Anda di halaman 1dari 58

USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI

AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

7 PROGRAM DAN RENCANA KERJA

7.1 PROGRAM KERJA

Program kerja yang akan dilakukan berdasarkan kerangka acuan kerja,


didasarkan atas pemahaman dan tanggapan terhadap penanganan pekerjaan ini
yang ditujukan untuk mencapai apa yang ditetapkan pada KAK. Uraian tentang
rencana kerja yang dipergunakan berdasarkan kerangka acuan kerja, didasarkan
atas pemahaman dan tanggapan terhadap penanganan pekerjaan ini yang
ditujukan untuk mencapai apa yang ditetapkan pada KAK.
Tahap kegiatan merupakan pengejawantahan dari pendekatan-pendekatan dan
metodologi yang telah dibahas sebelumnya menjadi aktivitas-aktivitas kongkrit
dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Pola kerja yang akan diterapkan dalam
pelaksanaan pekerjaan meliputi :
a. Penerapan sistem kerja sesuai dengan hari kerja kalender yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah untuk semua Tenaga Ahli, sesuai dengan jadual
penugasan setiap Tenaga Ahli tersebut;
b. Pengumpulan data, baik primer maupun sekunder. Data primer diperoleh
dengan metode wawancara dan diskusi, sedangkan data sekunder diperoleh
dengan metode kajian literatur dan referensi dari berbagai sumber yang
resmi;

4-1
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

c. Pelaksananaan diskusi mingguan, yang dilakukan oleh setiap tenaga ahli


yang bertugas untuk membahas masalah-masalah yang terungkap dalam
pelaksanaan pekerjaan dan mencari solusi penyelesaian masalah tersebut.

Pada dasarnya, rencana kerja dibuat dengan mengikuti pendekatan-pendekatan


yang telah dirumuskan, baik pendekatan yang bersifat teknis, maupun
pendekatan yang bersifat substansi. Namun begitu, rencana kerja juga mencakup
aktivitas-aktivitas pendukung seperti persiapan dasar, aktivitas sosialisasi/ rapat/
perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan data, serta penyerahan hasil kerja.
Rencana kerja ini dijabarkan lebih lanjut pada bagian jadwal pelaksanaan
pekerjaan, dimana pada sub-bagian tersebut, rencana kerja yang diuraikan di sini
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk diagram waktu.
Perkembangan teknologi informasi memicu terjadinya perubahan pola pikir
manusia untuk memperoleh berbagai informasi secara tepat, cepat dan akurat.
Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai, membuktikan bahwa segala informasi sekarang telah
menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan. Sejalan dengan perkembangan
teknologi informasi, perpustakaan juga mengalami perubahan yang pesat.
Perpustakaan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan.
Menurut Fauzi (2009:21), “perpustakaan merupakan suatu lembaga yang
memiliki peran aktif dalam menangani dan berhubungan langsung dengan
berbagai macam bahan pustaka yang dikelola secara selektif dan mengandung
informasi kebenaran bagi keperluan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memberikan jasa layanan kepada masyarakat untuk
memanfaatkan sebagi sumber informasi”. Berbagai perpustakaan seperti halnya
perpustakaan umum juga harus mampu melakukan perubahan dan peningkatan
pelayanan serta pengembangan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengontrol
setiap perkembangan dari perubahan tersebut seperti aplikasi.

4-2
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Beberapa tahapan rencana kerja dalam menyelesaikan penyusunan Konsultan


Manajemen Pemantauan dan Evaluasi Perencanaan Terpadu adalah sebagai
berikut :

Tahapan Persiapan
Persiapan yang biasa dilakukan saat dimulainya pekerjaan jasa konsultasi.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan mobilitasi tenaga ahli dan pendukung;
b. Merumuskan Metodologi Pendekatan, bertujuan untuk merumuskan
metodologi agar lebih rinci dan operasional;
c. Persiapan dasar, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertajam
serta mendudukan rencana serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang riil
akan dilaksanakan. Kegiatan persiapan dasar ini lebih ditekankan pada
koordinasi intern dengan pemberi kerja untuk memperoleh kesepakatan
mengenai metoda dan rencana kerja yang akan dilaksanakan
d. Melakukan Identifikasi Kebutuhan, bertujuan untuk memahami kebutuhan
dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut;
e. Desk Studi, dilakukan untuk mempertajam pemahaman tentang hipotesa
awal;
f. Persiapan tim mencakup upaya penyiapan tim kerja yang bersifat koordinasi
internal tim tenaga ahli serta koordinasi dengan tim supervisi pemberi kerja;
g. Menyusun Laporan Pendahuluan, sebagai dimulainya pelaksanaan pekerjaan
oleh tim;
h. Pelaksanaan pembahasan Laporan Pendahuluan, untuk mendapatkan
masukan-masukan terkait dengan tahapan selanjutnya.

4-3
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Tahapan Pelaksanaan
Beberapa kegiatan tahapan pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1 Menyusun indikator kinerja pembangunan infrastruktur PUPR berbasis
pengembangan wilayah per tematik kawasan;
2 Menyusun profil kinerja pembangunan infrastruktur PUPR di kawasan
prioritas tahun 2015-2021 terkait pencapaian target pengembangan wilayah;
3 Menyusun hasil pemantauan dan evaluasi multiplier effect hasil
pembangunan MP dan PSN bidang PUPR. Lokasi pemantauan adalah Kota
Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi, dan Sorong;
4 Menyusun strategi optimalisasi pembangunan infrastruktur PUPR di kawasan
prioritas yang perlu dilakukan di tahun-tahun mendatang;
5 Menyusun rekomendasi berupa masukan bagi penyusunan strategi
perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR, termasuk untuk
pengembangan Kota Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi, dan Sorong;
Konsultan memahami mengenai lokasi kegiatan dari Kerangka Acauan Kerja
(KAK) dengen mencoba menjawab apa yang dimaksud dengan lokasi kegiatan ini,
yaitu
lokasi rapat koordinasi dalam rangka konsultasi:

4-4
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

a. DKI Jakarta
b. Bogor

Tujuan dari rapat koordinasi diatas adalah untuk melakukan koordinasi dan
sinergi kebijakan antar K/L maupun pemerintah daerah dalam rangka
mendukung keterpaduan program pengembangan wilayah.
Pandemi yang melanda dunia memberi tantangan tersendiri bagi para pelaku
usaha dan organisasi di seluruh dunia, berupa adaptasi terhadap perubahan cara
bekerja, berkolaborasi, dan berkreasi. Dengan hybrid meeting, konsep
pertemuan tak terikat di lokasi tertentu. Hybrid meeting berarti gabungan dari
partisipasi secara langsung dan virtual, online, atau cloud. Misalnya, sebuah
rapat dihadiri beberapa orang dari ruang rapat, sementara peserta lain
bergabung dari rumah atau lokasi lain.

Gambar Rapat Koordinasi Dengan Konsep Hybrid Meeting

Sementara rencana lokasi survei pemantauan dan evaluasi:


a. Provinsi Maluku Utara
Kepulauan Maluku, sebagai salah satu wilayah kepulauan di bagian timur
Indonesia, memiliki beberapa isu strategis di antaranya yaitu masih tingginya
angka kemiskinan (mencapai 13,21%) dan tingkat pengangguran (7,6%),

4-5
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

belum optimalnya pelayanan dasar, belum optimalnya pengembangan


potensi unggulan berbasis sumber daya alam dan pengembangan industri
kecil menengah, belum terwujudnya konektivitas yang memadai khususnya
intra pulau dan antarpulau di Kepulauan Maluku, dan belum optimalnya
pembangunan infrastruktur.
Isu strategis di Wilayah Kepulauan Maluku memerlukan strategi penanganan
yang tepat terutama dalam menurunkan angka kemiskinan dan tingginya
tingkat pengangguran salah satunya melalui dorongan pengembangan
perekonomian dan penguatan infrastruktur di Kepulauan Maluku.
Pengembangan industri perikanan, pariwisata, dan hilir isasi sumber daya
alam menjadi potensi perekonomian yang utama di Kepulauan Maluku.
Penguatan infrastruktur di Kepulauan Maluku dilakukan dengan mencapai
target utama penguatan yaitu penyediaan infrastruktur layanan dasar,
penguatan konektivitas wilayah, peningkatan infrastruktur perkotaan
berbasis angkutan umum/massal, peningkatan akses dan pasokan energi,
serta peningkatan teknologi dan informasi.
Kota Ternate, sebagai bagian dari Kepulauan Maluku, memiliki PDRB (Tahun
2019) mencapai Rp. 10.758 Milyar dan jumlah penduduk mencapai 233.208
jiwa merupakan daerah yang masuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan
cepat tumbuh. Namun demikian, persoalan layanan dasar terutama
penyediaan air bersih masih menjadi kendala utama di Kota Ternate karena
kurangnya sumber air baku di Ternate. Saat ini Kota Ternate hanya
mengandalkan sumber air permukaan (danau) dan beberapa sumur
bor/dangkal yang mulai terinfiltrasi oleh air laut.
Sofifi merupakan salah satu kecamatan dalam Wilayah Administratif Kota
Tidore Kepulauan. Sofifi yang juga merupakan Ibukota Provinsi Maluku
Utara. Sofifi menjadi wilayah yang sangat strategis karena keberadaan
kawasan prioritas nasional yang masuk dalam major project RPJMN 2020-
2024 yaitu Kota Baru Sofifi yang didorong pengembangan dan percepatan

4-6
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

implementasi pembangunan infrastrukturnya tahun 2020-2024.

Gambar Peta Orientasi Kota Sofifi

b. Provinsi Banten
Kota Baru Maja merupakan satu dari 10 kota baru publik yang ditetapkan
sebagai kota mandiri dan terpadu sesuai dengan sasaran yang tertuang di
dalam RPJMN tahun 2015-2019.
Kota Baru Maja diproyeksikan menjadi salah satu penyangga di bagian barat
Metropolitan Jakarta. Kedudukan Kota Baru Maja dalam konteks wilayah
yang lebih luas cukup strategis karena terletak di 2 Provinsi yang wilayahnya
meliputi 3 Kabupaten yaitu; Provinsi Banten (Kabupaten Lebak dan
Kabupaten Tangerang) dan Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor).

4-7
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Gambar Peta Orientasi Kota Baru Maja

c. Provinsi Kalimantan Utara


Kota Tanjung Selor secara administratif merupakan salah satu kecamatan
yang berada pada Kabupaten Bulungan. Kota Tanjung Selor (sekarang masih
Kecamatan Tanjung Selor) memiliki luas wilayah sebesar 1.277,81 Km2.
Kecamatan Tanjung Selor sendiri merupakan Ibu Kota dari Kabupaten
Bulungan, sehingga berkembang sebagai kawasan perkotaan.
Dasar pertimbangan penentuan delineasi Kawasan Perkotaan Baru Tanjung
Selor terdiri dari Masterplan Kota Baru Tanjung Selor, Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota Tanjung Selor, Rencana Pembangunan Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara, Rencana Pembangunan Outer
Ringroad. Berikut merupakan rincian delinasi kota baru :
Kecamatan Tanjung Selor
1. Desa/ Kelurahan Tanjung Selor Hilir
2. Desa/ Kelurahan Tanjung Selor Timur
3. Desa/ Kelurahan Tanjung Selor Hulu
4. Desa/ Kelurahan Jelarai Selor
5. Desa/ Kelurahan Gunung Seriang
6. Desa/ Kelurahan Tengkapak

4-8
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Kecamatan Tanjung Palas


7. Desa/ Kelurahan Gunung Putih

Gambar Peta Orientasi Kota Tanjung Selor

d. Provinsi Papua Barat


Kota Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat. Kota ini dikenal
dengan sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum
Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi
di Sorong sejak tahun 1935. Sorong adalah kota terbesar di Provinsi Papua
Barat serta kota terbesar kedua di Papua, setelah Kota Jayapura.
Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk dan
transit ke Provinsi Papua Barat. Kota Sorong juga merupakan kota industri,
perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh kabupaten lain
yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial sehingga
membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk
menanamkan modalnya. Dalam sistem perkotaan nasional, Kota Sorong
telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

4-9
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Berdasarkan RPJMN 2015-2019, Kota Sorong merupakan kota yang termasuk


ke dalam lokasi prioritas yang berorientasi pada pengembangan kegiatan
industri pengolahan: hasil hutan, bahan tambang dan hasil perikanan serta
sebagai Penghubung/Hub Utama untuk Wilayah Papua dan Maluku.
Kota Sorong berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) ditetapkan sebagai wilayah yang berfungsi untuk mendorong
pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan yang merupakan pusat
pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan sebagai pendukung
pengembangan kawasan perbatasan negara.
Kota Sorong berdasarkan arahan kebijakan RTR Pulau Papua, Kota Sorong
ditetapkan sebagai pusat klaster kawasan Sorong dengan pengembangan
pusat idustri pengolahan dan industry jasa hasil pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dilakukan di PKN Sorong, pusat industry
pengolahan dan industry jasa hasil perikanan berbasis bisnis dilakukan di
PKN Sorong, pusat industry pengolahan dan industry jasa hasil
pertambangan mineral sertaminyak bumi dan gas bumi, pusat industry
pengolahan dan industry jasa hasil hutan yang ramah lingkungan dilakukan
di PKN Sorong, pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
ekowisata berbasis potensi kearifan local dilakukan di PKN Sorong, pusat
perdagangan dan jasa yang berskala internasional dilakukan di PKN Sorong,
dan pusat penelitian dan pengembangan hasil pertanian tanaman pangan
dilakukan di PKN Sorong.
Peran Kota Sorong dalam lingkup wilayah WPS adalah dimana Kota Sorong
akan dilakukan peningkatan konektivitas, dimana saat ini sedang dibangun
Jalan Trans Papua yang dibagi menjadi empat, yaitu Jalan Trans Papua ruas
Sorong – Manokwari, Jalan Trans Papua ruas Manokwari – Mameh, Jalan
Trans Papua ruas Nabire – Wamena dan Jalan Trans Papua ruas Jayapura –
Merauke.

Delineasi Kota Baru Sorong akan berada di wilayah administrasi Kota Sorong

4-10
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

dan Kabupaten  Sorong. Untuk wilayah Kabupaten Sorong, wilayah


pengembangan Kota Baru Sorong akan berada di Distrik Aimas (sesuai
dengan arahan RTRW Kabupaten Sorong yang mengarahkan Distrik Aimas
sebagai kawasan perkotaan). Sementara Kota Sorong terdiri dari 6 (enam)
distrik, yaitu Distrik Sorong Barat, Sorong Utara, Sorong, Sorong Manoi,
Sorong Timur, dan Sorong Kepulauan. Wilayah Kota Sorong dan Distrik
Aimas (Kabupaten Sorong) untuk selanjutnya disebut wilayah Sorong Raya.

Gambar Peta Orientasi Kota Baru Sorong

Pemilihan lokasi survei didasarkan pada sampel kawasan prioritas/strategis yang


dinilai cukup signifikan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah, serta mewakili beberapa tematik kawasan, antara lain Perkotaan, KEK,
KI, DPP/KSPN, Perbatasan/PKSN, dsb.
Survei dilaksanakan untuk pengambilan data primer dan pengamatan langsung di
lapangan. Survei bertujuan untuk memperoleh data, masukan/saran dan
dokumentasi terkait kegiatan pekerjaan. Untuk lokasi lain yang tidak termasuk

4-11
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

dalam lokasi survei, tetap dilakukan pengambilan data primer dan pengamatan
lapangan dengan melalui cara-cara lain yang disepakati oleh Pemilik Pekerjaan.
Berdasarkan cara memperolehnya, jenis data dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh dari objek yang diteliti oleh orang atau organisasi yang sedang
melakukan penelitian. Adapun contoh dari data primer seperti data hasil
wawancara langsung, hasil survei, dan kuesioner terhadap responden.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang telah
ada. Sehingga penulis tidak mengumpulkan data langsung dari objek yang diteliti.
Konsultan memahami mengenai data dasar dari Kerangka Acauan Kerja (KAK)
dengen mencoba menjawab apa yang dimaksud dengan data dasar ini, yaitu :
1. Rencana Pembangunan Nasional: RPJPN 2005 - 2025, RPJMN 2015 - 2019,
RPJMN 2020 – 2024, RKP 2020, RKP 2021, RKP 2022;
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat
Pusat dan Daerah[1]. Sistem ini adalah pengganti dari Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) dan mulai berlaku sejak tahun 2005.
 RPJPN 2005 – 2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (disingkat RPJP
Nasional), adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional untuk tahun 2005 sampai
dengan 2025 diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.
Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap
perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.

 RPJMN 2015 – 2019

4-12
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, (disingkat RPJM


Nasional), adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
yang terdiri dari :
1. RPJM Nasional I Tahun 2005–2009,
2. RPJM Nasional II Tahun 2010–2014,
3. RPJM Nasional III Tahun 2015–2019,
4. RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.
RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) setiap tahunnya.

 RPJMN 2020 – 2024


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, (disingkat RPJM
Nasional), adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
yang terdiri dari :
1. RPJM Nasional I Tahun 2005–2009,
2. RPJM Nasional II Tahun 2010–2014,
3. RPJM Nasional III Tahun 2015–2019,
4. RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.
RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) setiap tahunnya.

 RKP 2020
Rencana Kerja Pemerintah (disingkat RKP) adalah rencana pembangunan
tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2020.

4-13
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

 RKP 2021
Rencana Kerja Pemerintah (disingkat RKP) adalah rencana pembangunan
tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2021.

 RKP 2022
Rencana Kerja Pemerintah (disingkat RKP) adalah rencana pembangunan
tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2022.

2. Rencana Tata Ruang: RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN, RTRW


Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan
untuk perencanaan jangka panjang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan:
 pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang
nasional;
 penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

4-14
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah


nasional;
 mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
 penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
 penataan ruang kawasan strategis nasional;
 penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

 Rencana Tata Ruang Pulau/ Kepulauan


Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan
dan strategi penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, strategi
operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi
program jangka menengah lima tahun.
Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan
dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian
indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi
pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), sehinga untuk
operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPI2JM).
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 21 ayat (1)Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang PenataanRuang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4)
PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Dalam aturan persebut RTR Pulau/Kepulauan dan KSN
disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan rencana rinci
untuk RTRWN.

 Rencana tata Ruang KSN

4-15
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007


Tentang Penataan Ruang, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Dalam hal pelaksanaan penataan ruang KSN, kewenangan
Pemerintah mencakup :
1. penetapan kawasan strategis nasional,
2. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional,
3. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, dan
4. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi


Rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang
merupakan penjabaran dari RTRWN, dan yang berisi: tujuan, kebijakan,
strategi penataan ruang wilayah provinsi; rencana struktur ruang wilayah
provinsi; rencana pola ruang wilayah provinsi; penetapan kawasan
strategis provinsi; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Penyusunan
RTRW harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang penataan ruang,
dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Oleh karena itu, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi memuat :
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem
perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan pada wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana
wilayah provinsi;

4-16
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung


dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan;
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
dimaksudkan sebagai acuan dalam kegiatan penyusunan rencana tata
ruang wilayah kabupaten oleh pemerintah daerah kabupaten dan para
pemangku kepentingan lainnya. 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten bertujuan
untuk mewujudkan rencana tata ruang wilayah kabupaten yang sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. 
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini memuat ketentuan teknis muatan
rencana tata ruang wilayah kabupaten serta proses dan prosedur
penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten. 
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW
provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam
rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi
pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional .
3. Rencana Induk Sektor Sumber Daya Air (Rencana Pengelolaan SDA);
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

4-17
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Untuk
melaksanakan amanat ketentuan Pasal 11 ayat (5), Pasal 12 ayat (3), Pasal 13
ayat (5), Pasal 21 ayat (5), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat (3), Pasal 27 ayat
(4), Pasal 28 ayat (3), Pasal 31, Pasal 32 ayat (7), Pasal 39 ayat (3), Pasal 42
ayat (2), Pasal 43 ayat (2), Pasal 53 ayat (4), Pasal 54 ayat (3), Pasal 57 ayat
(3), Pasal 60 ayat (2), Pasal 61 ayat (5), Pasal 62 ayat (7), Pasal 63 ayat (5),
Pasal 64 ayat (8), Pasal 69, Pasal 81, dan Pasal 84 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah menerbitkan PP
42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Air menyatakan bahwa Sumber daya air dikelola secara menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Kebijakan pengelolaan sumber daya air mencakup aspek konservasi sumber


daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan
sistem informasi sumber daya air yang disusun dengan memperhatikan
kondisi wilayah masing-masing. Kebijakan pengelolaan sumber daya air
meliputi kebijakan pengelolaan air permukaan, air tanah, air hujan, dan air
laut yang berada di darat.

Ruang lingkup pengaturan PP 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Air meliputi proses penyusunan dan penetapan kebijakan, pola, dan
rencana pengelolaan sumber daya air, pelaksanaan konstruksi prasarana
sumber daya air, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dan konservasi
sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian
daya rusak air.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Air ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 2008 oleh Presiden Dr. H.

4-18
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Susilo Bambang Yudhoyono. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008


tentang Pengelolaan Sumber Daya Air diundangkan di Jakarta pada tanggal
23 Mei 2008 oleh Menkumham Andi Mattalata.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Air ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 82. Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air ditempatkan pada Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858. Agar setiap orang
mengetahuinya.

4. Rencana Induk Sektor Bina Marga (Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional);
Di Indonesia, jalan nasional merupakan jalan yang terdiri atas  jalan
arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibu kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol. 

5. Rencana Induk Sektor Cipta Karya (SSK, RI-SPAM, dll);


Dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini merupakan produk bottom–up dan
top-down planning, dengan mengakomodir kebutuhan akan layanan sanitasi
yang ada sekaligus menindaklanjuti arahan makro pembangunan daerah dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Kabupaten/ Kota.
Metodologi penyusunan yang digunakan adalah kajian dan review,
pengumpulan data primer untuk mengindentifikasi kebutuhan warga kota
menyangkut sanitasi, dan scoring untuk merumuskan bobot penilaian area
beresiko. Strategi Sanitasi Kota (SSK) disusun melalui proses partisipatif lewat
fasilitasi langsung Tim dengan melibatkan berbagai elemen dan pemangku
kepentingan termasuk Akademisi yang dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja
(Pokja).

4-19
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


(RISPAM) merupakan rencanakan pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) secara umum, baik sistem dengan jaringan perpipaan
maupun bukan jaringan perpipaan serta menjadi pedoman bagi
penyelenggara dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengembangkan
SPAM di daerah masing-masing.
Sedangkan tujuan penyusunan rencana induk pengembangan SPAM adalah
untuk memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, kelembagaan,
rencana pembiayaan, rencana jaringan pipa utama, dan rencana
perlindungan terhadap air baku untuk jangka panjang. Selain itu adanya
rencana induk pengembangan SPAM bertujuan untuk mendapatkan izin
prinsip hak guna air oleh Pemerintah.

6. Rencana Induk Sektor Perumahan (RP3KP);


Agar penyelenggaraan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dapat berjalan optimal dan terorganisasi dengan baik, Kementerian
Perumahan Rakyat mengeluarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(RP3KP) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. RP3KP merupakan
acuan operasional bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Adanya RP3KP dapat
mendukung pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang
terpadu, berkelanjutan dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
mendukung penyediaan perumahan yang terjangkau dan layak huni, serta
mewujudkan penyebaran penduduk yang proporsional.

Pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai tugas untuk menyusun


RP3KP sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Oleh karena itu, diperlukan

4-20
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

kegiatan penyusunan dokumen RP3KP Daerah Kabupaten/Kota karena


dengan adanya dokumen RP3KP, pemerintah daerah dapat memperoleh
gambaran prospek perkembangan permukiman di wilayahnya,
mengantisipasi berbagai kemungkinan perkembangan perumahan dan
kawasan permukiman, memiliki acuan yang jelas bagi prioritas penanganan
masalah perumahan dan kawasan permukiman, serta merencanakan
penanganan yang efektif terhadap permasalahan perumahan secara lintas
sektor maupun lintas wilayah.

7. Rencana Induk dan Rencana Strategis K/L lainnya;


Rencana Induk Bandar Udara adalah pedoman pembangunan dan
pengembangan bandar udara yang mencakup seluruh kebutuhan dan
penggunaan tanah serta ruang udara untuk kegiatan penerbangan dan
kegiatan penunjang penerbangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait
lainnya.
Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang
memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan
Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra- dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 dan disusun sebagai
pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian, serta menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku industri
dalam perencanaan dan pembangunan industri. Dalam penyusunan RIPIN
2015-2035, Kementerian Perindustrian telah melibatkan berbagai instansi
terkait, KADIN, pelaku industri dan pakar dari beberapa perguruan tinggi.
Diskusi diperlukan untuk mendapatkan berbagai masukan karena
pembangunan sektor industri memerlukan strategi yang tepat, agar mampu

4-21
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

mengakomodasikan dan mengantisipasi perubahan yang sangat cepat karena


didorong oleh globalisasi ekonomi dan perkembangan teknologi.

8. Data Infrastruktur PUPR s/d terbangun tahun 2021;


Data-data infrastruktur yang sudah terbangun dari semua uniot organisasi
(unor) :
1. Data infrastruktur Sumber Daya Air;
2. Data infrastruktur Bina Marga;
3. Data infrastruktur Cipta Karya; dan
4. Data infrastruktur Perumahan.
5. Dll.

Konsultan memahami mengenai standar teknis dari Kerangka Acauan Kerja (KAK)
dengen mencoba menjawab apa yang dimaksud dengan standar teknis ini, yaitu
Norma standar pedoman dan kriteria (NSPK) yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta instansi lain yang terkait.
 NSPK di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
 NSPK di Sekretariat Jenderal
 NSPK di Direktorat Sistem dan Strategi Pengeloaan Sumber Daya Air
 NSPK di Direktorat Irigasi dan Rawa
 NSPK di Direktorat Sungai dan Pantai
 NSPK di Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan
 NSPK di Direktorat Bendungan dan Danau
 NSPK di Direktorat Air Tanah dan Air Baku
 NSPK di Direktorat Bina Teknik
 NSPK di Direktorat Kepatuhan Intern

 NSPK di Direktorat Jenderal Bina Marga


 NSPK di Sekretariat Jenderal

4-22
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

 NSPK di Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan


Jembatan
 NSPK di Direktorat Pembangunan Jalan
 NSPK di Direktorat Pembangunan Jembatan
 NSPK di Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah I
 NSPK di Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II
 NSPK di Direktorat Jalan Bebas Hambatan
 NSPK di Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan
 NSPK di Direktorat Kepatuhan Intern

 NSPK di Direktorat Jenderal Cipta Karya


 NSPK di Sekretariat Jenderal
 NSPK di Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman
 NSPK di Direktorat Bina Penataan Bangunan
 NSPK di Direktorat Air Minum
 NSPK di Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
 NSPK di Direktorat Sanitasi
 NSPK di Direktorat Prasarana Strategis
 NSPK di Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan
 NSPK di Direktorat Kepatuhan Intern

 NSPK di Direktorat Jenderal Perumahan


 NSPK di Sekretariat Jenderal
 NSPK di Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan
 NSPK di Direktorat Rumah Susun
 NSPK di Direktorat Rumah Khusus
 NSPK di Direktorat Rumah Swadaya
 NSPK di Direktorat Rumah Umum dan Komersial
 NSPK di Direktorat Kepatuhan Intern

4-23
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Konsultan memahami mengenai referensi hukum dari Kerangka Acauan Kerja


(KAK) dengan mencoba menjawab apa yang dimaksud dengan referensi hukum
ini, yaitu dengan membedah satu per satu dasar hukum ini dalam rangka
mendukung pekerjaan, yaitu :

1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan adanya dokumen perencanaan
pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan. Perencanaan ini
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat
Pusat dan Daerah. Dokumen perencanaan berupa Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) untuk periode 20 tahun, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) untuk periode 5 tahunan, serta Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) untuk periode satu tahunan.

2 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan


Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4614);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara lebih
lanjut memperjelas bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus disusun
berdasarkan proses akuntansi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna
Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum
Negara/Daerah. Sehubungan itu, pemerintah pusat maupun setiap
pemerintah daerah perlu menyelenggarakan akuntansi dalam suatu sistem
yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk lingkungan

4-24
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

pemerintah pusat dan oleh Menteri Dalam Negeri untuk lingkungan


pemerintah daerah. Salah satu hal yang amat penting dalam praktek
akuntansi dan pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah berhubungan
dengan penetapan satuan kerja instansi yang memiliki tanggung jawab publik
secara eksplisit di mana laporan keuangannya wajib diaudit dengan opini dari
lembaga pemeriksa yang berwenang. Instansi demikian digolongkan sebagai
Entitas Pelaporan.
Sementara instansi lain yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan
berperan secara terbatas sebagai entitas akuntansi berperan sebagai
penyumbang bagi Laporan Keuangan yang disusun dan disampaikan oleh
Entitas Pelaporan. Dalam Peraturan Pemerintah ini ditetapkan bahwa yang
termasuk Entitas Pelaporan adalah (i) pemerintah pusat, (ii) pemerintah
daerah, (iii) setiap Kementerian Negara/Lembaga, dan (iv) Bendahara Umum
Negara. Sementara itu, setiap kuasa Pengguna Anggaran, termasuk entitas
pelaksana Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, untuk tingkat pemerintah
pusat, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Bendahara Umum Daerah, dan kuasa
Pengguna Anggaran tertentu di tingkat daerah diwajibkan menyelenggarakan
akuntansi sebagai Entitas Akuntansi.
Peraturan Pemerintah ini menjabarkan lebih rinci komponen Laporan
Keuangan yang wajib disusun dan disampaikan oleh setiap tingkatan
Pengguna Anggaran, pengelola perbendaharaan, serta pemerintah
pusat/daerah. Selain itu, diatur pula hierarkhi kegiatan akuntansi mulai dari
tingkat satuan kerja pelaksana sampai tersusunnya Laporan Keuangan
pemerintah pusat/daerah dengan ketentuan jadwal yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
ditetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harus
diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada
pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya.
Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat (opini)

4-25
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Dengan demikian, Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah yang
disampaikan kepada BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit
(unaudited financial statements). Sebagaimana lazimnya, Laporan Keuangan
tersebut setelah diperiksa dapat disesuaikan berdasarkan temuan audit
dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan Keuangan yang
telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh
pemerintah pusat/daerah dalam suatu rancangan undang-undang atau
peraturan daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah
untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPR/DPRD.

3 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang sangat fundamental
menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif
dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas,
demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya
dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana
pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta
berkelanjutan. Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut secara
sistematis adalah diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Dalam sistem yang baru, tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4
(empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3)
pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

4-26
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait


dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi
dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang
lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika
tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan
lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan
itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya,
serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program
pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan.
Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang sangat fundamental
menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif
dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas,
demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya
dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana
pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta
berkelanjutan. Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut secara
sistematis adalah diberlakukannya UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Dalam sistem yang baru, tahapan perencanaan pembangunan terdiri dari 4
(empat) tahapan, yakni: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3)
pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi
dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang
lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika
tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan
lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan

4-27
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya,


serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program
pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan.
Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan; mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan timbul untuk dapat
diambil tindakan sedini mungkin.
Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang
ditempuh berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan
untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan
rencana yang telah ditetapkan, seperti antara lain; melakukan koreksi atas
penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan, atau
pun klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti
apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk
perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes),
dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena
itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai
dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang
sekurangkurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran,
dan (iii) indikator hasil/manfaat

4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang


Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara

4-28
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);


Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
pada Kementerian Negara/Lembaga dilaksanakan oleh entitas Akuntabilitas
Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan entitas Akuntabilitas Kinerja
Satuan Kerja, entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi dan entitas
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga. Dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah terdapat
klausul yang menyebutkan bahwa menteri/pimpinan lembaga dapat
memperluas praktek penyusunan perjanjian kinerja sesuai kebijakan internal
dan menetapkan suatu petunjuk pelaksanaan internal mekanisme
penyampaian perjanjian kinerja dan pelaporan kinerja
Berdasarkan kedua peraturan tesebut, Kementerian Komunikasi dan
Informatika memandang perlu untuk membuat suatu pedoman yang akan
menjadi dasar pelaksanaan di dalam penyelenggaraan SAKIP. Pedoman ini
menjadi bagian pelaksanaan reformasi birokrasi yang terkait dengan
pengelolaan akuntabilitas kinerja kementerian. Seperti tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 bahwa penyelenggaraan SAKIP
mencakup 6 (enam) unsur, yakni: Rencana Strategis, Perjanjian Kinerja,
Pengukuran Kinerja, Pengelolaan Data Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu
dan Evaluasi Kinerja. Mekanisme pelaksanaan dari unsur-unsur tersebut
sudah jelas tertuang dalam ketentuan perundangan-undangan, termasuk
petunjuk teknisnya. Namun, perlu adanya pedoman dalam proses
pelaksanaan dari setiap unsur tersebut yang dapat dijadikan sebagai petunjuk
bagi setiap entitas akuntabilitas yang ada di lingkungan internal kementerian.
Pedoman ini harus dipatuhi, karena berdampak pada capaian dari setiap
entitas kinerja serta penilaian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Pedoman

4-29
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Komunikasi dan Informatika


diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja ke arah
terwujudnya pemerintahan yang baik dan terpercaya. Secara operasional,
sasaran yang diinginkan dalam akuntabilitas kinerja adalah menjadikan
Kementerian Komunikasi dan Informatika akuntabel dalam melaksanakan
aktivitasnya, responsif, terbuka, dan dipercaya masyarakat sehingga dapat
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
nasional.

5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-
2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN,
dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas
(upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur,
kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat
yang lebih baik.

Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Sustainable


Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah ditampung
dalam 7 agenda pembangunan sebagai berikut.
1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas;
2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan;
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya
Saing;

4-30
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

4. Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa;


5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi
dan Pelayanan Dasar;
6. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi
dan Pelayanan Dasar; dan
7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan
Publik.

Arahan kebijakan dan strategi dalam memperkuat infrastruktur untuk


mendukung pembangunan ekonomi & pelayanan dasar:

6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2020 tentang


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 40);
7 Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1842);
8 Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 986);
9 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 09
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 529);
10 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);

4-31
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

11 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik


Indonesia Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian
PUPR Tahun 2020 – 2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1120).

Konsultan memahami mengenai lingkup kegiatan dari Kerangka Acauan Kerja


(KAK) dengen mencoba menjawab apa yang dimaksud oleh lingkup kegiatan ini,
yaitu dengan menjawab dari :
1. Melakukan kajian target pengembangan wilayah berdasarkan produk
perencanaan pembangunan;
Pembangunan infrastruktur berbasis WPS merupakan pendekatan
pembangunan infrastruktur terpadu berbasis pengembangan wilayah yang
memadukan perencanaan berbagai sektor, berbagai wilayah, dan berbagai
stakeholder dalam rangka pembangunan perekonomian juga peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat juga keseimbangan
pembanguan di setiap daerah. Dengan adanya pembangunan nasional.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional, konsentrasi
pembangunan infrastruktur PUPR berbasis pengembangan wilayah
dituangkan ke dalam 35 WPS yang tersebar di seluruh Indonesia. Pendekatan
WPS ini memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”,
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
memfokuskan pengembangan infrastruktur menuju wilayah strategis,
mendukung percepatan pertumbuhan kawasan-kawasan pertumbuhan di
WPS, dan mengurangi disparitas antarkawasan di dalam WPS.
The Global Commission on the Economy and Climate mendefinisikan
Infrastruktur sebagai:
“Struktur dan fasilitas yang menopang sistem tenaga dan energi lainnya,
transportasi, telekomunikasi, air, dan pengelolaan limbah. Ini mencakup
investasi dalam sistem yang meningkatkan efisiensi sumber daya dan

4-32
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

manajemen sisi permintaan, seperti langkah-langkah efisiensi energi dan air.


Infrastruktur mencakup jenis infrastruktur tradisional (termasuk energi untuk
transportasi umum, bangunan, pasokan air dan sanitasi) dan, yang saat ini
kritis, yaitu infrastruktur alami (seperti lanskap hutan, lahan basah, dan
perlindungan daerah aliran sungai)” (Bhattacharya, Oppenheim, dan Stern,
2015; Ekonomi Iklim Baru, 2016).
Tiga puluh tahun sebelumnya, The World Commission on Environment and
Development mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai:
“pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri" (The World Commission on Environment and Development, 1987).
Menggabungkan konsep-konsep ini memberikan titik awal untuk definisi
infrastruktur berkelanjutan dan kerangka kerja tingkat tinggi selanjutnya
untuk infrastruktur berkelanjutan memberikan panduan lebih lanjut:
Komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 2001 Kerangka Kerja
mencakup indikator berikut (Wu dan Wu, 2012):
 Kesetaraan sosial, kesehatan, pendidikan, perumahan, keamanan,
populasi
 Lingkungan - atmosfer, tanah, lautan, laut, dan pantai; air tawar;
keanekaragaman hayati
 Struktur ekonomi-ekonomi; konsumsi dan produksi
 Kelembagaan - kerangka kerja dan kapasitas
Kerangka Kerja Indikator Pembangunan Berkelanjutan Wuppertal mencakup
indikator yang mencakup dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan
kelembagaan (Singh et al., 2012).
Rencana Tindakan Infrastruktur Berkelanjutan dari Bank Dunia
mengidentifikasi keberlanjutan ekonomi dan keuangan, keberlanjutan sosial,
dan kelestarian lingkungan sebagai elemen kunci dari infrastruktur

4-33
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

berkelanjutan - yang didukung oleh tata kelola yang baik (Kelompok Bank
Dunia, 2008).
Prinsip G7 Ise-Shima untuk Mempromosikan Investasi Infrastruktur
Berkualitas tahun 2016 menyebutkan lima prinsip yang mencakup tata kelola,
efisiensi, ketahanan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan kapasitas,
dampak sosial dan lingkungan, keselarasan dengan strategi ekonomi dan
pembangunan, dan mobilisasi sumber daya yang efektif.
IDB Group mendefinisikan infrastruktur berkelanjutan sebagai berikut:
“Infrastruktur berkelanjutan mengacu pada program infrastruktur yang
direncanakan, dirancang, dibangun, dioperasikan, dan dinonaktifkan dengan
cara memastikan ekonomi dan keuangan, sosial, lingkungan (termasuk
ketahanan iklim), dan keberlanjutan kelembagaan atas seluruh siklus hidup
program.”
Pendekatan kewilayan ini dilakukakan dengan tujuan supaya pembangunan
yang diakukan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayahnya.
Kawasan WPS juga dikategorikan dalam bebrapa kawasan tematik seprti
ekonomi khusus, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan pertanian,
dan lain lain. Pembangunan berbasis WPS juga diharapkan akan
meningkatkan keterkaitan fungsi pengolahan, produksi, dan jasa juga
meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatnya tingkta kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Dimana segala kebijakan yang diambil pemerintah ini
lahir dengan tujuan yang mulia demi kebaikan bangsa kedepannnya.

2. Mendefinisikan konsep pengukuran kinerja pembangunan infrastruktur


PUPR di kawasan prioritas terkait pencapaian target pengembangan
wilayah;
Peningkatan kesesuaian penganan kawasan prioritas melalui perencanaan
dan pemrograman infrastruktur PUPR berbasis wilayah, meliputi:

4-34
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

a. Penyusunan rencana induk pengembangan infrastruktur PUPR berbasis


wilayah
b. Pemrograman dan pembiayaan pengembangan infrastruktur PUPR
berbasis wilayah
c. Evaluasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR berbasis wilayah
d. Pengelolaan data pengembangan infrastruktur PUPR berbasis wilayah
e. Kebijakan, Administrasi Teknis dan Kerjasama
Penempatan pembangunan infrastruktur PUPR agar efektifitas fungsi
infrastruktur dapat memberikan outcome yang maksimal untuk menjawab
kondisi kewilayahan atau fungsi kawasan serta efisien dalam sudut pandang
prioritas dan urgensitasnya sehingga pembiayaan pembangunan infrastruktur
dapat dikatakan tepat sasaran. Berkenaan dengan hal tersebut perlu
pendekatan pengembangan wilayah yang baik dan tepat serta pendekatan
komunikasi dalam rangka perwujudan keterpaduan rencana dan sinkronisasi
antar kawasan dan program yang menjadi kata kunci penting terkait pondasi
kebijakan dan strategi pengembangan infrastruktur wilayah.
Berdasarkan peraturan UU Nomor 26 Tahun 2007, Kawasan strategis nasional
adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa
kepentingan, yaitu: Pertahanan Dan keamanan, pertumbuhan ekonomi,
sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Konsep
pengembangan kawasan strategis, diterjemahkan ke dalam prinsip- prinsip
pengembangan wilayah yaitu

1. Setiap kawasan harus memiliki spesialisasi;


2. Terdapat industri pendorong berdaya saing;

4-35
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

3. Mempunyai skenario keterkaitan antara sektor unggulan dengan sektor


pendorong;
4. Memfokuskan strategi pengembangan kepada produk berdaya saing dan
berorientasi pada pasar regional;
5. Memiliki sinergitas antar program;
6. Perlunya peran pemerintah sebagai katalisator dan fasilitator.
Adapun faktor-faktor kunci untuk mengembangkan kawasan strategis,
meliputi pengembangan SDM, penelitian dan pengembangan,
pengembangan pasar, akses terhadap sumber input atau faktor produksi,
adanya keterkaitan, kerjasama, dan kemitraan dan iklim usaha yang kondusif.
Sedangkan faktor-faktor kunci dikaitkan dalam suatu sistem rantai nilai
keterkaitan, yang terdiri dari subsistem input, subsistem proses yang dapat
terdiri dari subsistem agroproduksi dan subsistem agroindustry, output dan
pemasaran dan jasa pelayanan.

3. Menyusun indikator kinerja pembangunan infrastruktur PUPR berbasis


pengembangan wilayah per tematik kawasan;
Menyusun indikator kinerja pembangunan infrastruktur PUPR berbasis
pengembangan wilayah per tematik Kawasan ;
 Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri.
 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) merupakan program
strategis Pemerintah yang tertuang dalam Perpres 109/2020 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
 Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi
nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan

4-36
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi dan geostrategis. Kawasan


tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor,
impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pada perkembangannya, guna mampu menjaga pengelolaan
pengembangan KEK agar tetap seiring dengan dinamika ekonomi dan
teknologi dunia, pemerintah mentransformasikan kebijakan
pengembangan KEK dengan menekankan orientasi pada terwujudnya
KEK yang tidak hanya menekankan pada akselerasi pertumbuhan
ekonomi wilayah dan pemerataan pembangunan secara nasional (KEK
Generasi 1), namun juga mendorong terwujudnya KEK yang mampu
membangun nilai tambah atas penguasaan teknologi dan sumber daya
manusia (KEK Generasi 2), yang diwujudkan dengan pengembangan KEK
Kesehatan, KEK Pendidikan, KEK Ekonomi Digital dan KEK Maintenance
Repair and Overhaul.

4. Mengumpulkan data kinerja pembangunan infrastruktur PUPR di kawasan


prioritas terkait pencapaian target pengembangan wilayah;
Capaian Kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diukur dan didapat

dari Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang mendukung 5 (lima) Sasaran


Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
merupakan komitmen Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
seperti tertuang di dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Untuk tahun 2020,
kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berhasil
mencapai predikat sangat memuaskan dengan capaian kinerja sebesar
111,13%, yang didapat dari rata-rata capaian kinerja semua indikator kinerja
pada setiap Sasaran Strategis Kementerian PUPR, meningkat sebesar 9,18%
bila dibandingkan dengan tahun 2019.
Capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh insan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, baik yang berada di pusat maupun daerah
pada 10 (sepuluh) unit organisasi, dalam rangka melaksanakan pembangunan

4-37
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

infrastruktur yang berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan arahan


Renstra dan direktif Presiden Republik Indonesia.
Jika dibandingkan dengan target Renstra Kementerian PUPR untuk tahun
2020, terdapat 4 (empat) Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang tidak
mencapai target, yaitu :
1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis ”Persentase peningkatan
perlindungan banjir di wilayah sungai kewenangan pusat” dengan
capaian sebesar 51,98% dari target tahun 2020 sebesar 54,40%,
sehingga masih terdapat gap 2,42%.
2. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Persentase peningkatan pelayanan
infrastruktur permukiman yang layak dan aman melalui pendekatan
smart living” dengan capaian sebesar 60,07% dari target tahun 2020
sebesar 60,29%, sehingga masih terdapat gap 0,22%.
3. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Persentase pemenuhan kebutuhan
rumah layak huni” dengan capaian sebesar 56,66% dari target tahun
2020 sebesar 56,86%, sehingga masih terdapat gap 0,20%.
4. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Persentase lulusan pendidikan
vokasi yang kompeten dan siap kerja” dengan capaian sebesar 22,30%%
dari target tahun 2020 sebesar 25%, sehingga masih terdapat gap 2,7%.

Sementara itu, 11 (sebelas) Indikator Kinerja Sasaran Strategis lainnya telah


melampaui target Renstra Kementerian PUPR untuk tahun 2020, yaitu :
1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Persentase penyediaan air baku
untuk air bersih di wilayah sungai kewenangan pusat” dengan capaian
sebesar 67,60% dari target tahun 2020 sebesar 67%.
2. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Kapasitas tampung per kapita”
dengan capaian sebesar 53,14 m3 /kapita dari target tahun 2020 sebesar
52,50 m3 /kapita.
3. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Volume layanan air untuk
meningkatkan produktivitas irigasi” dengan capaian sebesar 30.813

4-38
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

m3 /tahun/hektar dari target tahun 2020 sebesar 19.845 m 3


/tahun/hektar.
4. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Waktu tempuh pada jalan lintas
utama pulau” dengan capaian sebesar 2,16 jam/100 km dari target
tahun 2020 sebesar 2,21 jam/100 km.
5. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Tingkat pemenuhan kebutuhan
sumber daya manusia vokasional bidang konstruksi yang kompeten dan
profesional” dengan capaian sebesar 8,56% dari target tahun 2020
sebesar 5,3%.
6. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Tingkat kualitas tata kelola
Kementerian PUPR” dengan capaian sebesar 79,20% dari target tahun
2020 sebesar 72,39%.
7. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Tingkat pemenuhan
investasi/pembiayaan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
yang didukung sistem, kebijakan dan strategi pembiayaan yang efisien
dan efektif” dengan capaian sebesar 116,88% dari target tahun 2020
sebesar 100%.
8. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Persentase kualitas pengawasan
intern dalam penyelenggaraan infrastruktur” dengan capaian sebesar
78% dari target tahun 2020 sebesar 72%.
9. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Indeks pengembangan kompetensi
sumber daya manusia aparatur PUPR” dengan capaian sebesar 70,59%
dari target tahun 2020 sebesar 70%.
10. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Tingkat keselarasan dukungan
infrastruktur di kawasan strategis” dengan capaian sebesar 69,48% dari
target tahun 2020 sebesar 60%.
11. Indikator Kinerja Sasaran Strategis “Tingkat keandalan sumber daya

konstruksi” dengan capaian sebesar 47,25% dari target tahun 2020


sebesar 43%.

4-39
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

5. Melakukan sintesa pengukuran kinerja berdasarkan tematik kawasan;


 Sintesa pengukuran kinerja Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
 Sintesa pengukuran kinerja Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) merupakan program strategis Pemerintah yang tertuang dalam
Perpres 109/2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
 Sintesa pengukuran kinerja Dalam rangka mempercepat pencapaian
pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman
modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi
dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.
 Sintesa pengukuran kinerja Pada perkembangannya, guna mampu
menjaga pengelolaan pengembangan KEK agar tetap seiring dengan
dinamika ekonomi dan teknologi dunia, pemerintah
mentransformasikan kebijakan pengembangan KEK dengan
menekankan orientasi pada terwujudnya KEK yang tidak hanya
menekankan pada akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah dan
pemerataan pembangunan secara nasional (KEK Generasi 1), namun
juga mendorong terwujudnya KEK yang mampu membangun nilai
tambah atas penguasaan teknologi dan sumber daya manusia (KEK
Generasi 2), yang diwujudkan dengan pengembangan KEK Kesehatan,
KEK Pendidikan, KEK Ekonomi Digital dan KEK Maintenance Repair and
Overhaul.

4-40
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

6. Menyusun profil kinerja pembangunan infrastruktur PUPR terkait


pencapaian target pengembangan wilayah di kawasan prioritas tahun 2015-
2021;
Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Pembangunan Infrastruktur
Wilayah adalah sebagai Acuan pengukuran Evaluasi Kinerja Pembangunan
Infrastruktur Wilayah sekaligus untuk mendukung tugas dan fungsi
pelaksanaan Evaluasi Kawasan. Evaluasi bertujuan mendapatkan umpan balik
bagi kebutuhan program yang sedang berjalan, untuk mengetahui
kesenjangan antara perencanaan dan target yang telah dipersiapkan BPIW
dalam rangka menjawab kebutuhan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan wilayah, serta peningkatan produktifitas dan daya saing. Secara
umum proses penyiapan evaluasi kinerja pembangunan infrastruktur wilayah
sekurangkurangnya mencakup beberapa hal antara lain :
1. Pemahaman terhadap Evaluasi Kinerja Kawasan;
2. Penyusunan indikator dan sasaran kinerja dalam KKL.
3. Penyepakatan indikator dan sasaran kinerja.

Adapun muatan Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja


Pembangunan Infrastruktur Wilayah meliputi :
1. Lingkup pelaksanaan evaluasi
2. Metode Evaluasi
3. Mekanisme Evaluasi
4. Produk Dokumen Evaluasi
5. Waktu Evaluasi
6. Pelaksana Evaluas

Arahan Program Tahunan Pengembangan Infrastruktur Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat disusun dengan tahapan :
a. Metodologi teknis penentuan kawasan strategis yang akan

4-41
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

diprioritaskan yang akan ditangani;


b. Metodologi teknis penentuan sasaran program pada masing- masing
kawasan strategis;
c. Metodologi teknis penentuan program utama di kawasan strategis yang
akan diprioritaskan tahunan;
d. Metodologi teknis identifikasi kinerja/kondisi infrastruktur yang ada
dalam kawasan;
e. Metodologi teknis penentuan kebutuhan infrastruktur secara terpadu di
kawasan tersebut pada tahun itu dengan mengacu kepada rpijm; dan
f. Metodologi teknis penyusunan arahan program tahunan.

7. Mengidentifikasi isu/permasalahan, tantangan, dukungan eksisting,


kebutuhan dukungan dan peran daerah dalam pembangunan MP dan PSN
bidang PUPR (Lokasi pemantauan adalah Kota Baru Maja, Tanjung Selor,
Sofifi, dan Sorong);
Isu-isu strategis pembangunan wilayah yang membutuhkan penanganan
selama lima tahun ke depan, antara lain :
 Terjadinya ketimpangan antar wilayah (KTI danKBI, wilayah urban-rural,
jawaluar jawa, dll);
 Penguatan pusat – pusat pertumbuhan wilayah dan kawasan strategis
yang masih rendah (kawasan pariwisata, perbatasan, industri, kawasan
ekonomi khusus untuk percepatan pertumbuhan);
 Pembangunan perkotaan yang inklusif dan berdaya saing (penguatan
fungsi sistem perkotaan nasional, pengembangan kota baru dan
metropolitan, penguatan daya saing perkotaan, dll);
 Pembangunan berwawasan lingkungan dan antisipasi terhadap
perubahan iklim (termasuk manajemen bencana);
 Optimalisasi sumber pendanaan non APBN (paradigma baru
pembangunan menggunakan KPBU, FINA, dll);

4-42
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

 Fungsi ibukota negara sebagai pusat pemerintahan yang mulai menurun


dan tidak efisien (kemacetan, keterbatasan lahan, masalah sanitasi dan
limbah, banjir, keterbatasan air baku, penurunan muka air tanah, dll);
dan
 eningkatan pemanfaatan teknologi 4.0 dalam pembangunan
infrastruktur

Dalam rangka penguatan peran BPIW pada aspek perencanaan tersebut,


diperlukan formalisasi terhadap dokumen perencanaan yang disusun oleh
BPIW. Terkait dengan rencana jangka panjang, BPIW perlu menyusun
Rencana Pengembangan Infrastruktur PUPR Jangka Panjang Nasional
(RPIJPN), yang berisi gagasan mengenai pengembangan infrastruktur PUPR
pada wilayah nasional di setiap pulau/kepulauan dalam jangka waktu 20
tahun sesuai rencana pembangunan jangka panjang nasional. RPIJPN
tersebut memuat :
a. tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan infrastruktur pekerjaan
umum dan perumahan rakyat jangka panjang;
b. skenario pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat jangka panjang;
c. prioritas kawasan jangka panjang;
d. sistem jaringan jalan, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem
perumahan dan kawasan permukiman;
e. indikasi program pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat 5 (lima) tahunan; dan
f. perkiraan biaya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat jangka panjang..
Pembangunan infrastruktur berbasis pengembanganwilayah juga dapat
memberi manfaat pada perbaikan indeks daya saing global (Global
Competitiveness Index) Indonesia di mata dunia.
Berdasarkan RPJMN 2020-2024, pengembangan wilayah di Indonesia akan

4-43
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

dilakukan melalui dua strategi, yaitu strategi pertumbuhan dan strategi


pemerataan. Strategi pertumbuhan ekonomi yang akan dilakukan meliputi
operasionalisasi dan peningkatan investasi pada pusat – pusat pertumbuhan
wilayah/kawasan strategis yang telah ditetapkan, diantaranya adalah KEK, KI,
KSPN/DPP dan sebagainya. Strategi pertumbuhan ekonomi berikutnya adalah
pengembangan sektor unggulan, seperti pertanian, industri pengolahan,
pariwisata, dan jasa lainnya. Strategi selanjutnya, yaitu pemerataan,
dilakukan melalui pengembangan ekonomi wilayah/lokal melalui penyediaan
sarana prasarana perekonomian, termasuk pemanfaatan teknologi
komunikasi digital, dan peningkatan sumber daya manusia, baik di daerah
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan sebagai kawasan strategis
kabupaten, kawasan transmigrasi, maupun kawasan perbatasan secara
terintegrasi dengan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi/kawasan strategis
di sekitarnya.
Strategi selanjutnya adalah pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah,
terutama di daerah tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, maupun kawasan perbatasan. Pembangunan infrastruktur
bidang PUPR perlu dilaksanakan berbasiskan pendekatan pengembangan
wilayah agar dapat memberi manfaat yang maksimal pada seluruh sektor.
Aktivitas ekonomi, sosial, lingkungan yang menjadi karakteristik masing–
masing wilayah juga harus dipertimbangkan dan disinkronkan dengan
rencana serta aturan yang berlaku agar pertumbuhan dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat terwujud.

8. Evaluasi multiplier effect berdasarkan aspek relevansi, efisiensi, efektivitas,


dampak, dan keberlanjutan dari pembangunan PSN dan Major Project
bidang PUPR (Lokasi evaluasi adalah Kota Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi,
dan Sorong);
Multiplier effect (efek berganda) merupakan pengaruh yang meluas yang

4-44
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

ditimbulkan oleh suatu kegiatan ekonomi dimana peningkatan pengeluaran


nasional mempengaruhi peningkatan pendapatan dan konsumsi. Multiplier
effect ini memiliki pengaruh yang luas, yang ditimbulkan oleh satu kegiatan
dan selanjutnya mempengaruhi kegiatan lainnya. Fungsi dari multiplier effect
yang paling banyak digunakan adalah efek berganda pada investasi,
pengeluaran pemerintah, pajak, dan subsidi pemerintah. Dengan adanya
investasi baik itu dilakukan pemerintah dan atau kerja sama dengan swasta
juga akan memberikan dampak pengganda yang sangat besar bagi
peningkatan pendapatan dan konsumsi masyarakat sekitar maupun
penyerapan tenaga kerja, terutama di Kota Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi,
dan Sorong.

Kriteria dalam pemantauan dan evaluasi multiplier effect hasil


pembangunan MP dan PSN bidang PUPR yaitu:
1. Program memiliki asas efisiensi, transparansi, dan partisipasi dalam tata
kelola ditingkatkan;

4-45
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

2. Program memberikan dampak daya saing dan produktivitas sektor


ekonomi meningkat;
3. Kesenjangan dalam infrastruktur dasar untuk pengembangan sumber
daya manusia berkurang;
4. Program membuat keselamatan dan keamanan terhadap bencana alam
dan buatan manusia, terutama bagi orang miskin, meningkat; dan
5. Program merupakan solusi dan teknologi inovatif didorong/diadopsi
untuk meningkatkan potensi pertumbuhan.
Beberapa atau sekelompok kriteria yang membahas dan menitik beratkan
pada penilaian isu-isu strategis proyek dan berkontribusi secara signifikan
terhadap tujuan nasional. Kriteria ini terdiri dari sepuluh kriteria sebagai
berikut (Seng Hansen & Le, 2019):
1. Kebutuhan dan Tujuan
Kriteria ini menilai kebutuhan dan tujuan suatu proyek. Memunculkan
pertanyaan mengapa proyek ini penting untuk diimplementasikan.
Beberapa indikator yang dapat dipertimbangkan termasuk ruang lingkup
dan definisi proyek tingkat tinggi, kendala geografis, kendala politik, dan
kondisi fisik yang ada.
2. Konsistensi
Kriteria ini menilai kesesuaian proyek yang diusulkan dengan tujuan
pembangunan dan pertahanan Nasional.
3. Prioritas Pemerintah
Kriteria ini menilai dampak signifikan dari proyek yang diusulkan pada
perekonomian nasional di tingkat pusat dan daerah.
4. Studi Investasi
Kriteria ini berkaitan dengan kelayakan dan studi investasi lain yang
diperlukan selama proses perencanaan proyek. Beberapa masalah yang
harus dipertimbangkan termasuk studi profitabilitas, biaya proyek, dan
penilaian alternatif.

4-46
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

5. Masalah dan Dampak Ekonomi


Kriteria ini meneliti masalah dan efek proyek terhadap ekonomi. Itu
termasuk stabilitas ekonomi dan masalah ekonomi yang membatasi
kapasitas produktif, mengurangi produktivitas, membatasi kemampuan
ekonomi, menghambat daya saing global.
6. Masalah dan Dampak Sosial
Kriteria ini meneliti masalah dan efek proyek terhadap kesejahteraan
masyarakat. Ini membahas masalah yang mengakibatkan,
mempertahankan atau memperburuk masalah sosial dan kualitas hidup,
termasuk penciptaan lapangan kerja dan pengurangan ketidaksetaraan
regional.
7. Masalah dan Dampak Lingkungan
Kriteria ini meneliti masalah dan efek proyek terhadap lingkungan. Ini
terutama berfokus pada perlindungan lingkungan, termasuk masalah-
masalah seperti pengurangan emisi gas rumah kaca, limbah, polusi suara,
intrusi visual.
8. Anggota Tim dan Koordinasi Pemangku Kepentingan
Kriteria ini menilai aliansi positif di antara semua pemangku kepentingan
utama dan anggota tim dari proyek yang diusulkan.
9. Keterlibatan Publik
Kriteria ini menilai tingkat keterlibatan publik serta sikap publik mengenai
proyek yang diusulkan. Beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan
termasuk jenis keterlibatan publik, dukungan dan/atau oposisi lokal, dan
strategi untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat.
10. Tata Kelola yang Baik
Kriteria ini menilai tingkat penerapan tata kelola yang baik, mendefinisikan
tata kelola infrastruktur sebagai ‘proses, alat, dan norma interaksi,
pengambilan keputusan, dan pemantauan yang digunakan oleh organisasi
pemerintah dan mitranya sehubungan dengan membuat layanan

4-47
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

infrastruktur tersedia untuk publik dan sektor publik’.

9. Menyusun laporan pemantauan dan evaluasi multiplier effect hasil


pembangunan MP dan PSN bidang PUPR (Lokasi pemantauan adalah Kota
Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi, dan Sorong);
Laporan pemantauan dan evaluasi multiplier effect hasil pembangunan MP
dan PSN bidang PUPR (Lokasi pemantauan adalah Kota Baru Maja, Tanjung
Selor, Sofifi, dan Sorong);

10. Menyusun strategi optimalisasi pembangunan infrastruktur PUPR di


kawasan prioritas yang perlu dilakukan di tahun-tahun mendatang;
BPIW mewujudkan penyelenggaraan tugas fungsi dan peran tersebut melalui
penyusunan kebijakan teknis berdasarkan 35 (tiga puluh lima) Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS) dan mengajukan usulan program dan
kegiatan pembangunan infrastruktur bidang PUPR dari unit organisasi eselon
I lainnya di lingkungan Kementerian PUPR melalui pra- konreg. Dengan
demikian, pengajuan program dan kegiatan tidak lagi berdiri sendiri seperti
sebelumnya, tetapi telah melibatkan seluruh sektor dan Pemerintah Daerah,
sehingga perencanaan dan pemrograman yang diusulkan oleh unit organisasi
eselon I di lingkungan Kementerian PUPR sudah terpadu dan sinkron sesuai
dengan peraturan undang- undangan dan prioritas pemerintah saat ini dan
hasilnya dapat berkelanjutan.
Perwujudan perencanaan dan pemrograman yang terpadu dan sinkron
dimaksud hanya dapat diwujudkan pelaksanaannya jika didukung antara lain
oleh tata kelola dan reformasi birokrasi yang berjalan dengan baik. Dengan
demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi sebagai bagian dari peningkatan
tata kelola yang baik memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tugas dan fungsi BPIW.
Pendekatan pembangunan infrastruktur PUPR berikut arah kebijakan
pengembangan infrastruktur PUPR dan pengembangan wilayah melalui WPS

4-48
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

merupakan strategi pengembangan infrastruktur PUPR yang berasal dari


perumusan bersama di internal Kementerian PUPR. Merujuk pada Rencana
PJP, Rencana PJM, dan RTR Pulau, rencana pembangunan infrastruktur PUPR
disusun dalam jangka waktu 20 tahun yang berupa Profil, Ultimate Goals dan
rencana pengembangan Pulau termasuk antarwilayah pengembangan
strategis, dan antarkawasan strategis nasional; kajian daya dukung dan daya
tampung lingkup pulau termasuk KLHS, serta kajian ekonomi dan investasi.

11. Menyusun rekomendasi berupa masukan bagi penyusunan strategi


perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR, termasuk untuk
pengembangan Kota Baru Maja, Tanjung Selor, Sofifi, dan Sorong;
Strategi perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR berbasis
pengembangan wilayah yang didukung oleh perangkat yang memadai
(panduan dan legalitas produk), meliputi :
a. Penyusunan kebijakan dan strategi serta rencana terpadu
pengembangan infrastruktur PUPR berbasis wilayah
b. Rencana Strategis Kementerian PUPR
c. Laporan Kinerja dan Analisis Manfaat pengembangan infrastruktur PUPR
berbasis wilayah
d. Sinkronisasi Program dan Sistem Informasi pengembangan infrastruktur
PUPR berbasis wilayah
e. Kerjasama pengembangan infrastruktur PUPR berbasis wilayah
Peningkatan kesesuaian penganan kawasan prioritas melalui perencanaan
dan pemrograman infrastruktur PUPR berbasis wilayah, meliputi :
a. Penyusunan rencana induk pengembangan infrastruktur PUPR berbasis
wilayah
b. Pemrograman dan pembiayaan pengembangan infrastruktur PUPR
berbasis wilayah
c. Evaluasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR berbasis wilayah

4-49
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

d. Pengelolaan data pengembangan infrastruktur PUPR berbasis wilayah


e. Kebijakan, Administrasi Teknis dan Kerjasama
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya :
a. Penyusunan Peraturan Lingkup pengembangan infrastruktur wilayah
b. Penyusunan NSPK
c. Pengembangan sumber daya manusia

Manajemen operasional organisasi Selanjutnya terkait dengan agenda


pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024,
terdapat 7 (tujuh) agenda pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah
dan 4 (empat) sasaran utama yaitu :
 Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI – KTI dan Jawa dan
Luar Jawa);
 Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan
wilayah;
 Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar, daya saing serta
kemandirian daerah; dan
 Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang dan wilayah.

Peran Kementerian PUPR dalam meningkatkan peran dan mendukung


perwujudan agenda pembangunan nasional yang berkaitan dengan BPIW
dalam mencapai sasaran utama pengembangan wilayah dapat
diintepretasikan ke dalam 4 sasaran utama yaitu :
1) Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas
dan berkeadilan;
2) Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan;
3) Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi
dan pelayanan dasar; dan
4) Memperkuat stabilitas polhukhankam dan trasformasi pelayanan publik.

4-50
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

12. Melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan rencana


terpadu pembangunan infrastruktur PUPR pada wilayah nasional
berdasarkan pendekatan pengembangan wilayah sesuai Standar
Operasional Prosedur yang berlaku;
Meningkatnya kualitas evaluasi kinerja dan analisa manfaat pelaksanaan
kebijakan dan strategi pengembangan wilayah serta pemrograman dan
pembiayaan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah baik pada
lingkup perkotaan, perdesaan maupun Kawasan tematik (KI, KSPN, KEK,
PKSN, KPN) yang dapat mewujudkan keterpaduan pembangunan
infrastruktur bidang PUPR yang mampu menciptakan keseimbangan
pembangunan antardaerah, antarsektor dan antarpemerintah.
Meningkatnya fungsi koordinasi antara BPIW dengan unit organisasi lainnya
di lingkungan Kementerian PUPR. Untuk menjamin terlaksananya proses

4-51
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

internal yang efektif dan efisien, diperlukan upaya-upaya pengeloaan


sumberdaya organisasi melalui proses pembelajaran dan pertumbuhan
dengan sasaran strategis sebagai berikut :
1. Meningkatnya kualitas SDM yang kompeten dan berkepribadian;
2. Meningkatnya budaya organisasi BPIW yang berkinerja tinggi,
berintegritas, efektif efisien, transparan dan akuntabel; dan
3. Meningkatnya pengelolaan regulasi keterpaduan pembangunan
infrastruktur PUPR, sarana prasarana serta teknologi informasi
pendukung.

13. Menyusun langkah pengendalian sebagai upaya mitigasi kemungkinan dan


dampak risiko yang diperkirakan dapat terjadi dalam pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan, dan evaluasi dari suatu wilayah tertentu dilakukan oleh unit
kerja yang sama, serta cakupan wilayah untuk pulau/kepulauan disesuaikan
dengan jumlah kawasan strategis yang ada. Sementara itu, berdasarkan hasil
Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholder terkait, diperoleh
masukan untuk penajaman peran BPIW terkait koordinasi, sinkronisasi, dan
debottlenecking pada proses perencanaan dan pemrograman dalam rangka
pengembangan wilayah.

7.2 JADWAL KERJA DAN JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

4-52
Picture 7 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Tahap Persiapan

1 Mobilisasi Tim (Tenaga Ahli, Asisten Ahli, dan Tenaga


Pendukung)

2 Pemantapan Pemahaman Terhadap KAK

3 Penyusunan Rencana Kerja dan Pemantapan Metodologi


Pelaksanaan Pekerjaan

4 Kick Off Meeting

5 Kajian Literatur dan Studi Terdahulu

II Tahap Pelaksanaan

1 Pengumpulan data sekunder

2 Penyusunan tools survei primer

4-53
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

3 Survei Instansi K/L

4 Survei Daerah

5 Pengolahan dan Analisis Data

6 Rapat Koordinasi/FGD

III Tahap Penyusunan dan Penyerahan Laporan

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Konsep Laporan Akhir

4 Laporan Akhir

5 Dokumen Pemantauan dan Evaluasi Perencanaan


Terpadu

4-54
Picture 1 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

6 Prosiding Kegiatan

7 Laporan Hasil Survei Lapangan

8 Ringkasan Eksekutif

9 Policy Brief

IV Pembahasan

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Laporan Akhir

4-55
Picture 1 ...
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

4-1
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

4-1
USUL KONSULTAN MANAJEMEN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
AN PERENCANAAN TERPADU
TEKN
IS

4-1

Anda mungkin juga menyukai