluang wisata halal pada saat ini terhitung besar dikarenakan kegiatan pariwisata di
Indonesia berkontribusi 4,11 persen terhadap PDB Nasional atau setaraRp537,69 triliun yang
perkembangannya didorong oleh jumlah wisatawan muslim yang terus mengalami peningkatan.
Terlihat sejak 2016, sebanyak 121 juta wisatawan muslim melakukan perjalanan wisata,
meningkat di tahun 2017 sebesar 131 juta wisatawan muslim dan hingga tahun 2018 tercatat
sebanyak 140 juta wisatawan muslim melakukan perjalanan wisata. Nilai perjalanan wisatawan
Muslim secara global diproyeksikan mengalami peningkatan dari USD145 miliar pada tahun
2014 menjadi USD300 miliar pada tahun 20261.

Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim juga mendorong peluang


perkembangan pariwisata halal di Indonesia. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia
mengumumkan bahwa Indonesia ditetapkan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia tahun
2019 standar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 mengungguli 130 destinasi wisata dari
seluruh dunia. Setelah lima tahun melakukan upaya pengembangan destinasi wisata halal,
Mastercard Crescent Rating menempatkan Indonesia pada peringkat pertama dengan skor 78
berdasarkan standar GMTI. Standar GMTI yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pengembangan destinasi wisata halal didasarkan pada “CrescentRating ACES model”, yang
diresmikan melalui laporan GMTI tahun 2017. Model ACES GMTI 2019 ini meliputi empat
faktor kunci yaitu Access (akses), Communication (komunikasi), Environment (lingkungan),
Service (pelayanan)2.

Meskipun begitu, ada banyak hal yang harus diperbaiki agar Pariwisata halal di Indonesia
teroptimalisasi. Agar mampu bersaing dalam pasar indutri halal di dunia tentu jalannya tidak
mudah yang harus dihadapi Indonesia. Salah satu kendala eksternal ialah Indonesia memasuki
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 dan bergabungnya Malaysia dan Brunei
Darussalam sebagai Halal Hub, sehingga akan menambah panjang jalur ekspansi pasar Indonesia
ke internasional. Selain tantangan eksternal, Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan

1
Badan keahlian DPR RI, Buletin APBN, Vol. IV. Ed. 09 Mei 2019.
2
Riska Destiana dan Retno Suru Astuti, Pengembangan Pariwisata Halal di IndonesiaI, Jurnal COPAS (Collaborative
Governance on Public Administration and Society), Vol.1, No.1, tahun 2019.
internal, diantaranya adalah kesadaran berkompetisi masyarakat yang lemah, tidak sadarnya
masyarakat Indonesia akan standardisasi halal dan pemahaman hukum yang kurang3.

Selain itu kurangnya minat investor dalam Pariwisata Halal memperlambat laju
perkembangan Pariwisata halal4. Para investor menganggap bahwa Pariwisata Halal ini akan
memperkecil jumlah segmentasi pasar dikarenakan label halal ditujukan kepada Umat Muslim.
Sebab Branding Image sangat mempengaruhi minat masyarakat. Padahal tidak hanya ditujukan
untuk umat muslim saja, umat non muslim pun bisa merasakan Pariwisata halal.

Maka dari itu perlu dibangun Branding Image yang baik agar menarik minat Investor
maupun masyarakat dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata halal agar
Stereotip terhadap Pariwisata Halal sebagai formalitas belaka itu hilang karena lebih dari itu
memerlukan proses sertifikasi dari MUI.

3
Dikutip dari laman web https://www.itb.ac.id/news/read/57020/home/tantangan-dan-peluang-industri-halal-di-
indonesia-dan-dunia diakses pada Minggu, 31 Mei 2020 pukul 11:21 WIB
4
Ida Nurlatifah, Skripsi:” KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA HALAL DI INDONESIA: PELUANG, TANTANGAN,
DAN STRATEGI”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019)

Anda mungkin juga menyukai