Anda di halaman 1dari 6

PENILITIAN PARIWISATA HALAL

PULAU GILI KETAPANG DI KOTA PROBOLINGGO

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi dalam bidang
pariwisata. Tidak hanya memiliki destinasi wisata alam, Indonesia juga memiliki
destinasi wisata budaya, dan destinasi wisata buatan. Keberagaman destinasi wisata
ini tersebar diberbagai daerah yang ada di Indonesia, yang menjadikannya sebagai
potensi pariwisata yang mampu dikembangkan secara tidak terbatas sehingga mampu
menarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Salah satunya yaitu pariwisata
halal.
Pariwisata halal adalah bagian dari industri pariwisata yang menyediakan
layanan wisatawan dengan merujuk pada aturan-aturan Islam. Parawisata halal ini
diperuntukkan bagi wisatawan muslim (ramah muslim) tapi tidak menutup
pemanfaatannya bagi wisatawan nonmuslim. Sebagai contoh, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pariwisata halal antara lain yaitu hotel yang menyediakan sarana
ibadah bagi umat Islam, menyediakan makanan dan minuman halal, memiliki fasilitas
kolam renang serta spa yang terpisah jadwal atau tempatnya untuk pria dan wanita.
Begitu juga dengan penyedia jasa transportasi wajib memberikan kemudahan bagi
wisatawan muslim dalam pelaksanaan ibadah selama perjalanan, berupa penyediaan
tempat sholat di dalam pesawat, pemberitahuan apabila telah memasuki waktu sholat,
penyediaan makanan dan minuman halal, dan adanya hiburan Islami selama
perjalanan.
Wisata halal adalah progam dari Kementerian Pariwisata yang berpedoman
pada 8 Arahan Presiden RI tahun 2016, yang salah satu poinnya adalah mengenai
pengembangan pariwisata, yaitu “Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 destinasi
wisata nasional”. Di Indonesia sendiri terdapat 10 lokasi prioritas destinasi wisata
halal. Destinasi wisata halal ini, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB dan
Sulawesi Selatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal


Wakil Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (Inhalec), menyampaikan
bahwa industri wisata halal di Indonesia belum memiliki strategi konkret dalam
mengembangkan dan mempromosikan destinasi wisata halal. Salah satu
kelemahannya yaitu minimnya riset yang komprehensif untuk menentukan arah
kebijakan sehingga membuat pelaku usaha wisata halal jalan sendiri tanpa adanya
kesamaan strategi. Analisis SWOT dan berbagai literatur, maka dapat disusun
perencanaan strategis dalam pengembangan pariwisata halal di Indonesia dengan
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats).

Kekuatan: Kelemahan:
1. Memiliki populasi penduduk 250 juta 1. Pemahaman mengenai pariwisata halal
dan 88% muslim. yang belum sama antara pemerintah,
2. Negara kepulauan terbesar dengan lebih stakeholder, dan masyarakat.
dari 17.000 pulau dengan berbagai 2. Masih perlu komitmen dari pemerintah
sumber daya alam. pusat berupa regulasi yang mendukung
3. Kaya dengan Budaya dan Etnis yaitu pengembangan pariwisata halal
memiliki keberagaman dengan lebih dari 3. Masih perlu komitmen pemerintah
300 suku, 746 jenis bahasa daerah daerah dalam mengembangkan
4. Kaya dengan daya tarik wisata alam pariwisata halal dikarenakan system
(memiliki mega biodiversity). otonomi daerah.
5. Memiliki lebih dari 850.000 masjid. 4. Perbedaan budaya di suatu daerah
6. Memiliki sejarah peradaban Islam dalam memperilakukan wisatawan.
masuk ke Indonesia. 5. Belum memiliki strategi yang konkret
7. Gaya hidup halal telah menjadi perilaku dalam pengembangan pariwisata halal.
masyarakat Indonesia dalam 6. Minimnya penggunaan riset yang
kehidupannya. konfrehensif untuk menetapkan
kebijakan.
Peluang: Ancaman:
1. Telah berkembangnya industri 1. Kuatnya tingkat kesadaran, komitmen
pariwisata halal (hotel, restoran, dll.) dan kompetensi untuk menggarap
dan gaya hidup halal. prospek pasar industri pariwisata halal
2. Kerja sama dengan organisasi dan gaya hidup halal di negara lain.
multinasional untuk mengembangkan 2. Kondisi infrastruktur pariwisata halal
infrastruktur pariwisata halal sangat (standarisasi, sertifikasi, peningkatan
terbuka karena melihat potensi yang kapasitas) di negara lain telah
dimiliki Indonesia. terintegrasi dengan baik.
3. Pemerintah sedang fokus melakukan 3. Tingkat kegiatan branding dan promosi
pembangunan negara lain menjadi
infrastruktur dalam rangka peningkatan pesaing bagi halal tourism destination
konektivitas Indonesia.
antar wilayah.

Dari hasil analisis SWOT pada Tabel diatas, maka terdapat beberapa strategi
yang dapat dilakukan pemerintah untuk pengembangan pariwisata halal di Indonesia,
yaitu:
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan stakeholder sehingga terbangun
persepsi yang sama mengenai pariwisata halal yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah. Sosialisasi ini juga dapat pengembangkan kesadaran masyarakat
untuk meningkatkan pelayanan dan keramamahan (hospitality) dalam
menghadapi wisatawan.
2. Mengintegrasikan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah dengan
peningkatan konektivitas ke daerah tujuan wisata.
3. Penyusunan suatu peraturan perundangan berdasarkan hasil riset dan
pengembangan sebagai payung hukum dalam pengembangan pariwisata halal di
Indonesia. Hal ini juga sebagai wujud komitmen pemerintah pusat dan menjadi
acuan bagi pengembangan pariwisata halal bagi pemerintah aerah.
4. Melakukan pembinaan kepada masyarakat dan kemudahan berusaha untuk
mengelola peluang yang ada akibat pengembangan pariwisata halal ini sehingga
memberikan multipliermeffect bagi perekonomian masyarakat sekitar daerah
wisata dengan tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Namun demikian, strategi tersebut masih memerlukan dukungan dari
masyarakat Indonesia sebagai sumber daya insani dalam pengembangan pariwisata
halal. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi, capacity building, dan pembinaan untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga terbangun hospitality terhadap
wisatawan dan awareness terhadap pariwisata halal. Di samping itu, pemerintah juga
perlu melakukan promosi dan kerja sama untuk menjual 10 destinasi pariwisata halal
Indonesia ke mancanegara sehingga jumlah kunjungan dan lamanya tinggal
wisatawan mancanegara akan meningkat

2. Unsur-unsur Pokok Pengembangan Pariwisata Halal di Indonesia


Menurut Cooper, Fletcher, Gilberth, Shepherd and Wanhill (1998) bahwa
kerangka pengembangan destinasi pariwisata paling tidak harus mencakup
komponen-komponen utama sebagai berikut yaitu:
1. Objek dan daya tarik (Attractions) yang mencakup: daya tarik yang berbasis
utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan/artificial, seperti event atau
yang sering disebut minat khusus.
2. Aksebilitas (Accessibility) yang mencakup dukungan system transportasi yang
meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan
moda transportasi yang lain. Aksesbilitas sangat berperan penting, untuk
menjangkau suatu obyek wisata diperlukan suatu system transportasi yang dapat
mendukung keberadaan suatu objek dan daya tarik wisata tersebut dan juga
memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang hendak mengunjungi objek
wisata tersebut (Damanik dan Weber, 2006:11).
3. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata
yang meliputi: akomodasi, rumah makan, detail, toko cinderamata, fasilitas
penukaran uang, bis perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan
lainnya.
4. Fasilitas Pendukung (Ancillary Services) yaitu ketersediaan fasilitas pendukung
yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit,
dan sebagainya.
5. Kelembagaan (Institutions) yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-
masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk
masyarakat setempat sebagai tuan rumah.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Kajian dilakukan di dalam batas wilayah Pulau Gili Ketapang yang terletak di
bagian utara Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian
ini mengadopsi metode kualitatif untuk penelitian deskriptif, dan metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Berdasarkan sumber
data yang dikumpulkan, diklasifikasikan menjadi dua jenis, data primer dan data
sekunder. Cara pengumpulan data yaitu pencarian literatur dan melakukan survei,
teknik observasi, teknik wawancara dan penelitian literatur.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

. Pulau Gili merupakan kawasan pesisir yang sebagian besar masyarakatnya


bermata pencaharian sebagai nelayan, baik kapten maupun ABK. Pulau Gili
merupakan sebuah pulau di bagian utara Kabupaten Probolinggo, masuk dalam
wilayah hukum Kabupaten Probolinggo Meskipun ada juga beberapa penduduk Gili
yang bukan nelayan, namun memiliki beberapa pekerjaan lain. Pulau Gili
berpenduduk sekitar 8.680 orang, 99% di antaranya adalah Muslim, yang
mempengaruhi jumlah masjid dan tempat ibadah berupa masjid.

Tingkat pendidikan di Gili Ketapang tidak terlalu bagus. Penduduk yang


berpendidikan kurang dari SLTA lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang
berpendidikan minimal SLTA. Kurangnya tingkat pendidikan yang baik
menyebabkan mentalitas masyarakat Gili Ketapang agak kaku, dan masyarakat
seringkali sulit menerima perubahan dari dunia luar, apalagi perubahan tersebut
sedikit berbeda dengan apa yang dipikirkan penduduk setempat. Gili Ketapang
berpendapat bahwa selama ini seperti peraturan pemerintah tentang pariwisata,
daerah/lokasi yang menyediakan pariwisata perlu menyediakan akomodasi di fasilitas
wisata, karena masyarakat Pulau Gili Ketapang masih memegang teguh nilai-nilai
Islam. Masyarakat Gili Ketapang tidak menegakkan peraturan tersebut, dan menurut
masyarakat Gili Ketapang, mereka khawatir peraturan ini akan berdampak negatif
bagi masyarakat asli Gili Ketapang.

Pelaksanaan kegiatan wisata di Pulau Gili Ketapang dibatasi pada pukul 17.15
WIB, apalagi kegiatan wisata hari Jumat dimulai sekitar pukul 12.30 WIB (sesudah
shalat Jumat), hal ini dimanfaatkan untuk menambah keunikan Pulau Gili Ketapang
melalui masyarakatnya. Selain berupaya menjaga norma adat dan nilai kehidupan
Islami, Pulau Gili Ketapang juga memiliki hulu snorkeling yang dapat dijadikan
peluang untuk menarik wisatawan berkunjung. Destinasi snorkeling dan diving
menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Probolinggo mengingat masih
sedikitnya pesaing di Jawa Timur. Wisata snorkeling menawarkan pemandangan alam
bawah laut yang keindahannya ditambah dengan keragaman biota laut dan ikan,
menjadi peluang untuk menarik wisatawan ke Pulau Gili Ketapang.
Meskipun memiliki aset yang bagus dan untuk menarik wisatawan untuk
mengunjungi pulau Gili pulau Gili Ketapang memiliki kelemahan sendiri dan pada
saat yang sama pangsa pesaing dari turis dan hal-hal yang belum tergarap hadir di
pulau gili ketapang. Pulau Gili Ketapang dekat dengan destinasi wisata lainnya
dengan segala fasilitas hiburan yang lebih baik lebih beragam dari Pulau Gili
Ketapang. Penataan tempat dan pilihan wahana yang menarik dari destinasi wisata
lain kawasan Pulau Gili Ketapang tanpa menyentuh perairan adalah hal lain bagi
wisatawan, ini yang mungkin membuat wisatawan lebih memilih pantai lain tujuan
wisata atas wisata Pulau Gili Ketapang.

BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 potensi wisata budaya
yaitu Petik Laut, Pengambek, Nyabis, Onjem atau Rumpon, Telesan dan Andun serta
2 potensi alam yaitu perairan Pulau Gili Ketapang dan aktivitas snorkeling. Gili
Ketapang tunduk pada setiap faktor 3A yang telah menjadi undang-undang. Potensi
pengembangan Pulau Gili Ketapang adalah untuk mempromosikan Pulau Gili
Ketapang dan menarik lebih banyak wisatawan.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA
Nurfadilah Afsari Khairunisa, ( 2017 ). Strategi Pengembangan Pariwisata Pantai
Pangandaran ( Studi Kasus Di Kabupaten Pangandaran ). Bandar Lampung:
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Bandar Lampung’
Adityaji Rizki, Juni 2018. Formulasi Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
Dengan Menggunakan Metode Analisis SWOT : Studi Kasus Kawasan Pecinan
Kapasan Surabaya. Jurnal Pariwisata Pesona. Volume 03, No. 1
Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Probolinggo. Kota Probolinggo
Dalam Angka/ Probolinggo City in Figures. Probolinggo, 2013.
Ratman,D.R.(n.d.).(2016). Strategi Pengembangan Kepariwisataan Indonesia .Retrieved
Desember 11, from Wonderful Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai