Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BISNIS SYARIAH
SEJARAH PERKEMBANGAN BISNIS SYARIAH

Dosen Pengampu :
Faridhatun Faizah, SE, MM,
Ahmad Nilnal Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 01 :

1. Rifqy Rifady (202011626)


2. Isna Salsabila (202011634)
3. Mohammad Agung Waluyo Jati (202011639)
4. Muhammad Faliq Insanulkhoir (202011644)
5. Yunita Annuris Salma (202011649)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ahmad Nilnal


Munachifdlil ‘Ula, S.Pd.I, M.Pd. dan Ibu Faridhatun Faizah, SE, MM, selaku dosen
mata kuliah Bisnis Syariah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca makalah ini akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kudus, 25 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Bisnis Syariah........................................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Bisnis Syariah....................................................................3
C. Dasar-Dasar Bisnis Syariah.....................................................................................4
D. Nilai Dasar Bisnis Syariah :....................................................................................5
E. Prinsip Dalam Bisnis Syariah..................................................................................5
F. Ciri Utama Dalam Bisnis Syariah...........................................................................6
G. Tujuan Bisnis Syariah.............................................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lima tahun terakhir perkembangan bisnis dengan latar belakang agama,
yaitu Islam kian marak dan menjamur. Meski baru sebatas dibidang perbankan,
asuransi, micro finance, hotel (baru ada satu), pendidikan, kesemuanya merupakan
fenomena yang menarik untuk dicermati. Perkembangan tersebut bahkan
mendorong seorang Hermawan Kartajaya dan M. Syakir menerbitkan sebuah
buku berjudul Syariah Marketing. Hingga saat ini kita sudah tidak asing lagi
dengan istilah Bank Syariah sebagaimana yang pertama kali dilakukan oleh Bank
Muamalat Indonesia, Asuransi Syariah, TK-SD Islam Terpadu, dan lain
sebagainya. Maka tidak berlebihan kalau kemudian M. Syafi’i Antonio
mengatakan “Spiritual is the Soul of Advance and Integrated Marketing”.

Seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya


muslim terhadap keharusan menggunakan dan memanfaatkan produk (barang
maupun jasa) yang halal dan barokah, maka peran produsen atau perusahaan-
perusahaan berbasis syariah menjadi sebuah alternative masa depan yang sangat
menjanjikan. Barangkali ini dianggap terlalu optimis. Tapi itulah trend yang
sekarang sedang menuju ke arah sana. Jika melihat perkembangan bisnis syariah
termasuk juga lembaga-lembaga syariah di negara-negara muslim lainnya seperti
Kuwait, Uni Emirat Arab, Malaysia, bahkan Singapura, Indonesia sudah tertinggal
cukup jauh. Tak kalah heboh, negara-negara Eropa pun kini sedang berpikir untuk
membuka unit-unit usaha syariah. Satu sisi tentang perkembangan itu kita semua
patut bersyukur. Namun, pada sisi yang lain, kita juga patut waspada. Mengapa?
Karena bukan tidak mungkin berbagai variasi produk syariah yang bermunculan
saat ini ternyata tidak lebih dari sekedar ‘berganti nama’.

iv
Secara paradigmatic sebuah perusahaan bisa saja tetap berpijak pada konsep
bisnis sekuler-kapitalistik, tapi di poles dengan polesan syariah atau tepatnya etika
Islami, seperti : jujur, amanah dan sejenisnya. Al hasil, yang penting bagi
perusahaan itu mendapatkan market share yang menguntungkan di pasar syariah.
Religion brand sebagaimana produk syariah kini, meski mungkin pangsa pasarnya
lebih spesifik dan sangat segmented, sangat mungkin dalam waktu dekat akan
menjadi produk yang banyak dibutuhkan oleh semua orang, bukan saja umat
Islam. Inilah tantangan kita, khususnya bagi pengusaha muslim untuk membangun
peradaban bisnis yang syariah. Bukan saja sekedar polesan, tapi juga asas, konsep,
manusia, implementasi dan hasil yang benar-benar menampilkan sosok bisnis
berbasis syariah yang utuh, unik dan barokah. Dalam konteks perkuliahan
lembaga keuangan syariah, bisnis syariah sejatinya berupa perbankan syariah,
asuransi syariah, pegadaian syariah pasar modal syariah, penjaminan syariah,
hotel syariah dan lainnya (lembaga keuangan dan bukan keuangan).

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana pengertian bisnis syariah dan sejarah perkembangan bisnis
syariah?
2. Bagaimana dasar-dasar bisnis syariah?
3. Bagaimana prinsip dalam bisnis syariah?
4. Bagaimana ciri utama bisnis syariah?
5. Bagaimana tujuan bisnis syariah?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui pengertian bisnis syariah dan sejarah perkembangan bisnis syariah
2. Mengetahui dasar-dasar bisnis syariah
3. Mengetahui prinsip dalam bisnis syariah
4. Mengetahui ciri utama bisnis syariah

v
5. Mengetahui tujuan bisnis syariah

vi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis Syariah

Secara bahasa, syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’
li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedangkan secara istilah, syariah
bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah
Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah,
akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia
dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, syariah tidak saja
komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa syariah dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini
terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-bedakan antara kalangan
Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169). Dengan mengacu pada
pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa
bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan
penghormatan atas hak masing- masing. (Syariah Marketing, Hal. 45). Pengertian
yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan jauh dari kenyataan bisnis kini dapat
dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi trend bisnis masa depan.

B. Sejarah Perkembangan Bisnis Syariah


Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis syariah di negara
Indonesia menjadi tren bagi para pelaku bisnis. Dengan melihat potensi mayoritas
masyarakat di Indonesia adalah pemeluk agama muslim, menjadikan peluang bagi
perkembangan bisnis syariah. Selain itu kesadaran masyarakat muslim mulai tinggi
dengan permintaannya terhadap produk maupun jasa yang terjamin baik dalam akad,
kehalalan dan tentunya sesuai dengan syariat Islam.

Di Indonesia, bisnis syariah yang telah dan mulai berkembang antara lain
dimulai dengan adanya lembaga-lembaga keuangan syariah seperti bank syariah,

vii
asuransi syariah, reksadana syariah, Baitul Mal wat Tamwil dan lain sebagainya,
disusul dengan munculnya bisnis jasa syariah seperti hotel syariah, pantai syariah,
gojek syariah, kuliner syariah, pariwisata syariah dan hasil produk berbagai
perusahaan yang menjamin akan kehalalannya atau syariahnya seperti kosmetik,
makanan, obat-obatan hingga fashion.

Selain konsumen sebagai pengguna bisnis syariah, pelaku usahapun juga banyak
yang telah menyadari bahwa bisnis yang dijalankan dengan sistem syariah akan lebih
maju, lebih berkembang dan membawa keberkahaan bagi banyak pihak. Tidak hanya
terfokus pada keuntungan semata namun bisnis syariah dijalankan karena nita ibadah
dan mendapat ridlo dari Allah SWT. Bisnis yang dijalankan dengan sistem syariah
akan terasa aman, nyaman, terjamin, selain itu memiliki kualitas dalam memberikan
layanan kepada para masyarakat muslim.

Negara Indonesia dapat berperan sebagai motor penggerak bisnis syariah dan
tentunya memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat menjadi pusat pengembangan
bisnis syariah. Bisnis syariah dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian
negara dengan sistemnya dan membawa keselamatan bagi para pelakunya karena
bisnis syariah dilakukan atas prinsip syariat Islam sehingga aman, nyaman dan
membawa keberkahan bagi umat muslim.

C. Dasar-Dasar Bisnis Syariah


Dasar dalam berbisnis syariah yaitu bertujuan untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera baik di dunia dan di akhirat, tercapainya pemuasan optimal berbagai
kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan maupun
masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan
tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga. Hak milik alternatif perorangan
diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal
pula. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlantar. Dalam harta
benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu harus
dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki. Pada batas tertentu, hak milik alternat
tersebut dikenakan zakat. Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang. Tiada
perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran
perbedaan adalah prestasi kerja.

viii
ix
D. Nilai Dasar Bisnis Syariah :
1. Hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan penguasaan.
2. Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia.
3. Keadilan antar manusia.

E. Prinsip Dalam Bisnis Syariah

Bisnis syariah sebagaimana bisnis pada umumnya yang dibangun atas


kerjasama berbagai pihak dalam mengembangkan usahanya. Namun kerjasama dalam
bisnis syariah tidak hanya dibangun atas dasar keuntungan dan pertimbangan aspek
duniawiyah saja, namun juga dibangun atas dasar keridhoan Allah. Keridhoan Allah
diperoleh melalui implementasi prinsip-prinsip syariah dalam melaksanakan
kerjasama bisnis. Dalam bisnis syariah, setiap alur bisnis memiliki kaidah-kaidah
yang harus dipenuhi. Terdapat 5 prinsip dalam bisnis syariah :
1. Memperhatikan Maqashid Syariah
Prinsip ini merupakan prinsip paling utama dalam menjalankan bisnis syariah,
yakni terjaganya 5 maqashid syariah. 5 maqashid syariah tersebut adalah
terjaganya agama, jiwa, akal, keturunan (keluarga), dan harta.
2. Keuntungan Diperoleh Melalui Transaksi Jual Beli
Prinsip selanjutnya yang harus dipegang oleh pebisnis yang menjalankan bisnis
sesuai syariah yaitu keuntungan bisnis yang diperoleh melalui jual beli. Dalam
kajian ilmu fikih muamalah, pemilahan bisnis (tijarah) bisa dibagi menjadi 2,
yakni jual beli dan kongsi. Jual beli yaitu adanya perpindahan kepemilikan barang
dari penjual kepada pembeli. Sedangkan akad kongsi, tidak boleh ada keuntungan
yang muncul hingga adanya transaksi jual beli. Oleh karena itu, bisnis apapun
yang ingin memperoleh keuntungan harus melalui jual beli.
3. Terpenuhi Rukun dan Syarat Dagang
Prinsip ini merupakan prinsip penting untuk dipahami. Ketika rukun dan syarat
dagang terpenuhi, maka bisnis tersebut sudah sesuai syariah. Rukun bisnis jual
beli terdiri dari pelaku (penjual dan pembeli), objek (barang yang sudah
dilengkapi dengan harga), dan ijab kabul. Namun, jika bisnis kongsi, maka harus
ada pelaku (pemilik bisnis dan pemodal), objek (usaha), dan kesepakatan antara
kedua belah pihak.

x
xi
4. Rela Sama Rela
Saat terjadi akad, harus didasari rela sama rela antara kedua belah pihak (penjual
dan pembeli). Namun, akad dengan rela sama rela akan sah jika sebelumnya
sudah terpenuhi rukun dan syarat dagang. Agar kedua belah pihak rela sama rela,
maka pelaku bisnis (penjual) harus menjelaskan kondisi barang yang dijual secara
detail kepada pembeli.
5. Tidak Boleh Melakukan Transaksi Terlarang
Transaksi-transaksi yang dilarang untuk dilakukan dalam Islam adalah transaksi
yang disebabkan oleh dua faktor. Pertama, haram zatnya (objek transaksinya)
seperti transaksi jual beli alkohol, narkoba, binatang buas, dan lain-lain. Kedua,
haram selain zat nya (cara transaksinya) seperti riba, gharar, maisir, akad yang
batil, zhalim, dan maksiat. Itulah sedikit penjelasan mengenai bisnis syariah,
semoga bermanfaat.

F. Ciri Utama Dalam Bisnis Syariah


Label syariah seperti label ‘Halal’ yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia,
banyak menempel di berbagai produk maupun gerai penjual. Namun, tidak bisa
dipungkiri bahwa tidak semua bisnis dengan label syariah tersebut bisa dikatakan
bisnis syariah. Ada sejumlah hal yang menjadi ciri-ciri utama bisnis syariah. Apa saja
ciri-cirinya? Berikut penjelasannya:

1. Mengandung Nilai Ruhiyah


Secara teori Ruhiyah merupakan kesadaran setiap insan manusia akan
eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang harus selalu mengingat
kepadanya yang diwujudkan dengan melakukan perintahnya dan meninggalkan
larangannya. Sebagai pelaku bisnis, harusnya ia menyadari eksistensinya sebagai
makhluk ciptaan Allah dan selalu mengingat Allah.
2. Mampu Membedakan Bisnis Halal dan Haram
Pelaku bisnis syariah dituntut untuk mengetahui bisnis yang diperbolehkan dan
tidak boleh sesuai syariah Islam. Sehingga ia akan menjalankan bisnis yang halal
dan meninggalkan bisnis yang haram.
Contohnya ketika seseorang membuka usaha salon. Bagi seorang muslimah,
rambut adalah salah satu anggota tubuh yang merupakan aurat dan tidak boleh
dilihat oleh orang yang bukan mahram-nya. Sehingga ia akan membuka salon

xii
muslimah, ia hanya akan menerima konsumen khusus wanita. Berbeda dengan
bisnis non syariah, ia akan menerima konsumen wanita dan pria.
3. Implementasi Bisnis Sesuai Dengan Syariah Islam
Dalam implementasi bisnis, pelaku bisnis akan mengimplementasikan teori dan
praktek bisnis sesuai dengan syariah Islam. Sehingga saat menjalankan bisnis, ia
tidak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan secara material saja. Namun,
juga mengejar ridho Allah SWT.
4. Tidak Mengandung Unsur Riba
Riba merupakan tindakan yang ‘dilarang’ keras di dalam Islam. Contoh riba
dalam jual beli terjadi ketika penjual menetapkan penambahan harga ketika
konsumen membeli suatu barang secara kredit (mencicil). Oleh karena itu, bisnis
syariah mengharamkan adanya metode pembayaran secara kredit karena dianggap
mengandung unsur riba.

G. Tujuan Bisnis Syariah


Bisnis dalam Al-Quran dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1) bisnis
yang menguntungkan, mengandung tiga elemen dasar: a) mengetahui investasi yang
paling baik; b) membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal; c) mengikuti
prilaku yang baik. 2) bisnis yang merugi,bisnis ini kebalikan dari bisnis yang pertama
karena ketidakadaan atau kekurangan beberapa elemen dari bisnis yang
menguntungkan. Dan 3) pemeliharaan prestasi, hadiah, dan hukuman. Dalam hal ini,
Al-Quran menyoroti bahwa segala perbuatan manusia tidak akan bisa lepas dari
sorotan dan rekaman Allah SWT. Oleh karena itu, barang siapa yang menuai prestasi
positif maka Allah memberikan reward  berupa pahala dan surga. Bisnis Syariah
memiliki tujuan tertentu yaitu :

1) Target Hasil, Profit Materi dan Benefit Nonmateri


Tujuan bisnis tidak selalu mencari profit (qimah maddiyah atau nilai materi),
tetapi harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat)
non materi, baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan yang lebih
luas, seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan sebagainya. Di
samping untuk mencari qimah maddiyah, juga masih ada orientasi lainnya yaitu
qimah khuluqiyah dan ruhuhiyah.

xiii
 Qimah Khuluqiyah, yaitu nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi suatu
kemestian yang muncul dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan
persaudaraan yang islami, baik antara majikan dengan buruh, maupun antara
penjual dengan pembeli, bukan hanya hanya sekedar hubungan fungsional
maupun professional semata.

 Qimah Ruhuhiyah, berarti perbuatan tersebut di maksudkan untuk


mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain, ketika melakukan suatu
aktivitas bisnis, maka harus di sertai dengan kesadaran hubungannya dengan
Allah SWT. Inilah yang di maksud, bahwa setiap perbuatan muslim adalah
ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan
hubungannya dengan Allah SWT.

Dalam bisnis, mencari keuntungan harus di syariatkan, kecuali apabila dilakukan


dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan hukum syara’. Jadi prinsipnya,
setiap keuntungan berasal dari usaha bisnis yang legal di halalkan. Bisnis apapun yang
bersumber dari kegiatan ilegal, jelas di haramkan.
Legalitas suatu usah bisnis menurut Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, dapat
dilakukan dengan tujuh syarat :
1. Kerelaan dari dua belah pihak yang melakukan transaksi.
2. Pihak yang merelakan transaksi merupakan orang yang diizinkan secara
syar’i.
3. Barang yang diperniagakan merupakan barang yang memiliki nilai guna
sekaligus diperbolehkan perdagangannya.
4. Barang yang diperniagakan adalah barang yang menjadi miliknya.
5. Barang yang diperniagakan dapat diperkirakan masa penyerahannya.
6. Diketahui harga umum di pasaran dan barang itu sendiri diberi patokan
harga.
7. Barang yang diperniagakan merupakan barang yang dapat diidentifikasi ciri-
ciri fisiknya.
Mengenai cara-cara haram dalam mengeruk keuntungan di antaranya :
1. Keuntungan dari memperdagangkan komoditi haram.
2. Keuntungan dari perdagangan curang dan manipulasi.
3. Keuntungan melalui penyamaran harga yang tidak wajar.

xiv
4. Keuntungan melalui penimbunan barang dagangan.
5. Soal keuntungan dalam bisnis tidak ada standarisasinya, baik bersifat
minimal maupun maksimal.

2) Pertumbuhan
Jika profit materi dan benefit non materi telah di raih, maka di upayakan
pertumbuhan atau kenaikan akan terus-menerus meningkat setiap tahunnya dari profit
dan benefit tersebut. Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariat. Misalnya,
dalam meningkatkan jumlah produksi, seiring dengan perluasan pasar dan
peningkatan inovasi agar bias menghasilkan produk baru dan sebagainya.

3) Keberlangsungan
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus di upayakan keberlangsungannya
dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu dalam
koridor syariat Islam.

4) Keberkahan dari Allah SWT


Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho Allah SWT, merupakan puncak
kebahagiaan hidup setiap umat muslim. Para pengelola bisnis harus mematok
orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis
selalu berada dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan Allah.

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara bahasa, syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’ li al
istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedangkan secara istilah, syariah
bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah
Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Di Indonesia, bisnis syariah yang telah
dan mulai berkembang antara lain dimulai dengan adanya lembaga-lembaga keuangan
syariah.

Nilai Dasar Bisnis Syariah :

1) Hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan penguasaan.


2) Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia.
3) Keadilan antar manusia.

Dalam bisnis syariah, setiap alur bisnis memiliki kaidah-kaidah yang harus dipenuhi.
Terdapat 5 prinsip dalam bisnis syariah :

1) Memperhatikan Maqashid Syariah


2) Keuntungan Diperoleh Melalui Transaksi Jual Beli
3) Terpenuhi Rukun dan Syarat Dagang
4) Rela Sama Rela
5) Tidak Boleh Melakukan Transaksi Terlarang

Ciri utama dalam bisnis syariah, antara lain yaitu :

1) Mengandung Nilai Ruhiyah


2) Mampu Membedakan Bisnis Halal dan Haram
3) Implementasi Bisnis Sesuai Dengan Syariah Islam
4) Tidak Mengandung Unsur Riba

Dalam Al-Quran menyoroti bahwa segala perbuatan manusia tidak terlepas dari
sorotan dan rekaman Allah SWT. Oleh karena itu, barang siapa yang menuai prestasi

xvi
positif maka Allah memberikan reward berupa pahala dan surga. Tujuan bisnis syariah
tidak selalu mencari profit (qimah maddiyah atau nilai materi), tetapi harus dapat
memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) non materi, baik bagi si
pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan yang lebih luas, seperti terciptanya suasana
persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya. Di samping untuk mencari qimah
maddiyah, juga masih ada orientasi lainnya yaitu qimah khuluqiyah dan ruhuhiyah.

B. Saran

Indonesia adalah negara kita yang tercinta yang mana sampai saat ini masih
ketinggalan dengan negara maju lainnya apalagi dalam sektor ekonominya, selain itu juga
jangan sampai negara kita hanya dijadikan bahan rebutan pasaran negara asing saja. Kita
harus mulai mengembangkan dan mencurahkan perhatian untuk membina generasi muda
yang tanggap akan informasi bidang bisnis, sebagai orang-orang bisnis yang jeli dan
terampil, bukan hanya laki-laki saja, tetapi juga kaum wanitanya sebagai wanita
pengusaha. Semakin banyak kita mengetahui seluk beluk dunia bisnis, semakin banyak
peluang bagi kita untuk berhasil dan menggali keuntumgan dari pengalaman-pengalaman
tersebut.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahjos.blogspot.com/2017/09/bisnis-syariah.html

okomakalah.com/2017/04/makalah-pengertian-bisnis-dan-sejarah-perkembangan-bisnis-dan-
perilaku-bisnis-menurut-al-quran.html

http://mgt.unida.gontor.ac.id/bagaimana-perkembangan-bisnis-syariah-di-indonesia/

https://singkongcorner.wordpress.com/2017/07/13/dasar-dasar-bisnis-islam-oleh-kelompok-
5-sd15a6/amp/

https://kelasips.com/bisnis-syariah/

xviii

Anda mungkin juga menyukai