Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH DIGITAL MARKETING, CITRA DESTINASI,


AKSESIBILITAS DAN FASILITAS RAMAH MUSLIM
TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG
(Studi Kasus Pada Pengunjung Sikembang Park Kabupaten Batang)

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Pengajuan Skripsi

Oleh:

MUSLIHA
NIM : 4119083

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID


PEKALONGAN

2023
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu industri yang dilakukan pemerintah untuk menghasilkan
uang di luar migas adalah pariwisata. Selain menjadi sumber devisa,
pariwisata memiliki dampak yang signifikan terhadap aspek pembangunan
nasional lainnya, seperti persatuan dan kesatuan. Ada banyak aspek untuk
pariwisata domestik dan internasional seperti psikologis, hukum, ekonomi,
lingkungan, dan aspek masyarakat lainnya, karena hampir semua negara
saling bergantung satu sama lain untuk mempromosikan keindahan alam,
keanekaragaman budaya, dan keramahan mereka kepada pengunjung dari
negara lain. Pariwisata memainkan peran penting dalam pertumbuhan
ekonomi global dan sering disebut sebagai "passport to development"
(Wahyuni et al., 2022).
Dunia pariwisata menghadirkan tantangan sekaligus peluang untuk
beradaptasi dan memanfaatkan momentum pergeseran dalam
pengembangan tempat wisata, menjadikannya salah satu industri yang
paling berpengaruh. Industri pariwisata Indonesia berkembang pesat pada
beberapa tahun terakhir. Pasalnya, setelah minyak sawit mentah atau CPO,
pariwisata bisa menjadi penyumbang devisa terbesar kedua
(Liputan6.com, 2019). Indonesia mengalami kenaikan jumlah pengunjung
mancanegara dari tahun ke tahun, dengan Malaysia, China, dan Singapura
sebagai mayoritas (Destiana & Kismartini, 2020).
Yang dimaksud dengan daya tarik wisata yaitu tempat yang
menarik pengunjung untuk ke suatu destiasi wisata dengan
memaksimalkan potensi sumber daya alam untuk membantu pengunjung
mencapai kebugaran jasmani dan rohani, pembelajaran dan pengalaman,
inspirasi, dan cinta terhadap alam. Dalam (Aristo, Ronny, 2019), hakikat
pariwisata adalah seseorang yang meninggalkan rumahnya untuk
sementara waktu atau bepergian ke lokasi lain. Kepergiannya disebabkan
oleh berbagai kepentingan: masyarakat, ekonomi, budaya, politik, agama,
kesehatan, rasa ingin tahu, serta tambahan pengalaman dan pengetahuan.
Akibatnya, industri pariwisata sangat diminati oleh semua kalangan untuk

1
kegiatan seperti liburan, rekreasi, dan pembelajaran bagi setiap wisatawan
yang datang ke daerah tersebut.
Dalam perkembangan destinasi wisata tentu sangat erat
hubungannya dengan pemasaran. Pemasaran dalam pariwisata
membutuhkan pengetahuan yang baik tentang urgensi dan tren pasar,
orientasi pasokan produk pariwisata sesuai dengan ukuran dan struktur
permintaan, penetapan strategi harga dan penetapan harga, platform
distribusi, penggunaan alat yang efektif untuk mempromosikan produk
pariwisata, memperkirakan peluang penjualan berdasarkan musim. Pasar
wisata dibuat dari jaringan segmen, dari kategori tertentu klien dengan
preferensi, keinginan, kebutuhan dan alasan sendiri. Untuk alasan ini,
pasar pariwisata dapat dibedakan dengan banyak kategori pariwisata untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai (Sofronov, 2019).
Strategi promosi perusahaan telah mulai berganti dari pemasaran
tradisional ke pemasaran digital sebagai hasil dari kemajuan teknologi
terkini. Praktik menghubungkan bisnis dan pelanggan melalui Internet dan
teknologi interaktif lainnya untuk bertukar data dan berkomunikasi satu
sama lain dikenal sebagai pemasaran digital. Media sosial digunakan
perusahaan sebagai alat untuk memasarkan produknya sebagai bagian dari

pemasaran digital (Massie et al., 2022). Pemasaran produk dan jasa yang
membutuhkan penggunaan media digital dikenal dengan digital marketing.
Situs web, media sosial, pemasaran email, pemasaran video, periklanan,
dan optimisasi mesin pencari (SEO) adalah media yang digunakan dalam
pemasaran digital (Siti Khoziyah, 2021).
Aspek brand image juga dapat digunakan untuk mendukung
pelaksanaan pemasaran yang kompetitif, selain pemasaran digital. Tujuan
dari citra merek perusahaan adalah untuk menunjukkan proposisi nilai dari
strategi bisnisnya dan membantunya bersaing di pasar untuk barang dan
jasanya. Pengelola pariwisata di Indonesia ingin mencapai citra yang kuat
terhadap suatu destinasi karena semakin banyak wisatawan yang
mengunjungi tempat wisata tersebut, yang akan menguntungkan mereka.

2
Citra destinasi yang baik harus terus dikomunikasikan oleh pengelola
wisata untuk membantu menetapkan posisi yang kuat diantara destinasi
wisata lain yang ada di Indonesia dalam membangun persepsi positif yang
kuat (Ayu, 2021).
Aksesibilitas juga harus mendukung objek wisata. Kegiatan
berwisata sangat bergantung pada komunikasi dan transportasi karena
keinginan pengunjung sangat dipengaruhi oleh faktor jarak dan waktu.
Jika faktor aksesibilitas tidak memadai, sangat sulit objek wisata tersebut
menjadi industri pariwisata. Transportasi internal dan intra-regional
(regional), serta kemudahan memperoleh informasi tentang destinasi,
merupakan komponen aksesibilitas. Dari segi kenyamanan, keamanan, dan
waktu tempuh, aksesibilitas merupakan faktor pendukung yang
memudahkan wisatawan untuk mencapai destinasi (T. A. Saputra, 2020).
Tidak hanya karena keindahannya saja, tetapi wisata juga harus
memiliki fasilitas yang menarik pengunjung. Sebelum pelanggan dapat
menerima layanan, fasilitas adalah sumber daya fisik yang perlu disiapkan.
Pada hakikatnya fasilitas suatu perusahaan jasa menentukan layak atau
tidaknya suatu tujuan wisata dikunjungi. Salah satu pertimbangan dalam
memilih destinasi wisata adalah fasilitasnya. Untuk bersaing dalam
industri pariwisata, pemantauan dan pengelolaan lokasi wisata harus
berkonsentrasi pada fasilitas wisata yang disediakan. Untuk mendukung
pariwisata, fasilitas ramah muslim diperlukan dalam hal ini. Restoran yang
halal dan tidak menyajikan alkohol, serta fasilitas lain untuk pengunjung
muslim seperti masjid (Maulidiyah et al., 2022).
Salah satu daerah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Batang.
Adanya slogan “Visit Batang Heaven of Asia 2022” menandakan bahwa
Kabupaten Batang memiliki rencana ambisius untuk bertransformasi
menjadi surga Asia tahun ini. Meskipun daerahnya sangat luas, industri
pariwisata Provinsi Batang masih sedikit diketahui masyarakat umum,
padahal memiliki potensi sangat besar. Oleh karena itu, terdapat banyak
potensi pengembangan pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan

3
perekonomian lokal dengan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
domestik dan mancanegara (Nizar Zulmi et al., 2019).
Sikembang Park adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten
Batang. Sejak September 2016, Wisata Alam Sikembang atau dikenal juga
dengan Sikembang Park dibuka. Deretan pohon pinus yang tertata rapi
membentuk Sikembang Park menciptakan suasana sejuk. Anak-anak,
remaja, hingga orang tua semua bisa menikmati wisata alam di Sikembang
Park (Sukmah, 2022). Ada beberapa wahana yang ada di Sikembang Park
antara lain spot foto, kolam renang, wahana permainan, food court dan
juga ada cafe. Biaya masuk objek wisata ini adalah per orang sebesar Rp.
5.000, sedangkan tiket deposit kendaraan Rp. 2.000 (Agungnesia, 2020).
Sikembang Park merupakan destinasi wisata yang sangat lengkap
karena memiliki tempat bersantai dan bersenang-senang serta
pemandangan yang indah dan wisata edukasi. Ada banyak wahana
permainan dan tempat yang sangat menarik untuk berfoto. Selain itu
Sikembang Park memiliki fasilitas yang ramah untuk umat muslim seperti
tempat sholat dan makanan yang sudah pasti halal. Pengunjung hanya
perlu mengeluarkan uang untuk tiket masuk ke Sikembang Park sebesar
Rp. 5.000 per orang untuk menikmati keindahannya. Dari tahun 2017
hingga 2021 jumlah pengunjung Sikembang Park tidak konsisten.
Tabel 1.1
Jumlah Pengunjung di Sikembang Park Kabupaten Batang

Tahun Jumlah Pengunjung

2017 39.670

2018 49.500

2019 60.549

2020 50.295

2021 50.000

4
Sumber: Buku data pengunjung Sikembang Park
Diketahui dari data di atas bahwa jumlah pengunjung pada tahun
2017 berjumlah 39.670 orang, dan jumlah pengunjung pada tahun 2018
dan 2019 mengalami peningkatan. Namun, terjadi penurunan yang
signifikan yaitu 10.254 individu pada tahun 2020 dan 295 individu pada
tahun 2021. Data tersebut membawa kesimpulan bahwa jumlah
pengunjung Sikembang Park antara tahun 2017 dan 2021 mengalami
fluktuasi. Pandemi Covid-19 yang memasuki Indonesia pada tahun 2020
menjadi penyebab turunnya pengunjung Sikembang Park. Akibatnya,
pemerintah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang
mengakibatkan penurunan tajam jumlah pengunjung pada tahun 2020
karena minimnya aktivitas masyarakat. Data di atas memperlihatkan
bahwa jumlah wisatawan Sikembang Park mengalami penurunan selama
dua tahun, yaitu pada tahun 2020 dan 2021.
Menurut penelitian Fajriyatul Inayah (2020), digital marketing
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengunjung. Menurut
penelitian Ita Ayu Purnamasari dan Dian Citaningtyas Ari Kadi,
pemasaran digital sebaliknya tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Sebelum berwisata, calon pengunjung juga menilai citra
destinasi. Menurut studi tahun 2019 oleh Evi Sopiana Nabila, citra
destinasi berdampak signifikan terhadap pilihan pengunjung. Sebaliknya
penelitian Nuriz Zainiyah (2019) menunjukkan bahwa variabel citra
destinasi tidak signifikan namun berpengaruh positif terhadap keputusan
pengunjung. Sebuah objek juga harus didukung oleh fasilitas dan
aksesibilitas. Penelitian Ayu Listianingrum (2019) menemukan bahwa
keputusan mengunjungi objek wisata dipengaruhi secara kuat dan
signifikan oleh aksesibilitas. Menurut penelitian Afda Maulidiyah et al.
(2022), fasilitas ramah muslim secara signifikan meningkatkan kepuasan
pengunjung. Sedangkan fasilitas dan aksesibilitas, menurut Sariana
Hollandita Prima Putri Daulay (2022), tidak terlalu berpengaruh terhadap
keputusan wisatawan untuk berkunjung.

5
Perbedaan hasil dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan
tersebut membuat penulis ingin mengetahui apakah digital marketing, citra
destinasi, aksesibilitas dan fasilitas ramah muslim memiliki pengaruh
terhadap keputusan pengunjung di Sikembang Park. Maka dengan itu
penulis akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Digital
Marketing, Citra Destinasi, Aksesibilitas dan Fasilitas Ramah Muslim
Terhadap Keputusan Pengunjung (Studi Kasus Pada Pengunjung
Sikembang Park Kabupaten Batang).
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :

1. Apakah digital marketing berpengaruh terhadap keputusan pengunjung


di Sikembang Park?
2. Apakah citra destinasi berpengaruh terhadap keputusan pengunjung di
Sikembang Park?
3. Apakah aksesibilitas berpengaruh terhadap keputusan pengunjung di
Sikembang Park?
4. Apakah fasilitas ramah muslim berpengaruh terhadap keputusan
pengunjung di Sikembang Park?
5. Apakah digital marketing, citra destinasi, aksesibilitas dan fasilitas
ramah muslim berpengaruh terhadap keputusan pengunjung di
Sikembang Park?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka akan menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh digital merketing terhadap keputusan
pengunjung di Sikembang Park.
2. Untuk menganalisis pengaruh citra destinasi terhadap keputusan
pengunjung di Sikembang Park.

6
3. Untuk menganalisis pengaruh aksesibilitas terhadap keputusan
pengunjung di Sikembang Park.
4. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas ramah muslim terhadap
keputusan pengunjung di Sikembang Park.
5. Untuk menganalisis pengaruh digital marketing, citra destinasi,
aksesibilitas dan fasilitas ramah muslim terhadap keputusan pengunjung
di Sikembang Park.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tercapainya tujuan


penelitian, sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu ketentuan dalam menyelesaikan studi tingkat


sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.
2. Sebagai bahan perbandingan untuk menambah pengetahuan khususnya
mereka yang tertarik pada kasus ini atau dapat digunakan sebagai
pembangunan lebih lanjut.
D. LANDASAN TEORI
1. Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta dan berasal dari
dua kata yaitu pari dan wisata. Pari artinya "banyak" dan Wisata
artinya "pergi". Pariwisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan rekreasi menurut KBBI. Pariwisata adalah perjalanan ke
suatu tempat tujuan wisata yang dilakukan berulang-ulang atau
terpusat, baik direncanakan maupun tidak direncanakan, dan dapat
menghasilkan pengalaman bagi pelakunya (Ina Heliany, 2019).
Pariwisata pada dasarnya melakukan perjalanan dengan tujuan
dan maksud tertentu, untuk terpenuhinya kebutuhan psikis dan fisik.
Berwisata merupakan perpindahan orang-orang untuk sementara
waktu ke suatu tujuan selain dari tempat tinggal atau pekerjaannya
sehari-hari. Berwisata memang sangat penting untuk mencari ilmu dan

7
pelajaran. Dalam berbagai surah, Allah SWT mengulangi ayat yang
sama, salah satunya adalah:
“Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permukaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.” (QS Al-
Ankabut:20)
Karakteristik menurut Spillane tentang industri pariwisata
dalam (Wisnawa, 2019), bahwa beberapa sifat khusus dari pariwisata,
yaitu:
a. Inseparabelity, atau ketidakmampuan untuk memindahkan produk
wisata ke lokasi di mana proses produksi dan konsumsi
berlangsung secara bersamaan Demikian pula, senyuman,
keramahan, dan kenyamanan selama proses penyampaian layanan
adalah indikator kualitas layanan yang tinggi.
b. Variabelity, yang mengacu pada berbagai macam produk industri
pariwisata dan pentingnya sumber daya manusia untuk
keberhasilan mereka. Karakteristik sumber daya manusia
pariwisata yang khas dan beragam. Meskipun prosedur operasi
standar telah dikembangkan, keragamannya masih menjadi
tantangan untuk menjamin kualitas layanan yang konsisten.
c. Intangible, artinya sebagian besar produk pariwisata yang tidak
dapat disentuh, seperti keramahan dan keindahan alam.
d. Perishable, yaitu produk pariwisata dengan risiko investasi tinggi
rentan. Situasi ini terutama dirasakan ketika bencana alam,
terorisme, dan masalah negatif secara langsung mengurangi
jumlah wisatawan, dan banyak bisnis yang bangkrut.
2. Keputusan Berkunjung
a. Pengertian
Dalam penelitian ini, keputusan berkunjung mengacu pada
suatu aktifitas perjalanan yang melibatkan kelompok atau individu

8
mengunjungi lokasi yang telah ditentukan sebelumnya untuk
bersantai, mengembangkan diri ataupun mempelajari keunikan
daya tarik destinasi yang didatangi dalam sementara waktu.
Pengunjung membuat penilaian dan memilih alternatif yang
diperlukan berdasarkan sejumlah faktor saat membuat keputusan
untuk berkunjung. Istilah "kunjungan wisata" sering digunakan
(Wahyuni et al., 2022).
Keputusan untuk mengunjungi dunia pariwisata setara
dengan keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah fase di
mana pembeli membuat pilihan, membeli produk, dan
mengkonsumsinya (Naimah, 2018).
Orang termotivasi untuk melakukan pembelian atau
mengunjungi tempat wisata oleh lima faktor:
1) Lokasi. Lokasi strategis yang tidak membutuhkan banyak
waktu, tenaga, atau uang untuk menghidupi orang lain
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi keputusan
pengunjung.
2) Fasilitas. Sumber daya sarana ini berfungsi untuk mencukupi
kebutuhan pengunjung selama tinggal sebentar di tempat tujuan
destinasi yang dikunjungi. Oleh karena itu, pelanggan akan lebih
cenderung mengunjungi destinasi wisata yang memberikan
pelayanan prima.
3) Citra/ image. Keyakinan, kesan, dan persepsi seseorang
disampaikan melalui citra atau image terhadap suatu tujuan.
Citra destinasi dibentuk oleh sejumlah faktor, antara lain cuaca,
keindahan alam, kesehatan, keamanan dan sanitasi, keramahan,
serta sebagainya. Di sisi lain, informasi yang diperoleh calon
pengunjung berasal dari fantasi sendiri maupun dari berbagai
macam sumber, meskipun fantasi itu tidak nyata, berdampak
signifikan pada keputusan calon wisatawan.

9
4) Harga. Saat memutuskan akan pergi ke mana, konsumen akan
dipengaruhi oleh harga dan tarif. Pengunjung akan keberatan
akibat tingginya harga di kawasan yang populer di kalangan
wisatawan.
5) Keputusan pelanggan untuk membeli atau tidak membeli sangat
dipengaruhi oleh layanan yang mereka terima dari seleksi
hingga pembelian. Oleh karena itu, jika suatu destinasi
menawarkan pelayanan terbaik kepada pengunjung, maka akan
menarik banyak pengunjung.
b. Proses Pengambilan Keputusan Wisatawan
Dalam memasarkan suatu wisata, penting untuk
memperhatikan bagaimana pengunjung memilih di antara berbagai
macam produk destinasi wisata yang tersedia. Persepsi
(pengetahuan), afeksi (perasaan), konatif (kecenderungan untuk
bertindak), dan perilaku (tindakan) adalah semua komponen dari
proses pengambilan keputusan perjalanan (E. Saputra & Ambiyar,
2019).
Suprapti (2010) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang
saling berhubungan dalam pengambilan keputusan pariwisata:
(1) Tahap Masukan. Upaya pengelola dalam memasarkan objek
wisata, termasuk promosi, produk, harga, saluran distribusi,
sumber daya manusia, ruang lingkup proses, serta ruang
lingkup bukti fisik, berdampak pada pikiran pengunjung pada
tahap masukan. Lingkungan sosial budaya juga mempengaruhi
pemikiran wisatawan, seperti: keluarga, teman, dan sumber
nonkomersial lainnya, serta kelas sosial, budaya, dan subkultur
yang lazim di masyarakat wisatawan.
(2) Tahap Proses. Wisatawan mulai mengidentifikasi kebutuhan
mereka, mencari informasi sebelum melakukan pembelian, dan
mengevaluasi pilihan mereka pada tahap pengambilan
keputusan mengenai pengaruh eksternal tersebut.

10
(3) Tahap Keluaran. Selama tahap ini, wisatawan memutuskan
untuk membeli dan menikmati produk wisata. Besar
kemungkinan bahwa wisatawan akan terus membeli dan
menikmati produk wisata yang sama di masa mendatang jika
mereka puas dengan produk tersebut.
c. Indikator Keputusan Pengunjung
(Kotler dan Keller, 2016) mengemukakan bahwa terdapat
lima indikator perilaku konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian, sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Ketika pembeli diminta oleh stimulus internal atau
eksternal untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan,
proses pembelian dimulai. Dengan mengumpulkan data dari
sejumlah besar pelanggan, pemasar harus menentukan keadaan
yang menghasilkan kebutuhan khusus.
2. Pencarian Informasi
Disaat konsumen menemukan bahwa kebutuhan ini bisa
tercukupi lewat pembelian produk serta konsumsi produk, maka
pencarian informasi dimulai. Pelanggan melakukan pencarian
internal dan eksternal untuk informasi yang disimpan dalam
ingatan. Pelanggan juga membuat keputusan berdasarkan
informasi yang mereka terima.
3. Keputusan Pembelian
Konfigurasi dalam keputusan pembelian ditentukan
setelah langkah-langkah tersebut di atas diselesaikan. Dalam hal
ini, jika pelanggan memilih untuk membeli suatu produk, dia
harus membuat sejumlah pilihan lain, seperti: produk, merek,
penjual, harga, dan durasi pembelian.
4. Perilaku Setelah Pembelian
Pelanggan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan setelah membeli produk. Langkah ini bisa

11
memberikan informasi yang penting kepada perusahaan tentang
apakah produk dan layanan yang dijualnya bisa memuaskan
pelanggan atau tidak. Apakah pelanggan dapat dipuaskan atau
tidak.
3. Digital Marketing
a. Pengertian Digital Marketing
Sejak dimulainya pada awal 1990-an, pemasaran digital telah
berkembang menjadi strategi bisnis yang banyak digunakan.
Digital marketing adalah metode menggabungkan, memanfaatkan,
atau memanfaatkan teknologi ke dalam proses pemasaran. Proses
ini dipecah menjadi tahapan berikut:
1. Teknologi baru dikembangkan dan diterapkan
2. Dalam dunia pemasaran, teknologi menjadi semakin populer
dan menjadi prioritas.
3. Pemasar inovatif melakukan penelitian dan membuat terobosan
untuk meningkatkan aplikasi teknologi atau fungsional untuk
mencapai tujuan pemasaran (Rapitasari, 2016).
Menurut para ahli:
1) Sánchez-Franco dkk., (2014) mengatakan bahwa digital
marketing mengarah ke pemasaran evolusioner. Karena bisnis
menggunakan saluran media digital untuk banyak pemasaran
mereka, banyak hal berubah. Saluran media digital dapat
dikelola dan memungkinkan pemasar dan pelanggan
melakukan percakapan satu lawan satu yang berkelanjutan.
2) Digital marketing menurut Kaufman & Horton (2014) yaitu
sebagai strategi pemasaran yang modern.
3) Pemasaran digital, sebagaimana didefinisikan oleh Lane
(2008), adalah promosi barang dan jasa melalui saluran
penjualan digital. Iklan secara online atau digital yang
mengirimkan pesan promosi kepada pelanggan termasuk

12
dalam pemasaran digital, yang juga dikenal dengan e-
marketing.
4) (Fawaid, 2017) mengatakan bahwa menurut Coviello dkk,
pemasaran digital adalah proses menciptakan dan
menghubungkan percakapan antara pelanggan dan bisnis
tertentu melalui penggunaan internet dan teknologi interaktif
lainnya. Selain itu, mereka menegaskan e-marketing adalah
komponen e-commerce.
5) Menurut R. Sanjaya dan Josua Tarigan (2009), digital
marketing merupakan suatu bentuk pemasaran yang
melibatkan penggunaan berbagai macam media dan branding.
Misalnya blog, email, situs web, Google Adwords, dan
berbagai macam jejaring sosial lainnya.
Digital Marketing adalah daya tarik yang mengajak pengguna
internet untuk membaca, mempelajari dan memahami secara
langsung konten yang ditawarkan kepada mereka dengan tujuan
merangsang keinginan untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang
dipublikasikan. Penggunaan pemasaran digital menjadi luas saat ini
karena memiliki keunggulan dibandingkan metode tradisional.
Melalui pemasaran digital, penyebaran informasi dapat dilakukan
dengan cepat, mencapai wilayah geografis yang luas, tidak dibatasi
oleh waktu, murah dan efektif bagi pengguna, dan membantu
pemasar dalam membangun citra merek untuk memperkenalkan
dan mempelajari produk yang tepat untuk konsumen digital
(Kamuri & Kurniawati, 2020).
Di era digitalisasi, media berperan sangat penting dalam
menciptakan tayangan. Apa yang ditampilkan di media, baik cetak
maupun visual, dapat diterima kebenarannya oleh masyarakat luas.
Meski masih ada pembaca dan pemerhati yang menggunakan
media sosial secara bijak dan kritis. Padahal, menggunakan media
sosial sesuka hati dan tidak mengikuti prinsip etika penggunaan

13
seperti yang sudah dibahas dalam Al-Qur'an. Islam juga sangat
memperhatikan etika penggunaan media sosial dalam Alquran.
Etika tertulis dalam Al-Qur'an di surat Al-Ahzab ayat 70:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
Juga, ketika sesuatu diiklankan atau informasi diberikan
kepada orang lain, itu harus benar, kata-kata yang lurus, tidak
bengkok serta tidak menyimpang, yang perintahnya diterangkan
dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujarat ayat 6
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu”.
b. Jenis-Jenis Digital Marketing
Menurut Elistiana (2021) ada dua jenis digital marketing
secara umum, antara lain:
1. Push Digital Marketing
Kegiatan untuk memasarkan jasa atau barang tanpa
terlebih dahulu mendapat kesepakatan dari calon pengguna
disebut sebagai jenis pemasaran digital ini. Kegiatan ini
mencakup pembuatan web dan blog, pemasangan iklan di
berbagai web, pengiriman promosi ke email pelanggan, serta
pesan teks yang berisi penawaran produk yang dikirim ke
nomer ponsel masyarakat. Pemasaran digital ini memiliki
banyak keunggulan, antara lain kemampuan mengirimkan
konten promosi di waktu yang pas, menargetkan prospek yang
tepat, serta menyediakan data yang lebih kaya. Biaya yang
relatif tinggi, jumlah target pelanggan yang sedikit, dan sulitnya
mencari pelanggan potensial merupakan kelemahan jenis
pemasaran digital ini.

14
2. Pull Digital Marketing
Pull digital marketing, di sisi lain, mengacu pada
prospek yang secara aktif mencari informasi mengenai produk
atau layanan yang orang butuhkan, berbeda dengan jenis push
digital marketing di mana prospek hanyalah penerima.
Pelanggan mencari informasi ini di blog atau situs web yang
menawarkan informasi yang mereka butuhkan. Ukuran konten
yang tak terhingga dan kemampuan beradaptasi dalam melihat
konten dan hal menyimpan adalah beberapa keuntungan dari
pemasaran digital semacam ini. Pelanggan akan kesulitan
menemukan konten yang dibuat karena tingkat kesulitan yang
tinggi dan kemungkinan di-banned jika konten yang ada
tercampur (Elistiana, 2021).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Digital Marketing
Menurut Goel et dkk. (2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi digital marketing yaitu:
1. Target Pasar. Saat memilih sasaran pasar, ini adalah aspek yang
paling penting. Mempromosikan produk di semua platform
internet dan menjangkau jutaan pengguna internet memerlukan
biaya tinggi.
2. Teknologi. Karena teknologi adalah fondasi pemasaran digital,
sangat penting bagi pemasar untuk tetap mengikuti
perkembangan terkini.
3. Konten. Pengguna dapat memisahkan diri dari pesaing di
industri dengan menggunakan konten. Bahasa dan konten situs
web dan pesan pengguna harus sama.
4. Anggaran. Meskipun pemasaran digital tidak gratis, namun
lebih murah daripada pemasaran tradisional. Akibatnya,
anggaran khusus perlu dibuat untuk pemasaran digital.
5. Media sosial. Terdapat banyak usaha atau bisnis menggunakan
media sosial. Bisnis saat ini dinamis dan terhubung dengan

15
baik. Saat berkomunikasi dengan pelanggan, perusahaan juga
meminta karyawannya untuk melakukan hal yang sama.
Jejaring sosial berbasis web digunakan oleh banyak bisnis
untuk iklan.
d. Indikator Digital Marketing
Menurut (Anwar, 2021), indikator variabel digital marketing
yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah:
1. Fulfillment/reliability, yaitu kemudahan akses akurasi iklan dan
deskripsi produk yang diterima konsumen sesuai dengan saat
melakukan pemesanan.
2. Website design, yaitu koneksi ke seluruh dunia digital, dimana
aktivitas online diarahkan langsung ke calon pelanggan. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa desain web mencakup
kepraktisan konsumen dalam mencari informasi, memproses
pesanan, kustomisasi yang tepat dan pemilihan produk.
3. Customer service, yaitu pelayanan yang baik, tanggap,
komunikatif, cerdas menjawab pertanyaan konsumen dan
memenuhi kebutuhan konsumen.
4. Security/privacy, meliputi privasi data pribadi dan sistem
pembayaran online.
4. Citra Destinasi
a. Pengertian Citra Destinasi
Citra memainkan peran penting dalam memengaruhi
permintaan dalam hal meningkatkan pemasaran pariwisata.
Perasaan, pikiran, keyakinan, dan persepsi positif pengunjung pada
produk suatu wisata membentuk citra destinasi, yang memengaruhi
keputusan mereka untuk berkunjung (Ayu, 2021).
Citra destinasi adalah kumpulan mental, simbolik, makna,
pesan, dan asosiasi terkait personalisasi yang tertanam dalam
ingatan konsumen. Pemahaman tentang tujuan perjalanan,
termasuk perilaku pengunjung, produk, promosi dan kualitas

16
pelayanan membentuk citra destinasi. Pada akhirnya, citra destinasi
dapat menciptakan pengaruh positif berupa loyalitas dan kepuasan
di kalangan pengunjung, mendorong mereka untuk datang kembali
dan menyebarkan semua aspek positif destinasi tersebut (Wisnawa,
2019).
Tujuan dari citra destinasi kawasan wisata adalah:
1. Membangun hubungan dengan pelanggan, mengembangkan
keunggulan kompetitif jangka panjang, dan menciptakan citra
yang jelas dan ringkas yang membedakan satu wilayah dengan
wilayah lainnya.
2. Citra merek daerah tidak hanya meningkatkan citra positif
daerah saat ini, tetapi juga citra negatif apa pun yang mungkin
ada di masa lalu karena kejadian-kejadian seperti serangan dari
teroris atau bencana alam. Membangun merek regional juga
dapat dilakukan karena alasan lain, seperti menarik investasi di
industri tertentu, meningkatkan infrastruktur kawasan,
mendapatkan pendanaan yang lebih baik untuk perlindungan
lingkungan, dan mendapatkan penerimaan politik pengunjung
(Isman, I., Patalo, R. G., & Pratama, 2020).
b. Indikator Citra Destinasi
Menurut Hailin Qu et.al (Astuti, 2022) citra destinasi
memiliki dimensi, antara lain:
1. Cognitive Image. Kualitas pengalaman wisatawan, destinasi
wisata, lingkungan dan infrastruktur wisata, tradisi budaya dan
hiburan merupakan contoh citra kognitif, atau citra objek di
destinasi wisata.
2. Unique Image: Lingkungan alam, daya tarik destinasi, dan
perasaan yang terpancar dari pemandangan lokal di destinasi
wisata.

17
3. Affective Image, citra di suatu destinasi wisata mengandung
emosi yang muncul, seperti kesenangan, kegembiraan,
relaksasi dan menarik.
5. Aksesibilitas
a. Pengertian Aksesibilitas
Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan prasarana
untuk mencapai ke suatu destinasi. Aspek penting destinasi
meliputi koneksi jalan, pilihan transportasi, dan rambu-rambu
jalan. Ada banyak kawasan alam dan budaya yang indah di
Indonesia yang harus dikunjungi oleh wisatawan tetapi sulit
dijangkau. Perlu diperhatikan bahwa sarana transportasi juga
dibutuhkan tidak hanya koneksi jalan yang baik (Salasa & Ismail,
2018).
Fakta bahwa semua sistem transportasi terdiri dari kendaraan,
rute dan terminal merupakan karakteristik utama dari aksesibilitas.
Orang dapat mengunjungi daerah tersebut jika tujuan wisata mudah
diakses. Ketersediaan dan tingkat perkembangan sistem
transportasi sangat erat kaitannya dengan peningkatan pengunjung
ke objek wisata tertentu. Sebanyak mungkin wisatawan
mengunjungi destinasi wisata yang paling dekat dengan pasar
produsen wisata dan terhubung dengan baik melalui jalan raya,
jalur kereta api, dan jalur udara yang baik (Wahdiniwaty, 2013).
Menurut (Wisnawa, 2019), aksesibilitas merupakan
kemudahan atau kesulitan wisatawan tiba di suatu destinasi wisata.
Biaya, kemudahan penggunaan, dan fluiditas semuanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas.
Berikut ini adalah komponen-komponennya:
1. Prasarana.
2. Jalan raya, kereta api, bandara, marina, pelabuhan laut.
3. Fasilitas yang meliputi kecepatan, ukuran, ketersediaan
angkutan umum.

18
4. Faktor operasional, seperti jumlah jalur dan rute yang
digunakan, frekuensi layanan, dan harga yang dikenakan.
5. Peraturan dari Pemerintah tentang Pengendalian Pelaksanaan
Peraturan Transportasi.
b. Indikator Aksesibilitas
1. Akses informasi. Orang-orang yang dapat menyalurkan
berbagai keinginan telah membuat dunia menjadi tempat tanpa
batas dengan kemajuan. Tidak diragukan lagi lebih mudah bagi
wisatawan untuk memilih tujuan liburan mereka ketika
informasi lengkap dimasukkan.
2. Akses jalan. Kondisi jalan akses ke tujuan wisata dan koneksi
ke infrastruktur publik sangat penting. Jalan akses dan kondisi
jalan umum menentukan aksesibilitas destinasi. Untuk tujuan
wisata, aksesibilitas ini merupakan persyaratan yang sangat
penting.
3. Sebagai titik akhir perjalanan, destinasi juga harus memiliki
terminal dan minimal satu tempat parkir. Lahan parkir dan
akses jalan harus mengakomodasi baik jumlah wisatawan
maupun jenis dan jumlah kendaraannya (Rossadi & Widayati,
2018).
6. Fasilitas Ramah Muslim
a. Pengertian Fasilitas
Menurut Utama dalam (Darmawan, 2019), fasilitas
pariwisata adalah segala fasilitas penting dan mendasar yang
memungkinkan fasilitas pariwisata dapat berjalan dan berkembang
untuk melayani pengunjung, antara lain:
1. Prasarana pariwisata:
a) Prasarana transportasi, terdiri dari jalan raya, terminal bus
dan jembatan, stasiun dan rel kereta api, pelabuhan laut
bandar udara.
b) Pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

19
c) Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.
d) Irigasi atau sistem pengairan untuk kebutuhan pertanian,
peternakan dan perkebunan.
e) Sistem moneter dan perbankan.
f) Sistem untuk berkomunikasi meliputi telepon, telegrap, pos,
fax dan sebagainya.
g) Infrastruktur kesehatan semacam rumah sakit atau
puskesmas setempat.
h) Prasarana pendidikan, keamanan serta hiburan.
2. Sarana pariwisata
Baik tidaknya sarana di suatu wisata tergantung dari
jumlah wisatawan, yaitu usaha dan sarana yang memberikan
layanan kepada pengunjung secara langsung maupun tidak
langsung. Sarana pariwisata antara lain:
a) Operator tur dan agen perjalanan.
b) Usaha yang menyediakan transportasi, khususnya bagi
wisatawan.
c) Perusahaan perjalanan.
d) Agen perjalanan.
e) Cabang biro perjalanan umum.
f) Bisnis yang berhubungan dengan pariwisata.
g) Pilihan penginapan dan hotel.
h) Layanan pendukung.
b. Fasilitas Ramah Muslim
Fasilitas ramah muslim adalah fasilitas yang ditawarkan
kepada pengunjung ke tujuan perjalanan terencana jika ruang
tersebut memenuhi perintah dan ketentuan Islam. Fasilitas
penunjang yang dapat mengklasifikasikan suatu destinasi sebagai
destinasi dengan fasilitas ramah muslim adalah fasilitas yang dapat
memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab wisatawan muslim.

20
Misalnya sarana ibadah, wudhu, toilet bersih dan tempat makan
halal  (Maulidiyah et al., 2022).
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu dalam Q.S.
Al-Maidah ayat 88 dan mengatakan bahwa setiap hamba harus
makan makanan yang halal dan baik.
“Makanlah (makanan) yang halal lagi baik dari rezeki yang
dikaruniakan Allah kepadamu dan takutlah kepada Allah yang
kamu telah beriman kepada-Nya”.
Berdasarkan firman tersebut, peneliti sampai pada
kesimpulan bahwa pengelola destinasi harus memperhatikan dan
menyesuaikan dengan kebutuhan pengunjung muslim. Perhatian
ini bisa dicapai dengan mempersiapkan semua fasilitas yang
diperlukan serta lingkungan yang asri bagi para pengunjung yang
berkunjung ke wisata tersebut.
Bagi wisatawan muslim, kebutuhan akan privasi merupakan
hal yang penting, seperti kolam renang, fasilitas olah raga dan
pembatas antara pria dan wanita. Dalam pelayanan atau fasilitas,
beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah:
1. Tersedianya fasilitas ibadah dan makanan halal.
2. Toilet dengan air yang baik serta pelayanan dan fasilitas selama
Ramadan.
3. Tidak adanya minuman beralkohol dan memberikan layanan
rekreasi yang baik.
c. Indikator Fasilitas Ramah Muslim
Menurut (COMCEC, 2016) terdapat beberapa indikator
fasilitas ramah muslim antara lain:
1. Makanan Halal
Layanan terpenting yang dicari pengunjung muslim saat
berwisata adalah makanan halal. Muslim bervariasi dalam
penerimaan mereka terhadap berbagai tingkat jaminan
makanan halal. Wisatawan muslim ingin makan di restoran

21
terbaik karena menawarkan jaminan halal yang bisa mereka
kenali.
2. Fasilitas Shalat
Salah satu dari lima rukun Islam dan salah satu
komponen utama amalan dan ibadah Islam adalah sholat.
Untuk mengatasi masalah ini, wisata yang dituju oleh para
pengunjung muslim harus memiliki ruang beribadah yang ideal
dengan ruang-ruang terpisah untuk kaum laki-laki dan
perempuan. Hal ini mengharuskan penyediaan fasilitas wudhu
di setiap musala.
3. Kamar Mandi Memadai
Air untuk kamar mandi bagi umat muslim sangat
menekankan kemurnian dan kebersihan air. Keduanya
merupakan komponen fundamental dari pendidikan agama dan
kepercayaan. Menjadi seorang muslim membutuhkan standar
kebersihan pribadi yang tinggi. Oleh sebab itu, kebersihan
kamar mandi sangat penting. Hal ini mengharuskan
penggunaan air di toilet, sehingga menyulitkan pengunjung
muslim untuk menggunakannya saat air tidak tersedia.
4. Tidak Ada Kegiatan Non-Halal
Tidak ada kegiatan non-halal yang dianggap Muslim
haram atau tidak halal. Biasanya, tur menekankan perlunya
pengaturan yang ramah keluarga. Karena itu, sebagian
wisatawan muslim ingin menjauhi klub malam, kasino, dan
tempat perjudian di dekat tempat tujuan mereka.

22
E. TELAAH PUSTAKA
Untuk mendukung penelitian yang akan diteliti, maka dibutuhkan penelitian yang sama yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Sumber

1 Jati Paras Pengaruh Pemasaran 1. Variabel 1. Penelitian saya teknik 1. Keputusan berkunjung ke http://
Ayu (2021) Digital dan Citra digital marketing yang digunakan adalah Kepulauan Seribu dipengaruhi jurnalpariwis
Destinasi Terhadap dan citra destinasi purposive sampling, secara signifikan oleh digital ata.stptrisakti
Keputusan berfungsi sebagai sedangkan penelitian Jati marketing. .ac.id/
Berkunjung Pada variabel X dalam teknik yang digunakan 2. Keputusan berkunjung ke index.php/
Wisata Bahari di studi Jati dan saya. adalah simple random Kepulauan Seribu dipengaruhi JIP/index
Kepulauan Seribu 2. Menggunaka sampling dalam secara signifikan oleh citra
n variabel Y yang pengambilan sampelnya. destinasi.
sama yaitu 3. Keputusan berkunjung ke
keputusan Kepulauan Seribu dipengaruhi
berkunjung secara signifikan oleh
3. Menggunaka pemasaran digital dan citra
n metode

23
penelitian yang destinasi.
sama yaitu metode
kuantitatif.

2 Putri Pengaruh Digital 1. Menggunakan 1. Wisatawan lokal (tinggal 1. Keputusan untuk pergi ke https://
Claudia Marketing dan variabel X yang di Sulawesi Utara) Rumah Alam Manado ejournal.unsr
Massie, Electronic Word Of sama, digital menjadi sampel pada Adventure Park dipengaruhi at.ac.id/v3/
James D. D. Mouth (E-WOM) marketing. penelitian ini sedangkan secara signifikan oleh digital index.php/
Massie dan Terhadap Keputusan 2. Menggunakan penelitian sampel marketing. emba/
Ferdy Berkunjung Pada variabel Y yang penelitian saya adalah 2. Keputusan untuk pergi ke article/view/
Roring Rumah Alam sama, keputusan wisatawan lokal dan Rumah Alam Manado 43646
(2022) Manado Adventure berkunjung. wisatawan pendatang Adventure Park dipengaruhi
Park 3. Sama-sama atau dari luar daerah. secara signifikan oleh
menggunakan Electronic Word Of Mouth.
metode kuantitatif. 3. Keputusan untuk mengunjungi
Rumah Alam Manado
Adventure Park dapat
dipengaruhi secara positif dan
signifikan baik oleh digital
marketing maupun electronic

24
word of mouth sendiri atau
bersama-sama.

3 Apriyanti, Pengaruh Daya 1. Menggunaka 1. Studi ini menggunakan 1. Keputusan pengunjung http://
Rizal Ula Tarik, Fasilitas dan n variabel X yang variabel X yang lain dipengaruhi secara parsial oleh prosiding.uni
Ananta Aksesibilitas sama, aksesibilitas. yaitu daya tarik dan daya tarik. pma.ac.id/
Fauzi dan Terhadap Keputusan 2. Menggunaka fasilitas, sedangkan 2. Keputusan pengunjung index.php/
Tio Adi Berkunjung Ke n variabel Y yang penelitian saya dipengaruhi secara parsial oleh SIMBA/
Saputra Wisata Tani Betet sama, keputusan menggunakan variabel fasilitas. article/view/
(2022) Nganjuk berkunjung. X yang lain yaitu 3. Keputusan pengunjung 3262
3. Menggunaka digital marketing, citra dipengaruhi secara parsial oleh
n metode destinasi dan fasilitas aksesibilitas.
kuantitatif. ramah muslim. 4. Keputusan pengunjung
2. Penelitian ini dipengaruhi secara simultan
menggunakan variabel oleh daya tarik wisata,
fasilitas secara umum, fasilitas, dan aksesibilitas.
sedangkan penilitian
saya menggunakan
fasilitas ramah muslim.

4 Afda Pengaruh 1. Menggunaka 1. Variabel Y pada studi 1. Kepuasan berkunjung di http://

25
Maulidiyah, Religiositas, Citra n variabel X yang ini yaitu kepuasan pengaruhi oleh religiositas. repository.uni
Afifudin Destinasi, Promosi sama yaitu citra berkunjung, sedangkan 2. Kepuasan berkunjung sma.ac.id/
dan Hariri dan Fasilitas Ramah destinasi dan saya menggunakan dipengaruhi oleh citra handle/
(2022) Muslim Terhadap fasilitas ramah variabel Y keputusan destinasi. 123456789/5
Kepuasan muslim. berkunjung. 3. Kepuasan berkunjung 327
Berkunjung 2. Sama-sama dipengaruhi oleh promosi.
Destinasi Halal Di menggunakan 4. Kepuasan berkunjung
Malang metode kuantitatif. dipengaruhi oleh fasilitas
ramah muslim.
5. Kepuasan berkunjung
dipengaruhi secara bersama-
sama oleh religiositas,
promosi, citra destinasi dan
fasilitas ramah muslim.

5 Moch. Pengaruh Atraksi 1. Menggunaka 1. Penelitian ini memiliki 1. Keputusan pengunjung https://
Khoirul Wisata, Amenitas n variabel X yang variabel X yang lain dipengaruhi oleh variabel journal.unesa
Anwar dan dan Aksesibilitas serupa yaitu adalah atraksi wisata dan atraksi wisata. .ac.id/
Gabriele Terhadap Keputusan aksesibilitas. amenitas, sedangkan 2. Keputusan pengunjung index.php/
Lailatul Berkunjung Pada 2. Variabel Y penelitian saya dipengaruhi oleh variabel jei/article/

26
Muharroma Objek Wisata Religi yang digunakan menggunakan variabel X aksesibilitas. view/9086
h (2020) Makam KH. sama yaitu yang lain yaitu digital 3. Keputusan pengunjung
Abdurrahman Wahid keputusan marketing, citra destinasi dipengaruhi oleh variabel
berkunjung. dan fasilitas ramah amenitas.
3. Menggunaka muslim. 4. Keputusan pengunjung
n metode 2. Teknik pengambilan dipengaruhi secara bersama-
penelitian metode sampel studi ini adalah sama oleh variabel atraksi
kuantitatif. accidental sampling, wisata, aksesibilitas dan
sedangkan studi saya amenitas.
adalah purposive
sampling.

27
F. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka konseptual penelitian berfungsi sebagai dasar untuk
menjawab masalah penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017) dasarnya adalah
tinjauan literatur dari berbagai teori dan temuan penelitian sebelumnya
tentang subjek yang dihadapi
Pengelola pariwisata dapat merencanakan pengembangan pariwisata
yang paling efektif dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan berwisata (Muharromah & Anwar, 2020). Ada beberapa hal
yang mempengaruhi keputusan pengunjung dalam memilih destinasi
wisata. Digital marketing, citra destinasi, aksesibilitas, dan fasilitas ramah
muslim dapat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung.
Digital Marketing yaitu kegiatan pemasaran melalui internet agar
bisa menarik pelanggan secara online. Digital marketing yaitu kegiatan
pemasaran yang dilaksanakan perusahaan melalui beberapa media sosial
seperti website, instagram, twitter, dan email untuk menggaet para
pelanggan agar tertarik dan menggunakan jasa pada perusahaan (Mustika
et al., 2021).
Citra merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
permintaan dalam rangka mengembangkan pariwisata dan pemasaran
pariwisata. Citra harus memiliki komponen kognitif dan emosional karena
definisi citra adalah fenomena perseptual yang menciptakan pemikiran
logis-emosional pengunjung. Persepsi seseorang tentang karakteristik
destinasi disebut "citra destinasi", dan dapat dipengaruhi oleh media,
promosi dan lain sebagainya (Putri, 2021).
Kegiatan pariwisata sangat bergantung pada komunikasi dan
transportasi karena keinginan pengunjung untuk berwisata dipengaruhi
oleh faktor jarak dan waktu. Jika aksesibilitas pada suatu destinasi tidak
memadai, maka sulit bagi destinasi wisata tersebut untuk berkembang
menjadi industri pariwisata (Daulay, 2022).
Faktor lain yang harus diperhatikan yaitu fasilitas, terutama fasilitas
bagi wisatawan muslim. Fasilitas yang ditawarkan kepada pengunjung

28
muslim dimana fasilitas tersebut memenuhi perintah dan syarat Islam
merupakan definisi dari fasilitas ramah muslim (Maulidiyah et al., 2022).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan pengunjung yaitu digital marketing, citra
destinasi, aksesibilitas dan fasilitas ramah muslim.
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir

Digital Marketing
(X1)
Ha1

Citra Destinasi
Ha2
(X2)
Keputusan Pengunjung
Ha3
(Y)
Aksesibilitas
(X3) Ha4

Fasilitas Ramah
Muslim (X4)

Ha5

Ket : : Parsial

: Simultan

G. HIPOTESIS
Hipotesis menurut (Sugiyono, 2008), merupakan tanggapan awal terhadap
rumusan masalah penelitian yang disajikan dalam bentuk kalimat tanya.

29
Beberapa hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut
berdasarkan kerangka konseptual di atas dan temuan beberapa peneliti:

Ha1 : Digital marketing berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

H01 : Digital marketing tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

Ha2 : Citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

H02 : Citra destinasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

Ha3 : Aksesibilitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

H03 : Aksesibilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

Ha4 : Fasilitas ramah muslim berpengaruh signifikan terhadap keputusan


pengunjung di Sikembang Park.

H04 : Fasilitas ramah muslim tidak berpengaruh signifikan terhadap


keputusan pengunjung di Sikembang Park.

Ha5 : Digital marketing, citra destinasi, aksesibilitas dan fasilitas ramah


muslim berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengunjung di
Sikembang Park.

H05 : Digital marketing, citra destinasi, aksesibilitas dan fasilitas ramah


muslim tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengunjung
di Sikembang Park.

30
H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana
data disajikan secara numerik dan dianalisis secara statistik. Analisis
kuantitatif sebagaimana ditunjukkan oleh (Sugiyono, 2012) adalah
penyelidikan informasi dalam pandangan cara berpikir positivisme yang
terukur dan berencana untuk menguji spekulasi yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, kuesioner dibagikan untuk survei.
2. Setting Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini dilaksanakan di Sikembang Park.
Pemilihan lokasi ini sesuai dengan variabel yang akan peneliti teliti.
Peneliti akan mengetahui apakah keputusan pengunjung dipengaruhi
digital marketing, citra destinasi, aksesibilitas dan fasilitas ramah
muslim.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2022.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Sumarni dan Wahyuni (2006), menygatakan bahwa populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian dan mencakup individu-
individu baik terbatas maupun tak terhingga. Dalam penelitian ini
populasinya yaitu seluruh pengunjung Sikembang Park.
b. Sampel
Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006) sampel merupakan
sebagian dari populasi yang berguna dalam memperkirakan
karakteristiknya. Rumus Cochran digunakan sebagai metode
pengambilan sampel untuk populasi tak terhingga di penelitian ini
yang terdiri dari semua pengunjung Sikembang Park, yang
jumlahnya tidak diketahui. Berikut ini rumus digunakan untuk
menentukan sampel untuk penelitian ini:

31
2
Z pq
n= 2
e
Keterangan:
n : Total sampel yang dibutuhkan
Z : Tingkat kepercayaan atau keyakinan dengan sampel, yaitu 95%
p : Peluang benar sebesar 50%
q : Peluang salah sebesar 50%
Moe: Margin of Error atau tingkat kesalahan maksimum yang dapat
di tolerir
Tingkat kesalahan maksimal 10% dan tingkat kepercayaan
95%, dengan nilai Z = 1,96. Berikut ini adalah total ukuran sampel
untuk penelitian ini:
( 1,96 )2 (0,5)(0,5)
n=
(0,1)2
n = 96,04
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa 97 responden
merupakan jumlah terkecil sampel yang harus digunakan pada
penelitian.
4. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Variabel independen, sering disinggung sebagai variabel
bebas, yaitu variabel yang dapat mempengaruhi. Cara lain untuk
memikirkan variabel independen adalah sebagai nilai atau kondisi
yang jika terjadi, akan menciptakan atau mengubah nilai atau
kondisi. Dalam (Purwanto, 2019) Tritjahjo Danny Soesilo
menyatakan bahwa variabel bebas yaitu variabel yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi, menyebabkan perubahan dan
menghasilkan variabel terikat atau dependen. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah digital marketing (X1), citra destinasi (X2),
aksesibilitas (X3), dan fasilitas ramah muslim (X4). Huruf X
biasanya singkatan dari variabel independen

32
b. Variabel Dependen
Istilah struktural ilmiah untuk variabel yang dipengaruhi oleh
perubahan variabel lain adalah variabel terikat atau dependen.
Ketertarikan atau pertanyaan utama peneliti adalah variabel
dependen yang kemudian menjadi subjek penelitian. Menurut
(Purwanto, 2019) variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas atau dihasilkan darinya. Keputusan
pengunjung Sikembang Park di Kabupaten Batang merupakan
variabel dependen (Y) pada penelitian ini.
Tabel 1.3
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Indikator Skala

1. Variabel Keputusan  Pengenalan masalah Likert


Dependen (Y) Pengunjung (Y)  Pencarian informasi

(Kotler dan  Keputusan pengunjung

Keller, 2016)  Perilaku setelah berkunjung

2. Variabel Digital Marketing  Fulfillment/reliability Likert


Independen (X1)  Website design
(X)  Customer service
(Anwar, 2021)
 Security/privacy
3. Variabel Citra Destinasi  Cognitive image Likert
Independen (X2)  Unique image
(X)  Affective image
(Astuti, 2022)

4. Variabel Aksesibilitas (X3)  Akses informasi Likert


Independen
(Rossadi &  Akses kondisi jalan
(X)  Tempat akhir perjalanan
Widayati, 2018)

5. Variabel Fasilitas Ramah  Makanan halal Likert

33
Independen Muslim (X4)  Fasilitas sholat
(X)
(COMCEC, 2016)  Kamar mandi ramah
 Tidak ada kegiatan non-
halal

5. Sumber Data
a. Data Primer
Data yang didapatkan langsung dari sumbernya disebut data
primer. Penyebaran kuesioner kepada pengunjung wisata alam di
Sikembang menyediakan sumber data ini. Data ini didapat dengan
menyebarkan kuesioner kepada pengunjung wisata alam di
Sikembang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari dokumen dan
artikel. Data sekunder meliputi informasi dan teori yang mendukung
penelitian dari buku, jurnal, dan web tentang digital marketing, citra
destinasi, aksesibilitas, fasilitas ramah muslim dan keputusan
pengunjung.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan, prosedur metodis dan
standar digunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berikut ini:
a. Kuesioner merupakan metode pengumpulan suatu data melalui
bentuk tertulis dengan pertanyaan yang ditujukan kepada satu
individu atau kelompok individu guna memperoleh respon atau
tanggapan mengenai informasi yang peneliti butuhkan (Hardani,
2020).
b. Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan serta merekam data yang ada. Metode ini biasanya
menghasilkan data yang termasuk dalam kategori sumber data
sekunder.

34
7. Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012), yang dimaksud analisis data adalah
proses pengelompokan dan tabulasi data menurut variabel dan macam
responden, penyajian data untuk variabel-variabel yang akan diteliti,
penghitungan data dalam menjawab rumusan masalah dan
penghitungan data dalam menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis data setelah dikumpulkan
sebagai tanggapan dari kuesioner atau kuesioner yang telah dibagikan:
a. Pengukuran
Menurut (Koentjaraningrat, 1997), tahapan ini terdiri dari:
1) Editing (Pemeriksaan Data)
Pada tahap ini kesalahan pengukuran dihindari dengan cara
memverifikasi kebenaran informasi identitas, jawaban,
penjelasan, dan data yang dikumpulkan..
2) Coding (Pemberian Identitas)
Coding merupakan cara untuk mengelompokkan responden
menurut jenisnya dengan menetapkan kode tertentu untuk setiap
jawaban. Penelitian ini menggunakan kode berikut:
a) Data tentang digital marketing (X1)
b) Data tentang citra destinasi (X2)
c) Data tentang aksesibilitas (X3)
d) Data tentang fasilitas ramah muslim (X4)
e) Data tentang keputusan pengunjung (Y)
3) Scoring (Pemberian Nilai)
Scoring merupakan proses pemberian nilai atau skor pada
setiap unit pertanyaan. Pemberian skor dalam penelitian ini:
a) Jawaban angket SS (Sangat Setuju) diberi skor 5
b) Jawaban angket S (Setuju) diberi skor 4
c) Jawaban angket N (Netral) diberi skor 3
d) Jawaban angket TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
e) Jawaban angket STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

35
4) Tabulating (Proses Pembeberan)
Tabulasi merupakan langkah selanjutnya setelah responden
mengisi kuesioner dan memberikan tanggapan terhadap variabel
independen dan dependen, data tersebut dapat dianalisis.
b. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitasmerupakan cara untuk menentukan apakah hasil
kuesioner dapat dipercaya. Sugiyono (2017), mengatakan
validitas adalah tingkat ketelitian antara data yang benar-benar
diperoleh subjek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk menentukan validitas subjek. Skor korelasi tiap indikator
pertanyaan dan skor total indikator pertanyaan digunakan dalam
pengujian validasi.
Instrumen yang dikatakan valid menunjukkan bahwa
instrumen yang digunakan untuk mengukur itu sah. Istilah “valid”
mengacu pada instrumen yang dapat mengukur apa yang harus
diukur. Konsekuensinya, validitas adalah metode untuk
mengevaluasi validitas kuesioner. Menurut (Ghozali, 2018)
sebuah survei dianggap valid apabila pertanyaan dalam kuesioner
tersebut dapat mengungkapkan informasi yang telah diukur.
Rumus korelasi product moment digunakan untuk menguji
validitas sebagai berikut:
r xy =N ∑ xy .¿ ¿ ¿
Keterangan:

r xy : Koefisien korelasi

n : Total responden

∑ xy : Total hasil perkalian skor butir dengan skor


total

∑x : Total skor butir

36
∑2 : Total skor butir kuadrat
X

∑Y : Jumlah skor total

∑2 : Jumlah skor total kuadrat


Y

Validitas setiap item pertanyaan dapat ditentukan dengan


perhitungan ini. Oleh karena itu, pernyataan valid apabila rhitung >
rtabel, serta tidak valid apabila rhitung < rtabel.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2017), uji reliabilitas adalah alat untuk
menentukan seberapa besar kemungkinan pengukuran yang
dilakukan dengan variabel yang sama akan menciptakan data
yang sama. Ketika jawaban terhadap kuesioner stabil atau
konsisten dari waktu ke waktu ketika diukur menggunakan
instrumen yang sama, kuesioner tersebut dianggap reliabel.
Reliabilitas adalah alat yang digunakan responden untuk
menguji konsistensi responden terhadap kuesioner. Sebuah survei
dianggap andal ketika respons terhadap pernyataan stabil
ataukonsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2018). Cronbach’s
Alpha > 0,60 dipakai untuk mengukur reliabilitas pada penelitan
ini. Rumusnya adalah:

K
∑2
ab
r i=( )(1− 2 )
K−1 at
Keterangan:
ri : Reliabilitas
k : Jumlah butir kuisioner atau pernyataan
∑2 : Banyaknya varians butir
ab

2
at : Varians total
c. Uji Asumsi Klasik

37
Yang dimaksud dengan uji asumsi klasik adalah tanda dari
suatu model regresi yang baik. Oleh karena itu, harus dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melaksanakan analisis regresi 
(Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, 2011).
1) Uji Normalitas
Dikarenakan model regresi linier yang terbilang baik
mempunyai nilai residual yang berdistribusi normal, oleh karena
itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai
residual tersebut berdistribusi normal atau tidak. Salah satu
instrumen yang bisadigunakan dalam melakukan uji normalitas
yaitu uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S). Jika Sig.>0,05 maka
dikatakan data berdistribusi normal dan data tidak berdistribusi
normal apabila Sig. ≤0,05.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas menurut Haryadi Sarjono dan Winda
Julianita (2011), memiliki tujuan untuk melihat apakah hubungan
antar variabel independen mempunyai masalah multikorelasi atau
gejala multikolinearitas. Prosedur uji multikolinearitas berada
pada batas tolerance value inflation (VIF) dengan nilai tolerance
> 0,1 atau nilai VIF < 10, maka terdapat gejala multikolinearitas.
Apabila ada lebih dari satu variabel independen, uji
multikolinearitas harus dilakukan.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas mengungkapkan bahwa varian
residual berbeda untuk semua atau setiap pengamatan, seperti
yang dikemukakan oleh Wijaya dalam (Haryadi Sarjono dan
Winda Julianita, 2011). Homoskedastisitas adalah kondisi di
mana varian residu tetap konstan dari setiap pengamatan. Uji
heteroskedastisitas dilakukan pada penelitian ini dengan melihat
scatterplot memakai analisis sebagai berikut:

38
 Heteroskedastisitas ditunjukkan dengan pola yang teratur,
seperti titik-titik dengan sebaran bergelombang diikuti
dengan sebaran sempit.
 Jika tidak terdapat pola dan titik-titik yang menyebar di
bawah dan di atas 0 (nol) terdistribusi di sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Digital marketing (X1), citra destinasi (X2), aksesibilitas (X3),
dan fasilitas ramah muslim (X4) merupakan beberapa variabel
independen dalam penelitian ini. Keputusan pengunjung Sikembang
Park (Y) merupakan variabel dependent pada penelitian ini dengan
menggunakan SPSS dan regresi linier berganda. Berikut persamaan
umum yang digunakan dalam regresi linier berganda:
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3+e
Keterangan:
Y : Variabel dependent (keputusan pengunjung)
a : Konstanta (nilai Y apabila X=0)
b : Koefisien regresi (nilai penurunan atau peningkatan)
X1 : Variabel independent (digital marketing)
X2 : Variabel independent (citra destinasi)
X3 : Variabel independent (aksesibilitas)
X4 : Variabel independent (fasilitas ramah muslim)
e : Tingkat kesalahan atau error adalah selisih antara nilai
pengamatan sebenarnya dengan nilai duga (Sujarweni, 2015).
e. Uji Hipotesis
1. Uji T (Uji Parsial)
Ghozali (2013), mengatakan bahwa uji t memperlihatkan
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial. Pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%),
uji t dapat digunakan untuk menentukan pengaruh yang paling
dominan atau variabel bebas mana yang menjelaskan variabel

39
terikat. Dengan menggunakan derajat kebebasan penyebut (df) =
n-k, dimana k merupakan banyaknya variabel independen, hasil
perhitungan t untuk setiap koefisien regresi dibandingkan dengan
menggunakan t tabel pada taraf signifikansi 5. Berikut adalah
cara pembuatan hipotesis dikemukakan:
 Ho diterima jika nilai signifikansi t hitung > dari t tabel, hal
ini menunjukkan bahwa satu variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
 Ho ditolak jika nilai signifikansi t hitung < t tabel, yang
menunjukkan bahwa satu variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel lainnya.
2. Uji F (Uji Simultan)
Keakuratan fungsi regresi dalam menemukan nilai
sebenarnya secara statistik dievaluasi menggunakan uji F.
Menurut Sugiyono, (2017) uji F digunakan untuk melihat apakah
model yang akan digunakan sudah sesuai. Pada penelitian ini,
derajat signifikansi adalah 5%, dengan df1 = k-1 dan df2 = n-k
untuk derajat bebas masing-masing pembilang dan penyebut.
Kriteria uji f hitung > f tabel yang digunakan pada riset ini
menyimpulkan bahwa uji ini dapat digunakan dalam riset (Ha
diterima). Uji model ini tidak dapat digunakan apabila f hitung <f
tabel (Ha ditolak).
3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2013), mengatakan bahwa koefisien determinasi
dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model
dapat menjelaskan variasi variabel bebas. Koefisien determinasi
bernilai antara 0 sampai dengan 1. Nilai R² yang kecil
menunjukkan kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel terikat yang kecil, dan apabila nilai koefisien mendekati
angka 1 maka variabel bebas dikatakan berpengaruh sangat kuat
atau signifikan pada variabel terikat.

40
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan


manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab II Landasaran Teori

Menjelaskan pembahasan seluruh variabel berdasarkan pada teori,


telaah pustaka, kerangka konseptual, serta hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Memuat pendekataan, jenis penelitian, populasi, sampel, sumber data,


variabel, skala pengukurannya, teknik pengumpulan data serta analisis data
yang digunakan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Memuat hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi data, profil,


karakteristik serta deskripsi jawaban responden, dan analisis data (uji
validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda, uji
hipotesis dan koefisien determinasi).

Bab V Penutup

Memuat kesimpulan akhir penelitian serta saran yang


direkomendasikan menurut pengalaman di lapangan guna perbaikan proses
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

A Fawaid. (2017). Pengaruh Digital Marketing System. Terhadap Daya Saing


Penjualan Susu Kambing Etawa. Jurnal Ekonomi & Perbankan Syariah,
4(1), 104–119.

Agungnesia. (2020). Wisata Alam Sikembang Batang, Ini Wahana, Tiket Masuk
dan Lokasi. JADWALTRAVEL.COM. https://jadwaltravel.com/wisata-
alam-sikembang/

Anwar, K. (2021). Pengaruh Digital Marketing Dan Citra Merek Terhadap


Keputusan Pembelian. STAN Indonesia Mandiri.

Aristo, Ronny, G. (2019). Strategi Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan


Pemuda Sadar Pariwisata Di Kawasan Wisata Danau Mooat (Studi Di Desa
Mooat Kecamatan Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur). Jurnal
Eksekutif, 3(3), 1–10.

Astuti, S. (2022). Pengaruh Harga, Lokasi dan Citra Destinasi Terhadap Minat
Berkunjung Kembali Pada Wisata Mepet Sawah Di Desa Pematang.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Ayu, J. P. (2021a). Pengaruh Pemasaran Digital dan Citra Destinasi Terhadap


Keputusan Berkunjung Pada Wisata Bahari di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ilmiah Pariwisata, 26(3), 223–232.

Ayu, J. P. (2021b). Pengaruh Pemasaran Digital dan Citra Destinasi Terhadap


Keputusan Berkunjung Pada Wisata Bahari di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ilmiah Pariwisata, 26(3), 223–232.

COMCEC. (2016). Muslim Friendly Tourism: Understanding the Demand and


Supply Sides in the OIC Member Countries. COMCEC COORDINATION
OFFICE.

Darmawan, D. (2019). Pengaruh Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Ansilari


Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Pantai Gemah Kabupaten Tulungagung.

42
Jim, 8(1), 51.

Daulay, S. H. P. P. (2022). Pengaruh Daya Tarik, Fasilitas dan Aksesibilitas


Terhadap Keputusan Berkunjung Ke Objek Wisata Pantai Bali Lestari.
JURNAL KREATIF AGUNG, 12(2).

Destiana, R., & Kismartini, K. (2020). Halal Tourism Marketing in the Disruption
Era: A Case Study of Penyengat Island in Riau Islands Province. Society,
8(1), 264–283. https://doi.org/10.33019/society.v8i1.174

Elistiana. (2021). Digital Marketing. Universitas Esa Unggul.

Ghozali. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21


Update PLS Regresi Cetakan Ke-7. Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivriate Dengan Program IBM SPSS 25


(2nd ed.). Badan Penerbit UNDIP.

Goel, Sahai, Krishnan, Singh, B. & M. (2017). An Empirical Study to Enquire the
Effectiveness of Digital Marketing in the Challenging Age with Reference to
Indian Economy. Pertanika Journal of Social Sciences & Humanities, 25(4).

Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV Pustaka Ilmu.

Haryadi Sarjono dan Winda Julianita. (2011). SPSS vs LISRE: Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset. Salemba Empat.

Ina Heliany. (2019). Wonderful Digital Tourism Indonesia Dan Peran Revolusi
Industri Dalam Menghadapi Era Ekonomi Digital 5.0. Destinesia : Jurnal
Hospitaliti Dan Pariwisata, 1.

Isman, I., Patalo, R. G., & Pratama, D. . (2020). Pengaruh sosial media marketing,
ekuitas merek, dan citra destinasi terhadap minat berkunjung ke tempat
wisata. Jurnal Studi Manajemen Dan Bisnis, 7(1).
https://doi.org/10.21107/jsmb.v7i1.7447

Kamuri, K. J., & Kurniawati, M. (2020). The Influence of Digital Marketing Tools

43
on Tourist Visiting Interest to Fatukopa Hill, TTS Regency. 158(June), 392–
396. https://doi.org/10.2991/aebmr.k.201212.055

Kaufman, I. & Horton, C. (2014). Digital Marketing: Integrating strategy and


tactics with values, a guidebook for executives, managers, and students.
Routledge.

Koentjaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia Pustaka


Tama.

Kotler dan Keller. (2016). Manajemen Pemasaran (Edisi 12). Erlangga.

Liputan6.com. (2019). Industri Pariwisata Sumbang Devisa Tertinggi Setelah


CPO. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3894129/industri-pariwisata-
sumbang-devisa-tertinggi-setelah-cpo

Massie, P. C., Massie, J. D. D., Roring, F., Massie, P. C., Massie, J. D. D., &
Roring, F. (2022). Pengaruh Digital Marketing dan Electronic Word Of
Mouth ( E-WOM ) Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Rumah Alam
Manado Adventure Park The Influence Of Digital Marketing And Electronic
Word Of Mouth ( E-WOM ) To Visit Decision At Rumah Alam Manado
Adventur. Emba, 10(4), 13–24.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/emba/article/view/43646

Maulidiyah, A., Afifudin, & Hariri. (2022). Pengaruh Religiusitas, Citra


Destinasi, Promosi dan Fasilitas Ramah Muslim Terhadap Kepuasan
Berkunjung Destinasi Halal di Malang. El-Aswaq, 3(1), 1–23.

Muharromah, G. L., & Anwar, M. K. (2020). Pengaruh Atraksi Wisata, Amenitas


Dan Aksesibilitas Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Objek Wisata
Religi Makam Kh. Abdurrahman Wahid. Jurnal Ekonomika Dan Bisnis
Islam, 3(2), 152–164. https://doi.org/10.26740/jekobi.v3n2.p152-164

Mustika, S., Angreni, W., & Perwito, P. (2021). Pengaruh Digital Marketing
Terhadap Citra Perusahaan Pada Pt.Pos Indonesia (Persero) Bandung 40000.

44
Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 5(2), 1543–1553.

Naimah, J. (2018). Pengaruh Digital Marketing , Produk Wisata , Dan Word of


Mouth Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan. 5, 1–12.

Nizar Zulmi, M., Nugroho, I., & Salsabila, D. (2019). Reaktualisasi Citra Wisata
Kabupaten Batang Melalui Pengembangan Pop-Up Visit Batang Heaven of
Asia Sebagai Media Edumowisata (Edukasi Promosi Wisata) Kabupaten
Batang. RISTEK : Jurnal Riset, Inovasi Dan Teknologi Kabupaten Batang,
3(2), 16–26. https://doi.org/10.55686/ristek.v3i2.53

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik,


6115, 196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554

Putri, ratna acintya. (2021). PENGARUH CITRA DESTINASI, FASILITAS


WISATA DAN EXPERIENTAL, MARKETING TERHADAP
LOYALITAS MELALUI KEPUASAN. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 1.

R Sanjaya dan Josua Tarigan. (2009). Creative Digital Marketing Teknologi


Berbiaya Murah, Inovatif Dan Berdaya Hasil Gemilang. PT Alex Media
Komputindo.

Rapitasari, D. (2016). Digital marketing Berbasis Aplikasi Sebagai Strategi


Meningkatkan Kepuasaan Pelanggan. Jurnal Cakrawala, 10(2), 107–112.
http://www.cakrawalajournal.org/index.php/cakrawala/article/view/36

Rossadi, L. N., & Widayati, E. (2018). Pengaruh Aksesibilitas, Amenitas, Dan


Atraksi Wisata Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Ke Wahana Air
Balong Waterpark Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal of Tourism
and Economic, 1(2), 109–116. https://doi.org/10.36594/jtec.v1i2.27

Salasa, M. Y. F., & Ismail, T. (2018). Analisis Pengaruh Attraction,


Accessibility , Amenities, dan Ancillary Terhadap Kepuasan Wisatawan
Pantai Tiga Warna Malang. Jurnal Ilmiah FEB, 7(1), 1–8.

Sánchez-Franco, M. J , Peral-Peral, B , & Villarejo-Ramos, A. F. (2014). Users’

45
intrinsic and extrinsic drivers to use a web-based educational environment.
Computers & Education, 74, 81–97.

Saputra, E., & Ambiyar, A. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Pengemasan
Daya Tarik Wisata Terhadap Keputusan Berkunjung Serta Dampaknya pada
Kepuasan Wisatawan di Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Jurnal
Master Pariwisata (JUMPA), 6, 183.
https://doi.org/10.24843/jumpa.2019.v06.i01.p10

Saputra, T. A. (2020). Pengaruh Daya Tarik, Fasilitas, Dan Aksesibilitas Terhadap


Keputusan Berkunjung Ke Wisata Tani Betet Nganjuk. Seminar Inovasi
Manajemen Bisnis Dan Akuntansi 4, September 2022.

Siti Khoziyah, E. E. L. (2021). Pengaruh Digital Marketing Terhadap Keputusan


Pembelian Followers Online Shop Instagram @Kpopconnection. 8(2), 1244.

Sofronov, B. (2019). the Development of Marketing in Tourism Industry. Annals


of Spiru Haret University. Economic Series, 1(1), 117–127.
https://doi.org/10.26458/1917

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif fan R&D. Penerbit


Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta.

Sujarweni. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Pustaka Baru Press.

Sukmah, F. (2022). Wisata Alam Sikembang, Tempat Terbaik Untuk Anak


Kembangkan Motorik Anak. NativeIndonesia.
https://www.nativeindonesia.com/wisata-alam-sikembang/

Sumarni dan Wahyuni. (2006). Metodologi Penelitian dan Bisnis. Andi.

Suprapti, N. W. sari. (2010). Perilaku Konsumen Pemahaman Dasar dan


Aplikasinya Dalam Strategi Pemasaran. Udayana University Press.

46
Wahdiniwaty, R. (2013). Aksesibilitas Wisata pada Kota Metropolitan di Negara
Berkembang (Suatu Survey di Wilayah Bandung Raya). Majalah Ilmiah
UNIKOM, 11(2), 200–209. https://repository.unikom.ac.id/30390/

Wahyuni, S., Anggriani, I., & Putra, I. U. (2022). Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Berkunjung Pada Wisata Buana Alit Bengkulu
Tengah. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 10(S1),
379–390. https://doi.org/10.37676/ekombis.v10is1.2013

Wisnawa, I. M. B. (2019). MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA MODEL


BRAND LOYALTY PENGEMBANGAN POTENSI WISATA DI KAWASAN
PEDESAAN. Deepublish (CV Budi Utama).

47

Anda mungkin juga menyukai